Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan ulkus pada saluran pencernaan
bagian atas adalah perimbangan antara faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor
pertahanan (defensif) dari mukosa. Faktor pertahanan ini antara lain adalah pembentukan
dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan difusi kembali ion hidrogen
pada epitel serta regenerasi epitel.
Di samping kedua faktor tadi ada faktor yang merupakan faktor predisposisi
(kontribusi) untuk terjadinya tukak peptik antara lain daerah geografis, jenis kelamin, faktor
stress, herediter, merokok, obat-obatan dan infeksi bakteria
Faktor Kontribusi
Geografis Jenis kelamin
Herediter Psikosomatik
Obat-obatan Merokok
Pembentukan dan sekresi Sekresi bikarbonat
mukus
Aliran darah mukosa Infeksi bakteria
kegenerasi epitel Lain-lain
FAKTOR AGRESIF
Dibanding dengan faktor agresif, maka gangguan faktor pertahanan mukosa lebih
penting untuk terjadinya ulkus peptikum.
Apapun yang menurunkan mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung
adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat anti
inflamasi masuk dalam kategori ini. Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma)dicurigai bila
pasien datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi
medis standar.
Epitel saluran pencernaan mempertahankan integritasnya melalui beberapa cara,
antara lain sitoproteksi seperti pembentukan dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat dan
aliran darah. Di samping itu ada beberapa mekanisme protektif di dalam mukosa epitel
sendiri antara lain pembatasan dan mekanisme difusi balik ion hidrogen melalui epitel,
netralisasi asam oleh bikarbonat dan proses regenerasi epitel. Semua faktor tadi
mempertahankan integritas jaringan mukosa saluran cerna; berkurangnya mukosa yang
disebabkan oleh satu atau beberapa faktor mekanisme pertahanan mukosa akan
menyebabkan timbulnya ulkus peptikum.
Jadi terlihat bahwa untuk terjadinya ulkus peptikum selain adanya faktor agresif
(asam dan pepsin) dan yang lebih penting adalah integritas faktor pertahanan mukosa
(defensif) saluran cerna; jika ini terganggu maka baru timbul ulkus peptikum.
Pembentukan dan Sekresi Mukus
Mukus menutupi lumen saluran pencemaan yang berfungsi sebagai
proteksi mukosa. Fungsi mukus sebagai proteksi mukosa :
Pelicin yang menghambat kerusakan mekanis (cairan dan
benda keras).
Barier terhadap asam.
Barier terhadap enzim proteolitik (pepsin).
Pertahanan terhadap organisme patogen.
Fungsi mukus selain sebagai pelicin, tetapi juga sebagai netralisasi
difusi kembali ion hidrogen dari lumen saluran pencernaan.
Sekresi Bikarbonat
Tempat terjadinya sistim bufer asam di lambung dan duodenum
masih kontroversial, menurut pandangan sebelumnya netralisasi asam oleh bikarbonat
terjadi di mukus dan bikarbonat berasal dari sel epitel yang disekresi secara transport aktif.
Pandangan lain adalah bahwa efek sitoprotektif bikarbonat terjadi
pada permukaan membran epitel.
Aliran Darah Mukosa
Integritas mukosa lambung terjadi akibat penyediaan glukosa dan
oksigen secara terus menerus dan aliran darah mukosa mempertahankan mukosa lambung
melalui oksigenasi jaringan yang memadai dan sebagai sumber energi. Selain itu fungsi
aliran darah mukosa adalah untuk membuang atau sebagai bufer difusi kembali dari asam.
Mekanisme Permeabilitas Ion Hidrogen
Proteksi untuk mencapai mukosa dan jaringan yang lebih dalam
diperoleh dari resistensi elektris dan permeabilitas ion yang selektif pada mukosa. Pada
binatang percobaan terlihat esofagus dan fundus lambung kurang permeabilitasnya
dibanding dengan antrum lambung dan duodenum.
Pergerakan ion hidrogen antar epitel dipengaruhi elektrisitas negatif
pada lumen; kation polivalen (Ca++ Mg++ dan Al++) dapat menutupi tekanan elektris negatif
dari ion hidrogen sehingga mempunyai efek pada pengobatan tukak peptik.
Regenerasi Epitel
Mekanisme proteksi terakhir pada saluran cerna adalah proses
regenerasi sel (penggantian sel epitel mukosa kurang dari 48 jam). Kerusakan sedikit pada
mukosa (gastritis/duodenitis) dapat diperbaiki dengan mempercepat penggantian sel-sel
yang rusak. Respons kerusakan mukosa (ulserasi) pada manusia belum jelas.
Obat-obatan golongan NSAID (aspirin), alcohol, garam empedu, dan obat-obatan
lain yang merusak mukosa lambung, mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan
difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan jaringan (mukosa) dan khususnya
pembuluh darah. Hai ini mengakibatkan pengeluaran histamin. Histamine akan merangsang
sekresi asam dan meningkatkan pepsin dari pepsinogen. Histamine ini akan mengakibatkan
juga peningkatan vasodilatasi kapiler sehingga membrane kapiler menjadi permeable
terhadap protein, akibatnya sejumlah protein hilang dan mukosa menjadi edema
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari
ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung.
Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi
pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi
daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal
atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi
stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat
menimbulkan ulkus stress. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh,
lesi sebaliknya.
PERANAN PROSTAGLANDIN