PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak yang saat ini menjadi prioritas utama yang
Banyak masalah tumbuh kembang yang terjadi pada anak salah satunya adalah
lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain seusianya, yang bersifat kronik
2018).
stunting di Asia Tenggara yang tertinggi yaitu Timor Leste dengan rata-rata
prevalensi sebesar 50,2%, pada urutan kedua yaitu India sebesar 38,4%.
Indonesia berada pada urutan ketiga Negara dengan prevalensi tertinggi balita
stunting sebesar 36,4% pada tahun 2005 sampai 2017, sementara Thailand
bangsa kita, tercatat 7,8 juta atau lebih dari sepertiga balita Indonesia
urutan ke 4 tertinggi kasus Stunting sesudah Timor Leste, Laos dan Kamboja.
Jika situasi ini dibiarkan maka anak-anak bisa menjadi generasi yang hilang
(WHO, 2018).
Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018, prevalensi anak balita stunting sebesar 30,8%. Angka ini
sebesar 20% ataupun lebih hal tersebut menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang perlu ditangani. Oleh sebab itu, walaupun angka prevalensi stunting
2018 adalah 38.20 %, pada tahun 2019 prevalensi balita stunting sebesar 38,73
sedangkan tahun 2020 hanya sebesar 3,90 % balita stunting. Hal ini
Kepulauan, 2020).
angkanya masih berada di atas standar yang dibuat oleh WHO yaitu sebesar
dimana pada tahun 2019 penurunan sebesar 1% dan pada tahun 2020
pengetahuan gizi ibu yang rendah tidak dapat menerapkan perilaku hidup sehat
dalam keluarga sehingga akan mengakibatkan masalah status gizi. Selain itu
protein, asupan lemak, asupan zink), riwayat BBLR, penyakit infeksi (ISPA
dan diare), dan pola pemberian makanan. Faktor tidak langsung adalah
dan KEK pada ibu hamil), santitasi lingkungan (personal hygiene) (Zainal
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dua yaitu ada dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek terjadi
verbal) pada anak tidak optimal, peningkatan biaya kesehatan. Sedangkan pada
dampak jangka panjang anak akan mengalami postur tubuh yang tidak optimal
yang kurang optimal saat anak sekolah serta produktivitas dan kapasitas kerja
ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Waworete bahwa. Hasil
rendah, terdapat 80% ibu yang memiliki pengetahuan rendah tentang makanan
bergizi, terdapat 60% anak balita tidak mendapatkan ASI secara eksklusif serta
masyarakat masih mengira bahwa kondisi anak khususnya balita yang pendek
merupakan faktor keturunan dan merupakan kejadian yang biasa yang terjadi
Waworete”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Ilmu Pengetahuan
menyebabkanstunting.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga
b. Bagi Puskesmas
E. Kebaruan Penelitian
Nama
Variabel Perbedaan
No Peneliti/ Judul
Penelitian Variabel Penelitian
Tahun
1 Agus Eka Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ibu,
Nurma Tingkat Pengetahuan pengetahuan ibu pemberian ASI
Yuneta dkk Ibu Dengan Status dan status gizi eksklusif pendapatan
(2020) Gizi Balita Di balita keluarga
Kelurahan Wonorejo
Kabupaten
Karanganyar
2 Nur Farida Faktor sosial, Faktor sosial, Pemberian ASI
Rahmawati ekonomi, dan ekonomi, dan akses eksklusif,
dkk (2020) pemanfaatan terhadap pelayanan Pengetahuan gizi ibu
posyandu dengan kesehatan dan pemberian ASI
kejadian stunting eksklusif
balita keluarga miskin
penerima PKH di
Palembang
Pengetahuan gizi
3 Yulistiana Faktor Stunting Pada Panjang badan ibu, pemberian ASI
Evayanti Balita Usia 12-59 lahir, berat badan eksklusif dan
dkk (2020) Bulan Di Upt. lahir, dan tingkat pendapatan keluarga
Puskesmas Gedung pendidikan ibu
Surian, Lampung
Barat
7 Erlita Nur Faktor – Faktor yang Usia anak, jenis Pengetahuan gizi
Andinidkk, Berhubungan dengan kelamin, berat ibu, pemberian ASI
(2020) Status Gizi pada Anak badan lahir, eksklusif pendapatan
Usia 0-23 Bulan panjang badan keluarga
Berdasarkan lahir, status gizi ibu
Composite Index of saat hamil, usia ibu
Anthropometric saat hamil, tinggi
Failure (CIAF) di badan ibu saat
Wilayah Kerja hamil, pekerjaan
Puskesmas Karangayu ibu, dan tingkat
Kota Semarang pendidikan.
Pengetahuan gizi
8 Evy Faktor-Faktor Yang Imunisasi Dasar, ibu, pendidikan ibu
Noorhasana Berhubungan Dengan Penyakit Infeksi, dan pendapatan
h dkk Kejadian Stunting Pemberian MP-
(2021) Pada Balita Di ASI, ASI eksklusif, keluarga
Wilayah Kerja
Puskesmas Tatah
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Stunting
kejadian stunting berasal dari faktor yang komplit. Balita dengan stunting
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan
tetapi, stunting baru terlihat setelah bayi berusia 2 tahun (Yuliana dan
Hakim, 2019).
Nilai z-score tinggi badan anak menurut umir yang (< - 2SD)
badan anak menurut umur yang (< -3 SD) . Kondisi anak dikatakan
normal apabila hasil dari antropometri nilai z-score tinggi badan menurut
kurangnya asupan gizi yang di dapatkan anak mulai dari janin. Anak
masa sebelum ibu hamil dan juga saat hamil. Bayi yang lahir dengan
kurang gizi merupakan efek dari ibu yang saat hamil mengalami kurang
b. Klasifikasi Stunting
Berdasarkan sumber Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(PB/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) pada balita sebagai
berikut:
Normal
Panjang Badan -2,0 SD s/d
menurut Umur (PB/U) 2 SD
atau Tinggi Badan Pendek
Menurut Umur (TB/U) < -3,0 SD
s/d < -2,0
SD
Sangat pendek
< -3,0 SD
Sumber Kemenkes, 2010
c. Penyebab Stunting
dibagi menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga,
penyakit infeksi. Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi menjadi faktor
yang kurang pada prakonsepsi, kehamilan, dan laktasi, tinggi badan ibu
aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitas dan
pasokan air yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang
kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai serta
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting
4) Usia 8-10 tahun anak lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact.
5) Pertumbuhan terhambat
malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pola gizi seimbang, bahaya
merokok/mengonsumsi narkoba.
f. Dampak Stunting
1) Dampak Kesehatan
ukuran atau dimensi seseorang yang dapat diukur dengan berat, ukuran
tumbuh yang ditandai dengan berat lahir rendah, kecil, pendek maupun
intelektual, emosi atau tingah laku yang merupakan hasil dari interaksi
dengan lingkungan sekeliling adalah define dari perkembangan. Anak
2) Dampak ekonomi
Stunting tidak hanya sebatas berdampak terhadap kesehatan,
13.000 triliun rupiah, maka kerugian yang akan dialami yaitu sekitar 260
kemampuan kognitif serta kesehatan yang kurang baik. Hal ini akan
kualitas hidup yang dijalanin pada masa sekarang, kualitas SDM tentu
waktu ini akan berdampak terhadap masa depan yang akan bersifat
persisten dan suklit diperbaiki. Efek dari hal ini tidak hanya akan terlihat
pada kondisi fisik melainkan jauh lebih buruk akan berdampak terhadap
menular semakin tinggi yang berakibat kualitas hidup yang akan lebih
Gizi kurang yang dialami dari saat menjadi janin akan berlanjut
stroke. Remaja stunting akan tumbuh menjadi dewasa yang pendek sebab
serta perilaku terjadi tidak maksimal yang diakibatkan oleh kurang gizi,
dan tidak langsung. Faktor penyebab secara langsung yang pertama yaitu,
asupan makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi
Perawatan anak yang tidak memadai meliputi kesehatan ibu yang buruk,
kurangnya pendidikan Ibu, Pola asuh yang salah, beban kerja ibu yang
berlebihan. Faktor lain seperti berat badan lahir, jenis kelamin, jumlah
anggota keluarga, pekerjaan orang tua dan BBLR juga menjadi faktor
a) Jenis Kelamin
yang tidak bisa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-anak,
dan serve stunting dari pada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan
dapat bertahan hidup dalam jumlah lebih besar dari pada bayi laki-laki
perempuan memasuki masa puber dua tahun lebih awal dari pada laki-
laki, dan dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi
Berat badan lahir adalah berat badan bayi ketika lahir atau
paling lambat berumur 1 hari dilihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS)
dimana bila berat badan lahir kurang dari 2.500 gram berarti berat
badan lahir rendah dan bila lebih dari atau sama dengan 2.500 gram
Anak yang diberikan ASI saja selama enam bulan pertama akan
dan vitamin A. biasanya, bayi yang baru lahir perlu menyusu, dengan
jarak antara 1,5 hingga 2 jam sekali menyusui. Biarkan bayi menyusu
bervariasi. Atau pada bayi yang baru lahir karena waktunya lebih
kenyang. Jika diberikan makanan pendamping ASI secara dini itu juga
2010).
d) Penyakit Infeksi
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
a) Pendidikan
optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi yang baik berupa
anak berumur 2 tahun, ibu punya cukup waktu untuk merawat bayi,
e) Sanitasi lingkungan.
lingkungan ini dapat dilihat dari hygiene dan sanitasi seperti akses
limbah dan sampah rumah tangga, akses terhadap sumber air bersih
a. Balita
Balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan usia yaitu usia bayi (0
sampai 2 tahun), golongan balita (2 sampai 3 tahun) dan usia pra sekolah
5 tahun.
yang mana terjadi pertumbuhan yang tidak begitu pesat jika dibandingkan
(2016) mengatakan siklus hidup pada masa balita merupakan periode emas
dalam proses perkembangan anak yang akan menjadi modal bagi fase
penuhi, sebab gangguan gizi yang dialami pada fase ini akan
kompleks, Vit C dan Vit A) serta mineral (Ca, yodium, fosfor, Fe dan Zn).
Orang tua dan keluarga sangat berperan dalam pemenuhan asupan gizi
Menurut Mardalena (2017), dalam ilmu gizi ada dua metode penilaian
Biokimia, Biofisik.
2) Penilaian status gizi tidak langsung terdiri dari survei tingkat makanan,
adalah tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan nilai Z skor <-2 SD
(Mardalena, 2017).
b. Pengukuran Antropometri
perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi sel, jaringan, organ tingkat
individu yang diukur dengan ukuran panjang, berat, umur tulang dan
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
eksternal/Lingkungan.
Metode antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi (karbohidrat dan lemak). Metode ini memiliki
objektif, siapa saja yang bisa dilatih mengukur, relatif murah, hasilnya
bisa sampel besar tepat, akurat, dapat menggambarkan riwayat gizi masa
lalu, bisa untuk skrining dan mengevaluasi gizi masa lalu. Selain
spesifik mengukur suatu zat gizi, bisa dipengaruhi faktor diluar gizi
1) Umur, yaitu bulan penuh untuk anak 0-2 tahun dan tahun penuh > 2
2) Berat badan menggunakan timbangan yang sesuai dan cara yang tepat.
3) Tinggi badan diukur pada posisi lurus dengan cara yang tepat.
5) Lingkar Dada
6) Lingkar Kepala
terdiri dari:
Tinggi >2 SD
Gemuk >2 SD
Gemuk >2 SD
1. Pendidikan Ibu
gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Seorang dengan pendidikan rendah
ibu mempengaruhi status gizi anak, dimana semakin tinggi pendidikan ibu
maka akan semakin baik pula status gizi anak. Tingkat pendidikan juga
pendidikan ibu maka semakin baik pula pemahaman dalam memilih bahan
karena ibu dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap
2020).
Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga
bisa diperoleh melalui pendidikan nonformal, seperti pengalaman pribadi,
Maka Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi akan mempengaruhi pola
balita adalah faktor pengetahuan ibu tentang gizi pada balita. Kurangnya
bangan balita terutama perkembangan otak, oleh karena itu penting untuk
Banyak orang tua terutama ibu yang tidak memperhati-kan asupan nutrisi
pada anak balitanya. Padahal anak usia balita rentan terhadap penyakit dan
ASI Ekslusif adalah pemberian hanya ASI saja bagi bayi sejak lahir
yang berupa ASI saja tanpa diberi cairan lain baik dalam bentuk apapun
kecuali sirup obat. ASI eksklusif diberikan minimal dalam jangka waktu
enam bulan. ASI saja dapat mencukupi kebutuhan bayi pada enam bulan
a. Sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang
status gizi bayi. Guna menjamin anak akan protein yang bermutu tinggi,
kacang-kacangan (leguminosa).
sebagian besar tidak diberikan ASI eksklusif. Anak tidak ASI eksklusif
4. Pendapatan Keluarga
uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membiayai
yang cukup dan gizi yang seimbang serta harganya terjangkau (Bappenas,
(UNICEF, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(p=0,004).
dan Upah Minimum Sektoral tahun 2020. Penetapan UMP tersebut dengan
C. Tinjauan Empiris
dilaksanakan seperti:
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Eka Nurma Yuneta dkk (2020)
dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi
adalah cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
balita usia 1-5 tahun dan semua balita di posyandu kelurahan Wonorejo. Hasil
analisis data menggunakan Kendall’s tau didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p <
0,05) yang menyatakan terdapat korelasi yang bermakna dan nilai korelasi
pada penelitian ini adalah sebesar 0,482 yang menyatakan kekuatan korelasi
sedang dengan arah yang positif. Dengan demikian terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dan status gizi balita di Kelurahan
Wonorejo.
judul “Faktor Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Upt. Puskesmas
menunjukkan bahwa ada hubungan berat badan lahir pada balita dengan
Ada hubungan panjang badan lahir pada balita dengan kejadian stunting di
kan terhadap kejadian stunting balita, yaitu. Pendidikan ibu dan pemanfaatan
banyak dan anak urutan ketiga dan selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya
penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 2 sampai 5 tahun yang
sampling. Analisa data meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
antara variabel panjang badan lahir (p=0,000), berat badan lahir (p=0,05),
BAB III
KERANGKA KONSEP
perlukan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan. Jika pendidikan dan
menyajikan makanan yang memenuhi syarat gizi. Dengan pendidikan ibu yang
rendah, tidak dapat menerapkan perilaku hidup sehat dalam keluarga sehingga
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi pada balita
adalah faktor pengetahuan ibu tentang gizi pada balita. Kurangnya pengetahuan
terutama perkembangan otak, oleh karena itu penting untuk ibu dalam
terjadinya kejadian stunting. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif rentan
zat gizi yang cukup dan mendapat antibodi atau zat kekebalan yang akan
anak dan status gizi anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
ketersediaan pangan dalam rumah tangga sehingga akan tercukupi zat gizi
dalam keluarga. Sebaliknya jika pendapatan yang rendah maka akan
Sehingga pemenuhan zat gizi dalam keluarga tidak efesien dan berdampak
Pendidikan Ibu
Pengetahuan
z Ibu Tentang Gizi
Gizi
Lambatnya Penurunan
Pemberian ASI Eksklusif Prevalensi Stunting
Pendapatan Keluarga
Sanitasi Lingkungan
Keterangan :
= Variabel bebas
= Variabel terikat
= Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep
C. Variabel Penelitian
yang menjadi akibat adanya variabel bebas, yang mana dalam penelitian ini
yang diteliti.
1. Kejadian Stunting
dengan umur. Stunting adalah tinggi badan balita menurut umur (TB/U)
kurang dari -2 standar deviasi (SD) sehingga lebih pendek dari pada tinggi
Kriteria Objektif :
a. Pendek: Bila hasil pengukuran tabel Z- score-3SD sampai dengan -2 SD
-2 SD (Kemenkes, 2010).
2. Pendidikan Ibu
Tinggi
Sederajat
yang diukur dengan kuesioner. Pengetahuan ibu yang akan diukur meliputi:
dari jawaban yang didapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu
Kriteria Obyektif :
Memberikan hanya ASI saja untuk bayi yang baru lahir sampai berusia 6
bulan.
Kriteria Objektif :
a. ASI Eksklusif : Jika responden hanya memberikan ASI pada bayi sejak
(air putih, susu formula, madu, dll) pada usia sebelum 6 bulan.
4. Pendapatan Keluarga
Kriteria Objektif :
E. Hipotesis Penelitian
Waworete
Stunting
Puskesmas Waworete
Puskesmas Waworete
Puskesmas Waworete
Waworete
Waworete
Waworete
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
desain Cross Sectional Study dimana jenis penelitian yang menekankan waktu
pada satu saat (Nursalam, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk factor-faktor
Adapun desain penelitian dalam penelitian ini mulai dari awal hingga
Populasi/Sampel
2. Lokasi Penelitian
1. Populasi
balita.
2. Sampel
kemampuan dan populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini yaitu
berikut :
N
n= 2
1+ N (e )
Keterangan :
N : Jumlah Populasi
n : Jumlah sampel
129
n=
1+129 (0 ,1 x 0 ,1)
129
n=
1+1 , 29
129
n=
2 , 29
n=¿57
makan ditambahkan 10% dari besar sampel yang dihitung dengan rumus
n
n '=
(1−f )
Keterangan :
n : Jumlah sampel
57
n '=
(1−0 ,1)
57
n '=
(0 , 9)
stunting.
c.Metode Sampling
Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh
d. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
a) Ibu yang mempunyai balita stunting yang tercatat dalam rekam medik
Puskesmas Waworete
6 bulan
d)Jika ibu memiliki 2 anak balita maka yang menjadi sampel adalah anak
yang termuda.
2) Kriteria Eksklusi
berlangsung.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
2. Instrumen Penelitian
1) Validitas
a) Uji validitas
b. Reliabilitas
1) Uji Reliabilitas
sebagai berikut:
( )( )
2
K s r −Σsi ²
α=
K −1 Sx ²
Keterangan:
item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara interbal karena
memiliki reliabilitas yang kuat. Adapun kriteria reliabilitas instrument
Statistik 16.0 for windows. Hasil – hasil uji reliabilitas instrument yang
a. Kuesioner
Kuesioner berisi daftar pertanyaan terkait identitas responden dan
b. Alat Pengukuran
rata. Bila tidak ada meja, alat dapat diletakkan diatas tempat yang
b) Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan
dapat digeser.
e) Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus dan
kakibayi/anak.
pengukuran.
1. Pengolahan Data
Seluruh kuesioner yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan
kuesioner.
nilai/skor
komputer.
program SPSS.
2. Penyajian Data
disajikan dengan baik agar data tersebut dapat dimengerti. Pada penelitian
dengan kebutuhan dan jenis data kemudian akan di narasikan agar lebih
mudah dipahami.
F. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
f
P¿ x 100 %
N
Keterangan :
2. Analisis Inferensial
b) Uji Hipotesis
kemaknaan α = 0,05.
Keterangan :
x2 = nilai chi-square
n =jumlah sampel
a. Apabila X2hitung > X2tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada
b. Apabila X2hitung < X2tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
φ= √
x2
n
Keterangan :
φ = Kontigensi phi
G. Etika Penelitian
supaya mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Jika subjek menolak diteliti maka peneliti tidak
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika, dengan memberikan jaminan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu akan di laporkan pada waktu riset.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Keadaan Geografis
b. Keadaan Demografis
jiwa (47,43%)
terdiri dari tidak tamat SD, SD, SMP, SMA,SMK, DII, DIII,DIV/SI.
1) Tenaga Medis
Adapun jumlah tenaga medis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5. Jumlah Tenaga Medis di Wilayah Kerja Puskesmas
Waworete Tahun 2020
No Nama Jabatan Jumlah
1 Perawat 15
2 Bidan 7
3 Perawat Gigi 1
4 Tenaga Kefarmasian 1
8 Satpam 1
9 Sopir 1
10 Cleaning Servis 1
Total 36
adalah tenaga perawat yaitu sebanyak 15 orang dan yang paling terkecil
adalah perawat gigi, farmasi, petugas rekam medis, ahli gizi dan
2) Fasilitas Kesehatan
ISPA bukan Pneumonia sebanyak 2.027 kasus dan kasus paling sedikit yaitu
3. Karakteristik Responden
a. Umur Ibu
No Umur Ibu n %
1 21-30 tahun 15 23,4
2 31-40 tahun 37 57,9
3 41-50 tahun 12 18,7
Jumlah 64 100
(57,9%) dan umur yang paling sedikit terdapat pada umur 41-50 tahun
b. Pekerjaan Ibu
16 (25,0%)responden.
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-Laki 34 53,1
2 Perempuan 30 46,9
Jumlah 64 100
Tabel 10menunjukkan bahwa dari 64 responden,
d. Umur Balita
No Umur n %
1 1 tahun 7 10,9
2 2 tahun 23 35,9
3 3 tahun 18 28,1
4 4 tahun 12 18,6
5 5 tahun 4 6,2
Jumlah 64 100
dan umur yang paling sedikit terdapat pada umur 5 tahun sebanyak 4
balita (6,2%).
4. Analisis Data
a. Analisis Deskriftif
1) Kejadian Stunting
berikut:
2) Pendidikan Ibu
berikut:
5) Pendapatan Keluarga
No Pendapatan Keluarga n %
1 Tinggi 34 53,1
2 Rendah 30 46,9
Jumlah 64 100
Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 64 responden, terdapat 34
b. Analisis Inferensial
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data masing-masing variabel penelitian
berikut ini :
Pemberian ASI
2 0,000 Distribusi tidak normal
Eksklusif
2. Uji Hipotesis
berikut :
yang memiliki bayi stunting kategori sangat pendek. Hal ini berarti
Wilayah Kerja Puskesmas Waworete. Kemudian nilai Phi (φ)= 0,550. Hal
sangat pendek. Hal ini berarti responden yang tidak memberikan ASI
Kerja Puskesmas Waworete. Kemudian nilai Phi (φ)= 0,463. Hal ini
Wilayah Kerja Puskesmas Waworete. Kemudian nilai Phi (φ)= 0,529. Hal
sebagai berikut:
untuk memperoleh bahan pangan yang bergizi dipengaruhi juga oleh status
pengetahuan yang baik saja, atau pendapat yang sudah bagus belum dapat
hal-hal tersebut.
khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit
menyerap informasi gizi sehingga dapat berisiko mengalami balita
dapat biasanya akan kurang bevariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada
ibu maka proporsi masalah gizi balita semakin tinggi, begitu pula
sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu salah
rendah antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga dapat
ibu dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak mampu untuk memilih
disamping itu pada daerah penelitian rata-rata tingkat pendidikan ibu yang
seimbang bagi ibu dan balita pada saat dalam kandungan sudah rutin
dan daya tangkap terhadap pemenuhan gizi saat melahirkan ini menjadi
Komalasari dkk (2020)hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value
0,046< 0,05, artinya ada hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting
khususnya bidan dan kader Posyandu serta pihak terkait lainnya untuk
meningkatkan promosi kesehatan nutrisi bayi dan balita serta pada saat ibu
hamil guna menambah wawasan ibu terutama pada ibu dengan pendidikan
dasar agar mereka dapat memperoleh lebih banyak informasi yang tidak
Salah satu faktor penting yang mem-pengaruhi status gizi pada balita
balita terutama perkembangan otak, oleh karena itu penting untuk ibu dalam
tua terutama ibu yang tidak memperhati-kan asupan nutrisi pada anak
balitanya. Padahal anak usia balita rentan terhadap penyakit dan infeksi
upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai
tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan
kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu sudah baik
kacangan, ikan, tahu dan tempe dan terdapat 36 (56,2%) responden yang
keluarganya.
yang memiliki bayi stunting kategori pendek. Hal ini disebabkan karena
memiliki bayi stunting kategori sangat pendek. Hal ini berarti responden
dengan kategori pengetahuan ibu tentang gizi kategori kurang lebih banyak
Wilayah Kerja Puskesmas Waworete. Kemudian nilai Phi (φ)= 0,550. Hal
Agus Eka Nurma Yuneta dkk (2020 bahwa dari hasil uji statistik
kan hasil nilai p = 0,000 yang berarti nilai p < 0,01 sehingga dapat
dikatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi
tenaga kesehatan atau mencari informasi dari media massa agar tumbuh
akan terhambat. ASI mengandung zat anti bodi yang menambah kekebalan
tubuh anak, jika anak diberi ASI saja maka kekebalan tubuhnya akan lebih
kuat dibanding anak yang diberikan ASI parsial. Anak yang diberikan ASI
saja tentunya tidak mudah mudah sakit sehingga penyerapan nutrisi lebih
Pemberian ASI dapat membawa manfaat bagi interaksi ibu dan anak serta
ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman apapun mulai dari lahir
Hal ini dapat disebabkan karena ASI mengandung zat gizi lengkap yang
mudah dicerna oleh perut bayi sehingga jika ibu memberikan ASI saja
kepada bayi maka pemenuhan gizinya sudah mencukup, namun jika bayi
mendapatkan susu formula maka zat gizinya tidak selengkap ASI
biasanya akan kurang bevariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan
sumber protein, vitamin dan mineral. Anak pada keluarga faktor ekonomi
pendek dan 20 (71,4%) memiliki bayi stunting kategori sangat pendek. Hal
ini dipengaruhi oleh banyaknya ibu yang bekerja sehingga banyak ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi dengan alasan bekerja. Selain itu
terhadap kejadian ISPA pada bayi, di mana lebih tinggi pada bayi yang
ASI eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan dapat mencegah
tidak eksklusif merupakan salah satu faktor terjadinya Stunting pada anak.
ASI ekslusif adalah makanan pertama dan utama hingga bayi berusia
sampai bayi beusia >6 bulan untuk pemenuhan gizi mencegah terjadinya
Evy Noorhasanah (2020), hasil uji statistic diperoleh Riwayat ASI tidak
tersebut secara statistik bermakna (p < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada
usia 6 bulan dan memberikan MPASI sesuai yang dianjurkan oleh petugas
stunting.
4. Hubungan Pendapatan Keluargadengan Lambatnya Penurunan
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Waworete
pendapatan suatu keluarga maka akan semakin banyak pula alokasi uang
daging dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Nur Farida
dengan kekurangan gizi kronis pada anak-anak, selain itu juga akses
Ampera, 2017).
kualitas yang lebih baik, keluarga dengan faktor ekonomi yang memadai
akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua kebutuhan baik
primer maupun sekunder anak. Keluarga dengan faktor ekonomi yang baik
juga memiliki akses pelayanan kesehatan yang lebih baik dan 30 (46,9%)
vitamin dan mineral. Anak pada keluarga faktor ekonomi rendah cenderung
kategori sangat pendek. Hal ini disebabkan adanya faktor lain yang
daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan balita yang tidak
seperti menu seimbang adalah menu yang terdiri dari makanan pokok, lauk,
sayur, buah dan susu, anak balita perlu diberikan makanan yang beraneka
sosial ekonomi yang rendah atau miskin umumnya mengalami masalah gizi
Zainal Munir (2021), Hasil uji statistik di peroleh nilai p = 0,026 (p<0,05)
sehingga Ho di tolak dan Ha di terima, hal ini bahwa kejadian stunting pada
berpendapatan tinggi.
dengan cara mencari lapangan pekrjaan yang lain untuk memenuhi kebutuah
A. Kesimpulan
B..Saran
2. Bagi Puskesmas
3. Bagi Keluarga
4. Ilmu Pengetahuan
untuk dapat berperan dalam masyarakat atau pada balita yang mengalami