Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan yang kita jalani saat ini tidaklah selalu mengarah kepada hal yang
baik-baik saja atau berjalan sesuai dengan keinginan diri. Segala sesuatu yang
sebelumnya kita rencanakan terlebih dahulupun tidak akan berjalan sesuai dengan
apa yang kita rencanakan. Pasti akan ada halangan dan rintangan yang akan kita
hadapi.

Oleh karena itu kita dituntut untuk memiliki sikap sabar. Jangan jadikan
kesusahan dan kegagalan sebagai landasan pikiran bahwa Allah SWT tidak
menyayangi manusia, tapi jadikanlah kesusahan dan kegagalan sebagai sebuah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai wujudnya bahwa Allah SWT
masih memberikan kesempatan untuk mengingat.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sabar?

2. Bagaimana penjelasan sabar menurut ilmu psikologi ?

3. Apa fungsi dan tujuan dari sabar

4. Bagaimana ayat Al-Quran menjelaskan tentang sabar ?

C. Tujuan pembahasan

Dari penyajian makalah ini penulis berharap, pembaca mendapat


pengetahuan baru tentang “sabar”. Walaupun tidak dibahas secara rinci namun
penulis berusaha menyajikan yang terbaik dan dimungkinkan bisa memberi
wawasan baru pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Secara etimologis, sabar berasal dari bahasa Arab, shabara, “shbara” yang
arti dasarnya menahan (al-habs), seperti habs al-hayawan (mengurung hewan),
menahan diri,dan mengendalikan jiwa.

Secara istilah, definisi sabar adalah : Menahan diri dalam melakukan sesuatu atau
meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah.

Sabar dalam pengertian lughawi (bahasa) adalah “menahan atau bertahan”. Jadi,
Sabar adalah menahan diri dari rasa gelisah, cemas, marah, menahan lidah, dari
keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari kekacauan.

Pengertian sabar menurut beberapa ahli :

a. Calhoun dan Acocella

pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang;


dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.

b. Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976)


suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah
konsekuensi positif.

c. Hurlock (1984)

bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang


terdapat dalam dirinya.

Jadi kesimpulannya, sabar adalah menerima apa yang diberikan Allah baik yang
berupa nikmat maupun penderitaan..

2. Penjelasan sabar menurut kajian Ilmu psikologi

Kesabaran merupakan sesuatu yang berkembang menuju kesempurnaan.


Secara psikologis, tingkat perkembangan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:

a. Orang yang sanggup meninggalkan dorongan sahwat. Mereka termasuk


katagori orang-orang yang bertaubat (al-ta’ibin).

b. Orang yang ridha (senang atau puas) menerima apaun yang ia terima dari
Tuhan, mereka termasuk katagori zahid.

c. Orang yang mencintai apa pun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka
termasuk katagori shiddiqin.

3. Fungsi dan tujuan sabar

a. Fungsi:

Secara psikologi sabar dapat membantu seseorang dalam melatih


kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya yang sering disebut
dengan kecerdasan emosi (eQ). Karena dengan “sabar” maka seseorang
akan mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang
lain tidak secara emosional, serta dapat menggunakan emosi
sebagai alat untuk memotivasi diri.

b. Hadis Yang menjelaskan Sabar


Selain sebagai alat untuk melatih kecerdasan emosi, sabar juga sangat di
anjurkan oleh agama untuk mendapat pahala dari Allah SWT seperti yang di
jelaskan dalam suatu hadist :

‫ِي ا ْبتهلهيْت إِذها قها هل تهعه ه‬


‫لى للاه اِن‬ ‫ْال هجنةه ِم ْنهما ه هعوضْته فه ه‬
‫صبه هر بِ هحبِ ْيبهته ْي ِه ه‬
ْ ‫ع ْبد‬
Artinya : Sesungguhnya Allah pernah berfirman. “Apabila Aku uji hamba-Ku
pada kedua anggota yang disayanginya, lalu ia bersabar, niscaya aku
menggantikan keduanya dengan surga.” (HR Imam Bukhari 5653).

c. Tujuan

Dalam psikologi, sabar sering disebut sebagai kontrol diri dan tujuan dari
kontrol diri adalah untuk menahan diri dan tindakan luapan emosi, untuk
mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan
mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain,
selalu nyaman dengan orang lain, dan menutupi perasaannya. Sedangkan
tujuan sabar secara agama adalah Untuk mencapai kemenangan di dunia dan
kebahagaiaan di akhirat. Yang mana perbedaannya, kontrol diri diarahkan
pada urusan keduniawian, sedangkan sabar selain keduniawian juga untuk
kehidupan akhirat individu. Sedangkan persamaannya, Sama-sama mengarah
pada hal-hal yang bersifat positif, seperti ketentraman ataupun kebahagiaan
hidup.

‫للاُ ُلْ يَقُ ْو‬


ْ ‫ئ‬ َْ ‫إزا َج َزاءْ ِعندِيْ ِم ِنْ ال ُموءْ ِلعَبدِيْ مْا َ تَعَل‬ َ ُْ‫ص ِفيَّ ْهُ قَبَضت‬ َ ‫َءه ِْل ِمن‬
َ َ ‫اال َجنَّ ْةُ إِ ْلَّ احت‬
َ ‫سبَ ْهُ ث ُ َّْم الدُّنيْا‬

Artinya : Allah SWT telah berfirman, “Bagi hamba-Ku yang mukmin, apabila
aku mengambil orang yang disayanginya dari kalangan penduduk dunia,
kemudian dia bersabar karena mengharapkan pahala Allah, maka tiada lain
baginya disisi-Ku kecuali surga.”

(HR Imam Bukhari 6424)

4. Ayat Al-Quran Yang Menjelaskan Tentang Sabar

Surat Ali- Imran Ayat 200 :

ُ ‫او َر ِب‬
َْ‫طوا اص ِب ُروا ا َ َمنُوا يَاَيُّ َهااللَذِين‬ َ ‫تُف ِل ُحونَْ لَعَلَّكُمْ َواتَّقُوللاَ َو‬
َ ‫صا ِب ُرو‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah
kesabaran kalian, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kalian beruntung”.

Surah Ali ‘Imran ini dan penafsirannya sebagaimana disebutkan oleh Ibnu
Katsir dalam tafsirnya. Mengenai firman Allah yang artinya, ”Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah, kuatkanlah kesabaran itu dan kokohlah.” Hasan
al-Bashri berkata, “Mereka diperintahkan untuk bersabar dalam menjalankan
agama mereka yang diridhai Allah, yaitu agama Islam. Mereka tidak memohon
kepada Allah, hanya untuk mendapat kebaikan dan menolak kemudaratan; untuk
menolak kesulitan dan meraih kesejahteraan. Mereka terus memohon kepada-Nya
hingga meninggal dalam keadaan beragama Islam. Hendaklah mereka juga
bersabar dalam menghadapi musuh yang menyembunyikan agamanya.”
Demikianlah penafsiran yang diberikan oleh banyak ulama salaf.

Sabar bukanlah sesutu yang harus diterima seadanya, bahkan sabar adalah
prosedur kesungguhan yang merupakan sifat Tuhan yang sangat mulia dan
tinggi. Sabar adalah menahan diri dalam memikul suatu penderitaan, baik suatu
urusan yang tidak diinginkan maupun dalam kehilangan sesuatu yang disenangi.
Sabar merupakan sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan sesuatu, baik
berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk perintah dan larangan, maupun
dalam bentuk perilakuan orang lain, serta sikap menghadapi suatu musibah. Sabar
merupakan sifat yang secara holistik yang harus dimemiliki oleh orang muslim.
Sabar sendiri tidak mengenal bentuk ancaman dan ujian; seorang muslim
mestinya berada dalam ketabahan dan kesabaran yang utuh.

Menurut syeikh Ibnu Qoyyim Al-jauziyah, bahwa sabar merupakan budi


pekerti yang bisa dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu, Menahan sedih,
menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan, dan juga
menahan anggota badan dari melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan
ketegaran hati terhadap takdir dan hukum-hukum syari’at. Terkadang kita
meyakini bahwa kesabaran mempunyai titik batas sehingga kalau sudah melebihi
batasnya manusia boleh melakukan apapun. Tapi bukan seperti ini tujuannya,
semua yang telah kita kerjakan harus kembali kepada Allah SWT sebagai dasar
atas segala perilaku yang kita kerjakan. Hal ini dapat memberikan nilai positif
bagi diri kita sendiri, karena segala sesuatu yang kita kerjakan atas nama Allah
SWT pasti yang dikerjakan akan mengarah kepada yang baik. Sikap sabar juga
merupakan sikap dasar dari ciri-ciri orang yang bertaqwa.

Surat Al-Baqarah (2:153)

‫صب ِرْ است َ ِعينُوا آ َمنُوا الَّذِينَْ أَيُّ َها َيا‬


َّ ‫ص ََل ِةْ ِبال‬
َّ ‫ْۚوال‬
َ َّْ‫َللاَ ِإن‬
َّْ ْ‫صا ِب ِرينَْ َم َع‬
َّْ ‫ال‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-
Baqarah: 153)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu)
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah: 45-46)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam mempelajari ilmu tasawuf, sabar menjadi salah satu kajian yang
selalu dibahas. Sabar sendiri memiliki arti menerima apa yang diberikan Allah
baik yang berupa nikmat maupun penderitaan. Sabar sendiri memiliki tujuan
untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Yang mana di dalam pengerjaannya
harus didasari dengan niat yang ikhlas dan tulus.

Anda mungkin juga menyukai