Anda di halaman 1dari 35

Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Kopi Robusta (Coffea canephora) Dengan

Berbagai Tingkat Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten Malang, Jawa Timur

SKRIPSI

Oleh:
EDO EKO

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Kopi Robusta (Coffea Canephora)
Dengan Berbagai Tingkat Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten Malang,
Jawa Timur

Oleh
EDO EKO
155040201111198

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar


Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH
MALANG

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian :Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Kopi Robusta (Coffea
canephora) Dengan Berbagai Tingkat Produksi Kopi
Robusta Di Kabupaten Malang, Jawa Timur

Nama Mahasiswa : Edo Eko


NIM : 155040201111198
Jurusan : Tanah / Manajemen Sumberdaya Lahan
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui

Pembimbing Utama,

Ir. Endang Listyarini, MS.


NIP. 195705141984032001

Diketahui,
Ketua Jurusan

Syahrul Kurniawan SP. MP. p .hD


NIP. 197910182005011002

Tanggal Persetujuan : ...............................

i
RINGKASAN

EDO EKO. 155040201111198. Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tingkat


Produksi Kopi Robusta (Coffea Canephora) Di Lahan PT. Perkebunan
Nusantara XII Kebun Bangelan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dibawah
bimbingan Ir. Endang Listyarini, MS sebagai Pembimbing Utama.
SUMMARY

EDO EKO. 155040201111198. . The Characteristic of Chemical Soil on Robusta Land


(Coffea canephora) With Various Robusta Coffee Production levels in Malang Regency,
East Java. Under the guidance of Mrs. Ir. Endang Listyarini, MS as main
counselor

The same treatment for all plants does not make coffee plants
produce the
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan proposal penelitian
dengan Topik “Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Kopi Robustan (Coffea Robusta
L) Dengan Berbagai Tingkat Hasil Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten
Malang, Jawa Timur.” Proposal ini merupakan syarat sebelum pelaksanaan
penelitian dimulai.
Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Endang Listyarini, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, SU., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3. Bapak Erwin Malau, Sp., selaku Manager Kebun PT. Perkebunan Nusantara XII
Kebun Bangelan
Saya menyadari bahwa semua bentuk kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT, sehingga saya sebagai penulis proposal ini masih sadar bahwa masih
mengalami kekurangan serta membutuhkan masukan dan kritik dalam menyusun
proposal ini. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat baik bagi rekan-rekan
mahasiswa, instansi pemerintah, pihak-pihak di lokasi penulis melaksanakan
penelitian kerja, masyarakat umum, dan berbagai pihak yang lainnya sekedar sebagai
bahan ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi penulis khususnya.

Malang, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................10
1.4 Hipotesis.......................................................................................................11
1.5 Kerangka Pikir.............................................................................................12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................13
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Robusta ......................................................13
2.1.1 Iklim...........................................................................................................13
2.1.2 Kondisi Kimia Tanah Tanaman Kopi Robusta..........................................14
2.2 Sifat Kimia Tanah.........................................................................................13
2.2.1 Derajat Keasaman (pH).............................................................................13
2.2.2 C-Organik..................................................................................................13
2.2.3 Kandungan Hara Tanah..............................................................................13
2.3 Hubungan Sifat Kimia Tanah dengan Tanaman Kopi Robusta....................16
2.4 Kesesuaian Lahan Kopi Robusta.................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................20
3.1 Waktu dan Tempat ...............................................................................20
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................20
3.3 Tahapan Penelitian................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

No Teks Hal
1. Tabel 1. Kelas Kesesuian Lahan Tanaman Kopi Robusta

2 Tabel 2. Alat Dan Bahan Yang Digunakan Untuk Penelitian


3. Tabel 3. Macam Dan Metode Analisis Sampel Tanah

iv
DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

v
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal
1 Peta Lokasi / Blok Tingkat Produksi Tanaman Kopi Robusta dan 25
Lokasi Pengabilan Sampel Tanah
2 Data Produksi Tanaman Kopi Afdeling 1 / Besaran PTPN XII
Kebun Bangelan Kabupaten Malang

vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia salah satu jenis tanaman kopi yang dibudidayakan adalah kopi
Robusta. Sejarah tersebarnya kopir robusta ke Indonesia yaitu pada abad ke-17
dimulai dengan dibawanya tanaman kopi ke indonesia berupa tanaman kopi
arabika oleh sekelompok orang berkebangsaan belanda. Pada saat itu kopi arabika
berkembang pesat hingga abad ke-19 tanaman kopi arabika merupakan tanaman
yang komersil untuk ditanam dan mengalami perkembangan pesat hingga kini.
Kopi robusta ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh
dan pemeliharaan yang ringan dan tingkat produksinya jauh lebih tinggi. Oleh
karena itu kopi robusta cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya Saat
ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi robusta.
Kopi Robusta merupakan jenis tanaman kopi yang memiliki daun lebar dan
tipis serta dapat ditanam pada ketinggian 300-600 m dpl dengan suhu udara harian
antara 24-30º C. Secara umum, tanaman kopi sebaiknya ditanam di daerah dengan
bulan kering yang memiliki jumlah curah hujan < 60 mm per bulan dengan
maksimum curah hujan selama 3 bulan dan curah hujan antara 1500-3500 mm per
tahun dengan kelembaban lingkungan antara 75% sampai 90%. (Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008). Kopi robusta
termasuk dalam usaha pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering merupakan
daerah yang memiliki potensial kehilangan air yang tidak seimbang karena
sedikitnya curah hujan tahunan (Lidjang dkk, 2003).
Permasalahan utama pada tanaman kopi robusta di Indonesia adalah masih
rendahnya produktivitas tanaman kopi robusta. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produktivitas kopi robusta adalah dengan perbaikan bahan tanam.
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari
tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif
lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk
menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara
vegetatif. Selain itu untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kopi robusta juga
dapat dilakukan perbaikan media tanam yang memiliki pengaruh besar seperti
memperbaiki sifat kimia tanah yang ada yaitu perbaikan terhadap sifat kimia yang

1
dapat mempengaruhi kadar C-Organik, pH dan Unsur hara Makro Primer (N, P
dan K)
Evaluasi sifat kimia tanah menjadi sangat penting untuk di perhatikan dalam
menentukan kemampuan tanah. Sifat kimia tanah adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa yang bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di
atas permukaan tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang
terbentuk dan berkembang setelah peristiwa kimia tersebut. Peubah yang
termasuk sifat kimia tanah yang mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan
kualitas tanaman antara lain pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan mikro.
Komponen kimia tanah berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada
umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah bertujuan
untuk menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah
ketersediaan unsur hara bagi tanaman yang dapat memberikan perubahan terhadap
kesuburan tanah dan produktivitas kopi robusta.
Sifat kimia tanah dapat mempengaruhi produktivitas kopi. Apabila tanaman
kopi tersebut mengalami kekurangan salah satu unsur hara khususnya unsur hara
makro primer yang dibutuhkan, mengakibatkan terjadinya defisiensi unsur hara
serta penghambatan pertumbuhan dan produksi kopi sehingga produktivitas
tanaman kopi robusta di lahan tidak optimnal. Selain mengalami kekurangan
unsur hara pada tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi
tanaman kopi, kelebihan unsur hara juga dapat memberikan dampak yang buruk
bagi tanaman kopi. Sehingga dapat dilakukan upaya untuk menghindari defisiensi
unsur hara makro primer dan kelebihan unsur hara makro primer dengan cara
pemberian dosis pupuk yang tepat.
Kegiatan budidaya tanaman kopi merupakan suatu kegiatan budidaya
pertanian dalam skala luasan lahan yang luas, sehingga banyak yang menjadikan
kegiatan budidaya kopi khususnya kopi robusta menjadi suatu kegiatan dalam
sektor perkebunan. Pelaksanaan kegiatan budiaya kopi sama seperti kebanyakan
kegiatan budidaya yang lainnya. Budidaya kopi robusta dimulai dengan persiapan
bibit dimana nantinya bibit kopi robusta umumnya dipakai oleh petani dengan
menggunakan cara generatif bukan vegetatif seperti okulasi dan kultur jaringan.
Jika bibit sudah dipilih dari tanaman induk yang sehat makan biji kopi

2
diperlakukan sebagai benih tanaman kopi robusta nanti, jika benih sudah
berkecambah maka benih dipindah ke media tanam polibag dan dapat
dipindahkan ke lahan pada umur 5-6 bulan ke lahan yang sudah di persiapkan atau
sudah diolah terlebih dahulu dan memiliki tanaman pelindung sebagai naungan
dan mengatur intensitas cahaya langsung ke tanaman.
Pada saat tanaman kopi robusta sudah dilahan banyak hal yang dilakukan
yaitu dengan perawatan yang bertujuan untuk menjaga tanaman kopi robusta tetap
produktif dan kebutuhan dari tanaman kopi robusta dalam menghasilkan produksi
tercukupi. Setelah kegiatan perawatan yaitu kegiatan pemanenan dimana dalam
kegiatan ini yang buah kopi yang diambil atau yang dimanfaatkan. (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. 2014)
Tindakan yang dilakukan selama perawatan yaitu penyulaman, penyiangan,
pembubunan, pemupukan dan pemeliharaan tanaman pelindung. Kegiatan lainnya
yang merupakan salah satu penunjang kebutuhan air tanaman kopi robusta adalah
kegiatan irigasi dan drainase. Irigasi dan drainase merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting atau perlu diperhatikan dalam tindakan budidaya, hal ini menjadi
sangat penting karena setiap tanaman memerlukan kebutuhan air dalam
menunjang kegiatan metabolisme tanaman.
Penanaman kopi harus dilakukan pada lahan dengan kemampuan tanah
yang sesuai, karena apabila tidak sesuai maka dapat menyebabkan menurunnya
tingkat kesuburan tanah dan juga produktivitas kopi. Kemampuan tanah untuk
menyediakan unsur hara dapat ditinjau dari sifat kimia tanah seperti C-organik,
pH dan unsur hara makro primer (N, P, dan K). Informasi mengenai sifat kimia
tanah dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan pertanaman kopi misalnya
pemilihan lokasi tanam dan juga menentukan dosis pupuk yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu perlu adanya penelitian sifat kimia tanah
seperti C-Organik, pH dan kandungan unsur hara makro premier (N, P dan K)
pada lahan kopi meningkatkan guna menjadi dasar informai untuk mengambil
langkah selanjutnya dalam produktivitas lahan.

3
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat kimia tanah pada beberapa tingkat produksi kopi robusta di
Kabupaten Malang?
2. Bagaimana hubungan sifat kimia tanah pada tingkat hasil produksi kopi
robusta di Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1 Mengetahui sifat kimia tanah pada beberapa tingkat produksi tanaman kopi
robusta di Kabupaten Malang,
2 Mengetahui hubungan sifat kimia tanah dengan tingkat produksi tanaman kopi
robusta di Kabupaten Malang.

1.4 Hipotesis

1. Ada keragaman sifat kimia tanah pada beberapa tingkat produksi tanaman
kopi robusta
2. Sifat kimia tanah mempunyai hubungan dengan tingkat hasil produksi
tanaman kopi robusta.

4
1.5 Kerangka Pikir Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara XII Kopi Merupakan


Kebun Bangelan, Kabupaten Malang komoditas ekspor

Persyaratan Karakteristik dan Lahan Perkebunan Produksi kopi kurang


Tumbuh Tanaman fisiografi wilayah Kopi maksimal

Analisis Sampel
Tanah (Sifat kimia)
BATASAN
PENELITIAN

Tingkat Produksi
Tanaman

Hasil

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Robusta
2.1.1 Iklim
Pada umumnya di Indonesia tanaman kopi yang dibudidayakan adalah
kopi jenis robusta, arabika dan liberika. Akan tetapi yang banyak dibudidayakan
di Indonesia adalah jenis kopi arabika dan robusta. Pada kegiatan budidaya
tanaman kopi robusta selain memperhatikan pembibitan dan penanaman, kondisi
iklim juga mempengaruhi tumbuh baiknya sebuah tanaman kopi robusta.
Menurut Balai Besar Pengajian dan Pengembangan Teknoligi Pertanian (2008)
Tanaman Kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian sekitar 300-600 mdpl.
Ketinggian tempat penanaman kopi sangat mempengaruhi citarasa kopi tersebut.
Curah hujan 1500-3000 mm/tahun dan bulan kering (curah hujan < 60
mm/bulan) selama 3 bulan. Selain itu suhu ideal tanaman kopi robusta untuk
tumbuh dan berproduksi dengan baik menurut Djaenudin, dkk (2003) adalah
19⁰C-32⁰C.
2.1.2 Kondisi Kimia Tanah Tanaman Kopi
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014), sifat
kimia tanah (terutama pada lapisan 0 – 30 cm) yang diperlukan untuk
pembangunan kebun induk dan kebun entres kopi robusta harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Kadar bahan organik > 3,5 % atau kadar C > 2 %.
2. Nisbah C/N antara 10 – 12.
3. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) > 15 me/100 g tanah.
4. Kejenuhan basa > 35 %.
5. pH tanah 5,5 – 6,5.
6. Kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup sampai tinggi.
Sifat kimia memiliki peran penting dalan pembentukan kondisi tanah di
kebun. Melalui standarisasi sifat kimia yang telah ditentukan oleh Menteri
Pertanian Republik Indonesia, maka dapat menjadikan acuan dalam kegiatan
budidaya tanaman kopi robusta. Sifat kimia tanah dapat menentukan kondisi
kesuburan tanah. Selain itu sifat kimia juga menentukan tingkat produktivitas
kopi di lahan.

2.2 Sifat Kimia Tanah


2.2.1 Derajat Keasaman Tanah (pH)

6
Penanaman kopi robusta harus dilakukan pada lahan dengan kemampuan
tanah yang sesuai, seperti hal nya derajat keasaman tanah (pH). Pada lahan kopi
membutuhkan pH tanah yang sesuai agar produktivitas kopi robusta tidak
menurun. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014) Ideal
derajat keasaman tanah/pH yang sesuai untuk lahan kopi yaitu sebesar 5,5-6,5.
Meurut Hardjowigeno (2007) Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Tanah yang masam memiliki nilai pH yang rendah
atau kadar ion H+ yang tinggi. Namun sebaliknya, tanah basa memiliki nilai pH
yang tinggi atau kadar ion H+ yang rendah. Selain ion H+ dan ion-ion lain di
dalam tanah ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
ion H+. Apabila kandungan H+ dan OH- adalah sama maka tanah bereaksi netral.
Menurut Winarso (2005) pH diartikan sebagai kemasaman atau kebasaan
relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0-14. Nilai pH 7 dikatakan
netral. Di bawah 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basa. Menurut
Dikti (1991) reaksi masam-basa dalam tanah dapat mempengaruhi tingkat
penguraian mineral dan bahan organik, pembentukan mineral liat, aktivitas jasad
renik, ketersediaan hara bagi tanaman dan secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat
ditentukan oleh pH tanah.
2.2.2 C-Organik
Salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
budidaya tanaman adalah kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah.
Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika,
maupun biologi tanah. Penetapan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-
Organik. Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal
dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah
dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan 2006). Menurut Atmojo
(2003) Bahan organik berasal dari tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan yang
telah mengalami proses pelapukan maupun dekomposisi. Dalam hal ini, diketahui
bahwa bahan organik dapoat tersusun dari bahan humus dan non humus. Bahan
non humus merupakan suatu organisme yang telah mati lalu sedang melalui
proses dekomposisi di sebagian tubuhnya untuk kemudian dapat digunakan
sebagai unsur hara bagi mikroorganisme dan tanaman. Sedangkan bahan humus

7
yaitu suatu organisme mati yang telah sepenuhnya terdekomposisi sehingga
menjadi salah satu lapisan tanah yang sangat subur.
Menurut Musthofa (2007) bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk
C-Organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi. Maka sewaktu pengolahan tanah, penambahan bahan
organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain
sangat erat berkaitan dengan KTK (kapasitas tukar kation) serta dapat
meningkatkan KTK tanah. Faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan
organik yaitu iklim yang dapat memperlambat bahkan mempercepat terjadinya
proses dekomposisi, tipe penggunaan lahan dimana lahan tersebut berfungsi
sebagai sumber bahan organik yang baik bagi lahan tersebut, bentuk lahan yang
membantu dekomposisi pada proses pengumpulan bahan-bahan organik tersebut,
dan adanya kegiatan manusia ini pun akan sangat berpengaruh pada terjadinya
proses dekomposisi (Atmojo, 2003).
Salah satu peranan bahan organik yang penting adalah kemampuanya
bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks. Dengan
demikian ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan penyediaan
hara pada tanah seperti Al, Fe dan Mn dapat diperkecil dengan adanya bahan
organik. Karakteristik bahan organik tanah dapat dilakukan secara sederhana.
Contoh secara kimia berdasarkan dari kadar C-organik (Suridikarta, dkk, 2002).
Menurut Sri dan Suci (2003) bahwa pemberian bahan organik pada tanah akan
meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan
mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi
pada sistem pertanian organik. Karbon merupakan sumber makanan
mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur hara ini dalam tanah akan
memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi
tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya
pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya.

2.2.3 Kandungan Hara dalam tanah


a. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro primer yang sangat
penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlahyang banyak dan diserap tanaman

8
dalam bentuk ion NH4 + (amonium) dan ion NO3 - (nitrat). Jika ditinjau dari
berbagai unsur hara, nitrogen merpakan yang paling banyak mendapat perhatian.
Hal ini disebabkan oleh jumlah nitrogen yang terdapat didalam tanah sedikit
sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup
banyak. Hal ini dipertegas oleh pernyataan oleh (Sutanto, 2013) yang menyatakan
bahwa sumber utama nitrogen ialah bahan organik dan N2 atmosfer. Sedangkan
jika dibandingkan dengan senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah
hilang dalam air drainase, menguap ke atmosfir dan tercuci di tanah. (Damanik
dkk., 2011)
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting
di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi
kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam
tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu
diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi
produksi (Dewi, 2007). Menurut Hardjowigeno (2007), nitrogen dalam tanah
terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa
amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Fungsi N adalah untuk memperbaiki
pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N
akan berwarna lebih hijau dan membantu proses pembentukan protein. Berikut
adalah peran unsur Nitrogen terhadap tanaman:
1. Nitrogen sebagai unsur hara makro dan dibutuhkan oleh tanaman.
2. Memicu pertumbuhan khususnya batang dan daun
3. Menghasilkan tunas muda yang baik

4. Berperan dalam zat hijau daun (klorofil yang sangat penting untuk
melakukan proses fotosintesis
5. Memberikan peran terhadap proses pembentukan biji dan buah

Tingginya N-total disebabkan oleh adanya bahan organik yang


memberikan sumbangan kedalam tanah. Hal ini mengidentifikasikan bahwa telah
terjadi pelepasan hara dari proses dekomposisi bahan organik ke dalam tanah
sebagai stimulan bertambahnya N dalam tanah. Selain itu penurunan jumlah

9
nitrogen juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah bahan organik dan
mikroorganime tanah di lokasi tersebut. Karena di dalam susunan jaringan bahan
organik terkandung unsur nitrogen organik yang di dekomposisi oleh
mikroorganisme tanah menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman (Izzudin, 2012).
Total N tanah (organik utama) umumnya diukur setelah didigestasi menggunakan
prosedur kjeldahl. Total bahan organik N (NH4 + , NO3 - , dan NO2 - ) biasanya
dideterminasi dengan destilasi menggunakan ekstrak tanah 2 M KCl. Dan setelah
didestilasi, N-NO3 - bisa dideterminasi dengan sebuah prosedur asam
kromotropik (Tisdale, dkk.1985).
b. Fospor
Unsur Fosfor merupakan unsur hara esensial tanaman. Berdasarkan
fungsinya tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup
untuk pertumbuhannya secara normal. Unsur P merupakan unsur yang dibutuhkan
saat awal perkembangan tanaman dan menetukan produktivitas tanaman kopi.
Menurut Hardjowigeno (2007), unsur-unsur P di dalam berasal dari mineral-
mineral di dalam tanah. Ketersediaan fosfor salah satunya yaitu dipengaruhi oleh
suhu. Secara umum, fungsi dari P dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman, dapat mempercepat perkembangan dan pemasakan buah
dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian. (Sutedjo, 2002). Menurut penelitian
Suhariyono (2005) unsur P terlihat lebih tinggi konsentrasinya pada musim hujan
daripada pada musim kemarau

Unsur Fosfor (P) di dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan,
dan mineral-mineral di dalam tanah dan unsur P berperan dalam pembentukkan
biji dan buah, selain itu mendorong pertumbuhan akar muda serta berperan untuk
pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman. P-organik dan P-
anorganik merupakan jenis unsur P yang terdapat di dalam tanah. Agar unsur P di
dalam tanah bisa tersedia biasanya pada tanah masam dilakukan penambahan
kapur sehingga pH tanah menjadi meningkat dan P dapat dilepas dari agen
pengikatnya seperti Fe dan Al. Bentuk yang tersedia bagi tanaman adalah berupa
ion fosfat (Hardjowigeno, 2007). Defisiensi unsur hara P akan menimbulkan
hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun dan batang. Dalam tanah

10
fungsi P terhadap tanaman sebagai zat pembangunan dan terikat dalam senyawa-
senyawa organis (Sutedjo, 2002).
c. Kalium
Menurut Nurmayani (2009) kalium merupakan unsur hara makro ketiga
yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman juga berperan penting dalam
perkembangan akar tanaman. Ketersediaan K yang tinggi mampu meningkatkan
perkembangan akar, produksi cabang-cabang dan akar lateral. Sumber utama K
dalam tanah adalah mineral feldspar (orthoklas, sanidin), sehingga terdapatnya
kandungan mineral tersebut dalam tanah mengindikasikan adanya sumber K
(Prasetyo, 2007). Pada penelitian Sri dan Suci (2003) menunjukkan bahwa sistem
pertanian organik meningkatkan kandungan K tersedia tanah, meskipun pada
sistem pertanian konvensional terdapat lokasi dengan kandungan K tersedia lebih
tinggi, hal ini terjadi karena baru saja dilakukan pemupukan KCl. Sistem
pertanian organik memungkinkan keseimbangan nutrisi yang lebih baik.
Secara umum unsur hara kalium memegang peran penting dalam
peristiwa-peristiwa fisiologis berikut:
1. Metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecah dan translokasi pati
2. Metabolisme protein dan sintesisrotein
3. Mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsur mineral
4. Mengaktifkan berbagai enzim
5. Mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik
6. Netralisasi asam-asam organik bagi fisiologis
7. Mengatur, membuka dan menutup stomata dan hal – hal yang
berkaitan dengan air
(Damanik dkk., 2011).
Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan kurang dari 3.11% K2O
sedangkan air larut mengandung kalium sekitar 0.04% K2O. Rata – rata kadar
kalium pada lapisan olah pada tanah pertanian adalah 0.83% yang mana kadar ini
lima kali lebih besar dari nitrogen dan dua belas kali lebih besar dari fosfor
(Damanik dkk., 2011).
d. KTK (Kapasitas Tukar Kation)
Kesuburan tanah akan selalu berkaitan dengan sifat kimia serta KTK pada
tanah. Menurut Winarso (2005) Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah
kemampuan tanah menjerap dan melepaskan kation yang dinyatakan sebagai total
kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah yang dinyatakan dalam
miliequivalen disingkat m.e [m.e./100 g atau m.e. (%) atau dalam satuan
internasionalnya Cmolc/kg]. Tanah yang mempunyai kadar liat/koloid lebih tinggi

11
dan/atau kadar bahan organik tinggi mempunyai KTK yang tinggi dibandingkan
dengan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran) dan kadar bahan
organik rendah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno, 2007).
e. Kejenuhan Basa (KB)
Menurut Hakim et al (1986) Persen kejenuhan Basa (KB) suatu tanah
adalah perbandingan antara jumlah me kation basa dengan me KTK. Bila suatu
tanah mempunyai KB adalah 40, maka berarti 40/100 atatu 2/5 bagian dari
seluruh KTK ditempati oleh kation basa (Ca, Mg, K, Na). Kation Al3+ dan H +
merupakan kation lain yang dominan terjerap, sedangkan kation lainnya kurang
berarti. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa pada tanah yang ber-KB 40% tadi,
60% adalah Al3+ dan H+. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa KB suatu
tanah sangat dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan pH tanah tersebut. Pada
tanah beriklim kering KB lebih besar daripada tanah beriklim basah. Demikian
pula tanah ber-pH tinggi KB lebih besar daripada tanah ber-pH rendah

12
2.3 Hubungan Sifat Kimia Tanah dengan Tanaman Kopi

Tanah merupakan salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk


tumbuh dan berpropuksi secara optimal, seperti ketersediaan unsur hara dalam
jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara
yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu di perhatikan dalam
menunjang unsur hara di dalam tanah. Sifat kimia tanah memiliki peran penting
terhadap pertumbuhan maupun produksi kopi. Menurut Syarief dalam Rachmiati
et al. (2004) bahwa unsur hara nitrogen dalam tanah diperlukan tanaman untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun
(tunas muda), batang dan akar. Sangat penting bagi tanmaan kopi dalam
menumbuhkan pembentukan bagian vegetatif tanamannya, karena teknik
budidaya yang penting dalam peningkatan produksi kopi adalah pemangkasan
pada bagian batang tanaman kopi. Pemangkasan dilakukan untuk mencapai
produksi yang optimal. Selain itu pemangkasan sangat berguna untuk
memudahkan pemungutan hasil (panen) (Panggabean, 2011).

Selain nitrogen, unsur hara lainnya juga memiliki peranan penting pada
pertumbuhan kopi. Sebagai salah satunya unsur hara kalium (K) yang memiliki
peranan penting pada tanaman khususnya bagian pembentukan bunga dan
mengokohkan buah yang dihasilkan nantinya. Selain itu unsur fosfor (P) untuk
tanaman bermanfaat bagi pertumbuhan akar, khusus akar benih dan tanaman
muda. Selain itu, khusus untuk bahan baku untuk protein tertentu; membantu
asimilasi dan pernapasan; serta meningkatkan pembungaan, pemasalan biji, dan
buah. Unsur hara primer sangat memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan
tanaman kopi sehingga akan mempengaruhi peningkatan produksi tanaman kopi
robusta. Sehingga sangat penting bagi tanaman kopi dalam pemberian unsur hara
Primer agar pertumbuhan dari akar hingga tunas muda bagus untuk tanaman kopi.
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, 2016)

13
2.4 Kesesuain Lahan Kopi Robusta

Berikut adalah tabel kesesuian lahan untuk tanaman kopi robusta:


Tabel 2. Kelas kesesuian lahan tanaman kopi robusta (Djaenudin et al., 2011)

Persyaratan penggunaan / Kelas Kesesuian Lahan


karakteristik lahan S1 (Sangat S2 (Cukup S3 (Sesuai N (Tidak
sesuai) sesuai) Marginal) sesuai)
Temperatur (tc)
Temperatur rerata(Oc) 25-28 20-25 - <20
28-32 32-35 >35
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1500-2500 - 1250-1500 <1250
2500-3000 3000-4000 >4000
Lamanya masa kering 1-2 2-3 3-4 >4
(bulan)
Kelembaban (%) 40-65 65-75 75-85 >85
35-40 30-35 <30
Ketersediaan Oksigen
(oa)
Drainase Sedang Terhambat Terhambat, Sangat
agak cepat terhambat,
cepat
Media Perakaran (rc)
Tekstur Halus, - Sangat Kasar
agak Halus,
halus, agak kasar
sedang
Bahan Kasar (%) <15 15-35 35-55 >55
Kedalaman tanah (cm) >100 75-100 50-75 <50
Gambut:
Ketebalan (cm) <60 60-140 140-200 >200
Ketebalan (cm) jika ada <140 140-200 200-400 >400
sisipan bahan mineral/
Pengkayaan
kematangan Saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi Hara (nr)
KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -
Kejenuhan Basa (%) >35 20-35 <20
Ph H2O 6,0-7,0 5,5-6,0 <5,5
7,0-7,6 >7,6
C-Organik >1,5 0,8-1,5 <0,8
Ketersediaan Hara
N (%) >0,21 0,1-0,2 <0,1
P2O5 >16 10-15 <10
Kdd (%) >0,3 0,1-0,3 <0,1

14
Toxisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <1,1 1,1-1,8 1,8-2,2 >2,2
Sodisitas (xn)
Alkalanitas/ESP (%) - - - -
Bahaya Sulfidik (cm) >125 100-125 60-100 <60
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) <8 Sangat 8-16 16-30 berat >30 sangat
Bahaya erosi rendah rendah- berat
sedang
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 <F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan dipermukaan (%) <5 5-15 15-40 >40
Singkapan Batuan (%) <5 5-15 15-25 >25

15
BAB. III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada bulan September hingga


November 2019 di lahan kopi PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Bangelan,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan jarak ±30 km dari pusat Kota Malang.
Pengambilan sampel tanah dilakukan di 9 blok kebun kopi pada Afdeling I / Besaran
di Perkebunan PTPN XII Bangelan Kabupaten Malang. Sedangkan untuk analisis
tanah dilakukan di laboratorium KimiaJurusan Tanah Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian

No Alat Bahan Kegiatan


1 Alat penggali (cangkul dan Sampel tanah Pengambilan
sekop), kantong plastik, kertas terganggu contoh tanah
label, spidol permanen, buku terganggu
2 Ring block, bor, palu, kantong Sampel tanah utuh Untuk mengambil
plastik, spidol, kertas label, cetok sampel tanah
3 Seperangkat alat analisa kimia Sampel tanah dan Analisa
tanah bahan Laboratorium:
laboratorium Sifat kimia tanah
4 Microsoft Excel 2019 Data hasil Analisis Data
pengamatan
5. Genstat Discovery 18th Edition Data hasil Analisis Data
pengamatan

3.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Untuk metode pengambilan sampel tanah menggunakan sistem purposive
sampling dimana pengambilan sampel tanah dilakukan dengan berbagai macam
pertimbangan yang akan diambil pada setiap titik pengamatan. Pelaksanaan yang
akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

Kegiatan Pra
Survei
16
Survei Lapangan dan
Pengambilan sampel tanah

Analisis sampel di
laboratorium kimia tanah di
Laboratorium Universitas
Brawijaya

Analisis Data

Hasil

Kegiatan Pra survei


Pada kegiatan pra survei meliputi kegiatan perizinan lokasi penelitian,
penentuan titik pengamatan, pengumpulan studi pustaka dari data sekunder (berupa
data wawancara perusahaan, kondisi umum wilayah, Kompilasi dari data-data awal
yang diperoleh, pengumpulan alat dan bahan yang akan digunakan
Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah di lahan kopi PT. Perkebunan Nusantara XII
Kebun Bangelan dilakukan di 9 titik lokasi yang berbeda yang didasarkan pada
tingkat produksi tanaman kopi: tinggi, sedang dan rendah (Gb. Lampiran) Pada
masing-masing wilayah tersebut terdiri dari 3 titik pengamatan yang akan dilakukan
pengambilan sampel tanah komposit. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan
menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm dengan jumlah sampel tanah
sebanyak 3 sampel pada masing masing titik pengamatan.

Sebelum pengambilan sampel tanah, dilakukan pembersihan permukaan


tanah dari seresah maupun tanaman penutup lainnya. Pengambilan sampel tanah
dilakukan pada lapisan olah tanah dengan kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah yang
diambil pada setiap titik pengamatan selanjutnya dikompositkan, kemudian diambil 1

17
kg untuk dianalisis kandungan unsur hara makro C-organik, N-total, P-tersedia, dan
K-tersedia di laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.

Analisis laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Paramater yang akan dilakukan pada saat
penelitian ini yaitu:

Tabel 3. Macam dan Metode Analisis Sampel Tanah

No. Variable pengukuran Metode analisis


C-organik (%) Walkey-black
pH Glass electrode
N-total (%) Kjeldahl (H2 SO4(p .A.) )
P-tersedia (%) P-Bray 1/2
K-tersedia (%) Flamephotometer (Metode 1 N
NH4 Oac pH 7)
KTK (me/100g) Flamephotometer (Metode 1 N
NH4 Oac pH 7)
KB (%) Flamephotometer (Metode 1 N
NH4 Oac pH 7)

18
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi
sederhana untuk data berupa numerik. sebelum itu data hasil penelitian akan diolah
dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) taraf 0,05 pada aplikasi
Genstat Discovery 18th Edition, untuk mengetahui keragaman data, normalitas, data
uji nyata ataupun tidaknya pengaruh sifat kimia terhadap produksi kopi. Selanjutnya
dilakukan uji korelasi dan regresimenggunakan Microsoft Excel 2019 dimana
korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan yang signifikan dan pengaruh antar
variabel atau tidak. Apabila hubungan diketahui signifikan dan saling berpengaruh,
maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan analisis regresi sederhana
dengan persamaan:

Y = a + bx.

Keterangan:
Y: Variabel terikat (produksi tanaman kopi)
a: Intersep dari garis sumbu Y
b: Koefisien regresi linear
X: Variabel bebas (Karakteristik sifat Kimia)

19
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, W.A. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya
Pengelolaannya. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi
Budidaya Kopi Poliklonal. Lampung: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2014. Mengenal Kopi Liberika Tungkal
Komposit (LIBTUKOM). Jambi: Balai Pengembangan dan Penelitian
Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. 2016. Kegunaan Hara Bagi
Tanaman. Sulut: Balai Pengembangan dan Penelitian Pertanian.
Damanik, M. M. B., Hasibuan, B. E., Fauzi., Sarifuddin dan Hanum, H. 2011. Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. Medan:USU Press.

Dewi. 2007. Kesuburan tanah dasar kesehatan dan kualitas tanah. Yogyakarta: Penerbit
Gaya Media.

Dikti. 1991. Kesuburan Tanah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djaenuddin, dkk. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian.
Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang
Pertanian.

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

Hakim, N, Lubis, A.M, Nyakpa, M.Y, Nugroho, S.G, Diha, M, Go Ban Hong, Bailey.
1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press: Lampung.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.


Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah. Medan: Universitas Sumatra Utara press.

Izzudin, 2012. Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan
di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasunduta Provinsi
Sumatera . Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

20
Lidjang, I. K, A. Kedang, N. Kario, B. D. Rosari, dan Gunarto. 2003. Pengembangan
Teknologi Menunjang Sistem Usaha Tani Lahan Kering Di Kabupaten Ende.
Nusa Tenggara Timur: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara
Timur.
Mustofa. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan Alam yang
Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

Nurmayani. 2009. Uji Pemberian Kascing dan Limbah Tembakau (Pabrik Rokok)
Terhadap Beberapa Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
mays L.). Medan: Universitas Sumatera Utara press

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Bahan Induk.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, Vol 9 (1): hal. 29.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2014. Pedoman Teknis Pembangunan


Kebun Induk Dan Kebun Entres Kopi Arabika Dan Kopi Robusta, 2012. PASS-
1827. Direktorat Jendral Perundang – undangan., Jakarta.

Racmiati, Y., A.A. Salim dan S. Wibowo. 2004. Pengaruh berbagai takaran pupuk
majemuk NPK dan kompos limbah kulit kina terhadap pH, KTK, C-Organik, dan
pertumbuhan tanaman kina muda di inceptisol. Jurnal Penelitian Teh dan Kina.
Bandung. Vol. 9 (1-2): hal 21-27.

Sri, N.H dan Suci, H. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada press.

Suhariyono, G. dan Y. Menry. 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur dalam Tanaman


Berbagai Lokasi dengan Menggunakan XRF. Yogyakarta: Puslitbang Teknologi
Maju.

Sutanto. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius


Suriadikarta, D. A, T. Prihatini, D. Setyarini, dan W. Hartatik. 2002. Teknologi
Pengelohan Lahan Kering Menuju Produtif dan Ramah Lingkungan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

21
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th ed.
The Macmillan Publishing Company. New York

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah Yogyakarta:
Gava Media,

22
Lampiran 1. Data Produksi Tanaman Kopi Afdeling 1 / Besaran PTPN XII Kebun Bangelan Kabupaten
Malang

No. Lokasi Kebun/ Luas Lahan (Ha) Produktivitas


Blok (kg/Ha)
1. Blok 9 35,81 1317
2. Blok 8 36,87 1345
3. Blok 11 33,67 1509
4. Blok 3 31,60 1664
5. Blok 5 27,75 1813
6. Blok 6 43 1938
7. Blok 10 44,17 2157
8. Blok 4 28,42 2617
9. Blok 7 18,41 3681

23
Lampiran 2. Peta Lokasi / Blok Tingkat Produksi Tanaman Kopi Robusta dan
Lokasi Pengabilan Sampel Tanah

24
25

Anda mungkin juga menyukai