Kegawatan Ginekologi
Kegawatan Ginekologi
KEGAWATAN GINEKOLOGI
A. Persalinan Emergensi
1. Tanda dan Gejala Persalinan Segera Terjadi
Untuk mendiagnosa persalinan pastikan perubahan serviks dan kontraksi
yang cukup:
a. Celemek plastik
b. Sepatu boot
c. Masker
d. Kacamata
e. Penutup kepala
d. Kateter nelaton
e. Gunting episiotomi
2. Heacting set
a. Tabung suntik 10 ml
b. 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi
a. Termometer
b. Stetoskop
c. Tensimeter
d. Pita pengukur / meteran
f. Bengkok
g. Piring plasenta
h. Timbangan bayi
i. Pengukur panjang bayi
j. Gunting ferband
- Lidokain 1%
- Selang infus
- Kanula IV no 16-18G
4. Peralatan resusitasi
b. Lampu sorot
c. Tempat resusitasi
b. Formulir partograf
d. Formulir rujukan
g. Formulir kematian
6. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga
g. Washlap 2 bh
PROSEDUR KLINIS
PROSEDUR KLINIS
EVALUASI
Melakukan evaluasi dari asuhan yang di berikan
Ulangi proses managemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah di laksanakan tetapi belum
efektif/merencanakan kembali yang belum terencana
4. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik
PROSEDUR KLINIS
PEMERIKSAAN PNC II ( POST NATAL CARE )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
1. PENGERTIAN
Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2. TUJUAN
3. PERALATAN
Timbangan bayi
Tensimeter
Termometer
Funasduskopmetlen
Sarung tangan
Jam tangan
PEMERIKSAAN PNC 2 039
4. BAHAN
Kapas
DDT
Alkohol 70%
5. PERSIAPAN
Petugas siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan, sebelum dan
sesudah bekerja.
6. PELAKSANAAN
Melakukan pemeriksaan:
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
Mengkaji tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi, membantu ibu dengan
persiapan kegawat daruratan.
EVALUASI
PEMERIKSAAN PNC 2 039
Melakukan evaluasi dari asuhan yang diberikan.
Intervensi dirumah
Kebersihan diri
Istirahat
Seksual
Keluarga Berencana
PROSEDUR KLINIS
Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan : Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi : 1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensio plasenta
4) Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
a) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
b) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
Pelaksanaan :
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
2. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
3. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi
dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
4. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
5. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
6. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
8. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
9. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
10. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
11. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
12. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV
ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
13. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
14. Ulangi kompresi bimanual internal.
15. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
16. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
17. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
18. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan lakukan
sayeba
19. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
20. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.
21. Catatan Mutu
Status pasien didalam rekam medik
PROSEDUR KLINIS
Pengertian : Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500
cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok
Tujuan : Stabilisasi kondisi pasien, bila tidak teratasi segera dirujuk ke rumah sakit
Indikasi : 1) Atonia uteri
2) Robekan jalan lahir
3) Retensio plasenta
4) Sisa Plasenta
Persiapan : 1) Alat
c) Alat pelindung diri (masker, kacamata,handscoen,scort,tutup kepala,sepatu boat,)
d) Obat emergency
c) Obat pencegah perdarahan (oksitosin, ergometrin, mesoprostol)
c) Cairan infuse RL
d) Transfusi set
e) Tampon
f) Kateter
g) Sayeba set
h) Hecting set
2) Pasien
3) lingkungan
Pelaksanaan :
22. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik). Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.
23. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin
/IM.
24. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi
dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)
25. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi lakukan massases uterus
26. Jika kandung kemih penuh, kosongkan kandung kemih dengan kateter
27. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
28. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
29. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
30. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a) Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
b) Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
c) Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.
31. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Sementara itu minta bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
32. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM.
33. Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV
ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
34. Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
35. Ulangi kompresi bimanual internal.
36. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
37. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
38. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN).
39. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Apabila memungkinkan lakukan
sayeba
40. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan
darah.
41. Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan.
4. Melahirkan Plasenta
Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontraksi pada interval teratur,
area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat berkurang. Perbedaan proporsi
yang besar antara menurunnya ukuran tempat penempelan plasenta dan ukuran
plasenta menyebabkan pelipatan atau penggantungan plasenta di permukaan
maternal, dan pelepasan terjadi.
Tanda pelepasan plasenta biasanya terjadi 5 menit setelah kelahiran bayi,
tanda-tandanya meliputi:
a. Uterus berbentuk globular dan lebih keras
b. Uterus naik di dalam abdomen
c. Tali pusat memanjang keluar vagina
d. Darah tersembur secara mendadak
Pengeluaran Plasenta Plasenta dapat dikeluarkan dengan salah satu dari dua
mekanisme. Mekanisme Schultze, pada kurang lebih 80% pelahiran, menandakan
bahwa plasenta terlepas pertama kali pada bagian pusatnya dan biasanya
pengumpulan darah dan bekuan ditemukan pada selaput amnion. Mekanisme
Duncan terjadi sekitar 20% pelahiran dan memberikan kesan bahwa plasenta terpisah
pertama kali pada bagian tepinya. Perdarahan biasanya terjadi pada mekanisme
Duncan. Tidak ada makna klinis yang dikaitkan dengan kedua mekanisme ini.
5. Perawatan Ibu
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.3 Perawatan masa
nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. 16, 22 20
Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah
melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena pada masa nifas
wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya, baik fisik maupun
psikologis. 9 Perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk
memelihara kesehatan. Ibu nifas diharapkan mampu melakukan pemenuhan
perawatan pada dirinya agar tidak mengalami gangguan kesehatan. Macam-
macam Perawatan Diri Masa Nifas Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai
macam, meliputi:
2. Perawatan Perineum
3. Perawatan Payudara
5. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan. Namun
buang air besar secara spontan biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan
mengembalikan fungsi usus besar dengan diet teratur, pemberian cairan
yang banyak, makanan cukup serat dan olahraga atau ambulasi dini. Jika
pada hari ketiga ibu juga tidak buang air besar maka dapat diberikan
laksatif per oral atau per rectal.
6. Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang
baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat
mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan karena ibu nifas mengalami hemokonsentrasi.
Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan biasa
karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang menyusui perlu
mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra. Makanan ini juga bisa
diperoleh dengan susu rendah lemak dalam dietnya setiap hari. Ibu juga
dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi.
7. Eliminasi Urin
8. Istirahat
Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut :
a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam
waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali
apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila
bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap
memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam setelah
lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan
untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efesien, mencegah
berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum
keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara
ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi
cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca persalinan.
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi
gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus sejak masa
janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah
hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini
keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang telah
keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika
mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus mengkaji kemungkinan
adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses bayi berubah menjadi
kuning pada saat berumur4-5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi
lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi
susu formula, feses cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna
feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan
makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih
sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi
ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.
1) Peregangan
Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk tepuk
sepanjang tungkainya dengan tangan yang lain. Usap turun naik dari
jari-jari kakinya sampai ke pinggul kemudian kembali. Kemudian,
pijat telapak kakinya dan tarik setiap jari jemarinya. Gunakan jempol
Anda untuk mengusap bagian bawah kakinya mulai dari tumit
sampai ke kaki dan pijat di sekeliling pergelangan kakinya dengan
pijatan-pijatan kecil melingkar.
ke bawah ( huruf L)
Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi, melengkung
membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua gerakan berakhir
di perut kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi
Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki Anda dan
gerak-gerakan kedua tangan Anda naik turun mulai dari atas
punggungnya sampai ke pantatnya. Lakukan pijatan dengan
membentuk lingkaran kecil di sepanjang tulang punggungnya.
Lengkungkan jari-jemari anda seperti sebuah garfu dan garuk
punggungnya ke arah bawah.
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi kesehatan.
Hal tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah dilahirkan, fungsi
hatinya belum sempurna dalam proses pengolahan bilirubin. Dimana
kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal inilah yang
menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang
menyebabkannya bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami
untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya dibawah
matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu memberikan
efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah untuk
menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab
bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadi melakukan penjemuran
pada bayi yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.
2. Kewajiban moral
B. Komplikasi Persalinan
1. Tertelan Cairan Mekonium
a. Pengertian
Aspirasi mekoneum adalah terhisapnya cairan amnion yang
tercemar mekoneum ke dalam paru-paru bayi baru lahir, yang dapat
terjadi pada saat intrauterin, persalinan, atau setelah lahir. Oleh karena
itu, kita harus selalu waspada terhadap adanya mekoneum dalam cairan
ketuban pada setiap kelahiran. Mekoneum dalam cairan ketuban
merupakan suatu indikasi adanya gangguan pada bayi yang berkaitan
dengan masalah intrauterin, berupa kekurangan oksigen (hipoksia).
Angka kejadian sindrom aspirasi mekoneum diperkirakan sekitar 9-
15% dari kelahiran hidup. Penyakit ini jarang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu, sebaliknya paling sering terjadi pada kehamilan
lebih dari 42 minggu
b. Tanda Gejala
Secara umum, konsistensi mekoneum dibagi dua katagori, yaitu
encer dan pekat. Mekoneum yang encer berwarna kuning hingga hijau
terang dan cair. Sebaliknya, mekoneum pekat bersifat pasta atau
bergranul dan memiliki sejumlah warna termasuk coklat gelap dan
bahkan hitam. Mekoneum yang encer terdapat dalam 10-40% kasus
pada pengeluaran mekoneum. Mekoneum yang pekat pada awal
persalinan, secara umum menunjukkan kurangnya cairan amnion dan
merupakan faktor risiko untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas
bayi.
Bayi dengan mekoneum encer lebih sering fisiologis, dan
menunjukkan proses maturitas bayi, sekaligus lebih sehat saat lahir.
Baik mekoneum encer maupun pekat dapat ditemukan saat persalinan
atau bahkan sebelum persalinan. Mekoneum yang ditemukan saat
persalinan setelah cairan jernih keluar menunjukkan kondisi
pencemaran ketuban dengan mekoneum yang bersifat akut. Resiko
morbiditas dan mortalitas perinatal berada pada resiko tinggi jika
berhubungan dengan pengeluaran mekoneum yang pekat. Sebaliknya,
menjadi resiko rendah jika dihubungkan dengan pengeluaran
mekoneum encer sebelum ketuban pecah. Masuknya ketuban yang
tercampur mekoneum ke dalam saluran nafas akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis pada bayi baru lahir. Maksudnya, berat
ringannya kelainan yang muncul sangat tergantung pada banyak
sedikitnya cairan yang tercemar mekoneum terhisap ke dalam saluran
pernafasan. Kelainan yang dijumpai dapat bervariasi dari distres
pernafasan sampai terjadinya sumbatan jalan nafas. Pada pemeriksaan
dapat dijumpai pernafasan yang sulit yang ditandai dengan retraksi
interkostal. Bayi-bayi yang menderita sindrom aspirasi mekoneum akan
tampak sesak sejak lahir.
Pada kasus yang berat, keadaan bayi akan memburuk secara
progresif sehingga bayi sering tidak dapat tertolong. Kasus sindrom
aspirasi mekoneum yang ringan akan membaik secara bertahap dalam
beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kasus sindrom aspirasi
mekoneum yang berat, yang tertolong biasanya akan didapatkan
kerusakan paru yang memerlukan waktu cukup lama untuk sembuh
sempurna.
c. Penatalaksanaan
Segera setelah lahir, maka sissa-sisa mekoneum yang masih
tersisa dalam mulut dan saluran nafas harus segera dihisap. Untuk
menghindari resiko berlanjutnya teraspirasi mekoneum, maka sisa
mekoneum yang terdapat pada rongga hidung, mulut, atau tenggorokan
segera dikeluarkan, dengan menggunakan pengisap (suction). Jika
terdapat tanda-tanda distres, mekoneum yang telah masuk ke dalam
trakhea dikeluarkan melalui trakheal tube.
Sebaiknya, dilakukan pengisapan sampai saluran pernafasan
yang lebih dalam sampai tidak ada lagi mekoneum yang keluar di dalam
suction. Bila bayi tidak memperlihatkan pernafasan spontan atau
depresi pernafasan, tunos otot berkurang, dan denyut jantung bayi
kurang dari 100 kali per menit, maka sesegera mungkin dilakukan
laringoskopi untuk pengisapan sisa mekoneum dari hipofaring (dengan
penglihatan langsung), kemudian dilakukan intubasi dan pengisapan
trakhea. Apabila bayi mengalami distres respirasi, maka perlu segera
diberikan oksigen. Untuk memepertahankan oksigenasi yang adekuat,
PaO2 dipertahankan antara 50-80 mmHg, untuk memenuhi kebutuhan
normal fungsi jaringan dan mencegah asodosis dan kemungkinan
terjadinya syok. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, dapat
dicapai dengan pemberrian oksigen dengan menggunakan head box
atau CIPAP atau pernafasan buatan, tergantung hasil analisis gas darah.
Bila denyut jantung bayi dan pernafasan mengalami depresi sangat
berat, lebih baik dilakukan ventilasi tekanan positif meskipun masih
didapatkan mekoneum pada saluran nafas. Bayi yang tercemar
mekoneum dan kemudian mengalami apne (henti nafas) atau distres
pernafasan (pernafasan sulit), maka harus dilakukan pengisapan trakhea
terlebih dahulu sebelum diberikan vantilasi tekanan positif, maskipun
pada awalnya bayi aktif.
Kandungan mekoneum terdiri dari sejumlah bakteriostatik
normal dari cairan amnion. Ketika sulit membedakan antara aspirasi
mekoneum dengan pneumonia, maka bayi dengan gambaran infiltrat
pada rongent thoraks harus diberikan antibiotik. Pada kasus kelainan
paru yang berat, perlu digunakan ventilator untuk mempertahankan
saturasi oksigen dan kestabilan pernafasan
2. Janin dengan posisi bokong
a. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri (Prawirohardjo, 2008)
b. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit.
Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan
kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus (Prawirohardjo, 2008)
c. Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang
1) Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi
2) Komplikasi pada bayi
Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh Kemacetan persalinan, kepala
(aspirasi air ketuban-lendir) Perdarahan atau edema jaringan otak
Kerusakan medula oblongata, Kerusakan persendian tulang leher
2) Prolaps Occult
a) Tempatkan ibu dalam posisi lateral ataupun kneechest.
b) Jika denyut jantung janin normal, berikan ibu O2 dan denyut
jantung janinserta pulsasi tali pusat yang terus dipantau.
c) Jika denyut jantung janin tetap normal, persiapkan operasi
Caesar yangcepat.
d) Persalinan normal hanya dapat dilakukan jika waktu persalinan
sudahdekat, serviks sepenuhnya melebar dan tidak ada kontra-
indikasi