Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tinggi. Menurut WHO
pada tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka
289.000 jiwa.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menyebutkan bahwa AKI di Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran
hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) adalah 32 per seribu kelahiran
hidup.
Kematian ibu disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang
belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor lainnya.
Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan
perdarahan post partum. Hal ini dapat dicegah apabila kualitas Antenatal Care
dilaksanakan dengan baik. (Renstra, 2015:7)
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita
diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun,
terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak
anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20
tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40
tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup.(Renstra tahun 2015:7).
Selain itu, kematian ibu terkait erat dengan penolong
persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan berperan terhadap
turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas
kesehatan, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga
akan semakin menekan risiko kematian ibu. (Profil Kesehatan Indonesia tahun
2014:92).
Pada tahun 2008 hingga tahun 2011 terdapat perbedaan cakupan yang
cukup besar antara persalinan ditolong tenaga kesehatan (Pn) dan kunjungan
nifas (KF3). Hal tersebut menunjukkan bahwa meski proses kelahirannya
ditolong oleh tenaga kesehatan, namun banyak ibu bersalin yang tidak
melakukan kunjungan nifas ke fasilitas kesehatan. Namun, sejak tahun 2012

1
hingga tahun 2014 cakupan indikator tersebut secara nasional tidak
menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Hal itu menunjukkan bahwa ibu
bersalin yang ditolong tenaga kesehatan sebagian besar telah melakukan
kunjungan nifas ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kemampuan petugas
kesehatan dalam menjaring ibu bersalin untuk mendapatkan pelayanan nifas
merupakan faktor yang sangat penting. (Profil Kesehatan Indonesia tahun
2014:97)
1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan diharapkan mahasiswa dapat
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara komprehensif dan
sesuai dengan standart kebidanan yang berlaku.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan asuhan kebidanan di harapkan mahasiswa dapat:
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien yang
meliput data subyektif dan obyektif secara komprehensif
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa kebidanan
berdasarkan data subyektif dan obyektif
c. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial yang
mungkin terjadi.
d. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera
terhadap klien jika terjadi masalah potensial.
e. Mahasiswa mampu membuat intervensi atau rencana yang
akan dilaksanakan pada klien
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan dari rencana yang
sudah dibuat.
g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi yang telah dilaksanakan
dan melakukan asuhan selanjutnya.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan secara
baik dan menyeluruh.

1.2 Metodologi Penulisan


1. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada klien
maupun keluarga.
2. Observasi
Yaitu dengan melakukan pemantauan dan melihat tindakan yang
dilakukan pada klien.

2
3. Praktek langsung
Yaitu dengan melakukan tindakan yang dilakukan pada klien secara
langsung.
4. Dokumentasi status
Yaitu dengan cara melihat pada pencatatan data, pendokumentasian
mengenai klien di puskesmas.
5. Studi kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan meninjau kasus yang diangkat pada buku atau
literatur yang ada.
1.3 Sistematika Penulisan
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini terbagi dalam 5 bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Isi berupa cuplikan/rujukan teori, konsep-konsep yang memiliki relevansi
dengan asuhan kebidanan yang diberikan beserta konsep teori manajemen
kebidanan sesuai dengan kasus yang dihadapi.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengkajian data, Identifikasi diagnosa/masalah, Identifikasi
masalah potensial, Identifikasi kebutuhan segera, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek
di lapangan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi
yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina kedunia luar. Proses
tersebut dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan
berada pada posisi pada letak belakang kepala dan berlangsung tanpa
bantuan alat- alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi.
Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam (Sondakh, 2013:2).
2.1.2 Tanda Mulanya persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
kekuatan his dengan menjadi awal mula terjadinya proses persalinan
yaitu;
2.1.2.1 Teori penurunan progesteron
kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira
1-2 minggu sebelum persalinan dimulai
2.1.2.2 Teori kergangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami
penegangan akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami
iskemia sehingga memungkinkan dapat menjadi faktor yang
dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya
membuat plasenta mengalami degenerasi
2.1.2.3 Teori oksitosin interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin
2.1.2.4 Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta
2.1.2.5 Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale/ frankenhauser.
Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misal oleh kepala janin
akan timbul kontraksi uterus
2.1.2.6 Teori janin

4
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin dianggap mempunyai
peranan, karena pada anencephalus tidak terjadi proses
persalinan
2.1.2.7 Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
sehingga mengakibatkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan kontraksi.
(Sondakh, 2013:2-3).
2.1.3 Proses Persalinan
Beberapa tanda terjadinya proses persalinan yaitu,
2.1.3.1 Terjadinya His persalinan, sifat his persalinan
adalah;
1. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan
kekuatan makin besar.
3. Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin
bertambah.
2.1.3.2 Pengeluaran lendir dengan darah, terjadinya
his persalinan mangakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan;
1. Pendataran dan pembukaan.
a. Pembukaan menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
b. Terjadi perdarahan karena kapile
pembuluh darah pecah.
2. Pengeluaran cairan; pada beberapa kasus
persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap.
Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
persalinan akan berlangsug kurang dari 24 jam
Hasil- hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam;
a. Perlunakan serviks.
b. Pendataran serviks.
c. Pembukaan serviks.
(Sondakh, 2013:3)
Tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),
kala II (kala pengeluaran janin), kala III (kala pelepasan
plasenta), dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).

5
1. Kala I dimulai dari saat persalinan dimulai
(pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Dimana dalam kala I dibagi lagi menjadi dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif :
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam,
serviks membuka sampai 3 cm.
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam,
serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi
lebih kuat dan sering. Fase aktif ini dibagi lagi
menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase akselerasi : dalam waktu
2 jam pembukaan 3cm menjadi 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu
2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari
4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase deselerasi : pembukaan
menjadi lebih lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Untuk kala I bagi primigravida berlangsung 12 jam,
sedangkan untuk multigravida berlangsung 8 jam.
2. Kala II yaitu kala pengeluaran, gejala utama kala II
adalah sebagai berikut ;
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
c. Keruban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan akibat
tekanannya pleksus Frankenhauser.
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga terjadi;
a) Kepala membuka pintu.
b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglobin,
kemudian secara berturut- turut lahir ubun- ubun

6
besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada
punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan cara;
a) Kepala dipegang pada os occiput dan
dibawah dagu, kemudian ditarik dengan
menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan
bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi.
c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2
jam dan multigravida 1,5-1 jam.
3. Kala III yaitu dimulai dari lahirnya bayi sampai
dengan lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan mempertahankan tanda- tanda
dibawah ini.
a. Uterus globuler/ uterus menjadi bundar
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan
tekhnik dorsokranial.
4. Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta
selama 2 jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan
untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar
sebaik- baiknya. Kehilangan darah pada persalinan
biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan
plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-
rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah

7
250 cc, biasanya 100- 300 cc. Jika perdarahan lebih dari
500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan
demikian harus dicari penyebabnya.
(Sondakh, 2013:5-7).
2.1.4 Mekanisme Persalinan
2.1.4.1 Engangement
1. Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah
melewati pintu atas panggul
2. Pada 70 persen kasus, kepala masuk PAP ibu pada
panggul jenis ginekoid dengan oksiput melintang/
transversal
3. Kepala masuk melewati PAP dengan sutura sagitaris
melintang, dan sinklitimus arah sumbuh kepala janin tegak
lurus dengan bidang PAP
4. Proses Engengement kedalam PAP dapat melalui
proses normal sinklitimus asinklitimus enterior dan
asinklitimus posterior
5. Normal sinklitimus, sutura sagitaris tepat diantara
simfisis pubis dan sacrum
6. Asinklitimus posterior, sutura sagitaris lebih dekat
kearah simfisis pubis

2.1.4.2 Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan UUK lebih
rendah dari UUB. Kepala masuk ruang panggul dengan ukuran
paling kecil (diameter subocipitobregmatica = 9,5 cm) dan
didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimum.
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tekanan serviks, dinding
panggul dan otot dasar panggul, dapat terjadi ekstensi kepala
sehingga terjadi letak defleksi (presentasi dahi, presentasi
muka)
2.1.4.3 Desensus
Penyebab terjadi desensus yaitu
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran

8
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi
lurus)
5. Faktor lain yaitu Usia Kehamilan dan bentuk
panggul, serta posisi bagian terendah janin
2.1.4.4 Putaran paksi dalam
Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas kebawah depan. Kombinasi elastisitas
diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang
berulang- ulang, kepala mengalami rotasi, UUK berputar
kearah depan bawah simfisis. Bersama dengan gerakan
desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam
pada level setinggi spina ischiadika (bidang tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi transversal menjadi posisi anterior
(kadang- kadang kearah posterior) putar paksi dalam berakhir
setelah kepala mencapai dasar panggul.
2.1.4.5 Ekstensi
Setelah kepala berada diatas panggul dengan UUK dibawah
simfisis (sebagai hipomoklin), kepala mengalami defleksi
berturut- turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan
ekstensi kepala harus terjadi sebelum terdapat melewati PBP.
2.1.4.6 Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (resitusi) yang
menyebabkan posisi kepala kembali pada posisi saat
engangement terjadi dalam jalan lahir. setelah paksi luar
kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul dengan
cara seperti yang terjadi pada desensus kepala. Bahu anterior
akan mengalami putar paksi dalam sejauh menuju arcus pubis
sebelum dapat lahirdibawah simfisis. Persalinan bahu dengan
depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping
kepala janin
2.1.4.7 Ekspulsi
Bahu melintasi PAP dalam keadaan miring dan menyesuaikan
dengan bentuk panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada
dalam posisi depan – belakang bahu depan lahir lebih dulu baru

9
kemudian bahu belakang. Mekanisme persalinan fisiologis
penting dipahami, bila ada penyimpanan dapat dikoreksi
manual sehingga tindakan operatif tidak perluh dilakukan.
2.1.5 Perubahan Fisiologi Persalinan
Menjelang persalinan otot polos uterus menunjukkan
aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu
periode relaksasi, dan akan mencapai puncaknya pada saat
terjadinya persalinan. Akan tetapi akan berhenti setelah persalinan
(Prawirahardjo, 2014)
Pada proses persalinan berbagai organ dalam tubuh akan
mengalami perubahan, antara lain :
2.1.6 Perubahan fisiologis persalinan kala I
2.1.6.1 Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol
rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastolik naik 5-10 mmHg.

2.1.6.2 Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat
secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan
aktivitas otot rangka.
2.1.6.3 Suhu tubuh
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, jaga agar
peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1 derajat C.
2.1.6.4 Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
2.1.6.5 Pernapasan
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme.
2.1.6.6 Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin
dikarenakan adanya peningkatan cardiac output.
2.1.6.7 Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara
substansi berkurang sangat banyak selama persalinan.
2.1.6.8 Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 mL selama
persalinan.
2.1.7 Perubahan fisiologis pada kala II
Perubahan persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

10
Perubahan fisiologis secara umum yang terjadi pada persalinan kala II
yaitu :
a. HIS menjadi lebih kuat dan lebih sering.
b. Timbul tenaga untuk meneran.
c. Perubahan dalam dasar panggul
d. Lahirnya fetus.
(Dwi Asri H, 2012: 60).

2.1.8 Perubahan fisiologis pada kala III


Kala III atau disebut juga sebagai kala pengeluaran Uri atau plasenta.
Tanda-tanda pelepasnya plasenta :
2.1.8.1 Uterus menjadi bundar.
2.1.8.2 Perdarahan sekonyong-konyong/ semburan darah
tiba-tiba.
2.1.8.3 Tali pusat memanjang.
2.1.8.4 Fundus uteri naik.
Penatalaksanaan dari kala III adalah dengan manajemen aktif
kala III yaitu :
a.Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.
b. Memberikan oksitosin.
c.Lakukan PTT.
d. Massase fundus uteri
(Dwi Asri H, 2012:90).
2.1.9 Perubahan fisiologis pada kala IV
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta lahir
lengkap. Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
karena perdarahan postparum dapat dikurangi atau dihindari.
Sebelum meninggalkan wanita postpartum harus diperhatikan 7
pokok penting :
1. Kontraksi uterus harus baik.
2. Tidak ada perdarahan per vaginam atau perdarahan lain pada
alat genetalia lainnya.
3. Plasenta dan selaput ketuban telah lengkap.
4. Kandung kencing harus kosong.
5. Luka pada perineum harus terawat dengan baik, dan tidak ada
hematom.
6. Bayi dalam keadaan baik.
7. Ibu dalam keadaan baik, nadi dan tekanan darah dalam
keadaan baik. Adanya nadi dengan volume yang cukup
menandakan hal yang baik.
(Dwi Asri H, 2012:95-96).
2.1.10 Kebutuhan pada Persalinan

11
Empat keinginan dasar ibu dalam melairkan menurut perawat Lesser
dan Keane adalah sebagai berikut
1. Ditemani orang lain.
2. Mendapatkan pengurangan rasa sakit.
3. Mendapat jaminan tujuan yang aman baik bagi dirinya
maupun bagi bayinya.
4. Mendapatkan perhatian yang menerima sikap pribadinya
dan perilakunya selama masa persalinan.
(Sondakh, 2013 :131).
Beberapa kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu :
1. Kebutuhan ibu selama kala I:
a.Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.
b. Nutrisi.
c.Kebutahan privasi.
d. Kebutuhan dukungan emosional, sosial dan spritual.
2. Kebutuhan ibu selama kala II:
a.Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu.
b. Menjaga kebersihan diri.
c.Memberi kenyamanan bagi ibu.
(Dwi Asri H, 2012:62).
2.2 Konsep Dasar Partus Prematurus Iminens
2.2.1 Pengertian
Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat di
definisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan
20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
(ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat
Herron,dkk , persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang
teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu ,
dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
disertai dengan satu atau lebih tanda berikut : (1) perubahan
serviks yang progresif, (2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih,
(3) penipisan serviks 80 persen atau lebih.
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah
kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari
dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998)
partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37
minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

12
Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai
2499 gram (Sastrawinata, 2003).
Menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah
persalinan yang terjadi di bawah umur kehamilan 37 minggu
dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.
Dari beberapa pengertian partus prematurus diatas dapat
disimpulkan bahwa partus prematurus iminen adalah adanya
suatu ancaman pada kehamilan dimana akan timbul persalinan
pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37 minggu)
atau berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
2.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm
tidak diketahui. Namun menurut Rompas (2004) ada beberapa
resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :
2.2.2.1 Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas
uterus.
2.2.2.2 Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah
kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari
10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat
abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi partus
prematurus adalah sebagai berikut:
a. Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun
ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah
(perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
b. Faktor kehamilan

13
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban
pecah dini.
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
2.2.3 Patofisiologi
Beberapa pemeriksaan dan faktor risiko dapat
memperkirakan terjadinya partus prematurus, antara lain ras kulit
hitam, indeks masa tubuh yang rendah, perdarahan pervagina,
kontraksi, infeksi pelvis, bakterial vaginosis, partus prematurus
habitualis, tes serviko vaginal fetal fibronectin, dan ukuran servik
yang pendek. Dua yang disebutkan terakhir merupakan prediktor
paling kuat. Partus prematurus dapat diperkirakan dengan
mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor
adalah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kahamilan multipel, hidramnion,
anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan
32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas
uterus. Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih
faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor resiko minor
atau bila ditemukan keduanya
2.2.4 Diagnosis
2.2.4.1 Kriteria
a. Usia gestasi 22-36
b. HIS 1 kali/10 menit /selama 30detik
c. Dilatasi serviks 2cm atau perubahan dilatasi pada waktu
satu jam
d. Pendataran serviks >50-80%
2.2.4.2 Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin, Kimia darah, golongan ABO,faktor Rhesus
b. Urinalisis atau kultur Urin
c. Bakteriologi Vagina’

14
d. Amniosentesis : Surfaktsn
e. Gas dan PH darah janin
2.2.4.3 USG untuk mengetahui
a. Usia gestasi,Jumblah Janin,besar janin, kativitas Biofisik
b. Cacat Kongenital
c. Letak dan Maturasi Plasenta
d. Volume cairan tuba dan kelainan Uterus
2.2.5 Tanda dan Gejala
Partus prematurus iminen ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
b. Rasa berat dipanggul
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d. Keluarnya cairan pervaginam
e. Nyeri punggung
2.2.6 Kontraindikasi Menghentikan Proses Persalinan Preterm
2.2.6.1 Faktor Maternal
a.Penyakit hipertensi dalam kehamilan yang berat ( misal
eksaserbasi akut hipertensi kronik eklampsia, preeklampsia
berat )
b. Penyakit jantung atau paru (mis. Edema paru ,
ARDS, penyakit katub jantung, takiaritmia)
c.Dilatasi servik sudah > 4 cm
d. Perdarahan pervaginam ( milsa. Solusio plasenta,
plasenta previa , DIC )
2.2.6.2 Faktor Janin
a. Bayi mati atau anomali kongenital yang lethal
b. Fetal distress
c. Infeksi intra uterine ( korioamnionitis )
d. Gawat janin berkaitan dengan usaha mempertahankan
kehamilan
e. TBJ > 2500 gram
f. Eritroblastosis fetalis
2.2.7 Penilaian klinik
Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur
antara lain kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau
kurang dan adanya pengeluaraan lendir kemerahan atau cairan
pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
a. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau
lebih, pembukaan 2 cm atau lebih.
b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe
USG: panjang servik kurang dari 2 cm pasti akan terjadi
persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana

15
mengetahui dan menghalangi terjadinya persalinan
prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan
monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak
memberi perubahan dalam insidensi kelahiran prematur.

Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan


pretem adalah:

a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit


sekali selama 45 detik dalam waktu minimal 2 jam .
b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi
meningkat saat pasien melakukan aktivitas.
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor
dan minor
d. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20
sampai 37 minggu.
e. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada
persalinan preterm
2.2.8 Pencegahan
1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan
teratur
2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat
menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.
3. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan,
meningkatkan pengertian KB-interval, memperhatikan
tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera
melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan
tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat
diketahui dan diawasi / diobati.
4. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga
dan kesehatan lingkungan (Manuaba, 1998).
Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan
mengambil langkah-langkah berikut ini :
a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua
(idealnya 20 sampai 30 tahun).
b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi
c. Cegah infeksi saluran kencing
d. Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein
e. Cuti hamil

16
f. Prenatal care yang baik dan teratur
g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak
2.2.9 Penanganan Umum
Prinsip penanganan Persalinan preterm lakukan evakuasi
keadaan umum ibu , upayakan melakukan konfirmasi umur
kehamilan bayi.Adapun hal yang perlu diketahui dalam
penanganan umum persalinan preterm adalah :
1. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk
penentuan prognosis daripada berat janin.
2. Demam atau tidak
3. Kondisi janin (jumlahnya, letak / presentasi, taksiran berat
janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan kongenital dan
sebagainya dengan USG)
4. Letak plasenta perlu diketahui untuk mengantisipasi irisan
sectio cesarea
5. Fasilitas dari petugas yang mampu menangani calon bayi
terutama adanya seorang neonatologis, bila perlu dirujuk
(Saifuddin, 2002).
2.2.10 Penatalaksanaan
1) Segera lakukan penilaian tentang
a. Usia gestasi ( untuk prognosis)
b. Demam ada/tidak
c. Kondisi janin (jumlah, letak,TB) Hidup/gawat
janin/mati,atau kelainan Kongenital dll
d. Letak plasenta : perlukah SC
e. Kesiapan Untuk Menangani bayi premature
2) Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya
a.Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm
b. Tunda persalinan 2-3 hari untuk memberikan obat
pematangan paru janin
c.Biarkan terjadi persalinan
d. Bedrest
2.3 Konsep Dasar Manajemen Varney

A. Pada Kala I
I. Pengkajian
Hari.... Tanggal.... Jam...
No. Reg....
1. Data Subyektif
a. Biodata

17
Nama :terdiri dari nama ibu dan suami untuk
menghindari kesalahan dalam data pasien
yang lain.
Umur :untuk mengetahui umur ibu, dimana usia
kehamilan normal mulai usia <16 tahun
atau >35 tahun.
Agama :ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien / klien. Segabai bidan juga lebih
mudah dalam melakukan pendekatan.
Suku :untuk mengetahui dari suku mana ibu
berasal dan menentukan cara pendekatan
serta pemberian asuhan.
Pendidikan :untuk mengetahui tingkat pengetahuan
sebagai dasar dalam memberikan asuhan.
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup
dan sosial ekonomi klien , apakah
mempengaruhi kesehatan pasien.
Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita
dan mengetahui pola kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan
menilai apakah lingkungannya bersih dan
jangkauan tenaga kesehatannya dekat.
b. Alasan Datang
Berisi tentang alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan
diri.
c. Keluhan Utama
ada tidaknya tanda penyulit atau kondisi gawatdarurat dan segera
lakukan tindakan sesuai apabila diperlukan.
d. Riwayat Haid
Merupakan data dasar untuk mengevaluasi ukuran kandungan
apakah cukup bulan atau premature, kemungkinan komplikasi
untuk jumlah minggu kehamilan.

18
e. Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang ibu menikah berapa kali, lamanya, umur
pertama kali menikah, yaitu :
1. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum
cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko saat
melahirkan.
2. Jika hamil umur > 35 tahun termasuk kehamilan resiko
tinggi.
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Apakah pernah periksa ANC? Periksa kartu ANC.
2. Pernah ada masalah selama kehamilan?
3. Kapan mulai kontraksi ? bagaimana kontraksinya ?
4. Apa masih dirasakan gerakan janin (gerakan janin
mengetahui kesejahteraan janin).
5. Apakah selaput ketuban sudah pecah atau belum ?
warna? Kental/encer? Kapan?.
6. Kapan terakhir makan/minum?
7. Apakah ada kesulitan berkemih?
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
1. Apakah ada masalah selama kehamilan dan
persalinan sebelumnya ?
2. Berat badan bayi paling besar yang pernah
dilahirkan oleh ibu ?
3. Apa ibu mempunyai bayi bermasalah pada
kehamilan/ persalinan sebelumnya ?
c. Riwayat medis lain
d. Masalah medis saat ini
e. Biopsikospritual :kekhawatiran- kekhawatiran
f. Pengetahuan pasien :hal- hal yang belum jelas
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik/cukup/lemah.
Kesadaran : Composmentis/apatis/ samnolen.
Berat badan : Untuk meperoleh kenaikan BB total selama
kehamilan.
TD :untuk mengetahui adanya peningkatan dan
penurunan tensi (HT, syok)

19
Suhu :untuk mengetahui adanya peningkatan suhu
(infeksi/dehidrasi, normalnya 36,5-37,5
derajat C)
Pernapasan :untuk mengetahui adanya peningkatan
pernapasan (syok, ansietas, Normalnya 16-
24 x/menit )
Nadi : untuk mengetahu adanya peningkatan nadi
(infeksi, syok, ansietas, dan dehidrasi,
Normalnya 60-80 x/menit)
Abdomen :pemeriksaan abdomen dilakukan untuk;
menentukan TFU, posisi punggung janin,
memantau kontraksi uterus, memantau DJJ,
menentukan presentasi, dan menentukan
penurunan bagian terendah janin.
Pemeriksaan dalam
Menilai :dinding vagina, apakah ada bagian yang
menyempit, pembukaan dan penipisan
serviks, kapasitas panggul, ada tidaknya
penghalang pada jalan lahir, keputihan,
infeksi, pecah tidaknya ketuban, presentasi,
dan penurunan kepala janin.
II. Interpretasi Data Dasar
Identifikasi masalah atau diagnosa berdasar data yang terkumpul dan
interpretasi yang benar.
III. Identifikasi masalah potensial
Diagnosa potensial yang kemungkinan muncul adalah potensial kala I
lama, partus macet/kasep, distosia bahu, inersia uteri, gawat janin,
ruptur uteri. Diagnosa potensial ini tentunya ditegakkan jika ada faktor
pencetusnya.
IV. Identifikasi Kebutuhan segera
Menetapka kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh bidan
maupun dokter dan atau melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
V. Intervensi

20
Pada langkah ini merencanakan asuhan kebidanan persalinan kala I
yang komprehensif dan menyeluruh
VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah perencanaan dilaksanakan secara efisien dan
aman. Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan,
pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan melakukannya
sendiri. Ia tetapi memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh
perencanaan. Pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan
dokter, misalkan karena pasien mengalami komlpikasi, bidan masih
tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan
bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu,
biaya, dan meningkatkan mutu asuhan.

VII. Evaluasi
Evaluasi ini merupakan gambaran evaluasi dari asuhan yang sudah
dilakukan dan rencana tindak lanjut.
(Dwi Asri dan Cristine Clervo, 2012:38).
B. Pada Kala II
I. Pengkajian
a) Data subyektif
Data subyektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala
II adalah pasien mengatakan ingin meneran dan perutnya sakit.
b) Data obyektif
Perineum kelihatan menonjol, vulva vagina dan sfingter ani terlihat
membuka
II. Interpretasi Data Dasar
Identifikasi masalah atau diagnosa berdasar data yang terkumpul dan
interpretasi yang benar. Merumuskan diagnosa yang spesifik.
Data Dasar :ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan
vaginanya, perineum kelihatan menonjol, vulva vagina dan sfingter ani
terlihat membuka.
Diagnosa :ibu G....P....A.... usia kehamilan..... minggu inpartu kala II.
III. Identiikasi Masalah Potensial

21
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
IV. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh bidan
maupun dokter dan atau melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
V. Intervensi
Pada tahap ini menyusun rencana asuhan yang komprehensif.
VI. Implementasi
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah di buat.
Pelaksanaan asuhan yang efisien dan aman.
VII. Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi meliputi keadaan umum
bayi, keadaan umum pasien, dan kepastian adanya janin kedua. Hasil
evaluasi ini merupakan data dasar untuk kala III. Merupakan gambaran
pendokumentasian dari tindakan (implementasi).
C. Kala III
I. Pengkajian
a. Data Subyektif
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir.
2. Pasien mengatakan bahwa ari-ariya belum lahir.
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas.
b. Data Obyektif
1. Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal…,
jam…, jenis kelamin…, normal/ada kelainan, menangis spontan
kuat, warna kulit kemerahan.
2. Plasenta belum lahir.
3. Tidak teraba janin kedua.
4. Teraba kontraksi uterus.
II. Identifikasi Diagnosa
Untuk menginterpretasikan bahwa pasien dalam persalinan kala III,
bidan harus mendapatkan data yang valid untuk mendukung diagnosis.
a. Data Subyektif
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir.
2. Pasien mengatakan bahwa ari-ariya belum lahir.
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas.
b. Data Obyektif
1. Bayi lahir secara spontan per vagina pada tanggal…,
jam…, jenis kelamin…, normal/ada kelainan, menangis spontan
kuat, warna kulit kemerahan.
2. Plasenta belum lahir.

22
3. Tidak teraba janin kedua.
4. Teraba kontraksi uterus.
Diagnosa kebidanan : Seorang P1001 Ab000 dengan persalinan Kala
III normal
III. Identifikasi Masalah Potensial
Diagnosis potensial pada kala III persalinan ditegakkan berdasarkan
hasil interpretasi data pada kala ini.
Diagnosis potensial yang mungkin muncul pada kala III
1. Retensi sisa plasenta.
2. Gangguan kontraksi kala III.
IV. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera
Berdasarkan diagnosis yang telah dirumuskan, bidan secepatnya
melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak benar-
benar terjadi.
V. Intervensi
Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan terstruktur berdasarkan
tahapan persalinan normal.
VI. Implementasi
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah di buat.
VII. Evaluasi
Pada akhir kala III, bidan melakukan evaluasi meliputi plasenta lahir
spontan lengkap pada tanggal…., jam…, kontraksi uterus, TFU,
perdarahan, laserasi jalan lahir, kondisi umum pasien, dan TTV.
D. Kala IV
I. Pengkajian
a. Data Subyektif
1. Pasien mengatakan bahwa ari-ariya telah lahir.
2. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas.
3. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia.
b. Data Obyektif
1. Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal …, jam….
2. TFU berapa jari diatas pusat.
3. Kontraksi uterus baik / tidak.

II. Identifikasi Diagnosa


Untuk menginterpretasikan bahwa pasien dalam persalinan kala IV,
bidan harus mendapatkan data yang valid untuk mendukung
diagnosis. Data tersebut didapatkan dari data subyektif dan obyektif.
III. Identifikasi Masalah Potensial

23
Diagnosis potensial pada kala IV persalinan ditegakkan berdasarkan
hasil interpretasi data pada kala ini.
Diagnosis potensial yang mungkin muncul pada kala IV
1 Hipotensi sampai dengan atonia uteri.
2 Perdarahan kaena robekan serviks.
3 Syok hipovolemik.
IV. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera
Berdasarkan diagnosis yang telah dirumuskan, bidan secepatnya
melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak benar-
benar terjadi.
V. Intervensi
Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan terstruktur berdasarkan
tahapan persalinan normal.
VI. Implementasi
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah di buat.
VII. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan
bayi dalam kedaan baik, yang ditunjukan dengan stabilitas fisik dan
psikologis pasien.
(Dwi Asri dan Cristine Clervo, 2012:64).

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Kamis, 06 Desember 2018
Jam : 01.45 WIB

A. Data Obyektif

1. Biodata
Nama : Ny “S” NamaSuami : Tn “B”
Umur : 33 Tahun Umur : 31 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa

24
Pendidikan : SMP Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan :-
Alamat : Gagakasinan rt 23 rw 06 sumberpasir, pakis

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan mengeluarkan cairan sejak tanggal 05 Desember 2018 jam
11.00 WIB
3. KeluhanUtama
Ibu mengatakan mengeluh perutnya terasa kenceng-kenceng sejak tanggal 05
Desember 2018 jam 11.00 WIB setelah di buat berhubungan intim pada jam
09.30 WIB
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi,
kencing manis maupun penyakit menular seperti TBC, penyakit kuning. Ibu
tidak pernah menderita penyakit tumor, kanker dan ibu tidak pernah di rawat di
RS.

5. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti darah tinggi,
kencing manis maupun penyakit menular seperti HIV/AIDS, dan TBC. Ibu
tidak sedang menderita penyakit tumor, kanker dan epilepsi.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti asma, tekanan darah tinggi dan kencing manis serta tidak pernah
menderita penyakit menular seperti penyakit kelamin, batuk menahun dan
penyakit kuning juga tidak terdapat riwayat kembar.
7. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur

25
Lama : 4 hari
HPHT : 31-03-2018
TP : 07-01-2019
8. Riwayat Pernikahan
Menikah :1x
Lama menikah : 10 tahun
Umur pertama kali menikah : 23 tahun
Jumlah anak : 1 umur 9 tahun
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang ketiga

10.Riwayat kehamilan sekarang

a. Trimester I
Ibu mengalami mual muntah pada kehamilannya.
b. Trimester II
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke puskesmas
c. Trimester III
Ibu melakukan tidak USG di dr.SPOG

11.Riwayat KB

Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan

12.Pola kebiasaan sehari-hari

Pola Sebelum hamil Saat hamil


a. Nutrisi Makan 2x sehari komposisi Makan 2x/hari nasi,
nasi 1 piring,lauk-pauk : lauk-pauk: sayur, tahu,
sayur,tempe,tahu telur, ikan
Minum 7-8 gelas/hari Minum :8-9 gelas/hari

b. Aktifitas Ibu melakukan pekerjaan Ibu mulai mengurangi


rumah seperti mencuci, pekerjaan yang berat.
menyapu, mengepel, memasak,

26
dll
c. Istirah Tidur malam : 7 jam / hari, Tidur siang 1-2 jam,
at tidur siang : 2 jam / hari tidur malam 5-6 jam
d. Person Mandi 3 sehari, gosok gigi Mandi 2 sehari, gosok
al hygiene 2x/hari, keramas 1-2x dalam gigi 2x/hari, ganti
seminggu, ganti pakaian setiap pakaian setiap habis
habis mandi, ganti celana mandi, ganti celana
dalam setiap selesai mandi dalam setiap selesai
mandi
e. Elimin BAB teratur setiap pagi, BAK BAB teratur, BAK 5-6
asi 4-5x/hari, tidak ada masalah kali/hari

11. Data Objektif


a. Pemeriksaan umum
KeadaanUmum: cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7° C
Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit

b. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih,rambut lurus warna hitam
Muka : tidak pucat, tidak ada kloasma gravidarum, tidak
oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus
Hidung : bersih, simetris, tidak ada secret, polip (-/-)
Mulut : tidak stomatitis, bibir tidakpucat, tidak ada caries
gigi
Telinga : simetris, tidak ada secret, tidak ada ganguan
pendengaran
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfe.
Payudara : putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada areola, mamae dan payudara membesar.
Perut : tidak ada luka bekas operasi, terdapat strie
gravidarum dan linea nigra membesar sesuai usia kehamilan.
Genitalia : bersih, tidak adaoedema,tidakvarises, terdapat lendir

27
bercampur darah.
Ekstremitas : Wajah tidak oedema,kaki tidak oedema
Palpasi
Leopold I : bagian fundus teraba lunak, keras dan tidak
melenting (bokong). TFU=27 cm
Leopold II : teraba keras, datar, memanjang seperti papan
sebelah kanan ibu (PUKA) dan pada bagian kiri
teraba bagian kecil janin.
Leopold III: teraba bulat, keras, melenting ( kepala ) sudah masuk
PAP.
Leopold IV :teraba 2/5 bagian.
His : 3x10’ 30– 35 “

 Auskultasi
DJJ : (+) 142 x/m

 Perkusi
Reflek patella: +/+

 VT
Tanggal : 06-12-18
Jam : 01.45 WIB
V/V : lendir darah
Pembukaan : 2 cm
Eff : 30 %
Ket :-
Bagian terendah : kepala
Bagian terdahulu : UUK
Molase :-
Hodge : II
Tidak ada bagian terkecil di sekitar bagian terendah
b. Pemeriksaan penunjang
Uji laboratorium

No Jenis tes Hasil tes Hasil tes normal


1 DARAH LENGKAP
2 *HEMOGLOBIN 12,8 L:13-17g/dL;P:11,5-16g/dL
3 *HITUNG LEUKOSITE 7.250 4000-11000/CMM
4 *LED/BBS - L:0-15/JAM;P:0-20/JAM
5 *HITUNG JENIS 1/-/-/61/27/5 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
6 *HITUNG ERYTROSITE 6.000.000 L: 4.5-6.5 JT/CMM P 3.0-

28
6.0 JT/CMM
7 *HITUNG TROMBOSITE 300.000 150.000-450.000/cmm
8 *HEMATOKRIT 40 L. 40-54 % P.35-47%
9 *MCV/MCH/MCHC 95,3/28,3/34,5 80-97 fL/27-31 pg/32-36%
10 GOLONGAN DARAH B, RHESUS +
11 PPT 11,2 9,7-13,1 DETIK
12 INR 1,01
13 APTT 32,6 23,9-38,9 DETIK
14 HbsAg (TES STRIP) NON REAKTIF NON REAKTIF
15 HIV (PACK TEST) NON REAKTIF NON REAKTIF
Terlampir pada tanggal 23 Agustus 2018

3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : GIII P1001 Ab100 UK 35-36 minggu janin tunggal hidup
intrauterin, inpartu kala II dengan Partus Prematur.
Ds : Ibu mengatakan sudah kenceng-kenceng semakin sering dan
ibu ingin mengejan.
Do : keadaan umum : Cukup
Kesadaran : composmentis
TTV: TD : 110/70
N : 88 x/m
S : 36,70C
RR : 20 x/m
Palpasi:
Leopold I : bagian fundus teraba lunak, keras
dan tidak melenting (bokong). TFU=27 cm
Leopold II : teraba keras, datar,
memanjang seperti papan sebelah kanan ibu (PUKA)
dan pada bagian kiri teraba bagian kecil janin.
Leopold III: teraba bulat, keras, melenting ( kepala )
sudah masuk PAP.
Leopold IV :teraba 2/5 bagian.

His : 3x10’ 30 – 35 “
Pemeriksaan dalam
VT tanggal 06-12-2018 jam 01.45 WIB
V/V : lendir darah
Pembukaan : 2 cm
Eff : 30 %
Ket :-
Bagian terendah : kepala
Bagian terdahulu : UUK
Molase :-
Hodge : II
Tidak ada bagian terkecil di sekitar bagian terendah.

29
3.4 Identikasi Masalah Potensial
- Asfiksia
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Kolaborasi dengan dr.SPOG
- Kolaborasi dengan Tim Neonatus
3.5 Intervensi
Dx : GIII P1001 Ab100 UK 35-36 minggu janin tunggal hidup
intrauterin, letkep inpartu kala II dengan partus prematur.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan persalinan
berjalan normal, tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin.
Kriteria hasil :
1. Ibu dapat melahirkan pervaginam
2. Ibu dan bayi selamat
Intervensi :

1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga


R/ agar ibu lebih kooperatif terhadap tindakan dan percaya kepada
tenaga medis

2. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan


R/ agar ibu mengetahui keadaannya saat ini

3. Lakukan observasi DJJ, kontraksi, nadi, suhu,tekanandarah tiap 30


menit.
R/ untuk mendeteksi dini adanya komplikasi

4. Lakukan pemeriksaan dalam apabila ada tanda persalinan


R/ Untuk mengetahui apakah pembukaannya sudah lengkap atau belum.
5. Beri dukungan emosional pada klien dan pujian kepada ibu
R/ agar ibu lebih tenang dalam menghadapi persalinan

6. Berikan asupan nutrisi makan dan minum


R/ menambah tenaga ibu dan mencegah terjadinya dehidrasi

7. Lakukan VT ulang pada jam 06.00 WIB

R/ untuk mengetahui kemajuan persalinan

8. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB

R/ untuk tidak menghambat kemajuan persalinan

9. Siapkan lembar patograf

30
R/untuk memantau jalannya persalinan

3.6 Implementasi
Tanggal : 06 Desember 2018
Jam : 02.00 WIB

1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa


kondisi ibu saat ini panas dan denyut jantung janin lebih dari normal.
TTV: TD : 110/70

N : 88 x/m

S : 36,70C

RR : 20 x/m

Palpasi:

Leopold I : bagian fundus teraba lunak, keras dan tidak


melenting (bokong). TFU=27 cm

Leopold II : teraba keras, datar, memanjang seperti papan


sebelah kanan ibu (PUKA) dan pada bagian kiri teraba bagian kecil janin.

Leopold III : teraba bulat, keras, melenting ( kepala ) sudah masuk


PAP.

Leopold IV :teraba 2/5 bagian.

His : 3x10’ 40 “

Pemeriksaan dalam

V/V : lendir darah

Pembukaan : 2 cm

Eff : 30 %

Ket :-

Bagian terendah : kepala

Bagian terdahulu : UUK kanan depan

Molase :-

Hodge : II

31
Tidak ada bagian terkecil di sekitar bagian terendah.

2. Melakukan observasi DJJ, kontraksi, nadi, suhu tiap 30 menit


dan pembukaan serta tekanan darah tiap 4 jam untuk mengetahu
perubahan yang terjadi.
Jam DJJ Kontraksi Nadi Suhu Pembukaan
02.00 143x/m 3x10’ 20 “ 86x/m 36,3 C 2 cm
02.30 144x/m 3x10’ 25 “ 86x/m
03.00 142x/m 3x10’ 30 “ 85x/m
03.30 143x/m 3x10’ 30 “ 82x/m
04.00 140x/m 4x10’ 35 “ 78x/m
04.30 141x/m 4x10’ 35 “ 81x/m
05.00 130x/m 4x10’ 35 “ 86x/m
05.30 130x/m 4x10’ 40 “ 86x/m
06.00 128x/m 5x10’ 40 “ 85x/m 36,1 C 8 cm
06.30 128x/m 5x10’ 40 “ 80x/m
07.00 130x/m 5x10’ 40 “ 82x/m
07.30 130x/m 4x10’ 40 “ 84x/m 10 cm

3. Melakukan pemeriksaan dalam apabila ada dorongan ingin


meneran,ketuban pecah,vulva membuka
4. Memberikan dukungan emosional pada ibu selama proses
persalinan yaitu dengan memberikan semangat pada ibu dan berikan
pujian kepada ibu
5. Memberikan asupan nutrisi yang cukup disela-sela kontraksi,
berikan makan dan minum
6. Melakukan VT ulang pada jam 06.00 WIB, Menganjurkan
ibu untuk miring kiri sehingga denyut jantung janin akan kembali normal.
7. Berikan ibu pispot untuk BAK dan BAB
8. Melakukan pendokumentasian di lembar partograf.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 06 Desember 2018
Jam : 07.30 WIB
S : ibu mengatakan ingin meneran dan seperti mau BAB
O : Setelah di periksa pembukaan sudah lengkap adanya dorongan
meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva membuka.
KU : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 110/800

32
N : 84 x/m
S : 36,30C
RR : 20 x/m
DJJ :130 x/m
His : 5x10’ 35-40”
Pemeriksaan dalam jam 14.00 WIB
V/V : lendir darah
Pembukaan : 10 cm
Eff : 100 %
Ket :+
Bagian terendah : kepala
Bagian terdahulu : UUK kanan depan
Molase :-
Hodge : III
Tidak ada bagian terkecil di sekitar bagian terendah.
A : GI P0000 Ab000 UK 35-36 minggu janin tunggal hidup intrauterin
letkep dengan inpartu kala II.

P :
1. Melakukan pendekatan dan beritahu ibu dan
keluarga bahwa sudah saatnya ibu untuk melahirkan karena
pembukaan sudah lengkap.
2. Membimbing ibu cara meneran yang baik dan
melarang ibu meneran jika tidak ada His.
3. Memberi nutrisi pada ibu yaitu air minum disela
sela kontraksi
4. Mendengarkan DJJ saat his berhenti untuk
mengetahui keadaan janin.
5. Rangsangan putting susu untuk mempercepat
timbulnya his.
6. Menyiapkanalat-alat atau partus set.
7. Menyiapkan pertolongan persalinan
8. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan lengkap. Pakai
celemek, pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam. Masukkan oksitosin ke
dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik)
9. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik

33
10. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka
dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %. Dan periksa DJJ saat di luar his.
11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu
proses bimbingan meneran.
12. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
13. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
di perut ibu jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm. letakkan kain bersih yang dilipat 1/3
bagian di bawah bokong ibu. Buka tutup partus set dan
perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. Pakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan
14. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Lahirnya kepala : setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5 – 6 cm membuka vuva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kin bersih dan
kering. Periksa adanya kemungkinan lilitan talipusat.
Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar.
Lahirnya bahu :setelah kepala melakukan putar paksi luar,
pegang secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi.
Lahirnya badan dan tungkai : setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah kearah perineum ibu unutk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong dan tungkai.
15. Penanganan bayi baru lahir
Lakukan penilaian, keringkan tubuh bayi, perksa kembali
uterus yang memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin. Setelah 2 menit
pasca persalinan jepit tali pust dengan klem kira – kira 3 cm

34
dari pusat bayi. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi,
selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.

Kala III
Jam : 08.00 WIB
S : ibu mengatakan mules
O : adanya semburan darah di introitus vagina, tali pusat
memanjang, kontraksi baik, kandung kemih kosong, ada
perubahan bentuk dan tinggi TFU ( 2 jari dibawah pusat).
A : Ny”S” P2001 Ab1001 dengan inpartu kala III

P :

1. Penatalaksanaan Kala Tiga


Pindahkan klem pada tali pusat hinggaberjarak 5 – 10 cm dari
vulva. Suntik oksitosin 10 UI (IM), kemudian lakukan
PTT,mengeluarkan plasenta dengan dorongan dorso cranial,
plasenta muncul di introitus vagina lahirkan plasenta dengan
keduatangan, melakukan rangsangan taktil (masase ) uterus
selama 15 detik.

2. Menilai perdarahan
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh, kemudian evaluasi
laserasi pada vagina dan perineum bila ada laserasi lakukan
heacting.
Kala IV
Jam : 08.20 WIB
S : ibu merasa senang
O : KU : cukup
Kesadaran: composmentis
TD : 110/70
N : 86 x/m
S : 36,30C
RR : 22 x/m

35
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi: Baik
Perdarahan : ± 100 cc
A : Ny “S” P2002 Ab100 dengan kala IV
P :
1. Melakukan prosedur pasca persalinan

Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi


perdarahan pervaginam. Lakukan penimbangan/ pengukuran
bayi, beri neo VIT K. lanjutkan pemantauan kontraksi dan
mencegah perdarahan pervaginam. Ajarkan ibu / keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, evaluasi
jumlah kehilangan darah. Periksa TTV, kandung kemih,
kebersihan dan keamanan.
2. Menganjurkan ibu untuk makan – makanan yang berprotein
tinggi seperti telur, ikan , dan kacang – kacangan.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
terutama pada luka jahitan.
4. Melakukan Pendokumentasian.

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 06 Desember 2018, Ny “S” dengan keluhan perut terasa


kencang-kencang. Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada Ny “S” jam 01.45 WIB
yaitu pembukaan 2 cm, ketuban masih pecah. Asuhan kebidanan pada Ny “S”
dilakukan melalui tahap pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi
dokumenter, praktek langsung, bimbingan, pemeriksaan umum dan pemeriksaan
fisik, dimana asuhan yang ada di lapangan dengan yang ada di teori pada dasarnya
sama, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada tahap pengkajian data subjektif dan objektif, penulis tidak menemukan
kesulitan baik melelui wawancara langsung maupun pengamatan terhadap klien
dan keluarganya. Setelah dilakukan analisa didapatkan satu diagnosa yaitu G III
P1001 Ab100 UK 35-36 minggu janin tunggal hidup intrauterin letkep inpartu kala II
dengan partus prematur. Diagnosa pada kasus ini adalah persalinan dengan
patologis. Sesuai dengan diagnosa, penulis membuat rencana tindakan asuhan
kebidanan pada klien sesuai kebutuhan klien. Dalam tahap perencanaan ini tidak
ada hambatan yang dijumpai karena sarana, prasarana, sumberdaya dari klien dan
tempat untuk melaksanakan asuhan kebidanan memungkinkan dalam membuat
rencana tindakan sesuai prinsip ilmu kebidanan dan protap yang ada. Pada tahap
implementasi, penulis melaksanankan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Setelah pelaksanaan tindakan, dilakukan evaluasi terhadap tindakan dan
hasilnya ibu mengerti tentang proses persalinan dan ibu merasa aman.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

37
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin benar-benar
diperhatikan agar proses persalinan berjalan lancar dan penanganan harus
segera dilakukan jika masalah timbul pada waktu persalinan.
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny”S”, penulis
menyimpulkan bahwa dalam melakukan sutu pengkajian diperlukan adanya
ketelitian, kepekaan dan peranan dari ibu sendiri sehingga diperoleh data
yang menunjang untuk membuat diagnosa kebidanan. Dari kasus tersebut
diperoleh:

a. Dari pengkajian didapatkan diagnosa Ny “S” GIIIP1001 Ab100


UK 35-36 minggu janin tunggal hidup intrauterin letkep inpartu
kala II dengan partus prematur.
b. Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
c. Kriteria hasil yang akan dibuat tercapai yaitu keadaan ibu
dan janin baik.

5.2 Saran

 Bagi klien
Diharapkan klien dapat mempertahankan kerjasama yang baik
dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan
dapat tercapai serta semua masalah klien dapat diselesaikan.

 Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa trampil dalam memberikan asuhan
kebidanan dan belajar lebih giat lagi sehingga memperolehpengetahuan
yang luas.

 Bagi tenaga kesehatan


Diharapkan dapat mempertahankan cara pemberian asuhan
kebidanan yang lebih baik sehingga tidak menimbulkan masalah yang
baru dan pasien merasa aman.

38
39
DAFTAR PUSTAKA

Jannah Nurul, 2015. ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC

Johariyah, Ema, 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: CV. Trans Info Media

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:

Prawirohardjo Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sondakh Jenny, 2013. Asuhan kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga

Walyani,Elisabeth & Purwoastuti Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan &


Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustakabarupres

40

Anda mungkin juga menyukai