Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Infeksi
saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal), saluran
telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan
dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpang cairan ditelinga
tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media
sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak-anak di
bawah usia 15 tahun.
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
(Smeltzer, 2001).
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).

B. Etiologi
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari
otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa
tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah juga akan terganggu.
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya
(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan
rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin
besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA
dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal.
3. Bakteri-bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab
adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella
catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,
Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

C. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA)
yang diebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati
tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat
menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran
tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan
stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di
belakang membran timpani. Jika sekret bertambah banyak maka akan
menyumbat saluran eustachius, sehingga pendengaran dapat terganggu karena
membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus, stapes) yang
menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan mengalami


nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih
dari dua bulan dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila
faktor hygiene kurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak
adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.

D. Manifestasi klinis
Secara umum, manifestasi klinis yang biasa ditemukan pada pasien
dengan otitis media akut :
1. Othalgia (nyeri telinga)
2. Demam, batuk, pilek
3. Membran timpani abnormal
4. Gangguan pendengaran
5. Keluarnya sekret di dari telinga berupa nanah
6. Anak rewel, menangis, gelisah
7. Kehilangan nafsu makan.

E. Pemeriksaan penunjang
Berikut pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan :
1. Otoskopi
Adalah pemeriksaan telinga dengan menggunakan otoskop
terutama untuk melihat gendang telinga. Pada otoskopi didapatkan hasil
adanya gendang telinga menggembung, perubahan warna gendang telinga
menjadi kemerahan atau kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
2. Otoskop pneumatic
Merupakan alat pemeriksaan bagi mobilitas membrane timpani
pasie terhadap tekanan yang diberikan. Membrane timpani normal akan
bergerak apabila diberi tekanan. membrane timpani yang tidak bergerak
disebabkan oleh akumulasi cairan didalam telinga tengah, perforasi atau
timpanosklerosis. Pemeriksaan ini meningkatkan sensivitas diagnosis
OMA namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop
biasa.
3. Timpanometri
merupakan konfirmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah.
Timpanometri juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan mudah
menilai patensi tabung miringotomi dengan mangukur peningkatan
volume liang telinga luar. Timpanometri punya sensivitas dan spesifitas
70-90% untuk deteksi cairan telinga tengah, tetapi tergantung kerjasama
pasien. Pemeriksaan dilakukaan hanya dengan menempelkan sumbat ke
liang telinga selama beberapa detik, dan alat akan secara otomatis
mendeteksi keadaan telinga bagian tengah.
4. Timpanosintesis
Timpanosintesis diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga
tengah, bermmanfaat pada pasien yang gagal diterapi dengn berbagai
antibiotika, atau pada imuno defisiensi. Timpanosintesis merupakan fungsi
pada membran timpani, dengan analgesia lokal untuk mendapatkan sekret
dengan tujuan pemeriksaan dan untuk menunjukkan adanya cairan di
telinga tengah dan untuk mengidentifikasi patogen yang spesifik.
5. Uji rinne
Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang dan
hantara udara telinga pasien.
Langkah :
Tangkai penala digetarkan lalu ditempelkan pada prosesus mastoid
(hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar. Penala kemudian
dipindahkan kedepan teelinga sekitar 2.5 cm. Bila masih terdengar disebut
Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).
6. Uji webber
Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang kiri
dengan telinga kanan.
Langkah :
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala
(diverteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut
Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat diberdakna ke arah
telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak lateralisasi.
7. Uji swabach
Tes pendengaran untuk membandingkan dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal.
Langkah :
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera
dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila masih dapat mendengar disebut Schwabach
memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang
dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus
pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut
Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-
sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.

F. Penatalaksanaan
Berdasarkan stadium
1. Stadium okulasi, bertujuan untuk membuka tuba eustachius. Diberikan
obat tetes hidung.
a) HCL Efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak umur kurang
dari 12 tahun
b) HCL Efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak umur diatas 12
tahun
2. Stadium presupurasi, diberikan antibiotic, obat tetes hidung dan anlgetik,
antibiotic diberikan minimal selama 7 hari. Bila membrane timpani sudah
hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Untuk terapi awal
diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat dalam darah
3. Stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 serta
antibiotic selama 3 minggu
4. Stadium resolusi,biasanya akan tampak secret keluar. Pada keadaan ini
dapat dilanjutkan antibiotic sampai 3 minggu.

G. Komplikasi

1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara
benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah
termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberian
antibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang

H. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terjadinya OMA pada anak antara lain:
1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok
Pathway

ISPA/bakteri

Telinga tengah

Melewati tuba eustachius

Terjadi Peningkatan Tekanan Pengobatan tak


peradangan dan reproduksi udara telinga tuntas/episode
pembengkakan cairan tengah berulang
pd saluran tsb selulosa menurunn

Nyeri Menyumbat Retraksi


membran Infeksi berlanjut
saluran
timpani dapat sampai
eustachius
telinga dalam

Hantaran Kurangnya
informasi Tindakan
suara/udara
mastoidektomi
yg diterima
menurun
Defisiensi
pengetahuan Resiko
infeksi
Gangguan
persepsi
sensori
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Kasus

Anak N berumur 12 tahun datang ke RS diantar ibunya. An.N


mengeluh nyeri telinga seperti tertusuk-tusuk dan berlangsung lama serta
ketajaman pendengarannya menurun pada telinga sebelah kiri di sertai dengan
keluarnya kotoran telinga yang berbau sejak 2 minggu yang lalu. Klien
tampak meringis, Setelah di lakukan pengkajian, di dapatkan hasil berikut :
dalam satu tahun terakhir, klien sudah mengalami ISPA. Akhir-akhir ini klien
sering mengalami batuk, pilek, demam. Hasil TTV TD :110/80 mmHg, N
:100x/m, RR: 20x/m, S: 390C. Klien mengatakan sering mengorek kuping
dengan bagian bawah peniti bahkan sampai pernah sampai berdarah. Hasil
pemeriksaan otoskopis di peroleh membrane timpani tampak merah,
menggelembung, dan mengalami perforasi. Klien diberikan terapi antibiotic
sprectum luas dan obat tetes telinga. Klien bertanya kenapa bisa terkena
penyakit ini. Diagnosa medis klien otitis media

B. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Agens cedera fisik Nyeri Akut
1. P : nyeri
Q: seperti tertusuk-
tusuk
R : telinga kiri
S:7
T : berlangsung lama
DO :
1. Didapatkan hasil
pemeriksaan otoskopis
di peroleh membrane
timpani tampak merah,
menggelembung, dan
mengalami perforasi
DS : Kurang Resiko Infeksi
1. Klien mengatakan pengetahuan
ketajaman terhadap pajanan
pendengarannya patogen
menurun pada telinga
sebelah kiri di sertai
dengan keluarnya
kotoran telinga yang
berbau sejak 2 minggu
yang lalu.
2. Klien mengatakan
sering mengorek
kuping dengan bagian
bawah peniti bahkan
sampai pernah sampai
berdarah.
3. Klien mengeluh
Akhir-akhir ini klien
sering mengalami
batuk, pilek, demam.
DO :
1. S : 390C
2. Di dapatkan hasil
pemeriksaan otoskopis
di peroleh membrane
timpani tampak merah,
menggelembung, dan
mengalami perforasi
DS : Kurang sumber Defisiensi
1. Klien mengatakan pengetahuan pengetahuan
sering mengorek
kuping dengan bagian
bawah peniti bahkan
sampai pernah sampai
berdarah.
2. Klien mengatakan
ketajaman
pendengarannya
menurun pada telinga
sebelah kiri di sertai
dengan keluarnya
kotoran telinga yang
berbau sejak 2 minggu
yang lalu.
DO :
1. Klien bertanya kenapa
bisa terkena penyakit
ini.

C. Diagnosa prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agens cedera fisik ditandai dengan
DS : P : nyeri
Q: seperti tertusuk-tusuk
R : telinga kiri
S:7
T : berlangsung lama
DO : Didapatkan hasil pemeriksaan otoskopis di peroleh membrane
timpani tampak merah, menggelembung, dan mengalami perforasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap pajanan


pathogen ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan ketajaman pendengarannya menurun pada
telinga sebelah kiri di sertai dengan keluarnya kotoran telinga yang
berbau sejak 2 minggu yang lalu.
- Klien mengatakan sering mengorek kuping dengan bagian bawah
peniti bahkan sampai pernah sampai berdarah.
- Klien mengeluh Akhir-akhir ini klien sering mengalami batuk,
pilek, demam.

DO :
- S : 390C
- Di dapatkan hasil pemeriksaan otoskopis di peroleh membrane
timpani tampak merah, menggelembung, dan mengalami perforasi
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan sering mengorek kuping dengan bagian bawah
peniti bahkan sampai pernah sampai berdarah.
- Klien mengatakan ketajaman pendengarannya menurun pada telinga
sebelah kiri di sertai dengan keluarnya kotoran telinga yang berbau
sejak 2 minggu yang lalu.
DO : Klien bertanya kenapa bisa terkena penyakit ini.
D. Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan a Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama 2x24 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan Agens jam diharapkan msalah konfrehensih yang
cedera fisik nyeri teratasi dengan kriteria menliputi lokasi,
ditandai dengan hasil : karakteristik, durasi,
DS : 1. Kontrol nyeri frekuensi, kualitas,
1. P : nyeri Indikator Awal akhir beratnya nyeri dan factor
Q: seperti Melaporkan pencetus
tertusuk-tusuk nyeri yang 4 2 2. Gali bersama pasien
R : telinga kiri terkontrol factor-faktor yang dapat
S:7 menurunkan atau
T : berlangsung 2. Tingkat nyeri memperberat nyeri
lama Indikator Awal akhir 3. Kendalikan factor
DO : Ekspesi lingkungan yang dapat
1. Didapatkan hasil nyeri wajah 2 4 mempengaruhi respon
pemeriksaan pasien terhadap
otoskopis di kenyamanan
peroleh 4. Kolaborasikan dengan
membrane pasien,oerang terdekat
timpani tampak dan tim kesehatan lainnya
merah, untuk memilih dan
menggelembung, mengimplementasikan
dan mengalami tindakan penurun nyeri
perforasi non farmakologi
5. Dukung istrahat yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
b Pemberian analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi
obat
2. Pilih analgesic atau
kombinasi analgesic yang
sesuai ketika lebih dari
satu yang diberikan
3. Berikan kebutuhan
Kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penutunan
nyeri
4. Berikan analgesic sesuai
waktu paruhnya
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Perawatan telinga
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor fungsi auditori
dengan kurang diharapkan msalah resiko 2. Monitor struktur anatomi
pengetahuan infeksi teratasi dengan kriteria telinga untuk tanda dan
terhadap pajanan hasil : gejala infeksi
pathogen 1. Kontrol resiko : proses infeksi 3. Lakukan tes pendengaran
ditandai dengan Indikator Awal Akhir dengan tepat
DS : Mengeta 4. Bersihkan telinga luar
1. Klien hui menggunakan whaslap
mengatakan perilaku 4 2 yang dibalut ke jari
ketajaman yang tangan
pendengarannya berhubun 5. Monitor tumpukkan
menurun pada gan serumen yang berlebihan
telinga sebelah dengan 6. Pertimbangkan irigasi
kiri di sertai resiko telinga untuk mengangkat
dengan infeksi serumen yang berlebihan
keluarnya Melakuk 7. Instruksikan orang tua
kotoran telinga untuk meyakinkan agar
yang berbau an anak tidak memasukkan
sejak 2 minggu tindakan benda asing ke dalam
yang lalu. segera 4 2 telinga
2. Klien untuk 8. Berikan obat tetes
mengatakan mengura telingan jika diperlukan
sering ngi
mengorek resiko
kuping dengan
bagian bawah
peniti bahkan
sampai pernah
sampai
berdarah.
3. Klien mengeluh
Akhir-akhir ini
klien sering
mengalami
batuk, pilek,
demam.
DO :
1. S : 390C
2. Di dapatkan hasil
pemeriksaan
otoskopis di
peroleh
membrane
timpani tampak
merah,
menggelembung
, dan mengalami
perforasi
Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Perawatan telinga
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam 1. Perawat menjelaskan cara
berhubungan diharapkan msalah defisiensi perawatan telinga yang
dengan kurang pengetahuan teratasi dengan benar
sumber kriteria hasil : 2. Anjurkan klien untuk
pengetahuan 1. Pengetahuan : manajemen tidak menggunakan benda
ditandai dengan infeksi asing atau benda tajam ke
DS : Indikator Awal Akhir telinga
1. Klien Tanda dan 2 4 3. Jelaskan pada klien dan
mengatakan gejala keluar penyakit otitis
sering infeksi dapat terjadi
mengorek 4. Tekankan pada klien akan
kuping dengan pentingnya tes
bagian bawah pendengaran secara
peniti bahkan tahunan
sampai pernah 5. Instruksikan klien untuk
sampai membersihkan telinga
berdarah. 6. Instruksikan klien untuk
2. Klien menggunakan medikasi
mengatakan obat tetes telinga yang
ketajaman tepat\
pendengarannya 7. Instruksikkan klien
menurun pada mengenai tanda dan
telinga sebelah gejala yang perlu
kiri di sertai dilaporkan pada petugas
dengan kesehatan
keluarnya
kotoran telinga
yang berbau
sejak 2 minggu
yang lalu.
3. DO :
Klien bertanya
kenapa bisa
terkena penyakit
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, H. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic Noc. Jogjakarta: MediaAction.
Rikayuhelmi. (2012, November 7). Asuhan keperawatan pada klien otitis media.
Retrieved Desember 9, 2012, from Wordpress:
https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/12/09/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-otitis-media/
Ropiah, S. (2017, mei 26). Teknologi keperawatan. Retrieved from Academia
edu:https://www.academia.edu/33318261/Makalah_Otitis_Media_Akut_O
MA_
Herdman, T.Heather. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan :Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Ed.11 Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Nurjanah Intansari, Tumanggor Roxsana Devi 2013 Nursing Interventions


Classification (NIC) Mocomedia : Indonesia

Nurjanah Intansari, Tumanggor Roxsana Devi 2013 Pengukuran Outcomes


Kesehatan (NOC) Mocomedia : Indonesia

Anda mungkin juga menyukai