Anda di halaman 1dari 8

PRATIKUM IV

PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN ZAT

1.1 Tujuan Pratikum :

Untuk mengetahui pengaruh penambahan surfaktan pada senyawa sukar larut dalam
air

1.2 Waktu dan Tempat :

Hari Rabu, 18 Januari 2020 pukul 10.00-12.00 WIB

Laboraturiun Farmasi Fisika

1.3 Landasan Teori :

Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik yang dapat kita
amati setiap saat adalah peristiwa larutnya yang merupakan suatu campuran homogen antara
zat dari molekul, atom, ataupun ion dimana zat yang dimaksud adalah zat padat, minyak larut
air.

Secara kuantitatif kelarutan suatu zat yang dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
didalam larutan jenisnya pada suhu dan tekanan tertentu.

No. Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang dibutuhkan


untuk melarutkan 1 bagian zat
1. Sangat mudah larut Kurang dari 1
2. Mudah larut 1 sampai 10
3. Larut 10 sampai 30
4. Agak sukar larut 30 sampai 100
5. Sukar larut 100 sampai 1,000
6. Sangat sukar larut 1,00 sampai 10,000
7. Praktis tidak larut Lebih dari 10,000

Kelarutan mempunyai peranan dalam dunia farmasi karena suatu obat dapat diabsirbsi
setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus sehingga salah satu usaha mempertinggi efek
farmakologi dari sediaann adalah dengan menekan kelarutan zat aktifnya.

Bebrapa hal yang dapat meningkatkan kelarutan senyawa obat yang sukar larut dalam
air pembentukan kompleks, penambahan surfaktan dan lain-lain. Salah satu sifat penting dari
surfaktan obat yang tidak larut / sedikit larut dalam medium dispersi surfaktan pada
konsentrasi rendah menurunkan tegangan permukaan dan menekan laju kelarutann obat pada
kadar yang lebih tinggi surfaktan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel.
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan
kelarutan bahan obat yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan
pada konsentrasi rendah, menurunkan teganggan permukaan dan menaikkan laju pelarutan
obat. Pada kadaryang lebih tinggi surfaktan berkumpul membentuk agregat disebut misel.

1.4 Alat dan Bahan

 Alat
1. Buiret
2. Erlemeyer
3. Pipet tetes
4. Kertas saring
5. Gelas ukur
6. Beker gelas

 Bahan
1. Larutan NaOH 0.1N
2. Asam oksalat 0,1N
3. Asam salisilat
4. Larutan twen 80 dengan berbagai konsentrasi ( 0,25% b/v, 0,50% b/v, 0,1% b/v )
5. Indikator fenolftalein
6. Aquadest

1.5 Prosedur Kerja

a. Cara kerja pembuatan larutan NaOH 0,1N (1 Liter)


𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑏𝑚/𝑎
N =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒(𝐿)

𝑔𝑟𝑎𝑚 /40 /1
0,1 =
1

Gram = 4 gram

b. Cara kerja pembuatah asam oksalat 0,1N


Bm: 126
𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑏𝑚/𝑎
N =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒(𝐿)

𝑔𝑟𝑎𝑚/126/2
0,1 =
0,1

Gram = 0,1 x 63 x 0,1


= 0,63 gram
 Timbang seksama 0,63gram asam oksalat anhidrat
 Larutkan dalam labu takar 250ml dengan sebagian aquadest sampai larut
 Tambahkan lagi dengan aquadest hingga tanda batas

c. Cara kerja pembuatan indikatoer fenolftalen

 Timbang 1 gram serbuk fenol ftalen


 Larutkan dalam etanol 96% sebanyak 50ml
 Encerkan dengan aquadest hingga 100ml

d. Cara kerja pembuatan surfaktan dengan berbagai konsentrasi:

1. Konsentrasi 0,25%
0,25
0,25% = x 100 = 0,25gram
100
 Timbang surfaktan 0,25gram
 Larutkan dalam labu ukur 100ml dengan aquadest sampai larut
 Cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas

2. Konsentrasi 0,50%
0,50
0,50% = x 100 = 0,50gram
100
 Timbang surfaktan 0,50gram
 Larutkan dalam labu ukur 100ml dengan aquadest sampai larut
 Cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas

3. Konsentrasi 0,1%
0,1
0,1% = x 100 = 0,1gram
100

 Timbang surfaktan 0,1gram


 Larutkan dalam labu ukur 100ml dengan aquadest sampai larut
 Cukupkan dengan aquadest sampai tanda batas

e. Cara kerja pembakuan larutan baku sekunder NaOH 0,1N

 Pindahkan dengan pipet gondok ke erlemeyer


 Tambahkan 1-2 tetes indikator fenilftalen
 Lakukan titrasi dengan NaOH 0,1N sampai berubah warna menjadi merah muda
 Catat volume NaOH yang diperlukan (ulangi 3kali)
 Itung normalitas dengan persamaan:
𝑣.𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
N NaOH sebenarnya =
𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻

f. Cara kerja & Penentuan kadar asam salisilat dalam air dan dalam larutan
surfaktan

Air Pelarut twen 80

0,25% 0,50% 0,1%


50ml - - -
40ml 10ml - -
40ml - 10ml -
40ml - - 10ml
 Timbang seksama 500mg seruk asam salisilat
 Masukan dalam erlemeyer
 Larutkan dengan campuran dari masing-masing pelarut sesuai dengan yang tertera
pada tabel

Cara kerja:

1. Campuran asam salisilat diaduk dengan menggunakan magnetik steer (± 10 menit)


lalu saring asam salisilat dengan kertas saring, tampung filtrat dalam erlemeyer.
2. Pipet 10 ml larutan filtrat pindahkan ke erlemeyer lalu tambahkan indikator
fenolftalen 1-2 tetes lalu titrasi dengan NaOH 0,1N sampai berubah warna menjadi
merah muda.
3. Catat volume larutan NaOH yang terpakai (ulangi 3x)
4. Hitung jumlah kadar asam salisilat yang terlarut

Rumus:

𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 100%


% kadar asam salisilat =
500𝑚𝑔

50𝑚𝑙
kadar zat dalam 50ml = x % kadar
10𝑚𝑙
Data Titrasi dan Perhitungan :

1. Pembakuan NaOH

2. Tween 0,1%

 Asam salisilat + Tween 0,1%


a. 10,7 ml Rata-rata titrasi
(10,7+10,3+10,9)
b. 10,3 ml Air = 3
= 10,6 ml
c. 10,9 ml
 Perhitungan
m. asam salisilat = m. NaOH
= V x N x BE
= 10,6 x 0,098 x 138
Dalam 10 ml = 143,35 mg
143,35
% kadar = x 100% = 71,6 %
200
 Asam salisilat + aquadest
a. 2,5 ml Rata-rata titrasi
(2,5+2,5+2,7)
b. 2,5 ml Air = = 2,5 ml
3

c. 2,7 ml

 Perhitungan
m. asam salisilat = m. NaOH

= V x N x BE

= 2,5 x 0,098 x 138

Dalam 10 ml = 33,81 mg
33,81 𝑚𝑔
% kadar = 200 𝑚𝑔
x 100% = 16,9 %

3. Tween 0,25%

 Asam salisilat + Tween 0,25%

a. 6,2 ml Rata-rata titrasi


(6,2+6,1+65,1)
b. 6,1 ml Air = 3
= 5,8 ml

c. 5,1 ml

 Perhitungan
m. asam salisilat = m. NaOH

= V x N x BE
= 5,8 x 0,098 x 138

Dalam 10 ml = 78,43 mg’


78,43 𝑚𝑔
% kadar = 200 𝑚𝑔
x 100% = 39,21%

 Asam salisilat + aquadest


d. 2,8 ml Rata-rata titrasi
(2,8+2,5+3,9)
e. 2,5 ml Air = 3
= 3,06 ml

f. 3,9 ml

 Perhitungan
m. asam salisilat = m. NaOH

= V x N x BE

= 3,06 x 0,098 x 138

Dalam 10 ml = 41,38 mg
41,38 𝑚𝑔
% kadar = 200 𝑚𝑔
x 100% = 20,69 %

4. Tween 0,5%

 Asam salisilat + Tween 0,5%


d. 6 ml Rata-rata titrasi
(6+6,5+7)
e. 6,5 ml Air = 3
= 6,5 ml
f. 7 ml

 Perhitungan
m. asam salisilat = m. NaOH

= V x N x BE

= 3,33 x 0,098 x 138

Dalam 10 ml = 43,19 mg
43,19 𝑚𝑔
% kadar = 200 𝑚𝑔
x 100% = 21 %
LAPORAN PRATIKUM

Hari/Tgl : Rabu, 18 Januari 2020

Objek ke : IV(PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN TERHADAP


KELARUTAN ZAT)

Nilai :

Pengawas : 1. Yenni Sri Wahyuni, M.Farm,Apt

2.Dewi Patmayuni, M.Sci.Farm.,Apt

SKEMA KERJA :

Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Pembuatan cairan dan


larutan baku

Pembuatan pembuatah pembuatan pembuatan pembakuan larutan baku


larutan NaOH asam oksalat indikatoer surfaktan dgn larutan baku sekunder
0,1N (1 Liter) 0,1N fenolftalen berbagai sekunder NaOH NaOH 0,1N
konsentrasi 0,1N

1. Campuran asam salisilat diaduk dengan menggunakan magnetik steer (± 10


menit) lalu saring asam salisilat dengan kertas saring, tampung filtrat dalam
erlemeyer.
2. Pipet 10 ml larutan filtrat pindahkan ke erlemeyer lalu tambahkan indikator
fenolftalen 1-2 tetes lalu titrasi dengan NaOH 0,1N sampai berubah warna
menjadi merah muda.
3. Catat volume larutan NaOH yang terpakai (ulangi 3x)
4. Hitung jumlah kadar asam salisilat yang terlarut
DATA PENGAMATAN :

Hasil Titrasi
NO Pelarut Rata-rata hasil Titrasi % Kadar
1 2 3
1 Air 50 ml 3,5 ml 3,3 ml 3,7 ml 3,5 ml 23,66%
2 Tween 0,25% + 40 ml air 2,5 ml 2,5 ml 2,7 ml 2,5 ml 16,9%
3 Tween 0,5% + 40 ml air 2,8 ml 2,5 ml 3,9 ml 3,06 ml 20,69%
4 Tween 1% + 40 ml air 3,5 ml 3,8 ml 2,7 ml 3,33 ml 21%

PEMBAHASAN

Kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jernih pada temperature tertentu.
Bentuk serta ukuran partikel dapat mempengaruhi kecepatan waktu zat untuk larut. Percobaan ini
menggunakan metode titrasi dengan larutan baku sekunder NaOH 0,1 M dan larutan baku sekunder
Asama oxalate 0,1 M serta indicator phenolftalein untuk melihat perubahan warna. Sampel yang
digunakan yaitu Asama salisilat sebanyak 200 mg pada masing-masing percobaan. Dari hasil
percobaan ini, sampel 1-4 menunjukkan persen kadar yang meningkat, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula kelarutan asam salisilat
yang didapat.

Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat terlarut
tersebut. Faktor yang mempengaruhi kecepatan kelarutan antara lain: ukuran partikel, dimana makin
kecil/ halus ukuran partikel dapat memperluas permukaan cepat larut, suhu, dimana suhu merupakan
faktor yang penting karena kenaikan suhu dapat meningkatkan kelarutan solute.Ada juga faktor lain,
yaitu : tekanan, asam, dan basa larutan tersebut keadaan bagian dari zat terlarut dan pengadukan.

Dari hasil percobaan ini surfaktan (tween 80) dapat meningkatkan kelarutan asam salisilat
dikarenakan surfaktan tersebut telah menurunkan tegangan permukaan pada larutan asam salisilat
sampai pada titik critical micelle concentration (CMC), pada titik cmc ini surfaktan menjadi jenuh dan
surfaktan yang berlebih akan membentuk misel. Misel sendiri adalah suatu agregat yang mengandung
monomer-monomer surfaktan, pada konsentrasi cmc surfaktan akan meningkatkan kelarutan zat yang
tidak larut dikarenakan zat tersebut dapat tersembunyi di dalam sel.

KESIMPULAN :

1. Surfaktan dapat mempengaruhi zat yang tidak larut air seperti asam salisilat.

2. Semakin tinggi atau besar konsentrasi surfaktan (tween 80) semakin tinggi pula kelarutan
suatu zat asam salisilat

3. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan yaitu: ukuran partikel suhu,
tekanan,asam larutan, basa larutan,kecepatan pengadukan, kelarutan dalam farmakope Indonesia yaitu
kelarutan pada suhu 20°C (FI Edisi ke III) atau 25°C (FI Edisi IV) dinyatakan dalam suatu bagian
volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai