Anda di halaman 1dari 51

TEORI

KEGAWATAN GINEKOLOGI

A. Persalinan Emergensi
1. Tanda dan Gejala Persalinan Segera Terjadi
Untuk mendiagnosa persalinan pastikan perubahan serviks dan kontraksi
yang cukup:

1. Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika


serviks secara progresif menipis dan membuka.
2. Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika:
a. Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap
kontraksi sedikitnya 40 detik
b. Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan
uterus mengguanakan jari tangan.

Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dengan


persalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan
kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika ibu mengalami
persalinan semu, ia merasakan kontraksi yang menyakitkan, namun
kontraksi tersebut tidak menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks.
Persalinan semu bisa terjadi beberapa hari atau beberapa minggu sebelum
permulaan persalinan sesungguhnya. Karena persalinan semu sangat
menyakitkan, mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini dalam
kehamilannya.

Tabel 2.1 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan


semu
Persalinan Sesungguhnya Persalinan Semu
Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada
serviks
Rasanyerian interval teratur Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang Tidak ada perubahan interval
secara perlahan semakin pendek antara
rasa nyeri yang satu dengan yang
lainnya
Waktu dan kekuatan kontraksi Tidak ada perubahan pada waktu
semakin bertambah dan
kekuatan kontraksi
Dengan berjalan bertambah Tidak ada perubahan rasa nyeri
intensitas dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat Tidak ada hubungan antara
kekuatan kontraksi dengan tingkat
intensitas kekuatan kontraksi uterus dengan
nyeri intensitas rasa nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian terendah Tidak ada kemajuan penurunan
janin bagian
terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di Kepala belum masuk PAP
PAP walaupun
diantara kontraksi ada kontraksi
Pemberian obat penenang tidak Pemberian obat penenang yang
menghentikan prose persalinan efesien menghentikan rasa nyeri
sesungguhnya pada
persalinan semu
2. Peralatan penting untuk Persalinan Emergency
1. Persiapan perlindungan diri :

a. Celemek plastik

b. Sepatu boot

c. Masker

d. Kacamata

e. Penutup kepala

f. Mencuci tangan 7 langkah


1. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang berpenutup):

a. 2 klem Kelly/ klem kocher

b. Gunting tali pusat

c. Benang tali pusat / klem plastik

d. Kateter nelaton
e. Gunting episiotomi

f. Klem 1⁄2 kocher

g. 2 pasang sarung tangan

h. Kasa atau kain kecil 5 bh


i. Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)

j. Tabung suntik 2,5 atau 3 ml

k. Penghisap lendir De Lee

l. 4 kain bersih (bisa disiapkan oleh keluarga )

2. Heacting set

a. Tabung suntik 10 ml
b. 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi

c. Pegangan jarum / nald pooder

d. 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot)


e. Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0

f. 1 pasang sarung tangan DTT atau steril

3. Peralatan tidak steril

a. Termometer

b. Stetoskop

c. Tensimeter
d. Pita pengukur / meteran

e. Pinnards, fetoskop atau dopler

f. Bengkok

g. Piring plasenta

h. Timbangan bayi
i. Pengukur panjang bayi

j. Gunting ferband

k. Sarung tangan rumah tangga

l. Wadah untuk larutan klorin 0,5 %

m. Wadah untuk air DTT

n. Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)

o. Obat-obatan dan bahan habis pakai :


- Oksitosin (simpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 ℃)

- Lidokain 1%

- Cairan infus R/L, Nacl, Dext 5%

- Selang infus

- Kanula IV no 16-18G

- Metal ergometrin maleat

- Mgso4 40% (25 gr)

- Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr

- Vitamin K dan salep mata tetrasilklin 1 %

4. Peralatan resusitasi

a. Balon resusitasi dan sungkup nomor 0 dan 1

b. Lampu sorot

c. Tempat resusitasi

5. Formulir yang disiapkan

a. Formulir informed consent

b. Formulir partograf

c. Formulir persalinan / nifas dan KB

d. Formulir rujukan

e. Formulir surat kelahiran

f. Formulir permintaan darah

g. Formulir kematian
6. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga

a. Makanan dan minuman untuk ibu

b. Beberapa sarung bersih (3-5)

c. Beberapa kain bersih (3-5)

d. Beberapa celana dalam bersih

e. Pembalut wanita, handuk, sabun

f. Pakaian ibu dan bayi

g. Washlap 2 bh

Kantong plastik untuk plasenta

3. Prosedur Persalinan emergensi


Untuk prosedur persalinan Emergency kami ambilkan contoh SOP dari Puskesmas
Sine Kab. Ngawi Jawa Timur. Kami lampirkan setelah halaman ini.
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PROSEDUR KLINIS

PUSKESMAS SINE PEMERIKSAAN ANC ( ANTE NATAL CARE )


DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI

Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen :


Revisi :- Halaman : 037
Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Sulami, S. SIT Dr. Agung Wahyu Hidayat
Keb.

Paraf : Paraf : Paraf :

1. PENGERTIAN : Pemeriksaan kesehatan Ibu hamil dan Janin


2. TUJUAN :
a) Sebagai pedoman kerja petugas KIA ( Bidan ) dalam pelaksanaan
pelayanan ibu hamil
3. PERALATAN : Timbangan, Ukuran panggul, tensi , alat suntik,
dopler,funanduskop, metlen, pengukur Lila, selimut, reflek hammer, stetoscope
dan kalender kehamilan
4. BAHAN : Kapas steeril, Alkhohol 70%, jelly, Sabun Anti Septik,
Wastafel dengan air mengalir dan Vaksin TT
5. PERSIAPAN :
1. Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan
2. Mempersiapkan bumil mengkosongkan kandung kemih
3. Petugas memcuci tangan dengan tujuh langkah
6. PELASANAAN :
1. Petugas menerima kunjungan bumil diruang pemeriksaan
2. Petugas melakukan anamnesa
1. Menanyakan Identitas
2. Menayakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu
3. Menanyakan riwayat menstruasi
4. Menayakan riwayat persalinanyang lalu dan pemakaian alat
kontrasepsi
5. Menayakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit
keluarga
6. Menayakan keluhan pasien sekarang
7. Menayakan status Imunisasi TT
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
1. Melakukan pemeriksaan tinggi badan dan Lila ( untuk kunjungan
pertama kali) berat badan serta tensi (setiap kali kunjungan)
2. Melakukan pemeriksaan Palpasi ( Tinggi TFU, Posisi Janin mulai
trimester III)
037
3. Melakukan pemeriksaan auskultasi (djj) mulai trimester II
4. Memeriksa Golongan darah untuk Bumil dengan K1
5. Memeriksa Hb pada kunjungan pertama dan trimester III menjelang
persalinan
6. Memeriksa apakah ada oedem pada ekstrimitas atas dan bawah
4. Petugas memberitau tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Petugas memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan resiko tinggi pada
ibu hamil
6. Petugas memcatat hasil pemeriksaan pada status ibu, buku KIA, Kohort
Ibu Hamil
7. Petugas menulis resep ( kalsium laktat, FE, Vitamin, Asam Folat )
8. Petugas mendeteksi resiko tinggii kehamilan bila ada dan rujuk ke DSOG
9. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik

REVISI PEMERIKSAAN FISIK SECARA LENGKAP


PEMERIKSAAN ANC 037

PEMERIKSAAN PNC ( POST NATAL CARE )

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PROSEDUR KLINIS

PUSKESMAS SINE PEMERIKSAAN PNC I ( POST NATAL CARE )


DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI

Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen :


Revisi :- Halaman : 038
Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Sulami, S. SIT Dr. Agung Wahyu Hidayat
Keb.

Paraf : Paraf : Paraf :

1. PENGERTIAN : Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan


pada ibu segera setelah kelahiran,sampai 6 minggu setelah kelahiran
2. TUJUAN :
b) Pencegahan,deteksi dini,penanganan komplikasi
c) Merujuk ibu nifas dengan komplikasi
d) Mendukung dan meningkatkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan
peran ibu
e) Mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif
3. PERALATAN : Timbangan bayi, Tensi , Termometer, Alat
tulis, Sarung tangan, Jam tangan
4. BAHAN : Kapas DTT
5. PERSIAPAN :
 Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan, sebelum dan
sesudah bekerja
 Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman
 Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas
3. PELAKSANAAN :
 Petugas menyapa ibu dengan ramah
 Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan
 Meminta persetujuan ibu untuk di periksa
 Melakukan anamnesa lengkap
 Memberikan asuhan sayang ibu
 Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan
 Melakukan pemeriksaan :
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien 038
PEMERIKSAAN PNC 1
2. Menggunakan sarung tangan
3. Melakukan pemeriksaan fisik : Vital sign, Fundus, lokea,
perineum, payudara
 Mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, membantu ibu dengan
persiapan kegawat daruratan
 Memeriksa keadaan bayi
 Tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam post partum
 Mengambil tindakan rujukan jika terdapat indikasi
 Menjelaskan semua temuan yang di peroleh kepada ibu dan
mendiskusikan rencana asuhan dengannya
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, perawatan yang di lakukan,
mencatat terapi yang di berikan dokter

EVALUASI
 Melakukan evaluasi dari asuhan yang di berikan
 Ulangi proses managemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah di laksanakan tetapi belum
efektif/merencanakan kembali yang belum terencana
4. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik

REVISI PERALATAN YANG DISIAPKAN, DIBEDAKAN ANTARA


PERAWATAN NIFAS DI TEMPAT PELAYANAN DAN KUNJUNGAN RUMAH
PEMERIKSAAN PNC 1 038

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PROSEDUR KLINIS
PEMERIKSAAN PNC II ( POST NATAL CARE )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI

Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen : 039


Revisi :- Halaman :
Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Keb. Sulami, S. SIT Dr. Agung Wahyu Hidayat

Paraf : Paraf : Paraf :

1. PENGERTIAN

Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran.

2. TUJUAN

 Pencegahan, deteksi dini, penanganan komplikasi.

 Merujuk ibu bila perlu.

 Mendukung dan meningkatkan kepercayaan diri dalam pelaksanaan peran


ibu.

 Mendorong ibu untuk memberikan makanan terbaik untuk bayi.

3. PERALATAN

 Timbangan bayi

 Tensimeter

 Termometer

 Funasduskopmetlen

 Sarung tangan

 Jam tangan
PEMERIKSAAN PNC 2 039
4. BAHAN

 Kapas

 DDT

 Alkohol 70%

 Sabun Anti Septik

5. PERSIAPAN

 Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan, sebelum dan
sesudah bekerja.

 Mempersiapkan klien pada posisi yang nyaman.

 Mempersiapkan alat didekatkan pada petugas.

6. PELAKSANAAN

 Petugas menyapa ibu dengan ramah.

 Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

 Meminta kesediaan ibu untuk diperiksa.

 Melakukan anamnesa lengkap.

 Memberikan asuhan saying ibu.

 Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan perorangan.

 Melakukan pemeriksaan:
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien.

2. Menggunakan sarung tangan.

3. Melakukan pemeriksaan fisik : Vital sign, Fundus, lokea, perineum,


payudara

 Mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, membantu ibu dengan
persiapan kegawat daruratan.

 Memeriksa keadaan bayi.

 Tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam post partum selama


perawatan di dalam gedung.

 Mengambil tindakan rujukan jika terdapat indikasi.

 Menjelaskan semua temuan yang diperoleh kepada ibu.

EVALUASI
PEMERIKSAAN PNC 2 039
 Melakukan evaluasi dari asuhan yang diberikan.

 Ulangi proses managemen dengan benar terhadap setiap asp-ek asuhan


yang sudah dilaksanakan tetapi belum/merencanakan kembali yang belum
terencana.

Pelaksanaan tindak lanjut masa nifas dirumah:

1. Jadwal kunjungan masa nifas

 6-8 jam setelah persalinan

 6 hari setelah persalinan

 2 minggu setelah persalinan

 6 minggu setelah persalinan


2. Asuhan lanjutan masa nifas dirumah

 Pengawasan masa nifas

 Kunjungan rumah pasca partus

 Intervensi dirumah

3. Penyuluhan masa nifas

 Kebutuhan gizi masa nifas

 Kebersihan diri

 Istirahat

 Seksual

 Keluarga Berencana

 Tanda bahaya masa nifas


PEMERIKSAAN PNC 2 039
SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PROSEDUR KLINIS

PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POST PARTUM


PUSKESMAS SINE
(1)
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI

Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen :


Revisi :- Halaman : 039
Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Sulami, S. SIT Dr. Agung Wahyu Hidayat
Keb.

Paraf : Paraf : Paraf :

Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan : Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi : 1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensio plasenta
4) Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
b) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan

Pelaksanaan :
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
2. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
3. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi
dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
4. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
5. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
6. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
8. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
9. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
10. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
11. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
12. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV
ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
13. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
14. Ulangi kompresi bimanual internal.
15. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
16. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
17. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
18. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan lakukan
sayeba
19. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
20. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.
21. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik

SISTEM MANAJEMEN MUTU ( SMM )

PROSEDUR KLINIS

PUSKESMAS SINE PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POST PARTUM


DINAS KESEHATAN (2)
KABUPATEN NGAWI

Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015 No. Dokumen :


Revisi :- Halaman : 040
Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :
Dahlia Mustika Sari, Amd Sulami, S. SIT Dr. Agung Wahyu Hidayat
Keb.

Paraf : Paraf : Paraf :

Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan : Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi : 1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensio plasenta
4) Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
c) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
d) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
Pelaksanaan :

22. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
23. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
24. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi
dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
25. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
26. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
27. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
28. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
29. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
30. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
31. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
32. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
33. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV
ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
34. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
35. Ulangi kompresi bimanual internal.
36. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
37. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
38. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
39. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan lakukan
sayeba
40. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
41. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.

4. Melahirkan Plasenta
Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontraksi pada interval teratur,
area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat berkurang. Perbedaan proporsi
yang besar antara menurunnya ukuran tempat penempelan plasenta dan ukuran
plasenta menyebabkan pelipatan atau penggantungan plasenta di permukaan
maternal, dan pelepasan terjadi.
Tanda pelepasan plasenta biasanya terjadi 5 menit setelah kelahiran bayi,
tanda-tandanya meliputi:
a. Uterus berbentuk globular dan lebih keras
b. Uterus naik di dalam abdomen
c. Tali pusat memanjang keluar vagina
d. Darah tersembur secara mendadak
Pengeluaran Plasenta Plasenta dapat dikeluarkan dengan salah satu dari dua
mekanisme. Mekanisme Schultze, pada kurang lebih 80% pelahiran, menandakan
bahwa plasenta terlepas pertama kali pada bagian pusatnya dan biasanya
pengumpulan darah dan bekuan ditemukan pada selaput amnion. Mekanisme
Duncan terjadi sekitar 20% pelahiran dan memberikan kesan bahwa plasenta terpisah
pertama kali pada bagian tepinya. Perdarahan biasanya terjadi pada mekanisme
Duncan. Tidak ada makna klinis yang dikaitkan dengan kedua mekanisme ini.

5. Perawatan Ibu
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.3 Perawatan masa
nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. 16, 22 20
Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah
melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena pada masa nifas
wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik fisik maupun
psikologis. 9 Perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk
memelihara kesehatan. Ibu nifas diharapkan mampu melakukan pemenuhan
perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan. Macam-
macam Perawatan Diri Masa Nifas Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai
macam, meliputi:

1. Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan


meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu. Personal Hygiene yang bisa
dilakukan ibu nifas untuk memelihara kebersihan diri tidak hanya mandi,
tetapi juga menggosok gigi dan menjaga kebersihan mulut, menjaga
kebersihan rambut dengan keramas, menjaga kebersihan pakaian, dan
menjaga kebersihan kaki, kuku, telinga, mata dan hidung. Selain itu juga
mencuci tangan sebelum memegang payudara, setelah mengganti popok
bayi, setelah buang air besar dan kecil dan sebelum memegang atau
menggendong bayi.

2. Perawatan Perineum

Perawatan khusus perineum bagi wanita setelah melahirkan bayi


bertujuan untuk pencegahan terjadinya infeksi, mengurangi rasa tidak
nyaman dan meningkatkan penyembuhan.Walaupun prosedurnya
bervariasi dari satu rumah sakit lainnya, prinsip-prinsip dasarnya bersifat
universal yaitu mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan
lembut pada jaringan yang terkena trauma dan membersihkan semua
keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Perawatan perineum yang
dianjurkan untuk ibu postpartum adalah membasuh perineum dengan air
bersih dan sabun setelah berkemih dan buang air besar. Perineum harus
dalam keadaan kering dan dibersihkan dari depan ke belakang. Ibu
dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap kali mandi, setelah buang air
besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Munculnya
infeksi perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun
pada jalan lahir, infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan
luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan sel penunjang, sehingga
akan menambah ukuran dari luka itu sendiri baik panjang maupun
kedalaman dari luka.

3. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara


terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan
pengeluaran ASI. Perawatan payudara pasca persalinan merupakan
kelanjutan perawatan payudara semasa hamil. Bagi ibu yang menyusui
bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu hal amat penting.
Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan
sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum
yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi. Adapun langkah-
langkah dalam melakukan perawatan payudara yang baik, yaitu :
mengompres kedua puting dengan baby oil selama 2-3 menit,
membersihkan puting susu , melakukan pegurutan dari pangkal ke putting
susu sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara, pengurutan dengan
menggunakan sisi kelingking, pengurutan dengan posisi tangan mengepal
sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara dan kompres dengan air
kemudian keringkan dengan handuk kering.

4. Mobilisasi Dini dan Senam Nifas

Mobilisasi Dini adalah selekas mungkin membimbing ibu keluar dari


tempat tidurnya dan membimbing ibu selekas mungkin segera berjalan.
Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu
dua jam setelah persalinan normal. Mobilisasi dini sangat bermanfaat
untuk mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah
sehingga mencegah terjadinya tromboemboli, membantu pernafasan
menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi,
dan mengembalikan aktivitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian. Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan
hingga hari kesepuluh, terdiri atas beberapa gerakan tubuh yang dilakukan
untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas dilakukan pada
saat kondisi ibu benar-benar pulih dan tidak ada hambatan atau
komplikasi pada masa nifas.

5. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Namun
buang air besar secara spontan biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan
mengembalikan fungsi usus besar dengan diet teratur, pemberian cairan
yang banyak, makanan cukup serat dan olahraga atau ambulasi dini. Jika
pada hari ketiga ibu juga tidak buang air besar maka dapat diberikan
laksatif per oral atau per rectal.

6. Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang
baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat
mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan karena ibu nifas mengalami hemokonsentrasi.
Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan biasa
karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang menyusui perlu
mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa
diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga
dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi.

7. Eliminasi Urin

Miksi atau eliminasi urin sebaiknya dilakukan sendiri secepatnya.


Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam
pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan
agar mengosongkan isinya, dan juga karena sfingter utertra yang tertekan
oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh ibu sulit kencing sebaiknya
lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengandung terjadinya infeksi.
Bila infeksi terjadi maka pemberian antibiotik sudah pada tempatnya

8. Istirahat

Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh istirahat/tidur


telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan kanan. Ibu harus bisa
mengatur istirahatnya.

6. Perawatan bayi baru lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi
lebih dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak mengancam nyawa bayi.
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut, antara lain pernafasan
sulit atau lebih dari 60 kali per menit, retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu
terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau
sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda bahaya
bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain yaitu
pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah),
tali pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk, berdarah, serta adanya
infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar
cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda bahaya,
antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran, urine tidak
keluar dalam 24 jam pertama, muntah, terus menerus, distensi abdomen, faeses
hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas,
mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus
menerus, mata bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda
bahaya pada bayi baru lahir (Muslihatun, 2010).
Rencana Asuhan Bayi Baru lahir

Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut :

a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam
waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali
apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila
bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap
memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah
lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan
untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efesien, mencegah
berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum
keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara
ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi
cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca persalinan.

Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :

1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam


(minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi
melepaskan isapan dari satu payudara, berikan payudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak
melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot atau
empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan
pertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu
dengan benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi
membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan
bergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus
menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu mulut
bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga bibir
bawah jauh dibelakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara,
mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut
bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan
kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila minum
baik.
a. Buang Air Besar (BAB)

Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi
gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus sejak masa
janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah
hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini
keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang telah
keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika
mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji kemungkinan
adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah menjadi
kuning pada saat berumur4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi
lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi
susu formula, feses cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna
feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan
makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih
sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi
ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.

c. Buang Air Kecil (BAK)


Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya
volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi 100-200
ml/hari pada akhir minggu pertama.Warna urine keruh/merah muda dan
berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24
jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji
jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
d. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan
waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur
ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15%waktu digunakan bayi
dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar
dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk
tidur.
e. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi, keutuhan
kullit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk
melindungi kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat
memandikan bayi. Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau
petugas kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut
dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering.
Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama) cenderung
meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari terjadinya
hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil
(setelah 24 jam).
f. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan
tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal.
Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada saat
menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan dalam
keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian
popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena
kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air
mengalir, kemudian keringkan.
g. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami
kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang
tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri
tanpa ada yang menunggu. Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air
atau tempat tidur, kursi atau meja. Tidak memberikan apapun lewat
mulut selain ASI karena bayi biasa tersedak. Membaringkan bayi pada
alas yang cukup keras pada punggung/sisi badannya. Hati-hati
menggunakan bantal dibelakang kepala dan ditempat tidurnya karena
dapat menutupi muka.
h. Pemijatan Bayi
Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya menguatkan otot
bayi, membuat bayi lebih sehat, membantu pertumbuhan bayi,
meningkatkan kesanggupan belajar, dan membuat bayi tenang.

Adapun cara pemijatan bayi yaitu :

1) Peregangan

Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan lututnya


bersama-sama dan tempelkan lutut sampai perutnya (Peringatan :
Gerakan ini bisa membuat membuang gas). Selain itu, pegang kedua
kaki dan lututnya dan putar dengan gerakan melingkar, kekiri dan ke
kanan, untuk melemaskan pinggulnya. Ini juga membuat
menyembuhkan sakit perut.

2) Cara Pijat Kaki Bayi

Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk tepuk
sepanjang tungkainya dengan tangan yang lain. Usap turun naik dari
jari-jari kakinya sampai ke pinggul kemudian kembali. Kemudian,
pijat telapak kakinya dan tarik setiap jari jemarinya. Gunakan jempol
Anda untuk mengusap bagian bawah kakinya mulai dari tumit
sampai ke kaki dan pijat di sekeliling pergelangan kakinya dengan
pijatan-pijatan kecil melingkar.

3) Cara Pijat Perut Bayi

Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan kecil


melingkar. Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2 atau 3 jari yang
membentuk huruf I-L-U dari arah bayi. Bila dari posisi kita
membentuk huruf I – L – U terbalik. Berikut tahapan memijat:

 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)


 Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian turun

ke bawah ( huruf L)

 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi, melengkung
membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua gerakan berakhir
di perut kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi

Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan dan tepuk-


tepuk sepanjang lengannya dengan tangan yang lain. Pijat turun naik
mulai dari ujung sampai ke pangkal lengan, kemudian pijat telapak
tangannya dan tekan, lalu tarik setiap jari. Ulangi pada lengan yang
lain.

5) Cara Pijat Punggung Bayi

Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki Anda dan
gerak-gerakan kedua tangan Anda naik turun mulai dari atas
punggungnya sampai ke pantatnya. Lakukan pijatan dengan
membentuk lingkaran kecil di sepanjang tulang punggungnya.
Lengkungkan jari-jemari anda seperti sebuah garfu dan garuk
punggungnya ke arah bawah.

6) Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi


Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua tangan anda dan
usap-usap kulit kepalanya dengan ujung jari Anda. Kemudian,
gosok-gosok daun telingannya dan usap-usap alis matanya, kedua
kelopak matanya yang tertutup, dan mulai daripuncak tulang
hidungnnya menyebrang ke kedua pipinya. Pijat dagunya dengan
membuat lingkaran-lingkaran kecil.
i. Menjemur Bayi

Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi kesehatan.
Hal tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah dilahirkan, fungsi
hatinya belum sempurna dalam proses pengolahan bilirubin. Dimana
kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal inilah yang
menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang
menyebabkannya bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami
untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya dibawah
matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu memberikan
efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah untuk
menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab
bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadi melakukan penjemuran
pada bayi yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.

Manfaat menjemur bayi adalah sebagiberikut :

 Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah


 Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
 Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
 Menghindarkan bayi dari stress.
j. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya antara


bidan dan pasien antara lain :

1. Hak pasien untuk mengetahui informasi

2. Kewajiban moral

3. Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien

4. Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

5. Memenuhi kebutuhan bidan

B. Komplikasi Persalinan
1. Tertelan Cairan Mekonium
a. Pengertian
Aspirasi mekoneum adalah terhisapnya cairan amnion yang
tercemar mekoneum ke dalam paru-paru bayi baru lahir, yang dapat
terjadi pada saat intrauterin, persalinan, atau setelah lahir. Oleh karena
itu, kita harus selalu waspada terhadap adanya mekoneum dalam cairan
ketuban pada setiap kelahiran. Mekoneum dalam cairan ketuban
merupakan suatu indikasi adanya gangguan pada bayi yang berkaitan
dengan masalah intrauterin, berupa kekurangan oksigen (hipoksia).
Angka kejadian sindrom aspirasi mekoneum diperkirakan sekitar 9-
15% dari kelahiran hidup. Penyakit ini jarang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu, sebaliknya paling sering terjadi pada kehamilan
lebih dari 42 minggu
b. Tanda Gejala
Secara umum, konsistensi mekoneum dibagi dua katagori, yaitu
encer dan pekat. Mekoneum yang encer berwarna kuning hingga hijau
terang dan cair. Sebaliknya, mekoneum pekat bersifat pasta atau
bergranul dan memiliki sejumlah warna termasuk coklat gelap dan
bahkan hitam. Mekoneum yang encer terdapat dalam 10-40% kasus
pada pengeluaran mekoneum. Mekoneum yang pekat pada awal
persalinan, secara umum menunjukkan kurangnya cairan amnion dan
merupakan faktor risiko untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas
bayi.
Bayi dengan mekoneum encer lebih sering fisiologis, dan
menunjukkan proses maturitas bayi, sekaligus lebih sehat saat lahir.
Baik mekoneum encer maupun pekat dapat ditemukan saat persalinan
atau bahkan sebelum persalinan. Mekoneum yang ditemukan saat
persalinan setelah cairan jernih keluar menunjukkan kondisi
pencemaran ketuban dengan mekoneum yang bersifat akut. Resiko
morbiditas dan mortalitas perinatal berada pada resiko tinggi jika
berhubungan dengan pengeluaran mekoneum yang pekat. Sebaliknya,
menjadi resiko rendah jika dihubungkan dengan pengeluaran
mekoneum encer sebelum ketuban pecah. Masuknya ketuban yang
tercampur mekoneum ke dalam saluran nafas akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis pada bayi baru lahir. Maksudnya, berat
ringannya kelainan yang muncul sangat tergantung pada banyak
sedikitnya cairan yang tercemar mekoneum terhisap ke dalam saluran
pernafasan. Kelainan yang dijumpai dapat bervariasi dari distres
pernafasan sampai terjadinya sumbatan jalan nafas. Pada pemeriksaan
dapat dijumpai pernafasan yang sulit yang ditandai dengan retraksi
interkostal. Bayi-bayi yang menderita sindrom aspirasi mekoneum akan
tampak sesak sejak lahir.
Pada kasus yang berat, keadaan bayi akan memburuk secara
progresif sehingga bayi sering tidak dapat tertolong. Kasus sindrom
aspirasi mekoneum yang ringan akan membaik secara bertahap dalam
beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kasus sindrom aspirasi
mekoneum yang berat, yang tertolong biasanya akan didapatkan
kerusakan paru yang memerlukan waktu cukup lama untuk sembuh
sempurna.
c. Penatalaksanaan
Segera setelah lahir, maka sissa-sisa mekoneum yang masih
tersisa dalam mulut dan saluran nafas harus segera dihisap. Untuk
menghindari resiko berlanjutnya teraspirasi mekoneum, maka sisa
mekoneum yang terdapat pada rongga hidung, mulut, atau tenggorokan
segera dikeluarkan, dengan menggunakan pengisap (suction). Jika
terdapat tanda-tanda distres, mekoneum yang telah masuk ke dalam
trakhea dikeluarkan melalui trakheal tube.
Sebaiknya, dilakukan pengisapan sampai saluran pernafasan
yang lebih dalam sampai tidak ada lagi mekoneum yang keluar di dalam
suction. Bila bayi tidak memperlihatkan pernafasan spontan atau
depresi pernafasan, tunos otot berkurang, dan denyut jantung bayi
kurang dari 100 kali per menit, maka sesegera mungkin dilakukan
laringoskopi untuk pengisapan sisa mekoneum dari hipofaring (dengan
penglihatan langsung), kemudian dilakukan intubasi dan pengisapan
trakhea. Apabila bayi mengalami distres respirasi, maka perlu segera
diberikan oksigen. Untuk memepertahankan oksigenasi yang adekuat,
PaO2 dipertahankan antara 50-80 mmHg, untuk memenuhi kebutuhan
normal fungsi jaringan dan mencegah asodosis dan kemungkinan
terjadinya syok. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, dapat
dicapai dengan pemberrian oksigen dengan menggunakan head box
atau CIPAP atau pernafasan buatan, tergantung hasil analisis gas darah.
Bila denyut jantung bayi dan pernafasan mengalami depresi sangat
berat, lebih baik dilakukan ventilasi tekanan positif meskipun masih
didapatkan mekoneum pada saluran nafas. Bayi yang tercemar
mekoneum dan kemudian mengalami apne (henti nafas) atau distres
pernafasan (pernafasan sulit), maka harus dilakukan pengisapan trakhea
terlebih dahulu sebelum diberikan vantilasi tekanan positif, maskipun
pada awalnya bayi aktif.
Kandungan mekoneum terdiri dari sejumlah bakteriostatik
normal dari cairan amnion. Ketika sulit membedakan antara aspirasi
mekoneum dengan pneumonia, maka bayi dengan gambaran infiltrat
pada rongent thoraks harus diberikan antibiotik. Pada kasus kelainan
paru yang berat, perlu digunakan ventilator untuk mempertahankan
saturasi oksigen dan kestabilan pernafasan
2. Janin dengan posisi bokong
a. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri (Prawirohardjo, 2008)
b. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit.
Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan
kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus (Prawirohardjo, 2008)
c. Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang
1) Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi
2) Komplikasi pada bayi
Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh Kemacetan persalinan, kepala
(aspirasi air ketuban-lendir) Perdarahan atau edema jaringan otak
Kerusakan medula oblongata, Kerusakan persendian tulang leher

3. Prolaps Tali pusat


a. Pengertian
Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina
mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali p
usat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo,
2012). Prolaps tali pusatmerupakan keadan dimana tali pusat berada di
samping atau melewati bagianterendah janin dalam jalan lahir sebelum
ketuban pecah yang mengakibatkankompresi (Stright, 2004).
b. Etiologi
1) Resentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak
sungsang, presentasi bokong, terutama presentasi kaki
2) Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan
prematur,yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil
sehinggakemungkinan untuk aktif bergerak.
3) Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
meliputigangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang
lebih besar,kemungkinan presentasi yang tidak normal
4) Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin
yang tidak engage.
5) Ruptur membran amnion spontan. Keadaan ketuban pecah dini
tersebutmembawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali
pusat hanyut ke vagina.
c. Tanda Gejala
1) Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
2) Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam
bagian yanglebih sempit dari vagina.c.
3) Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana
tali pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.
4) Auskultasi terdengar jantung janin iregulere.
5) Terdapat bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
6) Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang jarang dan
lemah
d. Penatalaksanaan
1) Prolaps tali pusat menumbung (prolapsus funiculi)
a) Posisiskan ibu pada posisi kneechest. Jika mampu kembalikan tali
pusatke dalam vagina menggunakan tekanan ke atas menghadap
bagian presentasi untuk mengangkat janin jauh dari prolaps tali pu
sat. Hal inidapat dilakukan secara manual (bersarung tangan steril/2
jari mendorong ke atas terhadap bagian presentasi atau sekali
bagian presentasi di
atas pinggir panggul, menggunakan tekanan suprapubik terus men
erus dalamarah ke atas)

b) Jika tali pusat tidak dapat dimasukkan ke dalam vagina, hindari


memegangtali pusat yang berada di luar vagina, karena hal ini
menyebabkanvasospasme.

c) Tutupi tali pusat dengan kasa steril lembab yang dibasahi


normal salinhangat untuk menjaga agar tidak kering dan dingin.

d) Lanjutkan ke bagian darurat caesar sesegera mungkin.

e) Jika tersedia, memberikan terbutaline 0,25 mg subkutan untuk


mengurangikontraksi ketika terdapat kelainan denyut jantung
janin.

2) Prolaps Occult
a) Tempatkan ibu dalam posisi lateral ataupun kneechest.
b) Jika denyut jantung janin normal, berikan ibu O2 dan denyut
jantung janinserta pulsasi tali pusat yang terus dipantau.
c) Jika denyut jantung janin tetap normal, persiapkan operasi
Caesar yangcepat.
d) Persalinan normal hanya dapat dilakukan jika waktu persalinan
sudahdekat, serviks sepenuhnya melebar dan tidak ada kontra-
indikasi

4. Perdarahan Post Partum


Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam yang
melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin menurut
Kemenkes RI (2014) dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Perdarahan pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage)
Perdarahan pascasalin primer yaitu perdarahan yang terjadi
dalam 24 jam pertama paska persalinan segera. Penyebab perdarahan
ini diantaranya atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta yang
tertinggal, dan robekan jalan lahir.
b. Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum Haemorrhage)
Perdarahan pascasalin sekunder yaitu perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama paska persalinan. Penyebab utama perdarahan
ini diantaranya robekan jalan lahir, sisa plasenta yeng tertinggal atau
membran. Sakit kepala yang hebat. Pembengkakan di wajah, tangan dan
kaki. payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit. Ibu yang
dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia mudah mengalami infeksi.

Anda mungkin juga menyukai