Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Identifikasi strategi yang sesuai untuk penerapan dan dipertahankannya


penerapan kewaspadaan standar.

Kewaspadaan standar adalah langkah pengendalian infeksi yang mengurangi


risiko penularan patogen yang terbawa dalam darah melalui paparan terhadap
darah atau cairan tubuh di antara para pasien dan tenaga kesehatan. Menurut
prinsip “pencegahan standar”, darah dan cairan tubuh dari semua orang harus
dianggap sebagai terinfeksi HIV, terlepas dari pengetahuan atau dugaan kita
mengenai status orang tersebut. Tindakan pencegahan standar dapat mencegah
penyebaran infeksi seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan patogen-patogen
lain di dalam lingkungan perawatan kesehatan.

Pada saat bencana, mungkin terjadi kekurangan logistik dalam pelayanan


kesehatan atau infrastruktur dan beban kerja yang meningkat. Petugas mungkin
akan mengambil jalan pintas dalam melaksanakan prosedur, yang
membahayakan keselamatan para pasien maupun petugas sendiri. Dalam kondisi
apapun, sangat penting untuk mematuhi tindakan kewaspadaan standar.
Pengawasan yang teratur dapat membantu mengurangi risiko terpapar infeksi di
tempat kerja.

Tindakan kewaspadaan standar adalah:

a. Sering mencuci tangan: Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien. Sediakan fasilitas dan perlengkapan
untuk mencuci tangan mudah didapat oleh semua penyedia pelayanan.
b. Mengenakan sarung tangan: Pakailah sarung tangan non-steril sekali pakai
untuk semua prosedur dimana diperkirakan akan ada kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain yang berpotensi terinfeksi virus. Cuci tangan sebelum
memakai dan setelah melepas sarung tangan. Buang sarung tangan segera
setelah digunakan ditempat sampah limbah medis. Petugas yang menangani
bahan-bahan dan benda tajam wajib mengenakan sarung tangan yang lebih
kuat (sarung tangan khusus untuk pekerjaan berat/berkebun) dan harus
menutupi luka dan lecet dengan balutan/plester tahan air.
Catatan: Pastikan ketersediaan dan logistik sarung tangan yang cukup dan
berkelanjutan untuk melaksanakan semua kegiatan. JANGAN PERNAH
menggunakan kembali atau mensterilisasi ulang sarung tangan sekali pakai,
karena akan membuatnya menjadi berpori/ berlubang kecil.
c. Memakai pakaian pelindung, seperti baju atau celemek tahan air, untuk
melindungi dari kemungkinan terpercik darah atau cairan tubuh lain. Petugas
diwajibkan menggunakan masker dan pelindung mata di mana ada
kemungkinan terpapar darah dalam jumlah banyak.
d. Penanganan aman terhadap benda-benda tajam:
 Upayakan penggunaaan jarum suntik seminimal mungkin dan
berdasarkan indikasi
 Gunakan alat suntik dan jarum suntik sekali pakai yang steril untuk
setiap injeksi.
 Atur area kerja tempat penyuntikan untuk mengurangi risiko cedera.
 Gunakan botol dosis-tunggal (ampul) daripada botol multi-dosis (vial).
Jika menggunakan botol multi-dosis, hindari meninggalkan jarum pada
penutup karet. Setelah dibuka, simpan botol multi-dosis di lemari es.
 Jangan menutup kembali jarum suntik.
 Posisikan pasien dan beritahukan dengan benar mengenai penyuntikan.
 Buang jarum suntik dan benda-benda tajam di kotak pengaman (safety
boxes) yang anti tusuk dan anti bocor. Pastikan wadah anti tusuk untuk
pembuangan benda tajam selalu tersedia di tempat yang dekat namun di
luar jangkauan anak- anak. Benda tajam tidak boleh dibuang ke tempat
sampah atau kantong sampah biasa.
e. Pembuangan limbah: Bakar semua sampah medis di area terpisah, sebaiknya
masih pada lahan fasilitas pelayanan kesehatan. Kubur benda-benda yang
masih menjadi ancaman, seperti benda tajam, di sebuah lubang tertutup
sedikitnya 10 meter dari sumber air.
f. Pemrosesan Instrumen: Proses instrumen bekas pakai dalam urutan sebagai
berikut:
 Dekontaminasi instrumen untuk membunuh virus (HIV dan Hepatitis B)
dan menjadikan alat lebih aman untuk ditangani.
 Bersihkan instrumen sebelum melakukan sterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi (DTT) untuk menghilangkan kotoran.
 Sterilkan (menghilangkan semua patogen) instrumen-instrumen untuk
meminimalkan risiko infeksi selama prosedur. Dianjurkan menggunakan
steam autoclaving. DTT (melalui perebusan atau perendaman dalam
larutan klorin) mungkin tidak dapat menghilangkan semua spora.
 Gunakan atau simpan dengan benar alat- alat segera setelah disterilisasi.
g. Pemeliharaan Fasilitas: Bersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya
dengan segera dan hati-hati.
Meskipun tindakan-tindakan pencegahan standar telah ditetapkan dan ditaati,
keterpaparan terhadap HIV dapat saja terjadi. Pastikan PPP tersedia sebagai
bagian dari paket tindakan pencegahan standar untuk mengurangi
keterpaparan petugas terhadap infeksi di tempat kerja.
Pasanglah pengumuman tentang cara-cara pertolongan pertama di ruang-
ruang kerja dan informasikan kepada semua petugas bagaimana mengakses
perawatan untuk keterpaparan.

Untuk memastikan penerapan pencegahan standar, petugas layanan kesehatan


reproduksi dan koordinator kesehatan reproduksi harus bekerja bersama
lembaga/organisasi/mitra sektor kesehatan untuk:

a. memastikan prosedur untuk tindakan pencegahan standar dipasang di setiap


fasilitas pelayanankesehatan dan penanggungjawab komponen HIV
membuat peraturan untuk menegakan kepatuhan terhadap standar tersebut;
b. menyelenggarakan sesi orientasi di pelayanan mengenai tindakan
kewaspadaan standar untuk para petugas kesehatan dan petugas tambahan,
jika diperlukan;
c. menetapkan sistem pengawasan seperti daftar tilik (check list) sederhana
untuk memastikan kepatuhan pada prosedur;
d. memastikan bahwa pengumuman tentang pertolongan pertama untuk
keterpaparan dipasang di tempat terbuka sehingga petugas mendapat
informasi dan tahu ke mana harus melapor dan mendapat PPP jika
diperlukan;
e. secara teratur mereview laporan-laporan tentang keterpaparan di tempat
kerja untuk menentukan kapan dan bagaimana paparan terjadi, dan
mengidentifikasi masalah- masalah keselamatan, dan tindakan pencegahan
yang mungkin dilakukan.
f.

Anda mungkin juga menyukai