Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS

Dosen Pembimbing:
Ns. M. Bagus Andrianto, S.Kep

Oleh :

1. Alvistiqomah Rianni Safitri Npm : 1780200051


2. Septa Tarwinih Npm : 1780200055
3. Nadia Prita Persari Npm : 1780200053
4. Nia Elend Angelina Npm : 1780200054
5. Mardhani Salman Npm : 1780200057
6. Hendriyansyah Npm : 1780200058
7. Jerema Npm : 1780200056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nyalah
sehingga tugas “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MENINGITIS” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari teman-teman
yang bersifat membangun.
Demikianlah penulisan makalah kami ini semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, 02 Januari 2020

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan Umum ......................................................................................
C. Tujuan Khusus .....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi Meningitis ..............................................................................
B. Etiologi Meningitis ..............................................................................
C. Patofisiologi Meningitis .......................................................................
D. Anatomi Fisiologis Meningitis .............................................................
E. Manifestasi Klinis Meningitis ..............................................................
F. Komplikasi Meningitis .........................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................
H. Penatalaksanaan ...................................................................................
I. Konsep Asuhan Keperawatan Meningitis ............................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian ............................................................................................
B. Analisa Data .........................................................................................
C. Diagnose Keperawatan.........................................................................
D. Intervensi Keperawatan ........................................................................
E. Implementasi ........................................................................................
F. Evaluasi ................................................................................................
G. Epidance Based P .................................................................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................

DAFTRA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak
dan medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua
kelompok umur, kelompok umur yang paling rawan adalah anak- anak usia balita
dan orang tua (Andareto, 2015). Insidens 90% dari semua kasus meningitis
bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak
terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka
morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun (Betz & Sowden, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati secara
dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori
juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak
responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari
area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan
pembengkakan di otak atau hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup
penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik lokal.
Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-
6,9% tipe sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada
anak yang telah sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014). Infeksi fulminan akut terjadi
pada sekitar 10 % pasien meningitis meningokokus yang memunculkan tanda-
tanda septikemia yang berlebihan. Awitan demam tinggi, lesi purpurik ekstensif
(di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi intravaskular diseminata
(DIC) terjadi secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah
awitan infeksi (Brunner & Suddart 2013).
Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan dengan urutan
ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi
meningitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan
urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%) (Balitbangkes
2008). Penelitian yang di lakukan Shinta (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan,
anak yang mengalami kematian karena meningitis (42,16%), dari 102 kasus yang
ditemukan terdapat penderita meningitis Purulenta (43,1%) meningitis Serosa
(56,9%) dan penderita paling banyak yaitu usia nol sampai kurang dari lima tahun
(58,8%). Penelitian Arydina, dkk (2014) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
melaporkan bahwa Bacterial Meningeal Score merupakan indikator yang baik
untuk menilai meningitis bakteri pada bayi dan anak karena memiliki sensitivitas,
spesifisitas, nilai praduga negatif, nilai praduga positif, likelihood ratio positif dan
likelihood ratio negatif yang tinggi. Parameter BMS berdasarkan kriteria WHO.
Skor BMS berkisar antara 0-6 Sedangkan Relontina, dkk (2014) kejadian
meningitis paling tinggi terjadi pada pasien dengan riwayat Tb Paru (30,3%). Di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014 terdapat 96 orang pasien anak dengan
meningitis, tahun 2015 73 orang. Pasien meningitis perlu dilakukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyneStokes. Selain
itu dalam pemberian cairan harus di lakukan secara cermat untuk mencegah
komplikasi kelebihan cairan seperti edema serebri. Turunkan suhu anak dengan
kompres hangat dan nilai status hidrasi pada anak (Ngastiyah, 2012).
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat
pengobatan, cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
B. Tujuan Penulusan
1. Tujuan Umum:
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami konsep serta mampu menerapakan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan kasus Meningitis di Rumah Sakit.
2. Tuuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi Meningitis.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi terjadinya Meningitis
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami anatomi fisiologi organ terkait.
d. Mahasiswa mengetahui dan memahami manifestasi klinis penyakit
Meningitis.
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi penyakit Meningitis.
f. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari Meningitisg.
g. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat
dilakukan pada pasien Meningitis.
h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus
Meningitis.
i. Mahasiswa mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Kasus
Meningitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak
dan medula spinalis (Muttaqin, 2008).
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CCS). Peradangan yang terjadi pada meningitis yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah kedalam cairan otak (Wordpress, 2009).
B. Anatomi Fisiologi Organ terkait
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal.

Meningea terdiri dari tiga lapis yaitu:


1. Lapisan Luar (Durameter)
Merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum
tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi
lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak
(periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan
tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan
diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara
durameter dan arachnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan
jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah
arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta
dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

3. Lapisan Dalam (Piameter)


Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang,
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak
ke sumsum tulang belakang.
C. Etiologi
Menurut Kozier (2005) meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus,
bakteri, jamur maupun parasit.
1. Virus
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara
alami tanpa pengobatan spesifik. Kasus meningitis virus di Amerika Serikat
terutama selama musim panas disebabkan oleh enterovirus walaupun hanya
beberapa kasus saja yang berkembang menjadi meningitis.
2. Bakteri
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan orang
dewasa muda di Amerika Serikat adalah bakteri Neisseria meningitides.
Meningitis disebabkan bakteri ini dikenal sebagai penyakit meningokokus.
Bakteri penyebab meningitis bervariasi menurut kelompok umur.
Selama usia bulan pertama, bakteri yang menyebabkan meningitis pada
bayi normal merefleksikan flora ibu atau lingkungan bayi tersebut (yaitu,
Streptococcus B, Basilienterik gram negatif, dan Listeria monocytogenes).
Meningitis pada kelompok ini kadang-kadang dapat karena Haernophilus
influenzae dan patogen lain ditemukan pada penderita yang lebih tua.
Meningitis pada anak usia 2 bulan – 12 tahun biasanya karena H.Influenzae
tipe B, Streptococcus pneumonia, atau Neisseria meningitides.

3. Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu, jamur
patogenik dan opportunistic. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies
yang dapat menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflamasi spora.
Kelompok kedua adalah kelompok jamur opportunistic. Kelompok ini
tidak menginfeksi orang normal. Infeksi jamur pada susunan saraf dapat
menyebabkan meningitis akut, subakot dan kronis. Biasanya sering pada anak
dengan imunosupresif terutama anak dengan leukemia dan asidosis.
D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis,
pneuminoa, bronchopneumonia dan endokarditis. Penyebaran bakteri atau virus
dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada
didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis
sinus kavernosus dan sinusitis. Penyebaran bisa juga terjadi akibat trauma kepala
dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam
ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan arkhnoid, CSS (cairan
serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hipertemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.
Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu
kedua sel-sel plasma. Aksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan. Bagian luar
mengandungleukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan dilapisan dalam
terdapat makrofag. Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuron-neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrono-
purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan oleh
virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.
E. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis
antara lain:
1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural
karena adanya infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal
yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak .
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infrak otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada
jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi
mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak
terganggu.
(Harsono, 2007).
F. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala, rasa nyeri ini bias menjalar ke
tengkuk dan punggung.tengkuk menjadi kaku yang disebabkan oleh kejangnya
otot-otot ekstensortenkuk. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi peningkatan
TIK
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagian akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Tanda brudizinski: bila leher difleksikan, maka di hasilkan fleksi lutut dan
pinggul, bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi,
maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
5. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal
a. Pada meningitis purulenta, pemeriksaan diperoleh hasil cairan
serebrospinal yang keruh karena mengandung pus (nanah) yang
merupakan campuran leukosit yang hidup serta jaringan mati dan bakteri.
b. Pada meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal
yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.
2. Pemeriksaan darah
a. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
b. Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
c. Meningitis tuberculosa didapatkan juga peningkatan LED.
3. Pemeriksaan radiologi
a. Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (pemeriksaan mastoid,
sinus, paranasal} dan foto dada
b. Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, kepala dan CT scan.
(Harsono, 2007)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi antibiotik
2. Kortikosteroid
3. Terapi operatif
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Pemeriksaan penunjang
2. Analisa data
3. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul dari analisa data
4. Intervensi
Perencanaan tindakan yang akan dilakukan sesuai diagnose yang muncul
5. Implementasi
Pelaksanaan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan
6. Evaluasi
Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
berfokus pada kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan
pedoman pembuatan SOAP pada masalah yang tidak terselesaikan atau
teratasi sebagian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWAN PADA PASIEN MENINGITIS

A. Kasus
Tn.A datang ke RS. Respati diantar keluarga dengan keluhan sakit kepala
(pada bagian frontal), kaku leher dan demam tinggi sejak satu minggu yang lalu.
Istri klien mengatakan bahwa klien sering mengalami kejang-kejang kurang lebih
30 detik. Istri klien juga mengatakan suaminya juga sering mengeluh sulit tidur
ketika hendak tidur. Hal ini membuat klien terlihat lemah dan juga lemas.
Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+).
Ekstrimitas teraba dingin dan terdapat benjolan pada leher bagian dextra TD:
150/80 mmHg, S: 37,90C, N: 60x/mnt, RR: 28x/mnt. Pada hasil CT scan
menunjukan terdapat edema kepala pada bagian parental. Setelah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dan juga lumbal pungsi, dokter menyatakan bahwa
pasien mengalami meningitis.
Terapi yang diberikan pasien di rumah sakit antara lain:
1. Diazepam IV : 0,2 – 0,5 mg/kgBB/dosis
2. Amfisilin 150 – 200 mg/kgBB/24 jam
3. Paracetamol 10 mg/kgBB/dosis
4. Oksigen 5 liter (canul nasal)
5. RL 500 ml (20 tpm)
B. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status pernikahan : Menikah
Alamat :
Tanggal Masuk : 29 Desember 2019
Jam MRS : 09.30 WIB
Diagnose Medis : Meningitis
b. Identitas Penaggung jawab
Nama : Ny.D
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat :
Hubungan : Istri Kliean
2. Keluhan Utama:
Tn.A mengatakan merasan nyeri dibagian kepala
3. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan bahwa sudah seminggu mengalami nyeri dibagian
kepala, selain itu juga tersa kaku dibagian leher klien dam mengalami
demam. Sebelumnya klien sudah minum obat untuk menurunkan
demamnya tapi tidak turun. Suhu klien saat diperiksa 38,9 0C. Istri klien
juga mengatakan bahwa klien sering mengeluh sulit tidur karena nyeri yang
sering klien rasakan. Istri klien mengatakan bahwa di leher kiri klien
terdapat benjolan yang sudah lama (1 bulan) awalnya klien merasa risih
dengan benjolannya. Dari hari ke hari benjolannya semakin membesar.
Ukurannya sekitar 4 cm. akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk
melakukan pemeriksaan. Klien masuk di bangsal Melati dan mendapat
terapi RL 500 ml (20 tpm).
b. Riwayat Penyakit Dahulu:
Istri klien mengatakan bahwa sewaktu 28 tahun, klien pernah mengalami
Herpes Zoster selama satu minggu, dan sempat dirawat di rumah sakit.
Namun penyakinya sudah sembuh.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Istri klien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami hal seperti Tn.A.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum:
Kesadaran : Apatis
Gcs : E = 3 , V = 5, M = 6 (Total 14)
Vital Sign : TD : 150/80 mmHg
Nadi : Frekuensi 60x/mnt
Irama regular
Kekuatan lemah
Respirasi : Frekuensi 28x/mnt
Irama Irreguler
Suhu : 38,90C
b. Kepala:
Kulit kepala : Bentuk kepala mesosepalus, terdapat pembengkakan
di daerah parietal
Rambut : Warna rambut hitam merata, sedikit rontok
Muka : Bentuk simetris, tidak ada kelainan wajah
Mata : Konjungtiva anemis, sclera normal, upil isokor.
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada septum devisiasi, tidak
terdapat polip, keadaan hidung bersih.
Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi ataupun
gigi yang tanggal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan luka
c. Leher : Bentuk tidak simetris karena terdapat pembesaran
kelenjar limfe bagian dekstra
d. Dada : Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran liver
Pulmo : Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan ataupun
bekas luka
Palpasi : fremitus taktil tidak seirama
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal

Cor : Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan, bekas luka


Palpasi : ictus cordis : ICS V midclevis sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal

e. Abdomen : Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit


sekitar, tidak terdapat lesi atau namun
terdapat splenomegaly pada abnomen
kuadran III
Palpasi : tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpani dan redup pada kuadran III
Auskultasi : peristaltic usus 12x/mnt

f. Genetalia : Keadaan bersih, tidak terdapat imflamasi


g. Rectum : Terdapat hemoroid grade II
h. Ekstremitas : 4 4
4 4
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Desember 2019, jam 14.00 WIB
Hematologi
Interpretasi
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hasil
Haemoglobin P 9 g/gl g/dl 12-16 TN
Leukosit H 13,5 103/ul 4-10/ul TN
Hematokrit L 35 % 36-47% N
Eritrosit 4,5 106/ul 4,40-5.90 N
Trombosit H 15 103/ul 150-400 TN
Eusinofil 250 % 4-Jan N
Basofil 0,30 % 0-1 N
Netrofil 67,50 % 50-70 N
Limfosit L 36,17 % 22-40 N
Monosit H 10,90 % 4-8 N
Ureum 17 Mg/dl 10-50 N
Kreatinin L 0,70 Mg/dl 0,6-1,10 N
SGOT 45 u/L 0-50 N
SGPT 27 u/L 0-50 N
HbsAg Rapid Non Reaktif Non Reaktif

b. Terapi medis
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Implikasi
Keperawatan
Cairan IV Ringer Laknat 500 ml/inj Terapi untuk
mengatasi
dehidrasi cairan
tubuh
Dexametason 40 mg Membantu
mengurangi rasa
gatal diakibatkan
oleh berbagai
kondisi alergi
pada kulit dan
mukosa
Diazepam 0,2 – 0,5 Obat untuk
mgkgBB/dosis mengurangi
kejang-kejang
Oksigen 5 liter (canul Untuk
nasal) mengurangi
hipoksia
Paracetamol 10 Tersapi untuk
mg/kgBB/dosis menurunkan
demam
Amfisilin 150-200 Antibiotic
mg/kgBB/24jam

C. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS: Virus, bakteri, Nyeri akut b.d
Klien mengatakan terasa nyeri jamur masuk ke agen pencidera
dibagian kepalanya yang dalam tubuh fisiologis d.d
dirasakan selama 2 minggu melalui pembuluh mengeluh nyeri
P : Tn.A mengatakan nyerinya darah
muncul sejak 2 minggu yang ↓
lalu Merangsang
Q : Kualitas myeri tajam seperti system pertahanan
ditusuk-tusuk tubuh
R : Nyeri dirasakan di area ↓
kepala bagian frontalis Terjadi inflamasi
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10) ↓
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba Merangsang
dengan durasi ± 30 detik. mediator kimia
DO : ↓
Pasien tampak menahan nyeri, Merangsang sel
pada saat berbicara pasien sering saraf
menutup mata untuk mengurangi ↓
nyeri, tanda krenik (+) Saraf merespon
berupa nyeri

Nyeri akut

2. DS : Aktivitas Hipertermi b.d


Pasien mengatakan suhu badan makrofag virus proses penyakit
panas demam sejak 1 minggu ↓ d.d suhu tubuh
yang lalu Pelepasan zat diatas nilai
DO : pirogen endogen normal
Suhu 38,9 0C, kulit terlihat ↓
kemerahan dan terasa panas saat Merangsang kerja
dipalpasi berlebihan dari
PGEO di
hipotalamus

Instabilitas
termogulasi

Suhu tubuh
sistemik

Hipertensi
3. DS : Bakteri masuk ke Risiko perfusi
Pasien mengatakan kaku pada meningen serebral tidak
bagian leher ↓ efektif b.d
DO : Metabolism hipertensi d.d
Pemeriksaan CT scan terdapat bakteri hipertensi
edema di kepala parietal, tanda ↓
brudzinski (+) Akumulasi secret
Bagian ekstremitas klien dingin ↓
Peningkatan
komponen darah
divaskuler serepra

Penuruna perfusi
jaringan serebra

Resiko perfusi
serebral tidak
efektif

D. Diangnosa
1. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis d.d mengeluh nyeri
2. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi d.d hipertensi

E. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Menejemen Nyeri
b.d agen keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
pencidera diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
fisiologis dengan ekspektasi menurun kriteria, durasi,
d.d dan kriteria hasil: frekuensi, kualitas
mengeluh - Keluhan nyeri menurun dan intensitas nyeri
nyeri - Meringis menurun - Identifikasi skala
- Gelisah menurun nyeri
- Kesulitan tidur menurun Terapeutik:
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan tekhnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
b.d proses keperawatan selama 3x24 jam Observasi:
penyakit d.d diharapkan termoregulasi - Identifikasi penyebab
suhu tubuh dengan ekspektasi membaik hipertermi
diatas nilai dan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
normal - Suhu tubuh membaik Terapeutik:
- Suhu kulit membaik - Lakukan pendinginan
- Tekanan darah membaik eksternal
- Berikan oksigen
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Menejemen peningkatan


perfusi keperawatan selama 3x24 jam tekanan intrakranial
serebral diharapkan perfusi serebral Observasi :
tidak efektif dengan ekspektasi meningkat - Identifikasi penyebab
b.d dan kriteria hasil: peningkatan TIK
hipertensi - Tingkat kesadaran - Monitor tanda gejala
d.d meningkat peningkatan TIK
hipertensi - Tekanan intra kranial Terapeutik:
menurun - Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinya
kejang
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis

F. Implementasa
No Diagnosa Implementasi Respon Pasien
Nyeri akut b.d agen - Mengidentifikasi DS :
pencidera fisiologis d.d lokasi, kriteria, Pasien
mengeluh nyeri durasi, frekuensi, mengatakan
kualitas dan nyerinya sudah
intensitas nyeri berkurang
- Mengidentifikasi Skala nyeri 4
skala nyeri
- Mengontrol DO :
lingkungan yang Pasien terlihat
memperberat masih menahan
nyeri nyeri saat
- Memberikan dipalpasi
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan
monitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan
tekhnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Berkolaborasi
memberikan
analgetik

Hipertermi b.d proses - Mengidentifikasi DS :


penyakit d.d suhu tubuh penyebab Pasien
diatas nilai normal hipertermi mengatakan
- Memonitor suhu badannya sudah
tubuh tidak panas lagi
- Melakukan
pendinginan DO:
eksternal Suhu pasien
- Memberikan 37,50c ,badan
oksigen teraba hangat
- Menganjurkan
tirah baring
- Berkolaborasi
memberkian
cairan dan
elektrolit
intravena
Risiko perfusi serebral tidak - Mengidentifikasi DS:
efektif b.d aneurisma penyebab Pasien
serebri d.d infeksi otak peningkatan TIK mengatakan
- Memonitor tanda masih kaku pada
gejala peningkatan bagian lehernya
TIK
- Memberikan DO :
posisi semi fowler Masih terdapat
- Mencegah edema pada
terjadinya kejang kepala pasien
- Berkolaborasi
memberikan
sedasi dan anti
konvulsan
- Berkolaborasi
memberikan
diuretic osmosis

G. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
Nyeri akut b.d agen pencidera S:
fisiologis d.d mengeluh nyeri Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
Skala nyeri 4
O:
Pasien terlihat masih menahan
nyeri saat dipalpasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Hipertermi b.d proses penyakit d.d S:
suhu tubuh diatas nilai normal Pasien mengatakan badannya
sudah tidak panas lagi
O:
Suhu pasien 37,50c ,badan teraba
hangat
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Risiko perfusi serebral tidak efektif S:
b.d hipertensi d.d hipertensi Pasien mengatakan masih kaku
pada bagian lehernya
O:
Masih terdapat edema pada kepala
pasien
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

H. Evidence Based Practice Meningitis


Data World Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa Pada
tahun 2014 di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan jumlah
kematian sebanyak 1.304 jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis bakteri
mempengaruhi lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara (dari Senegal
ke Ethiopia). Lebih dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20 tahun terakhir (1995-
2014). kasus meningitis tersebut mengakibatkan kematian sebanyak 10%.
Sedangkan 10-20% meninggalkan gejala sisa neurologis. Meningitis penyebab
kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan dengan urutan ketiga yaitu (9,3%) setelah
diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi meningitis penyebab kematian
pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans
Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%) (Balitbangkes 2008).
Penelitian yang di lakukan Shinta (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan,
anak yang mengalami kematian karena meningitis (42,16%), dari 102 kasus yang
ditemukan terdapat penderita meningitis Purulenta (43,1%) meningitis Serosa
(56,9%) dan penderita paling banyak yaitu usia nol sampai kurang dari lima tahun
(58,8%).
Penelitian Arydina, dkk (2014) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
melaporkan bahwa Bacterial Meningeal Score merupakan indikator yang baik
untuk menilai meningitis bakteri pada bayi dan anak karena memiliki sensitivitas,
spesifisitas, nilai praduga negatif, nilai praduga positif, likelihood ratio positif dan
likelihood ratio negatif yang tinggi. Parameter BMS berdasarkan kriteria WHO.
Skor BMS berkisar antara 0–6.
Sedangkan Relontina, dkk (2014) kejadian meningitis paling tinggi terjadi
pada pasien dengan riwayat Tb Paru (30,3%). Di RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2014 terdapat 96 orang pasien anak dengan meningitis, tahun 2015 73 orang.
Pasien meningitis perlu dilakukan pengawasan tanda-tanda vital secara cermat
karena pernapasannya sering cheyneStokes. Selain itu dalam pemberian cairan
harus di lakukan secara cermat untuk mencegah komplikasi kelebihan cairan
seperti edema serebri. Turunkan suhu anak dengan kompres hangat dan nilai status
hidrasi pada anak (Ngastiyah, 2012).
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat
pengobatan, cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
(Tisnawati, 2017).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis atau radang otak disebabkan oleh infeksi di sekitar otot, dan
saraf tulang yang di sebabkan oleh virus yang masuk melalui peredaran darah dan
cairan otak. Banyak bakteri yang mengakibatkan serangan mengintis, diantaranya
adalah stretococcur pneumonia dan masi banyak lai virus-virus yang bias
mengakibatkan penyakit meningitis.
Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis adalah sakit
kepala, demam, sakit otot-otot, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Tisnawati, A.Y. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Meningitis
Di Ruang Rawat Anak Irna Kebidanan Dan Anak Rsup Dr. M. Djamil
Padang. Menara Ilmu, 9 (77).

Wastika, E. (2017). Askep Meningitis. Diakeses dari https://www.academia.edu/


28841952/Askep_Meningitis.docx.

Handi, I. (2012). Pengertian Meningitis. Diakses dari https://rochem.wordpress.com/


2012/01/11/makalah-penyakit-meningitis/.

Anda mungkin juga menyukai