Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Geomatika dan Ruang Lingkupnya
Geomatika berasal dari istilah Geomatics dalam Bahasa Inggris yang
digunakan pertama kali di Kanada. Geomatics didefinisikan sebagai “a discipline
concerned with the collection, distribution, storage, analysis, processing, and
presentation of geographic data or geographic information.” Menurut Dewan
Geomatika Indonesia (DGI), Geomatika adalah rangkaian kegiatan yang bersifat
ilmiah dalam proses menghasilkan dan mengelola data dan informasi keruangan
(spatial information).
Kompetensi tenaga kerja di bidang Geomatika telah ditetapkan standarnya
berupa Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI tersebut
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia, dengan nomor: KEP.131/MEN/III/2007 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Konsultasi Sub Sektor
Konsultasi Survei dan Pemetaan Bidang Geomatika. Dalam SKKNI tersebut,
kompetensi survei dan pemetaan mencakup sembilan unit kompetensi, yaitu:
(1) menghimpun data dan informasi,
(2) mengelola data dan informasi,
(3) menyajikan informasi,
(4) berkomunikasi,
(5) melaksanakan sistem referensi spasial dan basis data inti,
(6) melaksanakan administrasi pertanahan dan pengembangan properti,
(7) melaksanakan pengawasan, pengukuran dan pengontrolan pembangunan,
(8) melaksanakan penelitian, pengembangan dan pemasaran, dan
(9) melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
Dalam SKKNI tersebut, Standar Kompetensi Bidang Keahlian Geomatika
dikelompokkan menjadi tiga sub-bidang, yaitu: Sub-bidang Surveying, Sub-
bidang Penginderaan Jauh, dan Sub-bidang Sistem Informasi Geografis (SIG).
Surveying selama ini dikenal dengan istilah Ilmu Ukur Tanah. Pengertian
“tanah” dalam Ilmu Ukur Tanah ini berbeda dengan “tanah” dalam Mekanika

1
Tanah. Pengertian tanah dalam Mekanika Tanah sama dengan “soil” dalam
Bahasa Inggris, sehingga satuan yang biasa digunakan adalah g (gram) atau kg
(kilogram). Pengertian tanah dalam Ilmu Ukur Tanah sama dengan “land” dalam
Bahasa Inggris, sebagaimana pengertian tanah dalam lembaga Badan Pertanahan
Nasional (BPN), sehingga satuan yang biasa digunakan adalam m (meter) atau m2
(meter persegi).
Pengertian singkat dari Ilmu Ukur Tanah (Surveying) adalah penentuan
posisi satu titik terhadap titik yang lain. Titik yang ditentukan posisinya tidak
terbatas hanya yang berada di tanah, melainkan dapat pula di lantai yang
diperkeras dengan semen, di atap gedung, dan sebagainya.
Posisi satu titik terhadap titik yang lain dapat dibedakan menjadi posisi
horisontal dan posisi vertikal. Posisi horisontal ditentukan dengan jarak dan sudut
arah, sedangkan posisi vertikal ditentukan dengan beda tinggi. Selain itu, posisi
tersebut dapat pula ditentukan dengan menggunakan koordinat (X, Y, Z) atau (X,
Y, H). Koordinat (X, Y) untuk menentukan posisi horisontal dan Z atau H untuk
menentukan posisi vertikal.
Pekerjaan yang menerapkan Ilmu Ukur Tanah berupa pengukuran tanah.
Kegiatan pengukuran tanah melibatkan:
(1) Penggunaan matematika praktis, terutama trigonometri dan koordinat
(2) Penggunaan (berbagai jenis) alat ukur
(3) Hitungan data ukur
(4) Penyajian hasil ukur
Orang yang menjadi pelaku pekerjaan pengukuran tanah perlu membekali dirinya
dengan kemampuan:
(1) Pengetahuan matematika praktis (geometri dan trigonometri)
(2) Menggambar (peta dan gambar profil) atau menyajikan informasi spasial
Hasil pekerjaan pengukuran tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta. Peta
merupakan gambaran (sebagian kecil) permukaan bumi pada bidang datar dalam
skala tertentu dan dengan metode tertentu.

2
Peta dibuat untuk sedapat mungkin menggambarkan permukaan bumi
sesuai keadaan sebenarnya. Walaupun demikian, tetap ada berbagai perbedaan
antara peta dan permukaan bumi, sebagaimana pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara peta dan permukaan bumi


Permukaan Bumi Peta
Bidang lengkung Bidang datar
Bidang tidak beraturan Bidang beraturan
Bidang yang luas Bidang yang terbatas luasnya
Bentuk dan luas tidak tetap, tergantung Bentuk dan luas tetap
proses di dalam dan di permukaan bumi

Peta dapat dikelompokkan menjadi peta topografi dan peta tematik. Peta
yang paling lengkap dalam menggambarkan permukaan bumi adalah peta
topografi, yang mencakup unsur hipsografi, unsur hidrografi, dan unsur budidaya
manusia. Unsur-unsur yang digambarkan dalam peta topografi mencakup unsur
alam dan unsur buatan manusia. Peta tematik memuat tema tertentu, misalnya:
peta jaringan jalan, peta irigasi, dan peta administrasi pemerintahan.
Di Indonesia, peta topografi biasa disebut dengan peta rupabumi. Badan
Informasi Geospasial (BIG), yang dahulu sebelum tahun 2011 bernama Badan
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), menerbitkan peta
rupabumi dalam bentuk digital dan cetakan. Peta rupabumi yang telah diterbitkan
dimuat dalam Indeks Peta Rupabumi Indonesia.
Peta rupabumi yang sudah diterbitkan skala terkecil 1:250.000 dan skala
terbesar 1:10.000 untuk wilayah yang sangat terbatas. Untuk keperluan konstruksi
teknik sipil diperlukan peta dengan skala yang lebih besar, misalnya: 1:2.000,
1:1.000, 1:500, 1:200 atau 1:100. Oleh karena itu perlu dibuat peta atau dilakukan
pemetaan topografi khusus untuk keperluan tersebut.
Penginderaan Jauh berasal dari istilah Bahasa Inggris “Remote Sensing”.
Menurut Canada Center for Remote Sensing, remote sensing didefinisikan
sebagai “the science (and to some extent, art) of acquiring information about the

3
Earth's surface without actually being in contact with it. This is done by sensing
and recording reflected or emitted energy and processing, analyzing, and
applying that information.” Jadi Penginderaan Jauh adalah ilmu (dan pada batas
tertentu, seni) memperoleh informasi tentang permukaan bumi tanpa
menyentuhnya. Informasi tersebut diperoleh dengan mengindera dan mencatat
energi yang dipantulkan atau dipancarkan, dan mengolah, menganalisis dan
menerapkan informasi tersebut.
Penginderaan jauh dapat dikelompokkan berdasarkan sensor atau
pengindera yang digunakan, yaitu sensor pasif, yang hanya mencatat energi yang
dipantulkan dari energi yang dipancarkan oleh sumber energi yaitu matahari, dan
sensor aktif yang memancarkan energi, kemudian dipantulkan oleh permukaan
bumi dan mencatat energi. Penginderaan jauh juga dapat dikelompokkan menurut
wahana tempat sensor dipasang, yaitu: pesawat terbang dan satelit.
Produk penginderaan jauh yang sangat popular sekarang adalah Google
Earth, yang mencakup seluruh wilayah di permukaan bumi yang dipotret dari
satelit. Contoh tampilan Google Earth disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1
Contoh google.earth

4
Sistem Informasi Geografis (SIG) berasal dari istilah Bahasa Inggris
“Geographic Information System” (GIS). GIS dapat didefinisikan sebagai “a
digital database in which information is stored by its spatial coordinate system,
which allows for data input, storage, retrieval, management, transformation,
analysis, reporting, and other activities” (Folger, 2009). Jadi SIG adalah sebuah
basis data digital yang menyimpan informasi dengan sistem koordinat spasial,
yang memungkinkan pemasukan, penyimpanan, pemanggilan, pengelolaan,
transformasi, analisis, pelaporan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan data
tersebut. Tiga komponen utama SIG yaitu perangkat keras dan perangkat lunak
komputer, data spasial, dan personil.

B. Besaran dan Satuan


1. Besaran pada Geomatika
Besaran dasar yang digunakan dalam Geomatika sebenarnya hanya ada
dua, yaitu besaran panjang dan besaran sudut. Besaran panjang dapat dibedakan
menjadi panjang pada arah horisontal, yang disebut jarak, dan panjang pada arah
vertikal, yang disebut beda tinggi. Dari besaran panjang dapat diturunkan besaran
luas, yaitu panjang x panjang, dan besaran volume, yaitu luas x panjang.
Besaran sudut juga dapat dibedakan menjadi sudut horisontal, yaitu sudut
pada arah horisontal, dan sudut vertikal, yaitu sudut pada arah vertikal. Sudut
vertikal dapat dibedakan lagi menjadi sudut miring dan sudut zenith. Sudut miring
dihitung dari arah horisontal, dan sudut zenith dihitung dari arah vertikal di atas
kepala pengamat.

2. Satuan pada Geomatika


Satuan yang digunakan pada Geomatika sesuai dengan besaran yang
digunakan tersebut. Besaran panjang menggunakan satuan panjang, yaitu meter.
Satuan meter dapat diturunkan lagi menjadi mm (milimeter), cm (centimeter), dan
km (kilometer). Besaran luas menggunakan satuan m2 dan besaran volume
menggunakan satuan m3.
Besaran sudut menggunakan satuan derajat atau radian. Dalam satuan
derajat, satu lingkaran penuh sama dengan 360 derajat, atau ditulis 360o.

5
Gambaran satuan sudut dalam derajat disajikan pada Gambar 2.

0O

270O 90O

180O
Gambar 2. Satuan sudut derajat.

Apabila satu lingkaran penuh dibagi menjadi 360 bagian yang sama, maka
setiap bagian disebut satu derajat. Satu derajat dapat didefinisikan sebagai sudut
yang besarnya 1/360 keliling lingkaran. Simbol derajat adalah o. Satu derajat (1o)
dapat dibagi 60 bagian yang sama besar, yang disebut satu menit („), dan satu
menit dibagi menjadi 60 bagian sama besar yang disebut satu detik (“).

1 rad

Gambar 3. Satuan sudut radian

Pada satuan sudut radian, satu lingkaran penuh sama dengan 2π radian.
Satu radian adalah besarnya sudut dalam lingkaran yang panjang busur di
depannya sama dengan jari-jarinya. Simbol radian adalah rad. Apabila keliling
lingkaran K dan jari-jarinya r, maka K = 2 π r, sehingga besar sudut satu keliling
lingkaran adalah 2 π radian.

6
Jadi konversi derajat dan radian adalah:
2 π rad = 360o atau π rad = 180 o, dengan harga π = 3,14 ...

C. Skala dan Legenda


Informasi spasial biasanya disajikan dalam bentuk peta. Peta dibuat
dengan skala dan simbol-simbol tertentu atau legenda. Skala perbandingan antara
jarak di peta dengan jarak yang sebenarnya.

Skala peta dapat ditunjukkan dengan gambar atau angka perbandingan.


(1) Contoh penunjukan skala dengan garis atau secara grafis:

Gambar 4. Skala garis.

(2) Contoh penunjukan skala dengan secara numeris atau dengan angka
perbandingan:
1:10.000, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 10.000 mm atau 10 m
1:5.000, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 5.000 mm atau 5 m
1:2.000, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 2.000 mm atau 2 m
1:1.000, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 1.000 mm atau 1 m
1:200, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 200 mm atau 0,2 m
1:100, artinya 1 mm pada peta menggambarkan 100 mm atau 0,1 m

Penunjukan skala menggunakan gambar lebih sulit dilakukan


dibandingkan menggunakan angka perbandingan. Akan tetapi penunjukan skala
menggunakan gambar tersebut memiliki keuntungan. Untuk memahami
keuntungan tersebut, pertanyaan berikut perlu direnungkan dan dipikirkan
jawabannya. “Apabila kertas peta mengembang/menyusut atau peta
diperbesar/diperkecil, cara penunjukan skala yang mana yang masih berlaku?”
Apabila peta diperbesar atau diperkecil, skala garis akan ikut membesar
atau mengecil. Dengan demikian skala yang ditunjukkan secara grafis, tetap

7
berlaku. Sebaliknya skala yang ditunjukkan secara numeris sudah tidak berlaku
lagi (Gambar 5).

Gambar 5. Skala peta yang diperbesar.

Skala pada peta yang sudah diperbesar dua kalinya pada Gambar 5
tersebut tidak lagi 1:200.000, melainkan menjadi 1:100.000. Oleh karena itu,
penulisan skala secara numeris harus diubah sesuai skala peta yang baru.
Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa apabila peta diperbesar atau
diperkecil, maka skala peta juga akan membesar atau mengecil. Oleh karena itu
skala numeris yang dituliskan harus dirubah.

8
Gambar 6. Perubahan skala peta yang diperbesar.

Gambar 7. Perubahan skala peta yang diperkecil.

Pemilihan skala peta dilakukan tergantung tujuan peta. Sebagai ilustrasi


disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Skala peta dan tujuannya.


Klasifikasi peta Skala Tujuan
Peta skala kecil Lebih kecil dari
Untuk perencanaan awal
1:100.000
Peta skala 1:10.000 hingga
Untuk rancangan awal
menengah 1:100.000
Peta skala besar Lebih besar dari Untuk rancangan detail, pekerjaan
1:10.000 konstruksi

Contoh hitungan skala peta:


Berapakah luas rumah tipe 36 (luas 36 m2) pada peta dengan skala:
(1) 1:1.000
(2) 1:5.000
(3) 1:100

9
Jawaban:
(1) Luas 36 m2 pada peta skala 1:1.000 adalah
36 m2/1.0002 = 36.000.000 mm2/1.000.0000 = 36 mm2
(2) Luas 36 m2 pada peta skala 1:5.000 adalah
36 m2/5.0002 = 36.000.000 mm2/25.000.000 = 1,44 mm2
(3) Luas 36 m2 pada peta skala 1:100 adalah
36 m2/1002 = 36.000.000 mm2/10.0000 = 3.600 mm2 = 36 cm2
Legenda adalah simbol-simbol yang digunakan pada peta untuk
menggambarkan objek di lapangan. Simbol-simbol yang digunakan pada peta
dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, simbol garis, dan simbol luasan.
(1) Contoh simbol titik:

Gambar 8. Contoh simbol titik.

(2) Contoh simbol garis:

Gambar 9. Contoh simbol garis.

10
(3) Contoh simbol luasan:

Gambar 10. Contoh simbol luasan.

D. Peran Geomatika dalam Teknik Sipil


Peran Geomatika dalam bidang Teknik Sipil berbeda-beda menurut
masing-masing sub-bidang. Sub-bidang Ilmu Ukur Tanah berperan terutama pada
tahap rancangan detail dan konstruksi. Sub-bidang Penginderaan Jauh terutama
berperan pada tahap rancangan awal dan sub-bidang Sistem Informasi Geografis
terutama berperan pada tahap perencanaan awal.
Ilmu Ukur Tanah atau pekerjaan pengukuran tanah dalam bidang Teknik
Sipil antara lain bertujuan untuk:
(1) Menentukan jarak dan beda tinggi
(2) Menyiapkan dan menyajikan gambar berupa peta situasi dan gambar profil
(3) Menentukan luas dan volume pekerjaan tanah berupa galian dan timbunan
(4) Mematok rencana bangunan seperti: saluran, jalan, perpipaan, dan
sebagainya.
Penginderaan Jauh dalam pekerjaan Teknik Sipil berperan antara lain
dalam:
(1) Perancangan lokasi kawasan perumahan
(2) Perancangan rute jalan
(3) Perancangan daerah irigasi
(4) Perancangan lokasi bandar udara
(5) Perancangan lokasi pelabuhan
Sistem Informasi Geografis dalam pekerjaan Teknik Sipil berperan antara
lain dalam:
(1) Pemilihan berbagai alternatif calon lokasi bandar udara

11
(2) Pemilihan berbagai alternatif calon lokasi pelabuhan
(3) Pemilihan berbagai alternatif calon rute jalan
(4) Pemilihan berbagai alternatif calon lokasi perumahan
(5) Pemilihan berbagai alternatif calon lokasi kawasan industri

E. Trigonometri untuk Geomatika


Trigonometri adalah ilmu ukur segitiga atau pengukuran segitiga.
Trigonometri mempelajari sudut dan fungsinya. Aplikasi matematika dalam
Geomatika banyak menggunakan hubungan antara sudut-sudut dan sisi-sisi
segitiga. Hubungan tersebut disebut fungsi trigonometri.

r
y
α

x X

Gambar 11. Hubungan antara sudut dan sisi segitiga

Untuk sudut-sudut lancip (sudut yang lebih kecil dari 90o) berlaku fungsi-
fungsi trigonometri beikut (Tabel 3).

Tabel 3. Fungsi trigonometri.

Fungsi Singkatan Perbandingan


Sinus α Sin α y/r
Cosinus α Cos α x/r
Tangen α Tan α y/x
Cotangen α Cot α x/y
Secan α Sec α r/x
Cosecan α Cosec α r/y

12
Antara fungsi-fungsi trigonometri tersebut berlaku identitas yang dapat
diturunkan dari perbandingan antara x, y dan r tersebut, serta Dalil Pythagoras.
Identitas trigonometri yang diturunkan dari perbandingan antara x, y dan r adalah
sebagai berikut.

cosec α = 1/sin α atau sin α. cosec = 1


sec α = 1/cos α atau cos α. sec α = 1
cot α = 1/tan α atau tan α. cot = 1
tan α = sin α / cos α atau cot α = cos α / sin α

Identitas trigonometri yang diturunkan dari Dalil Pythagoras adalah sebagai


berikut.

sin2 α + cos2 α = 1
tan2 α + 1 = sec2α
cot2 α + 1 = cosec2α

Identitas trigonometri berguna untuk menggantikan fungsi-fungsi


trigonometri yang tidak ada dalam kalkulator atau komputer. Fungsi-fungsi
tersebut harus dengan fungsi-fungsi yang identik yang ada dalam kalkulator atau
komputer, yaitu SIN, COS dan TAN. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:

cosec α diganti dengan 1/sin α


sec α diganti dengan 1/cos α
cot α diganti dengan 1/tan α

Invers fungsi trigonometri digunakan untuk mencari besar sudut apabila


harga fungsi trigonometrinya diketahui. Invers fungsi-fungsi trigonometri adalah
sebagai berikut:

y = arc sin x atau y = sin–1x


y = arc cos x atau y = cos–1x
y = arc tan x atau y = tan–1x
y = arc cosec x atau y = cosec–1x

13
y = arc sec x atau y = sec–1x
y = arc cot x atau y = cot–1x

Untuk menghitung fungsi trigonometri dan invers fungsi trigonometri


menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel digunakan formula yang tercakup
dalam fungsi Math & Trig sebagai berikut.

SIN untuk menghitung sinus


COS untuk menghitung cosinus
TAN untuk menghitung tangen
ASIN untuk menghitung arc sinus
ACOS untuk menghitung arc cosinus
ATAN untuk menghitung arc tangen

Dalam segitiga lancip berlaku Rumus Sinus dan Rumus Cosinus sebagai
berikut.

γ
b a

α β
c
Gambar 11. Sudut dan sisi segitiga.

a b c
= =
sin  sin  sin 
(Rumus Sinus)

a2 = b2 + c2 – 2 b c cos α
b2 = a2 + c2 – 2 a c cos β
c2 = a2 + b2 – 2 a b cos γ
(Rumus Cosinus)

14
Apabila diketahui dua sisi segitiga dan sudut yang diapit, maka luas
segitiga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Luas segitiga = ½ a b sin γ, atau


Luas segitiga = ½ a c sin β, atau
Luas segitiga = ½ b c sin α

Apabila yang diketahui hanya ketiga sisinya, maka luas segitiga dapat
dihitung dengan rumus:

Luas segitiga = s(s  a)(s  b)(s  c)


dengan s = ½ (a+b+c)

Berikut disajikan contoh soal trigonometri dan penyelesaiannya.

(1) Berapakah besar sudut dalam segitiga dengan panjang sisi-sisinya 11 m, 13 m


dan 15 m ?

Jawab :
Misal : a = 15 m, b = 13 m dan c = 11 m
Rumus Cosinus:
a2 = b2 + c2 – 2 b c cos α
b2  c2 - a 2
cos α =
2bc
132  112 - 15 2
= = 0,227…
2  13  11
α = 76o51‟48”
b2 = a2 + c2 – 2 a c cos β
a 2  c2 - b2
cos β =
2ac
15 2  112 - 132
= = 0,536…
2  15  11
β = 57o33‟49”

15
c2 = a2 + b2 – 2 a b cos γ
a 2  b2 - c2
cos γ =
2ab
15 2  132 - 112
= = 0,7
2  15  13
γ = 45o34‟23”
Cek : α + β + γ = 76o51‟48” + 57o33‟49” + 45o34‟23” = 180 o00‟00”

(2) Sebuah segitiga dengan sisi-sisi a = 81 m, b = 50 m dan c = 60 m. Berapakah


luasnya?

Jawab :
s = ½ (81+50+60) = 95,5 m

Luas segitiga = 95,5(95,5  81)(95,5  50)(95,5  60)


= 1495,57 m2

(3) Segitiga ABC siku-siku di C, sisi a = 3,6 m dan b = 4,7 m. Berapakah


panjang sisi c ?

Jawab :
A

b c

C a B
Gambar 12. Segitiga siku-siku.

c2 = a2 + b2
c= a 2  b2
= (3,6) 2  (4,7) 2
= 5,92 m

16
Berikut soal-soal latihan hitungan menggunakan rumus-rumus
trigonometri.

(1) Dalam segitiga ABC, besarnya sudut A = 47o21‟ dan sudut B = 70o15‟, serta
panjang sisi c = 5,30 m.
Hitunglah :
a) Sisi-sisi segitiga dan sudut yang belum diketahui.
b) Luas segitiga tersebut.

(2) Segitiga ABC, sisi-sisi a = 11,32 m, b = 13,23 m dan c = 14,92 m.


Berapakah :
a) Luas segitiga tersebut ?
b) Besar sudut A, B dan C ?

(3) Jarak DC perlu diketahui, sedangkan pengukuran jarak tersebut sulit


dilakukan. Diukur jarak AB, AC, AD, BC dan BD dengan hasil seperti pada
Gambar 13 berikut. Hitunglah jarak DC.

Gambar 13. Data ukur jarak.


Petunjuk: Terapkan rumus cosinus.

17
(4) Jarak DE sulit diukur secara langsung. Oleh karena itu dipasang garis basis
AB dan rangkaian tiga segitiga. Jarak basis AB dan semua sudut segitiga
diukur dengan hasil seperti pada Gambar 14. Hitunglah jarak DE tersebut.

Gambar 14. Data sudut dan jarak basis.


Petunjuk: Terapkan rumus sinus.

F. Koordinat dalam Geomatika


Sistem koordinat yang digunakan dalam Geomatika adalah sistem
koordinat siku-siku atau koordinat Kartesian dan sistem koordinat geografis.
Sistem koordinat siku-siku biasa digunakan terutama pada pembuatan peta skala
besar. Koordinat menggunakan dua sumbu koordinat yaitu sumbu X atau absis
dan sumbu Y atau ordinat. Sumbu X biasanya sejajar arah timur dan sumbu Y
sejajar arah utara (Gambar 15).

Gambar 15. Koordinat siku-siku.

18
Pada sistem koordinat tersebut, posisi titik A dinyatakan XA dan YA atau
ditulis dengan A (XA, YA), dan posisi titik B dinyatakan XB dan YB atau ditulis
dengan A (XB, YB). Apabila koordinat titik A diketahui atau ditentukan, dan
diukur jarak (d) dari A ke B atau dAB dan azimuth (α) dari A ke B atau αAB,
maka koordinat titik B dapat dihitung. Azimuth adalah sudut arah yang dihitung
dari arah utara kea rah yang bersangkutan.
Rumus untuk menghitung koordinat titik B dari koordinat titik A, jarak
AB dan azimuth AB adalah sebagai berikut.

XB = XA + dAB sin αAB

YB = YA + dAB cos αAB

Sebaliknya, apabila koordinat A dan B diketahui, jarak dan azimuth AB dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Contoh hitungan koordinat:


Jarak XE perlu diketahui, tetapi terhalang oleh bangunan kuno yang harus
dipertahankan. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran jarak dan sudut dengan
memasang titik-titik A, B, C dan D. Titik A sebagai titik asal atau A (0,0). Arah
dari A ke B dibuat tepat berimpit dengan arah utara. Hasil pengukuran jarak dan
sudut adalah sebagai berikut.

19
Tabel 4. Data jarak dan sudut.
Sudut
Nomor Titik Jarak (m)
derajat menit
X
16,000
A 30 00
18,640
B 108 30
23,400
C 161 30
17,060
D 79 15
13,800
E

Hitunglah:
(1) Koordinat titik B, C, D, E dan X.
(2) Jarak dan azimuth XE.
(3) Sudut di X dan di E.
Petunjuk:
(1) Hitungan sebaiknya ditulis dalam bentuk tabel.
(2) Hitungan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
(a) Satuan derajat dan menit ditulis dalam cell yang terpisah.
(b) Untuk mendapatkan sin dan cos ditulis dengan SIN(RADIANS()) atau
COS(RADIANS()).
(3) Azimuth AB = 0o, karena arah AB berimpit dengan arah utara.
(4) Azimuth BC, CD, dan DE dihitung dari azimuth AB dan sudut-sudut di A,
B, C dan D.

20
(5) Koordinat B dihitung dari koordinat A, jarak AB dan azimuth AB. Begitu
pula koordinat C dihitung dari koordinat B, jarak BC dan azimuth BC.
Koordinat D, E dan X dihitung dengan cara yang sama.

Gambar 16. Contoh soal hitungan koordinat.

Sistem koordinat dengan absis X dan ordinat Y menggunakan sistem


koordinat lokal, misalnya titik tertentu ditentukan mempunyai koordinat (1.000,
1.0000) meter. Penentuan koordinat dengan pertimbangan bahwa tidak ada titik
yang berkoordinat negatif. Sistem koordinat lokal tersebut pada umumnya dipakai
untuk peta-peta skala besar, misalnya skala 1:100, 1:200, 1:500, atau 1:1.000.
Untuk peta-peta dengan skala yang lebih kecil, misalnya 1:25.000, biasa
digunakan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). Pada sistem
koordinat UTM, seluruh permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona. Lebar masing-
masing zona adalah 6o (6 derajat busur) seperti ditunjukkan pada Gambar 17.
Wilayah Indonesia terletak pada zona 46 hingga 54.

21
Gambar 17. Zona koordinat UTM.

Posisi titik pada sistem koordinat UTM dinyatakan dengan Timur


(Easting) dan Utara (Northing). Pada sistem koordinat UTM tidak ada koordinat
negatif. Pada setiap zona terdapat meridian tengah dengan koordinat 500.000
meter Timur. Untuk belahan bumi selatan, ekuator ditetapkan mempunyai
koordinat 10.000.000 meter Utara, sedangkan untuk belahan bumi utara ekuator
mempunyai koordinat 0 meter Utara. Sistem koordinat UTM digambarkan pada
Gambar 18.

22
Gambar 18. Sistem koordinat UTM.

Di samping koordinat UTM, pada pembuatan peta skala kecil juga biasa
digunakan sistem koordinat geografis. Pada sistem koordinat geografis, posisi titik
di permukaan bumi dinyatakan dengan bujur (longitude) dan lintang (latitude)
(Gambar 19). Semua titik pada garis bujur yang sama mempunyai bujur yang
sama. Begitu pula semua titik pada garis lintang yang sama mempunyai lintang
yang sama pula.
Sebagai bujur 0o ditetapkan garis bujur atau meridian yang melalui
Greenwich di Inggris. Posisi geografis di sebelah timur garis tersebut hingga 180o

23
diberi tanda positif (+) atau disebut bujur timur dan di sebelah barat garis tersebut
diberi tanda negatif (-) atau disebut bujur barat.

Gambar 19. Sistem koordinat geografis.

Posisi geografis di ekuator atau khatulistiwa mempunyai lintang 0 o. Posisi


di sebelah selatan ekuator diberi tanda negatif (-) atau disebut sebagai lintang
selatan dan di sebelah utara ekuator diberi tanda negatif (+) atau disebut lintang
utara.

24

Anda mungkin juga menyukai