Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

KEJADIAN STUNTING DAN KEMATANGAN USIA TULANG PADA ANAK USIA


SEKOLAH DASAR DI DAERAH PERTANIAN KABUPATEN BREBES

Apoina Kartini1, Suhartono2, Hertanto Wahyu Subagio3, Budiyono2, Irene Max Emman4

1
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
3
Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UNDIP
4
SMF Radiologi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pestisida merupakan salah satu EDCs. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kejadi-
Diterima 4 November 2015 an stunting dan kematangan usia tulang pada anak usia Sekolah Dasar di Daerah Perta-
Disetujui 16 Desember 2015 nian Kabupaten Brebes. Penelitian observasional tahun 2015 dengan pendekatan cross
Dipublikasikan Januari 2016
sectional. Sampel 66 siswa SD Dukuhlo 01 dan 02 berusia 8-12 tahun. Analisis statistik
Keywords: menggunakan uji chi-square. Kejadian stunting sebanyak 21,2% dan siswa yang men-
Stunting; Bone-age; galami keterlambatan usia tulang sebanyak 42,4%. Proporsi siswa metabolit pestisida
Esticide; Elementary school positif lebih banyak pada yang terlibat kegiatan pertanian (29,2%) dibanding siswa yang
students; Agricultural area. tidak terlibat kegiatan pertanian (5,6%). Kejadian stunting lebih banyak pada siswa den-
gan metabolit pestisida positif (26,7%) dibanding yang negatif (19,6%). Siswa kategori
DOI terlambat usia tulangnya lebih banyak pada yang metabolit pestisida positif (46,7%)
http://dx.doi.org/10.15294/ dibanding yang negatif (41,2%). Kejadian stunting lebih banyak pada siswa dengan ke
kemas.v11i1.3521
terlambatan usia tulang (42,9%) dibanding siswa yang usia tulangnya termasuk kategori
normal (5,3%) dan berhubungan bermakna (p=0,001).

STUNTING AND BONE-AGE MATURITY IN ELEMENTARY SCHOOL


STUDENTS IN AGRICULTURE AREAS OF BREBES DISTRICT

Abstract
Pesticide is an example of EDCs source. This study aimed to describe prevalence of stunting
and bone-age maturity in elementary school students in agriculture areas of Brebes Districts.
This was an observational study conducted in 2015 with cross sectional approach. Study
subjects consisted of 66 students of SD Dukuhlo 01 and 02, ranged from 8 to12 years old.
chi-square test was used to analyzed the data. This study showed stunting prevalence among
students was 21.2%. There were 42.4% students underwent delayed bone-age maturiey.
Proportion of students with positive pesticide metabolites were higher in those who involved
in agriculture activities (29.2%) compared to those who did not (5.6%). Stunting was more
prevalent in students with positive pesticide metabolites (26.7%) compared to the negative
ones (19.6%). Students with delayed bone-age maturity were more frequent to be found
with positive pesticide metabolites (46.7%) compared to negative (41.2%). Proportion of
students with delayed bone-age maturiry (42.9%) compared to normal (5,3%). Stunting
were significantly related to delayed bone-age maturity (p=0.001).

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Lamongan Raya 22 Semarang
Email : apoinakartini@yahoo.com
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Pendahuluan (kronis), seperti infeksi saluran pernafasan


Stunting atau perawakan pendek akut (ISPA) dan diare, juga merupakan
(shortness) adalah suatu keadaan tinggi badan penyebab utama terjadinya gangguan tumbuh-
(TB) seseorang yang tidak sesuai dengan kembang pada anak. Status gizi buruk dan
umur, yang penentuannya dilakukan dengan infeksi merupakan lingkaran setan yang diduga
menghitung skor Z indeks Tinggi Badan merupakan faktor determinan utama terjadinya
menurut Umur (TB/U) (Gibson, 2005). masalah gangguan tumbuh-kembang anak,
Seseorang dikatakan stunting bila skor Z salah satunya adalah stunting. Permasalahan
indeks TB/U-nya < -2 deviasi standar (WHO gizi buruk maupun infeksi sangat berkaitan
2006). Kondisi stunting menggambarkan dengan kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan
status gizi atau status kesehatan di masa lalu keluarga. Status ekonomi yang buruk
yang kurang baik dan menunjukkan adanya menyebabkan ketidakmampuan keluarga
gangguan pertumbuhan linier pada seseorang. untuk menyediakan asupan gizi yang cukup
Stunting merupakan dampak dari asupan gizi dan lingkungan rumah yang memenuhi syarat
yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kesehatan. Kondisi lingkungan rumah yang
kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan buruk, seperti kondisi fisik rumah yang tidak
kombinasi dari keduanya. Kondisi tersebut memadai dan kepadatan hunian yang tinggi,
sering dijumpai di negara dengan kondisi merupakan kondisi awal (predisposing factor)
ekonomi kurang (Gibson, 2005). Penilaian yang membuat anak menjadi lebih rentan
kematangan usia tulang merupakan komponen terhadap berbagai penyakit infeksi, sehingga
kunci dalam evaluasi pertumbuhan anak memperberat atau bahkan penyebab utama
karena dapat memberikan informasi tentang terjadinya status gizi buruk (malnutrisi).
‘tempo’ pola pertumbuhan anak (melambat Berdasarkan teori dan beberapa
atau mengalami percepatan) (Nilsson, 2005). hasil penelitian yang telah dilakukan, peran
Masalah stunting pada anak perlu lingkungan kemungkinan tidak hanya sebatas
menjadi perhatian, karena merupakan sebagai predisposisi (yang mengawali), tapi
refleksi kualitas sumberdaya manusia di masa dapat juga sebagai penyebab ‘langsung’
mendatang. Beberapa penelitian menunjukkan gangguan tumbuh-kembang anak. Penelitian
adanya keterkaitan antara stunting dengan pada anak usia 6-59 bulan di Nepal menunjukkan
gangguan fungsi kognitif (Watanabe, 2005; bahwa faktor lingkungan yang merupakan
Kar, 2008; Sokolovic, 2014) dan prestasi belajar faktor risiko stunting antara lain dapur tanpa
anak usia sekolah (Brito, 2006). Penelitian ventilasi dan paparan pestisida (Paudel R,
lain membuktikan angka putus sekolah anak 2012). Beberapa bahan kimia yang terdapat di
dengan stunting lebih tinggi dibanding anak lingkungan dikenal sebagai endocrine disrupting
normal. Gangguan fungsi kognitif pada anak chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang
dengan stunting, dalam jangka panjang akan dapat mengganggu fungsi endokrin (hormon)
mempengaruhi potensi ekonomi mereka dalam tubuh (Diamanti-Kandarakis, 2009).
(Prendergast, 2014). Kondisi stunting pada Salah satu hormon yang berperan penting
masa anak pada umumnya berlanjut sampai dalam proses tumbuh-kembang anak adalah
dewasa dan akan mempengaruhi kapasitas hormon tiroid. Paparan oleh bahan kimia yang
kerja dan produktivitas mereka (Prendergast, tergolong EDCs dapat mengganggu fungsi
2014; the Lancet’s series, 2008). tiroid sehingga disebut juga sebagai thyroid
Masalah stunting, yang merupakan disrupting chemicals (TDCs). Adanya gangguan
masalah pertumbuhan fisik secara linier, fungsi tiroid berdampak terhadap tumbuh-
umumnya dikaitkan dengan gizi masa lalu kembang seseorang (Crofton, 2008).
yang tidak baik (buruk). Asupan zat gizi Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
makro, seperti energi, protein, dan zat gizi tahun 2013 mendapatkan prevalensi stunting
mikro, seperti Zn yang kurang, terutama pada pada anak usia sekolah (5-12 tahun) di
masa pertumbuhan, akan mengganggu proses Indonesia mencapai 30,7%. Prevalensi stunting
pertumbuhan seorang anak yang berdampak pada anak usia yang sama di Jawa Tengah
pada stunting (pendek). Infeksi berulang sebesar 28,6% dan untuk Kabupaten Brebes

97
Apoina Kartini, dkk / Kejadian Stunting dan kematangan usia tulang

prevalensinya mencapai 40,7%, paling tinggi di (cleaning), dilakukan analisis data univariat
antara kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah dan bivariat. Analisis univariat disajikan dalam
(Kemenkes, 2013). bentuk tabel distribusi frekuensi dan untuk
Kabupaten Brebes merupakan salah menganalisis hubungan antara dua variabel
satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan uji chi-square. Penelitian
mengandalkan sektor pertanian sebagai ini telah mendapat persetujuan dari Komisi
sumber pendapatan asli daerah. Konsumsi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
pestisida di daerah tersebut merupakan Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP
salah satu yang tertinggi di Indonesia. Jenis dr. Kariadi Semarang.
komoditas pertanian bawang merah, yang
merupakan andalan utama di Kabupaten Hasil dan Pembahasan
Brebes, memerlukan penyemprotan pestisida Sebanyak 66 subyek terpilih sebagai
2-3 kali per minggu, bahkan setiap hari pada sampel penelitian dari SD Dukuhlo 01
musim penghujan. Tujuan penelitian ini dan 02 Kecamatan Bulakamba Kabupaten
adalah mendiskripsikan kejadian stunting dan Brebes. Subyek laki-laki lebih banyak (51,5%)
kematangan usia tulang pada anak usia Sekolah dibanding perempuan. Pekerjaan kepala
Dasar (SD) di daerah pertanian Kabupaten keluarga di bidang pertanian sebesar 37,9%.
Brebes. Distribusi frekuensi karakteristik subyek tersaji
dalam Tabel 1.
Metode Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Penelitian dilakukan tahun 2015, Subyek
merupakan penelitian observasional dengan Karakeristik subyek n=66
pendekatan cross sectional. Variabel yang Umur, tahun, (rerata±SD; min- 10,3±0,79; 8-12
diukur dalam penelitian ini antara lain maks)
karakteristik subjek, keterlibatan dalam Jenis kelamin, n (%)
kegiatan pertanian, kematangan usia tulang, Laki-laki 34 (51,5)
metabolit pestisida dalam urin dan kejadian Perempuan 32 (48,5)
stunting. Pengumpulan data dilakukan dengan Pekerjaan kepala keluarga, n
wawancara, pemeriksaan tinggi badan subjek, (%)
Tidak bekerja 1 (1,5)
pemeriksaan rontgen tulang tangan kiri, dan Buruh tani 15 (22,7)
pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi Petani pemilik 10 (15,2)
adanya metabolit pestisida dalam urin. Kejadian Pedagang/wiraswasta 36 (54,5)
stunting ditentukan berdasarkan nilai skor Z Lain-lain 4 (6,1)
indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U). Sumber: Data Primer
Tinggi badan diukur dengan menggunakan
stadiometer merek SECA 213. Subjek termasuk Berdasarkan hasil pengukuran terdapat
kategori stunting bila nilai skor Z indeks 21,2% siswa termasuk kategori stunting
TB/U kurang dari -2 Standard Deviasi (<-2 (pendek) dan sebanyak 42,4% siswa mengalami
SD). Kematangan usia tulang diukur dengan keterlambatan usia tulangnya. Siswa yang
pemeriksaan foto rontgen tangan sebelah terlibat dalam kegiatan pertanian sebanyak
kiri (tangan yang tidak aktif) yang dilakukan 72,7% dan yang positif metabolit pestisida
oleh laboratorium klinik CITO. Pemeriksaan dalam urinnya sebanyak 22,7% (Tabel 2).
metabolit pestisida dalam urin dilakukan di PT. Siswa yang hasil metabolit pestisida
Angler Biochemlab Surabaya. dalam urinnya positif lebih banyak pada yang
Sampel penelitian sebanyak 66 siswa terlibat dalam kegiatan pertanian (29,2%)
SD usia 8-12 tahun di SD Negeri Dukuhlo 01 dibanding siswa yang tidak terlibat dalam
dan 02 Kecamatan Bulakamba, Kabupaten kegiatan pertanian (5,6%).
Brebes. Pengolahan dan analisis data dilakukan Kejadian stunting lebih banyak
dengan menggunakan komputer. Perangkat proporsinya pada siswa dengan metabolit
lunak yang dipakai adalah SPSS PC. Setelah pestisida uirn positif (26,7%) dibanding yang
data disunting, ditabulasi, dan dibersihkan negatif (19,6%). Siswa kategori terlambat usia

98
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

tulangnya lebih banyak proporsinya pada yang menunjukkan bahwa sebanyak 72,7% siswa
metabolit pestisida urinnya positif (46,7%) terlibat dalam kegiatan pertanian, 21,2%
dibanding yang negatif (41,2%). termasuk kategori stunting (pendek), 42,4%
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian mengalami keterlambatan usia tulang dan
Variabel n (%) 22,7% terdeteksi positif metabolit pestisida
Kejadian stunting dalam urin. Proporsi siswa yang stunting dan
Stunting (pendek) 14 (21,2) terlambat kematangan usia tulangnya lebih
Normal 52 (78,8) banyak pada siswa yang positif metabolit
Kematangan usia tulang pestisida urinnya. Terdapat hubungan
Terlambat 28 (42,4) keterlambatan usia tulang dengan kejadian
Sesuai umur 38 (57,6)
stunting.
Metabolit pestisida dalam urin
Positif 15 (22,7)
Negatif 51 (77,3) Tabel 5. Hubungan Kematangan Usia Tulang
dengan Kejadian Stunting
Keterlibatan dalam pertanian
Ya 48 (72,7) Kejadian stunting
Tidak 18 (27,3) Kematangan
Stunting Normal p
Sumber: Data Primer usia tulang
Terlambat 12 (42,9%) 16 (57,1%)
0,001*
Tabel 3. Perbedaan Proposi Hasil Metabolit Tidak terlambat 2 (5,3%) 36 (94,7%)
Pestisida Urin Menurut Keterlibatan dalam Sumber: data primer
Pertanian
Keterlibatan Metabolit pestisida dalam Stunting atau ‘perawakan pendek’
dalam urin (‘shortness’) adalah suatu keadaan kurangnya
p
pertanian Positif Negatif panjang badan atau tinggi badan seseorang
Ya 14 (29,2%) 34 (70,8%) terhadap umurnya, yang penentuannya
0,087
Tidak 1 (5,6%) 17 (94,4%) dilakukan dengan menghitung skor Z indeks
Sumber: data primer Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) (Gibson,
2005). Seseorang dikatakan stunting bila nilai
Tabel 4. Perbedaan Proposi Kejadian Stunting skor Z tinggi badan menurut umur (HAZ atau
dan Kematangan Usia Tulang Menurut Hasil indeks TB/U) adalah kurang dari minus dua
Metabolit Pestisida dalam Urin standar deviasi (-2 SD) (WHO, 2006). Stunting
Metabolit pestisida menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan
Variabel dalam urin p linier pada seseorang. Masalah stunting
pada anak perlu menjadi perhatian, karena
Positif Negatif
merupakan refleksi kualitas sumberdaya
Kejadian stunting
Stunting (pendek) 4 (26,7%) 10 (19,6%) 0,819
manusia di masa mendatang. Stunting
Normal 11 (73,3%) 41 (80,4%) merupakan indikator kesehatan anak yang
Kematangan usia memberikan gambaran dari sejarah gizi pada
7 (46,7%) 21 (41,2%) masa lalu, keadaan lingkungan dan sosial
tulang
0,935
Terlambat
8 (53,3%) 30 (58,8%) ekonomi (Gibson, 2005).
Sesuai umur Stunting meningkatkan risiko dan angka
Sumber: data primer kesakitan pada masa anak, khususnya di negara-
negara sedang berkembang (The Lancet’s
Kejadian stunting lebih banyak pada Series 2008). Berkaitan dengan meningkatnya
siswa dengan keterlambatan usia tulang (42,9%) risiko dan angka kesakitan tersebut, stunting
dibanding siswa yang usia tulangnya termasuk juga menyebabkan gangguan fisik maupun
kategori normal (5,3%). Hasil uji Chi-square fungsional pada anak (The Lancet’s Series,
menunjukkan terdapat hubungan bermakna 2008). Stunting berkontribusi 14,5% terhadap
(p=0,001). kematian dan 12,6% terhadap gangguan
Hasil penelitian pada siswa usia SD kemampuan fungsional (disability adjusted
di daerah pertanian Kabupaten Brebes life years) pada anak balita (The lancet’s series,

99
Apoina Kartini, dkk / Kejadian Stunting dan kematangan usia tulang

2008). Kondisi stunting diduga berhubungan kesehatan. Kondisi ini merupakan faktor
dengan sistem imunitas. Penelitian di Afrika predisposisi yang membuat anak menjadi lebih
membuktikan adanya peningkatan insidens, rentan terhadap berbagai penyakit infeksi,
derajat keparahan dan durasi (lama sakit) sehingga memperberat atau bahkan penyebab
malaria pada kelompok anak dengan stunting utama terjadinya gangguan tumbuh-kembang
(Verhoef, 2002). anak (Nandy, 2004).
Stunting merupakan hasil dari Gangguan pertumbuhan dapat juga
kekurangan gizi kronis yang menghambat disebabkan oleh faktor lingkungan, salah
pertumbuhan linier (Caulfield, 2006). Suatu satunya adalah adanya peran dari bahan kimia
kondisi yang mengganggu kemampuan berbahaya di lingkungan yang dapat menganggu
individu untuk menyerap makanan fungsi hormon (Endocrine disrupting chemicals/
dapat menyebabkan terjadinya gangguan EDCs). Pestisida merupakan salah satu bahan
pertumbuhan. Kegagalan pertumbuhan dapat kimia yang sering digunakan dalam kegiatan
disebabkan oleh tidak memadainya asupan pertanian dan tergolong sebagai EDCs
dari satu atau lebih zat gizi termasuk energi, (Diamanti-Kandarakis, 2009).
protein, atau mikronutrien seperti besi, seng, Pestisida adalah substansi yang
fosfor, vitamin D, vitamin A dan vitamin C. digunakan untuk mencegah atau membunuh
Masyarakat di negara berkembang biasanya hama (pest), yakni organisme yang bersaing
mengalami kekurangan zat gizi mikro dalam untuk mendapatkan makanan, mengganggu
asupan makan sehari-harinya. Seseorang kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan
yang mengalami kekurangan zat gizi besi manusia. Penggunaan pestisida sudah sangat
dalam makanannya, biasanya juga berrisiko meluas, berkaitan dengan dampak positifnya,
kekurangan zat gizi seng dan mungkin juga yaitu meningkatnya produksi pertanian
kalsium (Branca, 2002) dan menurunnya penyakit-penyakit yang
Konsumsi zat gizi makro, seperti penularannya melalui perantaraan makanan
energi, protein, dan zat gizi mikro, seperti (food-borne diseases) atau pun vektor (vector-
Zn, zat besi yang kurang, terutama pada borne diseases) (Weiss, 2004). Idealnya,
masa pertumbuhan, akan mengganggu proses pestisida mempunyai efek toksik hanya pada
pertumbuhan seorang anak yang berdampak organisme targetnya, yaitu hama. Namun,
pada stunting (Mikhail et al. 2013). Selain faktor pada kenyataannya, sebagian besar bahan aktif
konsumsi makanan, stunting juga dipengaruhi yang digunakan sebagai pestisida tidak cukup
oleh faktor genetik, yaitu tinggi badan orangtua spesifik toksisitasnya, sehingga berdampak
(Ferreira, 2009; Candra, 2011). Beberapa negatif terhadap kesehatan (manusia) (Costa
penelitian juga menunjukkan bahwa riwayat 2008). Sampai saat ini, terdapat sekitar 20.000
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan jenis produk pestisida dengan sekitar 900
faktor risiko stunting (Vitolo 2008; El-Taguri, jenis bahan aktif yang telah terdaftar, dengan
2008; Candra, 2011; Mardani, 2015). Penelitian tujuan pemakaian sebagai insektisida, mitisida,
di Iran membuktikan bahwa determinan herbisida, rodentisida, nematosida, fungisida,
utama stunting pada anak usia sekolah adalah fumigan, pengawet kayu, dan pengatur
berat badan lahir, usia ibu, dan tinggi badan pertumbuhan tanaman (plant growth regulator)
ayah (Esfarjani, 2013). Infeksi berulang (Weiss, 2004).
(kronis), seperti infeksi saluran pernafasan Anak yang lahir dan dibesarkan di daerah
akut (ISPA) dan diare, juga merupakan pertanian berisiko mengalami paparan pestisida
penyebab utama terjadinya gangguan tumbuh- sejak kecil, bahkan sejak di dalam kandungan,
kembang pada anak. Penelitian pada anak karena sebagian besar WUS, termasuk ibu
balita di Nepal menyimpulkan bahwa ISPA hamil, ikut terlibat dalam kegiatan pertanian.
dan diare merupakan faktor risiko stunting Penelitian di Cina membuktikan bahwa riwayat
(Paudel, 2012). Status sosial-ekonomi yang paparan pestisida golongan organofosfat pada
buruk menyebabkan keluarga tidak mampu ibu hamil merupakan faktor risiko kejadian
menyediakan asupan gizi yang cukup dan gangguan tumbuh-kembang pada neonatus
lingkungan rumah yang memenuhi syarat (Zhang, 2014). Pada anak usia SD, paparan

100
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

pestisida dapat terjadi secara langsung yakni akan membantu hasil pengobatan yang baik
karena keterlibatan mereka dalam kegiatan (Huang, 2010). Paparan oleh bahan kimia
pertanian, atau secara tidak langsung yakni yang tergolong EDCs dapat mengganggu
melalui kontak dengan lingkungan, baik air, fungsi tiroid sehingga disebut juga sebagai
tanah, maupun makanan yang terkontaminasi thyroid disrupting chemicals (TDCs) (Crofton,
oleh residu pestisida. 2009). Adanya gangguan fungsi tiroid dapat
Kematangan usia tulang merupakan berdampak terhadap tumbuh-kembang
komponen kunci dalam evaluasi pertumbuhan seseorang.
anak. Penilaian kematangan tulang ditentukan Penelitian pada binatang (Jeong, 2006)
melalui pengukuran “Bone Age” (BA), yaitu dan pada manusia (Zaidi, 2000; Crofton,
pemeriksaan foto rontgen tulang pergelangan 2008; Suhartono, 2012) membuktikan bahwa
tangan sebelah kiri. Pengerasan tulang trabekular paparan pestisida dapat mengganggu fungsi
terjadi dalam pola yang dapat diprediksi, tiroid, yaitu suatu kondisi kelenjar tiroid tidak
sehingga penilaian kematangan tulang dapat dapat memproduksi hormon T4 dan T3 yang
dilakukan pada beberapa pusat osifikasi cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
kemudian dibandingkan gambaran radiografi Kadar hormon tiroid yang rendah dalam masa
standar untuk laki-laki dan perempuan. pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya
BA kemudian dapat dibandingkan dengan stunting (Australian Paediatric Endocrinology
usia kronologis individu sebagai indikator Group, 2011). Pada anak dengan hipotiroidisme
kecepatan pertumbuhan, potensi pertumbuhan akan terjadi keterlambatan pertumbuhan
selanjutnya, dan dengan menggunakan ± SD (Rose, 2005).
reference dapat disimpulkan termasuk kategori Growth Hormone (GH) dan Insuline-
terlambat (delay) atau normal. Pemeriksaan like Growth Factor (IGF-1), merupakan
foto rontgen tunggal pada tangan kiri dianggap hormon yang sangat diperlukan dalam proses
representatif untuk menilai pusat osifikasi pada pertumbuhan dan metabolisme selama
umumnya dan dengan demikian menghindari kehidupan. GH sangat diperlukan dalam
paparan radiasi untuk pemeriksaan radiografi pertumbuhan pada masa bayi, dan juga
seluruh tulang (Nilsson, 2005). berperan penting di jaringan perifer terhadap
Pemeriksaan metabolit pestisida dalam proses metabolisme energi, komposisi tubuh,
urin merupakan metode pemeriksaan yang metabolisme tulang, sistem imun, dan
cukup sensitif dan reliabel untuk menentukan fungsi otot. Di Sistem Saraf Pusat (SSP) GH
adanya paparan pestisida pada seseorang berpengaruh terhadap fungsi appetite (nafsu
(Egeghy, 2011). Metode pemeriksaan tersebut makan), kognisi dan tidur (Skottner, 2012).
tidak invasif, sehingga sangat memungkinkan Sementara itu, IGF-1 merupakan hormon
dilakukan pada anak, meskipun ada polipeptida yang berfungsi sebagai mitogen
keterbatasan yakni hanya menggambarkan dan stimulator proliferasi sel dan berperan
paparan saat ini, karena pestisida golongan penting dalam proses perbaikan dan regenerasi
organofosfat cepat dimetabolisme dan jaringan. IGF-1 juga memediasi proses anabolik
diekskresi dari dalam tubuh, dengan waktu protein dan meningkatkan aktivitas GH untuk
paruh 2 jam sampai beberapa hari (Wessels, pertumbuhan linier (Skottner, 2012; Laron,
2003). 2001). Paparan bahan toksik dari lingkungan
Beberapa hormon yang berperan dalam juga dapat mengganggu sintesis dan/atau sekresi
proses pertumbuhan antara lain hormon hormon pertumbuhan (Insulin-like Growth
tiroid, Growth Hormone (GH) dan Insuline- Hormone/IGF-1) (Boada LD, 2007). Penelitian
like Growth Factor (IGF-1). Hormon tiroid di Spanyol menunjukkan bahwa kadar IGF-
adalah pengatur metabolisme tubuh dan sangat 1 serum anak laki-laki usia 6-15 tahun yang
penting untuk fungsi sebagian besar sistem terpapar pestisida golongan organoklorin
organ tubuh. Status tiroid normal pada masa lebih rendah secara signifikan dibanding yang
anak diperlukan untuk pertumbuhan normal tidak terpapar (Zumbado, 2010). Kadar IGF-1
dan perkembangan saraf. Gangguan fungsi dalam serum berhubungan dengan gangguan
tiroid yang dapat dideteksi pada tahap awal pertumbuhan. Hasil penelitian pada anak

101
Apoina Kartini, dkk / Kejadian Stunting dan kematangan usia tulang

prasekolah di Senegal menunjukkan bahwa Caulfield LE, et al. 2006. Stunting, Wasting, and
terdapat hubungan antara kadar IGF-1 dengan Micronutrient Deficiency Disorders. In:
stunting. Disease control priorities in developing
countries, 2nd edition. World Bank Group,
Washington (DC).
Penutup
Costa LG, 2008 Toxic effects of pesticides. In: L.J.
Kejadian stunting sebanyak 21,2% dan Casarett & J. Doull, eds. 2008. Toxicology.
siswa yang mengalami keterlambatan usia The basic science of poisons. 7th ed. New York:
tulang sebanyak 42,4%. Proporsi siswa yang Macmillan Publishing Company: 883-930.
hasil metabolit pestisida dalam urinnya positif Crofton KM, 2008. Thyroid Disrupting Chemicals:
lebih banyak pada yang terlibat dalam kegiatan Mechanisms and Mixtures. International
pertanian (29,2%) dibanding siswa yang tidak Journal of Andrology, 31(2): 209-223.
terlibat dalam kegiatan pertanian (5,6%). Diamanti-Kandarakis E, et al. 2009. Endocrine-
Proporsi stunting lebih banyak pada siswa disrupting Chemicals. An Endocrine Society
dengan metabolit pestisida urin positif (26,7%) Scientific Statement. Endocrine Reviews,
30(4): 293-342.
dibanding yang negatif (19,6%). Siswa dengan
Egeghy PP, et al. 2011. Review of Pesticide Urinary
usia tulang termasuk kategori terlambat lebih Biomarker Measurements from Selected
banyak proporsinya pada yang metabolit US EPA Children’s Observational Exposure
pestisida urin positif (46,7%) dibanding yang Studies. Int. J. Environ. Res. Public Health;
negatif (41,2%). Kejadian stunting lebih banyak 8:1727-1754.
pada siswa yang mengalami keterlambatan El-Taguri A, et al. 2008. Risk Factors for Stunting
usia tulang (42,9%) dibanding siswa dengan Among Under-fives in Libya. Public Health
usia tulang normal (5,3%). Terdapat hubungan Nutrition, 12(8):1141-1149.
bermakna usia tulang dengan kejadian stunting Esfarjani F, Roustaee R, Mohammadi F, Esmaillzadeh
(p=0,001). A, 2013. Determinants of Stunting in School
Aged Children of Tehran, Iran. International
Journal of Preventive Medicine, 4(2):173-179.
Ucapan Terima Kasih Ferreira HS, et al. 2009. Short Stature of Mothers
Terima kasih kepada Direktorat Riset from an Area Endemic for Undernutrition
dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti is Associated with Obesity, Hypertension
yang telah memberikan dana melalui penelitian and Stunted Children: a Population-Based
Hibah Kompetensi Tahun 2015 serta Lembaga Study in the Semi-arid Region of Alagoas,
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Northeast Brazil. British Journal of Nutrition,
(LPPM) Universitas Diponegoro yang telah 101: 1239-1245.
memfasilitasi kegiatan penelitian ini. Gibson RS, 2005. Principles of Nutritional
Assessment, Second Edition. Oxford
University Press, Inc., New York.
Daftar Pustaka
Huang SA, 2010. Thyroid. In: Pediatric practice,
Boada LD, et al. 2007. Serum Levels of Insulin-
Endocrinology. (editors: Kappy MS, Allen
like Growth Factor-I in Relation to
DB, Geffner ME). The McGraw-Hill
Organochlorine Pesticides Exposure. Growth
Companies, Inc. New York: 107-129.
Horm IGF Res, 17: 506-511.
Jeong S, et al. 2006. Effect of Chlorpyrifos-methyl
Branca F, Ferrari M, 2002. Impact of Micronutrient
on Steroid and Thyroid Hormones in Rat F0-
Deficiencies on Growth: The Stunting
and F1- Generations. Toxicology Division.
Syndrome. Ann Nutr Metab 2002,46(suppl
National Veterinary Research and Quarantine
1):8-17.
Service. Copyright© Elsevier Ireland Ltd.
Brito GNO and de Onis M, 2006. Growth Status and
Kar BR, Rao SL and Chandramouli BA, 2008.
Academic Performance in Brazilian School
Cognitive Development in Children with
Age Children. Growth Retardation Impairs
Chronic Protein Energy Malnutrition.
Mathematical, but not Reading and Spelling
Behavioral and Brain Function: 4: 31.
Abilities. Arq Neuropsiquiatr; 64(4):921-925.
Kementerian Kesehatan RI, Badan Litbangkes, 2013.
Candra A, Puruhita N, and Susanto JC, 2011. Risk
Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013.
Factors of Stunting Among 1-2 Years Old
Laron Z, 2001. Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-
Children in Semarang City. Media Medika
1): a Growth Hormone. J Clin Pathol: Mol
Indonesiana, 45(3):206-212.
Pathol; 54:311–316.

102
KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Mardani RAD, Wetasin K, dan Suwanwaiphatthana Severity of Malaria Associated Anemia in


W, 2015. Faktor Prediksi yang Mempengaruhi African Children. Pediatrics;110:e48.
Terjadinya Stunting pada Anak Usia di Bawah Vitolo MR, et al. 2008. Some Risk Factors Associated
Lima Tahun. Jurnal Kemas, 11(1):1-7. With Overweight, Stunting and Wasting
Mikhail WZA, et al. 2013. Effect of Nutritional Status among Children Under 5 Years Old. Jornal
on Growth Pattern of Stunted Preschool de Pediatria, 84 (3):251-257.
Children in Egypt. Academic Journal of Watanabe K, et al. 2005. Early Childhood
Nutrition 2(1):01-09. Development Interventions and Cognitive
Nandy S, et al. 2005. Poverty, child Undernutrition Development of Young Children in Rural
and Morbidity: New Evidence from India. Vietnam. The Journal of Nutrition, 135:
Bulletin of the World Health Organization; 1918–1925.
83(3):210-216. Weiss B, Amler S & Amler RW, 2004. Pesticides.
Nilsson O, et al. 2005. Endocrine Regulation of the Pediatrics, 113, pp.1030-1036.
Growth Plate. Hormone Research, 64:157– Wessels D, Barr DB, and Mendola P, 2003. Use of
165. Biomarkers to Indicate Exposure of Children
Paudel R, et al. 2012. Risk Factors for Stunting to Organophosphate Pesticides: Implications
Among Children: a Community Based for a Longitudinal Study of Children’s
Case Control Study in Nepal. Kathmandu Environmental Health. Environ Health
University Medical Journal, 10(3):18-24. Perspect 111:1939–1946.
Prendergast AJ, Humphrey JH, 2014. The Stunting WHO Multicentre Growth Reference Study Group,
Syndrome in Developing Countries. 2006. WHO Child Growth Standards: Length/
Paediatrics and International Child Health height-for-age, weight-for-age, weight-for-
2014 Vol. 000 No. 000:1-16. length,weight-for-height and body mass
Rose SR, Vogiatzi MG and Copeland KC, 2005. A index-for-age: Methods and development.
General Pediatric Approach to Evaluating a Geneva, World Health Organization.
Short Child. Pediatrics in Review, vol. 26:410- Available at: http://www.who.int/
419. childgrowth/standards/technical_report/en/
Skottner A, 2012. Biosynthesis of Growth Hormone index.html
and Insulin-Like Growth Factor-I and the Zaidi SSA et al, 2000. Assessment of Thyroid
Regulation of their Secretion. The Open Function in Pesticide Formulators. Human
Endocrinology Journal, 6, (Suppl 1: M2) 3-12. & Experimental Toxicology, 19 (9), pp.497-
Sokolovic N, et al. 2014. Catch-up Growth Does 501.
not Associate with Cognitive Development Zhang Y, et L. 2014. Prenatal Exposure to
in Indian school-age children. European Organophosphate Pesticides and Neuro
Journal of Clinical Nutrition, 68:14–18. Behavioral Development of Neonates: a Birth
Suhartono, et al. 2012. Pajanan Pestisida sebagai Cohort Study in Shenyang, China. PLoS ONE
Faktor Risiko Hipotiroidisme pada Wanita 9(2): e88491. doi:10.1371/journal. www.
Usia Subur di Daerah Pertanian. Media plosone.org.
Medika Indonesiana, 46 (2):91-99. Zumbado M, et al. 2010. Insulin-like Growth Factor-I
The Lancet’s series on Maternal and Child (IGF-I) Serum Concentration in Healthy
Undernutrition Executive Summary. 2008. Children and Adolescents: Relationship to
(http://tc.iaea. org/tcweb/abouttc/tcseminar/ level of contamination by DDT-derivate
Sem6-ExeSum.pdf). pesticides. Growth Hormone & IGF Research
Verhoef H, et al. 2002. Stunting may Determine the 20:63-67.

103

Anda mungkin juga menyukai