DOKTER INTERNSIP
TOPIK
Ruptur Sklera
Penyusun
dr. Wisnu Syahputra Suryanullah
Pendamping
dr. Ifit Bagus A.
dr. Ekowati Supartinah K.P.
Portofolio
Nama Peserta : dr. Wisnu Syahputra Suryanullah
Nama Wahana : RS. Prima Husada
Topik : Appendisitis Perforasi Tanggal Kasus : 30-05-2019
Nama Pasien : An. AD Nomor RM :
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
Tempat Presentasi :
Objek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Masalah Manajemen Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Data Pasien Nama Pasien : An. AD Nomor RM :
Nama Klinik : Terdaftar Sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi
Keluhan utama :
Luka pada mata kiri
Riwayat sosial : -
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS E4V5M6 = 15
Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis -/-; Sklera ikterik -/-; Edema palpebra -/-
Leher : pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Jantung : Bunyi jantung I-II regular; murmur (-); gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler +/+; ronkhi -/- basal; wheezing -/-
Abdomen : Distended; soepel; nyeri tekan (-); defans muskular (-); hepar-lien tidak teraba
membesar; Bising usus (+) normal; Shifting dullness (-)
Ekstremitas : akral hangat (+); Edema ekstremitas (-); capillary refilling time < 2 detik
Status Ophtalmologi:
OD OS
6/6 Visus Tanpa Koreksi 1/300
Visus Dengan
- -
Koreksi
Ortoforia Posisi Bola Mata Ortoforia
- Tirah Baring
- Ciprofloxacin 2 x 500
- Prednison 3-2-0
- Transamin 3x1 tab
- Aspar K 1x1 tab
- Glukon 3 x ½ tab
- C Tymol 0,5% 2x OS
Definisi
Trauma mata adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,
kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra
penglihatan.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera.Bola mata
terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat.Kelopak
mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa
mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.Meskipun demikian, mata dan
struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai
terjadi kebutaan atau mata harus diangkat.
1. Lapisan epitel
a. Tebalnya 50µm, terdiri atas, 5 lapisan epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berkaitan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan gukosa yang merupakan barrier.
c. Sel basal menghasilkan membrane basal yng melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
2. Membrana bowman
a. Terletak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3. Jaringan stroma
a. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang;terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit mebentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio datu sesudah trauma.
4. Membrane descement
b. Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm.
endotel melekat pada membrane descement melalui hemidosom dan zonula
akluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membrane Bowman melepaskan selubung Schwannya.Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan diantara.Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah libus terjadi
dalam waktu 3 bulan.Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor
aquous, dan air mata.Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari
atmosfer.Saraf-saraf sensorik kornea didapatkan dari percabangan pertama (oftalmika) dari
nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam,
avaskularitasnya, dan deturgensinya.
Klasifikasi
Etiopatogenesis
Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan
pada saat bertumbukan.Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas
pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang beratnya kerusakan
ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol angin yang besar dan
memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan
kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa
yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan
beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol angin.
Ruptur bola mata dapat terjadi ketika objek tumpul menekan orbita mengakibatkan
tekanan pada bola mata dalam aksis anterior posterior menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular, sehingga menyebabkan robekan kornea dan sklera.Ruptur akibat trauma tumpul
sering kali terjadi pada daerah-daerah tertipis pada sklera, pada insersi otot-otot ekstraokular,
pada limbus dan pada daerah yang telah terjadi operasi intraokular sebelumnya.
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu:
• Coup,
• Countercoup,
• Equatorial, dan
• Global reposititioning.
Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.Countercoup merupakan
gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur
orbita.Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung mengambang dan
merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk
normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.
Gejala Klinis
Langkah pertama dalam evaluasi trauma kornea adalah menentukan apakah termasuk
luka full-thickness atau bukan dan mengakibatkan rupture bola mata.
• aqueous humor keluar dari bilik mata depan, yang ditandai dengan kornea yang rata,
• gelembung air di bawah kornea,
• pupil asimetris sekunder karena iris yang menonjol kearah defek kornea.
Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik depan yang
dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata terhambat terutama
ke arah tempat ruptur.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
- Mekanisme trauma harus ditanyakan dengan detail dan lengkap
- Bentuk dan ukuran benda penyebab trauma.
- Asal dari objek penyebab trauma.
- Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita.
- Keadaan saat terjadinya trauma
- Waktu dan lokasi terjadinya trauma.
- Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma akut.
- Riwayat mata :
o Operasi mata sebelumnya, dapat membuat jaringan lebih mudah ruptur.
o Penglihatan sebelum terjadinya trauma pada kedua mata.
o Penyakit mata yang ada.
o Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes mata dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. USG B-scan : Dengan menggunakan alat ini, dapat mendeteksi sekiranya terdapat
objek asing yang masih tersisa pada bola mata. Selain itu, pemeriksaan ini juga
dapat menilai kondisi posterior bola mata apa ada terjadi ablasi retina atau tidak.
2. CT-Scan: Dengan menggunakan CT-Scan kontur dari bola mata dapat dievaluasi
dengan teliti apa ada kedangkalan pada bilik mata depan, dislokasi lensa, ablasi
koroid, perdarahan vitrous, dan juga objek asing.
Penatalaksanaan
Empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma mata adalah :
1. Memperbaiki penglihatan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mempertahankan struktur dan anatomi mata,
4. Mencegah sekuele jangka panjang
Pre-Operatif
1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril
2. Hindari menggunakan obat topikal ataupun intervensi-intervensi lain yang perlu
membuka tutup mata
3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga kontrol kesakitan
4. Intravena antibiotik
Operatif
Jika hanya merupakan suatu laserasi kornea kecil maka tidak membutuhkan
penjahitan karena bisa menyembuh sempurna.
Pada luka kornea dengan ukuran medium atau yang lebih besar maka harus dilakukan
hecting kornea, Penyembuhan luka kornea adalah perlahan karena sifat kornea yang
aselular, masa penyembuhan bisa berbulan-bulan.
Pada kasus ruptur bola mata dengan kerusakan yang parah maka harus dilakukan tindakan
pengangkatan bola mata berupa eviserasi.Eviserasi adalah pengangkatan isi bola mata
dengan meninggalkan bagian dinding bola mata, sklera, otot-otot ekstra okuli dan saraf
optik.
Indikasi dari pembedahan eviserasi adalah keadaan kebutaan pada mata dengan
infeksi berat atau kondisi mata yang sangat nyeri.
Tumor intraocular dan phitisis merupakan kontraindikasi dalam meaksanakan
pembedahan eviserasi. Eviserasi memiliki keuntungan dibandingkan enukleasi yaitu
pembedahan dapat dilaksanakan dengan komplikasi yang lebih sedikit, anastesi dapat
dilakukan dengan anastesi local berupa blok retrobulbar dan proses pebedahan dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat.
Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotic spectrum luas ntuk mencegah infeksi sebelum dan sesudah
operasi dan dapat diberikan anti nyeri.
Komplikasi
1. Anophthalmic orbit
a) Enophthalmos
b) Sulkus superior dalam
c) Kekenduran kelopak dalam bawah
d) Ptosis
e) Kelainan socket mengendur
f) Kelainan socket mengerut
g) Kelainan socket karena implant
2. Perdarahan
3. Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga.Jakarta:
Media Aesculapius
2. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
3. Augsburger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Vaughan & Asbury's General
Ophthalmology, 16th ed.; San Fransisco: McGraw-Hill; 2004. P.: 371-9.
4. Djelantik AAAS, Andayani A, Widiana IGR. The Relation of Onset of Trauma and Visual Acuity
on Traumatic Patient. JOI. 2010; 7(3):85-90.
5. Webb LA. Manual of eye emergencies, diagnosis and management. Butterworth-
Heinemann. Toronto.2004. p.1-2
6. Zorab RA, Straus H, Dondrea, et.al. The Eye. In: Fundamental and Principles of
Ophtalmology. Section 2. International ophtalmology american academy of
ophtalmology.;2008-2009. p.43
7. Sutphin EJ, Dana MR, et.al. External Disease and Kornea. Section 8. International
ophtalmology american academy of ophtalmology. The Eye M.D;2008-2009. p.9, p.38-9,
p.407-18
8. Khurana KA. Comprehensive Opthalmology 4th Edition. New Delhi 2007. p.52, p.401-10
9. Lang GK. Ophtalmology : A Short Text Book. Thieme Stuttgart. New York. 2000. P.497-513
10. Sujipto, Hoesin RG. Protesa Mata Paska Enukleasi dan Eviserasi. Jurnal Oftalmologi
Indonesia. 2008;6(2):69-80.
Pendamping 1 Pendamping 2