Anda di halaman 1dari 20

CARA BERKHUTBAH

YANG BAIK

PONDOK PESANTREN AL IMAN PUTRI


BABADAN PONOROGO JAWA TIMUR
1. MENGADAKAN PERSIAPAN YANG CUKUP
Sebelum seorang khotib melakukan tugasnya, maka hendaklah
mempersiapkan diri dengan mengadakan persiapan secukupnya dan
sebaik-baiknya. Artinya, berkhutbah harus dengan rencana yang
lengkap. Terutama megenai dalil, ayat Al Qur’an atau Hadits Nabi
haruslah sesuai dengan apa yang akan dibicarakan. Acara hendaklah
dipilih yang menarik sehingga bisa menggugah hati pendengarnya,
sesuia dengan suasana dan tempat.

َ َ‫تَفَكَرََقَبَلََأَنََتَتَكَلَم‬
َ َ“Berfikirlah sebelum berkata-kata”

2. KHUTBAH JANGAN TERLALU PANJANG


Khutbah haruslah ringkas, padat dan berisi, cukup untuk
membangkitkan semangat beramal yang praktis dan logis. Khutbah
bukanlah ceramah atau kursus yang memerlukan pembahasan panjang
lebar. Khutbah lebih kepada anjuran, seruan, ajakan dan sekedar
memberi peringatan serta membnagunkan semangat. Sebaiknya lama
berkhutbah kurang lebih dua puluh lima menit saja.
Nabi SAW bersabda:

ِ ٌ‫طول َصال ِة َالر ُج ِل َو ِقصر َ ُخطب ِت ِه َم ِئنة‬


َ‫َمن َ ِفق ِه ِه َفأ ِطيلُوا َالصالة‬ ُ َ ‫ِإن‬
َ َ‫ص ُرواَال ُخطبة‬
ِ ‫و أق‬
َ )‫(رواهَمسلم‬

1
”Sesungguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah dari
seseorang, adalah menunjukkan atas pengertian yang sempurna
daripadanya, maka perpanjanglah sholat dan pendekkanlah khutbah”
(HR Muslim).

3. SEORANG KHOTIB HARUS BERPANDANGAN LUAS


Seorang khotib harus dapat mengikuti perkembangan zaman
dengan mengikuti perkembangan berbagai peristiwa terkini sehingga
banyak pengetahuannya, banyak pengalamannya, dan luas
pandangannya. Ia juga perlu banyak membaca, bukan hanya buku-
buku agama akan tetapi juga buku-buku yang memuat pengetahuan
umum dan kemasyarakatan. Keduanya merupakan bahan yang penting
dalam menyusun khutbah yang sempurna. Dengan demikian, khutbah
yang disampaikan akan lebih menarik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Dalam Al Qur’an disebutkan:

َ )9َ:َ‫قُلَهلَيست ِوىَالذِينَيعل ُمونَوالذِينَاليعل ُمونَ(الزمر‬


“Katakanlah olehmu Hai Muhammad, tidaklah sama oaring yang
berpengetahuan dan yang tidak berpengetahuan”.

4. BERKHUTBAH MENGHAJATKAN KEBERANIAN &


KEBIJAKSANAAN

2
Dalam berkhutbah sangat dihajatkan keberanian dan
kebijaksanaan. Keadaan gugup dan lain sebagainya merupakan hal
yang lazim bagi setiap orang yang mula-mula mencoba berbicara di
hadapan khalayak ramai dan hal ini dapat diatasi dengan latihn-latihan.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kekurangan pengalaman
inilah yang menjadi sumber kekalahan bagi seorang khotib. Meskipun
ia memiliki ilmu yang lengkap, namun apabila ia tidak memiliki
keberanian dan kebijksanaan yang cukup akan menjadikan
perkatannya gugup gemetar dan terputus-putus. Hal ini menjadikan
pembicaraannya kurang meyakinkan.
Latihan khutbah dapat dilaksanakan dalam suatu klub
muhadharah, yang khusus melatih dan mengajarkan cara-cara dan
teknik berkhutbah, disamping itu dibimbing oleh seseorang yang telah
berpengalaman.
Dalam Al Qur’an disebutkan dalam surat An Nahl : 125

َ‫ادعَُ ِإلىَس ِبي ِلَر ِبكَ ِبال ِحكم ِةَوالمو ِعظ ِةَالحسن ِة َوجادِل ُهمَ ِبالتِيَ ِهيَأحس ُن‬
َ‫إِنَربكَ ُهوَأعل ُمَبِمنَضلَعنَسبِي ِل ِهَو ُهوَأعل ُمَبِال ُمهتدِين‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.

3
5. SOPAN DALAM PEMBICARAAN DAN GERAK GERIKNYA
Seorang khotib haruslah bijaksana dalam memilih kata-kata
dan setiap gerak-geriknya. Hal ini dikarenakan setiap perkataan dan
gerak-gerik khotib akan dijadikan cerminan bagi pendengarnya. Tidak
perlu berkhutbah dengan mengeluarkan lelucon yang berlebihan
sehingga membuat suasana menjadi gaduh dan gemuruh, karena
khutbah harusnya diberikan dengan khidmat.
Al Kisa’i berkata dalam syairnya:

َِ ‫َإِنَالبآلءَ ُموكلٌَبِالمن ِط‬#َ‫احفظَ ِلسانكَأنََتقُولَفتبتلى‬


َ‫ق‬
“Jagalah lisanmu! Bahwasannya engkau berbicara kemudian
mendapat bala atau bencana, karena seseungguhnya bala atau
bencana itu tergantung kepada perkataan yang diucapkannya”.

6. JANGAN GUGUP GELISAH DAN TERBURU-BURU


Gugup, gelisah dan terburu-buru akan menyebabkan suara
menjadi terputus-putus, tidak jelas, tidak karuan, hilangnya keindahan
kata-kata sehingga pendengarnya pun merasa hampa dan tidak
memberi kesan baik. Untuk itu, sebelum memulai khutbah seorang
khotib hendaklah memusatkan fikirannya dan jiwanya dipupuk dengan
semangat yang berkobar-kobar. Menengakan diri dengan banyak-
banyak mengingat Allah SWT sehingga timbul keberanian dan dapat
menghadapi khalayak ramai dengan jiwa besar, tabah dan sabar.

َ ُ‫ِبالتأن ِىَالسالمةَُو ِبالعجل ِةَالندام َة‬

4
“Dengan pelan-pelan akan selamat, dan dengan tergsa-gesa akan
menyesal”.
7. BERBICARA HARUS TEPAT JITU DAN WAJAR
Seorang khotib hendaknya berlatih berbicara tepat jitu dan
wajar. Terlalu dibuat-buat dengan banyak variasi dan berlebih-lebihan
adalah kurang baik. Disebutkan dalam hadits Turmudzi bahwa nabi
sangat membeci kepada orang yang banyak omong yang dibuat-buat,
difaseh-fasehkan, dibesar-besarkan mulutnya seolah-olah mulutnya
penuh dengan suara untuk menyombongkan diri dan membesarkan
diri.
Sebaliknya, yang wajar saja, lancar lisannya, fasih dan baik
ucapannya, menarik tutur katanya dan bersemangat. Suaranya terang,
bacaannya tertib, uraiannya jelas. Untuk membuat kata-kata yang jitu
tepat dan wajar dapat mengambil dari syair, pepatah atau kata-kata
mutiara yang berkhitmat, kata-kata pujangga, kata-kata ulama atau
pemimpin yang jujur dan sebagainya.

8. MENGETAHUI TARAF BERFIKIRNYA PARA PENDENGAR


Khutbah harus disesuaikan dengan taraf berikir para hadirin,
menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti dan popular sehingga
tercapai tujuan dari khutbah tersebut. Kata-kata yang digunakan
haruslah dipilih yang cocok dan mudah dipahami. Isi khutbah
hendaklah tidak terlau tinggi dan tidak terlalu rendah sehingga selaras
dengan keadaan.

5
Disebutkan dalam Hadits Bukhori dan sahabat Anas:

َ )‫ِإذاَتكلمَ ِبك ِلمةٍَأعادهاَثالثًاَحتىَتُفه ُمَعنهَُ(رواهَالبخارى‬


“Bahwa sesungguhnya Nabi bila berbicara mengenai suatu
pembicaraan beliau mengulangi sampai tiga kali sehingga
pembicaraan beliau betul-betul dapat difahami”.
Siti ‘Aisyah berkata:

َ‫سو ِلَهللاَِصلىَهللاَُعلي ِهَوسلمَفصالًَيفه ُمهَُ ُك ُّلَمنَيسمعُهَُ(رواه‬


ُ ‫كانَكال ُمَر‬
َ )‫ابوداود‬
“Adalah pembicaraan Rasulullah SAW itu pembicaraan yang jelas
yang dapat difahami oleh tiap-tiap orang yang mendengarkannya”.

9. MASALAH YANG DIKHUTBAHKAN ADALAH MASALAH


YANG AKTUAL
Keadaan dan problem yang terjadi di masyarakat menjadi
pedoman seorang khotib dalam menyusun khutbahnya. Khutbah yang
aktual dan sesuai dengan keadaan tentu akan memberikan manfaat
sebesar-besarnya.
Hal ini dikarenakan,

َ ‫ان‬ ُ ‫اإلنس‬
َِ ‫انَأبنا ُءَالزم‬ ِ
“Umat manusia itu adalah anaknya zaman”.
Tiap-tiap tempat memiliki pembicaraannya sendiri-sendiri,
tidak boleh dicampur adukkan satu dengan yang lain. Oleh karena itu,
khotib harus dapat menyesuaikan diri sehingga tidak ketinggalan

6
zaman. Apabila khotib tidak dapat mengikuti kemajuan zaman maka ia
akan ditinggalkan karea pembicaraanya diangggap tidak menarik dan
tidak cocok dengan keadaan.

10. KHUTBAH YANG BERJIWA MEMBANGUN


Khutbah pada dasarnya mengandung nasehat yang menuju
pada pembinaan rohani yang sehat. Maka dari itu, tidak pada
tempatnya bila nasehat itu hanya sekedar mencela semata-mata,
menunjukkan cela atau aib dari orang lain sehingga yang mendengar
menjadi gusar. Khutbah merupakan nasehat yang berharga yang
berjiwa membangun, bertujuan untuk memperbaiki, memberikan resep
obat yang manjur dengan petunjuk-petunjuk untuk menyehatkan
rohani masyarakat.
Khutbah hendaklah didasarkan pada surat Hud ayat 83:

ِ ‫إِنَأ ُ ِريد َُإِال‬


َ ‫َاإلصالحَمااستطعتُ َوماَتوفِي ِقىَاِالَ ِبا‬
َ ِ‫لل‬
“Tidaklah aku bermaksud melainkan untuk berbuat baik sedapatku dan
tidaklah memberi taufik kepadaku melainkan Allah jua”.

11. KOREKSI TERHADAP KHUTBAHNYA SENDIRI


Untuk mempertinggi mutu seorang khotib hendaklah sering-
sering melakukan koreksi diri terhadap khutbahnya. Kadang perlu
menanyakan kepada teman sejawat mengenai kekurangnnya baik dari
segi bahasa maupun isinya. Meminta nasehat atau pertimbangan

7
kepada yang ahli dan berpengalaman, apakah perlu kiranya diadakan
perubahan, bagaimana supaya khutbah menjadi lebih menarik dan lain
sebagainya. Segala saran dan kritik yang sehat dari siapapun bertujuan
untuk memperbaiki khutbah, sehingga harus diterima dengan senang
hati. Sahabat Umar Ra berkata:

َ ‫عيُو ِبى‬
ُ َ‫اسَاِلىَمنَهدا ِنىَ ِإلى‬
ِ ‫احبُّ َالن‬
“Manusia yang lebih aku cintai ialah orang yang menunjukkan
kepadaku kekuranganku (cela-celaku)”.

12. SEORANG KHOTIB HARUS MENJADI CERMIN TAULADAN


YANG BAIK
Seorang khotib fungsinya bukan sekedar menjadi corong
masyarakat saja yang hanya menyampaikan apa yang perlu
disampaikan kepada umat demi kemajuan masyarakat, nusa dan
agama. Seorang khotib sebagai penganjur harus betul-betul dapat
menempatkan dirinya sebagai cermin tauladan yang baik bagi
masyarakat.
Oleh karena itu, seorang khotib hendaknya menjaga diri dari
melakukan hal yang tidak. Ia hendaklah tidak melakukan hal-hal yang
menyebabkan dirinya ternoda apalagi menjatuhkan nama khotib
dikarenakan perbuatannya yang menyimpang dari syara’ sehingga
mutu nya menjadi merosot dan runtuhlah martabat khotib tersebut.
Ketika seorang khotib menasehati masyarakat hendaklah
sanggup menasehati terhadap diri sendiri terlebih dahulu. Orang yang

8
pandai omong tetapi tidak pandai beramal oleh Nabi diibaratkan seperti
lampu yang dapat menerangi orang lain namun tidak dapat menerangi
diri sendiri.

13. URAIAN JANGAN BERBELIT-BELIT


Disebabkan waktu yang sangat terbatas, maka khutbah haruslah
diisi dengan kata-kata yang singkat, padat tetapi memadai, sehingga
dapat mengenai tujuannya. Uraian khutbah yang ringkas, jelas, terang,
tegas dapat membangkitkan semangat beragama dan semangat
beramal. Khutbah yang terlalu berbelit-belit sehingga menyimpang
dari pokok pembicaraan justru akan membuat pendengar menjadi
bosan dan lupa pada pesan utama yang disampaikan. Pendengar pun
akan menjadi bimbang dan ragu terhadap kebenaran khutbah.

14. SUARA MENARIK


Satu hal yang penting dan harus diperhatikan khotib adalah
suara. Khotib haruslah memiliki kecakapan dalam mengeluarkan
suara. Naik turunnya suara, tekanan-tekanan dalam berkhutbah dan
tinggi rendahnya suara harus disesuaikan dengan keadaan. Suara
jangan terlalu tinggi sehingga terdengar seperti orang yang marah-
marah, namun jangan terlalu rendah sehingga tidak terdengar. Untuk
membuat suara menjadi menarik dalam khutbah harus banyak latihan
dan pengalaman.

9
15. JANGAN MEMBANGGAKAN DIRI
Sikap tawadhu’ dan rendah diri mutlak harus dimiliki oleh
seorang khotib. Ia hendaklah berkhutbah dengan penuh rasa hormat
terhadap hadirin, ikhlas semata-mata ingin melaksanakan perintah
Allah beramar ma’ruf nahi munkar semata-mata demi mencari ridho
Allah SWT. Janganlah menampakkan sifat kesombongan
membanggakan atau membesarkan diri serta mengharapkan sanjungan
puja-puji orang. Khutbah akan menjadi khutbah yang remeh dan tak
berharga kalau tidak didasari dengan niat yang suci lillahi ta’ala.
Dalam Al Qur’an disebutkan:

َ )215َ:َ‫َمنَال ُمؤ ِم ِنينَ(الشعراء‬


ِ ‫واح ِفظَجناحكَ ِلم ِنَاتبعك‬
“dan rendahkanlah dirimu hai Muhammad terhadap pengikutmu yang
sama beriman”.

16. MEMBERI PEMIMPIN YANG BAIK KEPADA


MASYARAKAT
Seorang khotib selain pandai berkhutbah hendaknya dapat
memberi pimpinan yang baik kepada masyarakat, memberikan
bimbingan yang sehat kepada umatnya dengan cara yang bijaksana.
Seorang khotib yang menjadi pemimpin hendaknya dapat menghibur
hati masyarakat agar mereka tidak dihinggapi penyakit putus asa dalam
hidupnya.

10
17. MEMPERLUAS BACAAN AGAR JANGAN KEHABISAN
BAHAN
Dalam berkhutbah supaya tidak kehabisan bahan untuk
khutbahnya, seorang khotib hendaklah berusaha memajukan diri
dengan memperluas bacaan yang berhubungan dengan soal-soal
kemasyarakatan dan keagamaan. Apalagi pada zaman modern ini
dimana masyarakat sudah maju sehingga khotib haruslah
berpandangan luas, hidup fikirannya sehingga dapat menyajikan
masalah yang hangat dengan keterangan-keterangan yang modern.

18. HARUS DAPAT MEMBERI KOMENTAR YANG BAIK


Oleh karena tujuan khutbah adalah menggugah dan
membangun semangat, mengajak beramal dan juga menimbulkan
kesadaran, maka sudah sewajarnya kalau dalam khutbah itu harus
berisi pembahasan yang sifatnya menggugah. Harus dapat memberikan
komentar yang menarik mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
suasana pada waktu itu, sesuai dengan garis-garis tuntunan agama.
Kepandaian seorang khotib dalam mengambil kesimpulan dan
memberikan komentar yang jelas dan gamblang tentu akan membantu
kesuksesan khutbah tersebut.

19. KHUTBAHNYA TIDAK MENYINGGUNG KEHORMATAN


ORANG LAIN

11
Seorang khotib hendaklah waspada dan bijksana dalam
menyampaikan khutbahnya, sehingga tidak membentangkan hal-hal
yang menyinggung kehormatan orang lain. Lihai dalam memilih kata-
kata sehingga tidak serampangan dan menyindir-nyindir sehingga
membuat bingung dan menyebabkan gelisah yang mendengarnya.
Dalam Al Qur’an disebutkan:

َ َ‫اَمن ُهم‬
ِ ‫َمنَقو ٍمَعس ٰىَأنَي ُكونُواَخي ًر‬
ِ ‫ياَأيُّهاَالذِينَآمنُواَالَيسخرَقو ٌم‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah menghina satu golongan
kepada golongan lain, boleh jadi yang dihina itu lebih baik dari pada
mereka sendiri” (Al Hujarat : 11)

20. JANGAN BERCERITA YANG TIDAK MASUK AKAL


Seorang khotib berkewajiban untuk memberikan penerangan
terhadap tuntunan agama kepada umatnya. Penerangan itu hendaklah
berdasarkan pada dalil yang jelas dan terang. Agar uraiannya bermutu,
maka khotib hendaklah menyampaikan cerita-cerita yang bersumber
dari sejarah ataupun riwayat yang sah. Janganlah menyampaikan cerita
yang tidak karuan riwayat dan sanadnya, karena yang demikian seolah-
olah membohongi kepada masyarakat, bahkan bisa mengeruhkan
kemurnian ajaran agama.
Nabi SAW bersabda:

َ )‫ارَ(رواهَالبخارى‬
ِ ‫َمنَالن‬
ِ ُ‫منَكذبَعلَىَ ُمتع ِمدًاَفليتبوأَمقعده‬

12
"Barang siapa berbohong kepadaku dengan sengaja maka hendaklah
ia menempatkan tempat duduknya di api neraka” (H.R Bukhori)

َ )‫ِمنَ ُحس ِنَإِسال ِمَالمر ِءَتر ُكهَُمااليع ِني ِهَ(رواهَالترمذى‬


“Setengah dari bukti keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu
yang tidak berguna” (H.R At Turmudzi)

21. MENGABDI KEPADA KEPENTINGAN MASYARAKAT


Seorang khotib harus mengutamakan kepentingan masyarakat
daripada kepentingan dirinya sendiri. Khotib menduduki tempat
sebagai “khodimul ummah” yakni menjadi hamba masyarakat, yang
hidupnya betul-betul untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
Khutbah haruslah disertai dengan niat tulus meneruskan langkah Nabi
SAW dalam membimbing umat kepada ridho Allah SWT. Jangan
sampai masyarakat dijadikan alat untuk mencapai kejayaan pribadi.
Na’udzubillahi min dzalik!

22. FAHAM BETUL TENTANG MASALAH-MASALAH YANG


DIKHUTBAHKAN
Salah satu syarat utama supaya khutbah kita sukses dan
mendapat perhatian dari pendengar ialah bahwa orang yang berkhutbah
hendaklah faham betul tentang seluk beluk masalah yang akan
disampaikan. Kalau sekiranya masih ragu hendaklah diganti saja
dengan masalah lain yang betul-betul dikuasai. Jangan sampai
memberanikan diri menerangkan masalah padahal dia sendiri belum

13
memahaminya. Hal ini karena apa yang disampaikan oleh khotib akan
dipertanggung jawabkan dihadapan pendengarnya utamanya di
hadapan Allah SWT.
Tinggalkan hal-hal yang masih ragu karena Nabi SAW
bersabda:

َ )‫دعَماي ُِريبُكَ ِإلىَماالي ِريبُكَ(رواهَالترمذى‬


“Tinggalkan sesuatu yang meragukan kepadamu kepada yang tidak
meragukan” (H.R. At Turmudzi)

23. BERKHUTBAH JANGAN SEENAKNYA SENDIRI


Dalam berkhutbah, haruslah segala gerak-gerik menunjukkan
kekhidmatan, ketenangan, kesopanan dan dengan segala kesungguhan.
Jangan sampai terlihat seenaknya sendiri melakukan hal-hal yang
kurang perlu sehingga mengurangi kesungguhan dalam berkhutbah.
Tingkah laku yang seenaknya sendiri akan menunjukkan ketidak
seimbangan antara hadirin dan khotib sehingga mengurangi
kepercayaan hadirin terhadap khotib.

24. PILIHLAH ACARA KHUTBAH YANG SIFATNYA UMUM


Dalam khutbah, khotib harus memilih acara yang sifatnya
umum sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh semua orang. Hal ini
dimaksudkan agar semua orang mengetahui keluhuran dan keindahan
ajaran agama dan pada akhirnya mereka suka mengamalkannya demi

14
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Misalnya tentang budi
pekerti islam, kemasyarakatan, syi’ar agama dan lain sebagainya.

25. JANGAN MENGUCAPKAN KATA-KATA YANG KOTOR


Seorang khotib wajib menjaga diri jangan sampai
mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, kata-kata kotor, tidak
sopan, cabul dan juga kata-kata yang dapat membawa hadirin ke alam
khayal yang bukan-bukan, atau hal-hal yang tidak pantas diucapkan.
Janganlah sengaja mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan dengan
maksud untuk mengundang tawa hadirin, sebab pada hakekatnya
agama Islam itu mengandung kesopanan yang luhur. Dan sungguh
tidak tepat apabila tuntunan agama yang luhur diutarakan dengan kata-
kata yang remeh, tidak sopan dan kotor.

26. DALAM BERKHUTBAH HARUS DIJAGA KETENTRAMAN


UMUM
Dalam berkhutbah, hendaknya senantiasa menjaga dan
memelihara ketentraman umum. Jangan mengutarakan hal-hal yang
membingungkan dan membuat bimbang hadirin pendengar. Sungguh
tidak bijaksana bila seorang khotib terlalu menonjolkan paham6 sendiri
dan menyerang paham orang lain seenaknya sendiri. Hal ini dapat
menyebabkan umat menjadi bercerai berai. Padahal Islam ingin

15
mempersatukan umat dibawah naungan tauhid, sehingga menjelma
persatuan yang kokoh dan kuat.

27. MEMAHAMI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM


Sudah menjadi keharusan bagi seorang khotib untuk
memahami seluk beluk ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatn, begitu juga
mengetahui sejarah perkembangan Islam sejak zaman Nabi hingga
sekarang. Hal dikarenakan dalam sejarah perkembangan Islam terdapat
suri tauladan yang baik yang dapat dijadikan bahan untuk disampaikan
dalam khutbah.

28. PANDANGAN MATA SEORANG KHOTIB


Pandangan mata seorang khotib harus diatur sesuai dengan
keadaan. Karena pandangan mata merupakan gambaran dari isi jiwa
seseorang. Tidak tepat bila seorang khotib mengarahkan pandangannya
keatas atau kebawah terus menerus, melihat kesana-kemari dengan
mata terbuka lebar. Ia harus mengarahkan pandangan dan perhatiannya
kepada hadirin, dengan penuh harapan dan kasih saying. Pandangan
mata harus diatur sehingga meninggalkan kesan bahwa khotib betul-
betul meminta perhatian dari sekalian hadirin.

29. BERPAKAIAN YANG NECIS, RAPI, BERSIH, SOPAN DAN


TERATUR

16
Diatas mimbar, seorang khotib harus berpakaian rapi, sopan
dan teratur sehingga tidak ada bau yang tidak enak darinya. Karena
pada waktu itu ia sedang menjadi pemeran utama dimana segala
pandangan serta perhatian hadirin ditujukan kepadanya.
Nabi SAW diperintahkan oleh Allah supaya tidak hanya
memelihara kebersihan jiwa dan rohani saja melainkan juga kebersihan
jasmani, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an:

)6( ‫) والَتمنُنَتستك ِث َُر‬5(َ‫الرجزَفاه ُجر‬


ُّ ‫)َو‬4(َ‫و ِثيابكَفط ِهر‬
“4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5). Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, 6). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak”. (Q.S. Al Muddatsir: 4-6)

30. JANGAN TERLALU BANYAK MENDEHEM ATAU BATUK-


BATUK YANG DIBUAT-BUAT
Seorang khotib hendaknya jangan terlalu banyak mendehem
atau batuk yang dibuat-buat. Apabila berkali-kali maka pendengar
akan mengira bahwa khatib tidak sungguh-sungguh dan hanya
seenaknya sendiri. Padahal para hadirin diperintahkan oleh agama
supaya mendengarkan khutbah dengan sungguh-sungguh supaya dapat
mengambil manfaat darinya.

17
31. KHOTIB JANGAN SAMPAI TERLAMBAT DATANG
Adalah menjadi suatu aib bagi seorang khotib apabila ia
terlambat datang. Hal ini tentu akan menimbulkan kebimbangan para
pendengar dan hilangnya kepercayaan mereka kepada khotib.
Keterlambatan seorang khotib juga akan berdampak pada
berkurangnya hikmah serta faedah yang terkandung dalam perintah
agama. Oleh karena itu, perlulah tugas kewajiban khotib ini diatur
sebaik-baiknya kalau perlu diadakan cadangan yang akan
menggantikan berkhutbah bila keadaan memaksa.

32. BERKHUTBAH HARUS MEMENUHI SYARAT DAN


RUKUNNYA
Syarat dan rukun khutbah merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh seorang khotib karena akan menentukan sah atau
tidaknya khutbah tersebut. Berikut syarat dan rukun khutbah Jum’at:
Syarat-syarat khutbah:
a. Khutbah dilakukan setelah condong matahari ke barat (masuk
waktu dhuhur)
b. Berdiri dalam dua khutbah
c. Duduk antara dua khutbah
d. Dengan suara yang lantang agar terdengar
e. Suci dari hadats dan najis
f. Menutup aurot
g. Berturut-turut

18
Rukun khutbah:
a. Membaca hamdalah
b. Membaca sholawat
c. Berwasiat dengan taqwa kepada Allah pada raka’at kedua
d. Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu dari dua khutbah
e. Mengucapkan syahadat
f. Berdo’a

33. DALAM HAL BERDOA


Ketika seseorang berdo’a haruslah menggunakan kata-kata
hormat serta susunan kata yang baik. Hendaklah diperhatikan tanda
waqaf pada bacaan doa dan juga panjang pendeknya. Hal ini
dikarenakan dalam Bahasa Arab waqaf dan panjang pendek bacaan
sangat berpengaruh pada arti. Salah dalam penempatan waqaf dapat
mengubah arti dari do’a.
34. HARAPAN
Selesailah buku ini dengan rahmat dan taufiq serta hidayah
Allah SWT semoga bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

19

Anda mungkin juga menyukai