Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

DISUSUN OLEH

INDAR DEWI (16 3145 105 011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A. Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat (Norhasimah, 2010).
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung
yang dapat menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri
koroner ini disebut dengan aterosklerosis (AHA, 2012).

B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa, 2014).
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi
berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan
aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung. Proses
pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014)
C. Tanda dan Gejala
Menurut, Hermawatirisa 2014, gejala penyakit jantung koroner:
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Gangguan pada irama jantung
3. Pusing
4. Rasa lelah berkepanjangan
5. Sakit perut, mual dan muntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,
riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat
istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset
klinis PJK.

1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar
keleher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina
pectoris stabil (APS), angina pectoris tak stabil atau IMA
2. Sesak nafas
3. Perasaan melayang dan pingsan
4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung

D. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil,
monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal.
(Ariesty, 2011).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah
cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel
meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma,
termasuk asam lemak dan trigliserida, sehingga zat ini dapat masuk
kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas
yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika
intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi
dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan
inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai
terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti
dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh
darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan
deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit
dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan
menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan
dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot
jantung yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit
Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas
Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri
imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku & sempit Aliran darah
Pembentukan Trombus monosit makrofag Lapisan lemak sel otot polos
tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2011)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat.
2. Chest X-Ray (foto dada)
Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF (gagal
jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014).
3. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan
banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill
detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus
dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat
melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil
rekaman (Kulick, 2014).
4. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua
bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas
memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama
serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012).
5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif
minimal dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi
jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan
khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai angiogram,
tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan
sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan
(Mayo Clinik, 2012).
6. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi
Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras
disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung yang berguna untuk mendeteksi
kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika
sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya PJK
(Mayo Clinik, 2012).
7. Magnetic resonance angiography (MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan
dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo
Clinik, 2012).

F. Penatalaksanaan
1. Dengan obat-obatan
a) Aspirin
Obat yang paling banyak diberikan, tujuannya adalah
mengencerkan darah agar tidak cepat membeku.
b) Beta Blocker
Obat yang menghambat kerja adrenalin agar tidak meresap
kedalam jantung dan pembuluh darah untuk mengurangi resiko
terulangnya serangan jantung sehingga mampu menurunkan angka
kematian
c) Penghambat ACE
d) Untuk menurunkan tingkat angiotensin sehingga dapat mencegah
kegagalan jantung.
e) Statin
Berfungsi menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat dalam tubuh
khususnya di hati dan membantu agar pembuluh darah tidak
menyempit kembali.
f) GTN
Digunakan saat terjadi nyeri dada.

2. Pembedahan
a) Angioplasti
Angioplasty dilakukan dengan memasukkan balon tipis dan
panjang melewati pembuluh darah yang menyempit dengan
bantuan kawat yang sangat halus, kemudian balon dipompa pada
tekanan tinggi hingga melebarkan pembuluh nadi dan sering
memisahkan timbunan lemak pada dinding pembuluh darah
sehingga pembuluh membuka.
b) Bypass
Pembedahan bypass yaitu melakukan bypass terhadap
penyumbatan di arteri koronaria dan menggantikannya dengan
pembuluh darah yang diambil dari dinding dada atau kaki dengan
menghentikan kerja jantung dan menggantikannya dengan mesin
jantung paru saat operasi jantung dilakukan.

G. Komplikasi
Menurut (Karikaturijo, 2010) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK
adalah:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa
Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010)

H. Pathway

I. Proses Keperawatan
1. Anamnesa riwayat kesehatan klien dan keluarga dahulu apakah
mempunyai riwayat penyakit jantung
2. Nutrisi dan metabolic
3. Gejala: mual. Kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati Tanda:
penurunan turgor kulit, kulit atau berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
4. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala:
a) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak berhubungan
dengan aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
b) Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrum, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
c) Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti
dapat dilihat.
d) Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah di alami. Tanda: wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, respon otomatis
perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernafasan,
warna kulit atau kelembaban, kesadaran.
5. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang
tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan keuangan. Tanda:
menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
6. Pernafasan
Gejala: dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis. Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas
sesak atau kuat, pucat atau sianosis, bunyi nafas bersih atau krekels
atau mengi, sputum bersih merah muda kental.
7. Aktivitas dan latihan
Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
8. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istirahat)
9. Sirkulasi dan TTV
a) Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri.
b) Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (
disritmia ).
c) Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas atau
complain ventrikel.
d) Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung.
e) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
f) Edema: distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
g) Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan
bibir.
2. Perumusan Diagnosis
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miocard
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik
akibat iscemia miokard, gangguan frekuensi /irama dan konduksi
elektrikal
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
ventilasi (nyeri/kelemahan otot)
4) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi
pada miokard
5) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap
konsep diri (gangguan citra/kemampuan), respon patofisiologis
6) Kurang pengetahuan tentang prognosis penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miocard
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
dada berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
- Menyatakan nyeri hilang atau tak ada.
- Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur
dengan cukup.
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik nyeri yang 1. Mengetahui karakteristik
dirasakan pasien dengan nyeri yang dialami
pendekatan PQRST pasien.
2. Anjurkan pasien atau 2. Nyeri dan penurunan
keluarga untuk memberi tahu curah jantung dapat
perawat jika terjadi nyeri merangsang saraf simpati
dada. untuk mengeluarkan
norep rinoprin yang
meningkatkan kemajuan
penyakit.
3. Tinggikan kepala tempat 3. Memudahkan pertukaran
tidur bila pasien sesak gas untuk menurunkan
hipoksia
4. Pantau irama jantung 4. Pasien mengalami
peningkatan diatrimia
yang mengancam hidup
secara akut yang terjadi
terhadap respon ischemia
5. Pantau tanda-tanda vital 5. Tekanan darah dapat
meningkatkan secara dini
sehubungan dengan
rangsangan simpatis
6. Pertahankan 6. Stress mental / emosi
lingkungan nyaman dan meningkatkan kerja
tenang miokard
7. Kolaborasi dengan dokter 7. Berikan O2 sesuai
dalam pemberian oksigen indikasi
sesuai indikasi
8. Kolaborasi dalam pemberian 8. Obat golongan nitrat
obat golongan nitrat dan beta mempunyai efek cepat
bloker. vasodilatasi beta bloken
menurunkan kerja
miokard.

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik


akibat iscemia miokard, gangguan frekuensi /irama dan konduksi
elektrikal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
- Frekuensi jantung stabil (60-100x/m)
- Nafas normal (16-20x/m)
- Produksi urine baik (sesuai dengan intake)
- Ekstremitas pasien hangat
- Tekanan darah dalam batas normal (90/60 - 140/90 mmHg)
Intervensi Rasional
3. Pantau frekuensi jantung dan 1. Hipotensi dapat terjadi
TD khususnya mencatat akibat kekurangan cairan,
hipotensi. distritmia, gagal jantung /
syok
2. Observasi perubahan status 2. Dapat mengindikasikan
mental / orientasi / gerakan penurunan aliran darah
atau refleks tubuh atau oksigenasi serebral
sebagai akibat penurunan
curah jantung
3. Catat suhu kulit / warna, dan 3. Kulit hangat, merah muda
kualitas / kesamaan nadi dan nadi kuat adalah
perifer indikator umum curah
jantung adekuat
4. Ukur / catat pemasukan, 4. Berguna dalam
pengeluaran dan menentukan kebutuhan
keseimbangan cairan. cairan atau
mengidentifikasi
kelebihan cairan yang
dapat mempengaruhi
curah jantung / konsumsi
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Mengurangi masalah pada
dalam pemberian obat jantung:
- Penyekat saluran - mencegah dan
kalsium, contoh ditiazem menghilangkan
(cardizem), nifedipin iskemia pencetus
(procardia) spasme arteri koroner
- Penyekat beta, contohnya dan menurunkan
atenolol, nadolol, tahanan vaskuler,
propanolol sehingga menurunkan
TD dan kerja jantung.
- menurunkan kerja
jantung dengan
menurunkan frekuensi
jantung dan TD
sistolik.

3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan


ventilasi (nyeri/kelemahan otot)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
napas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
- Pasien tidak mengeluh sesak napas
- Respirasi dalam batas normal 16-20 x/m
- Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Intervensi Rasional
1. Pantau frekuensi 1. Pengenalan dini dan
pernapasan dan pengobatan ventilasi abnormal
kedalaman dapat mencegah komplikasi
2. Auskultasi bunyi nafas, 2. Krekels atau ronki dapat
catat area yang menunjukkan kaumulasi
menurun/tak ada bunyi cairan atau obstruksi jalan
napas dan adanya bunyi napas parsial
tambahan contoh krekels
atau ronki.
3. Observasi karakter batuk 3. Udara atau cairan pada area
dan produksi sputum. pleural mencegah ekspansi
lengkap
4. Inspkesi kulit dan 4. Sianosis menunjukkan kondisi
membran mukosa untuk hipoksia sehubungan dengan
adanya sianosis gagak jantung komplikasi
paru
5. Tinggikan kepala tempat 5. Membantu pembukaan jalan
tidur, letakkan pada posisi napas dan pengembangan
duduk tinggi atau semi paru.
fowler.
6. Kolaborasi dengan dokter 6. Memenuhi kebutuhan oksigen
dalam pemberian terapi dalam tubuh.
oksigen.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi
pada miokard.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan
aktivitas.
Kriteria hasil :
- Pasien mampu beraktivitas tanpa keluhan
- TTV dalam batas normal selama dan setelah beraktivitas
Intervensi Rasional
1. Catat irama jantung, 1. Melihat respon jantung terhadap
tekanan darah dan nadi aktivitas.
sebelum, selama dan
sesudah melakukan
aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien 2. mengurangi beban kerja jantung
agar lebih banyak
beristirahat
3. Anjurkan pada pasien 3. untuk menghindari peningkatan
agar tidak kerja jantung
mengejan pada saat
buang air besar
4. Jelaskan pada pasien 4. menghindari kerja jantung yang
tentang tahap- tahap tiba-tiba berat
aktivitas yang boleh
dilakukan oleh pasien
5. Anjurkan keluarga 5. Membantu pasien dalam
membantu aktivitas memenuhi kebutuhannya.
klien

5) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap


konsep diri (gangguan citra/kemampuan), respon patofisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ansietas/cemas pasien berkurang/ hilang
Kriteria Hasil :
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat
diatasi
- Menunjukkan strategi koping efektif/ketrampilan pemecahan
masalah
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui tingkat
pasien kecemasan yang dialami
pasien
2. Jelaskan semua prosedur 2. Agar pasien mengetahui
tindakan yang akan manfaat prosedur sehingga
dilakukan dan mengurangi kecemasan
manfaatnya.
3. Dorong keluarga dan 3. Meyakinkan pasien bahwa
teman untuk memberikan peran dalam keluarga dan
dukungan dan semangat kerja tidak berubah.
untuk pasien
4. Kolaborasi dalam 4. mungkin diperlukan untuk
pemberian sedatif, mambantu pasien rileks
tranquilizer sampai secara fisik mampu
untuk membuat strategi
koping adekuat

6) Kurang pengetahuan tentang prognosis penyakit dan pengobatan


berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan pasien tentang penyakit meningkat.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengikuti program pengobatan
- Pasien dapat menjelaskan upaya pencegahan terhadap
komplikasi
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui tingkat
pasien tentang penyakit pengetahuan pasien tentang
yang dialaminya penyakitnya
2. Jelaskan tentang proses 2. Meningkatakan pengetahuan
penyakit (tanda gejala, pasien
penyebab, komplikasi,
pencegahan)
3. Jelaskan tentang program 3. Memudahkan dalam
pengobatan dan alternatif pelaksanaan pengobatan
pengobatan.
4. Diskusikan perubahan 4. Mencegah keparahan penyakit
gaya hidup yang mungkin dan komplikasi
dilakukan untuk
mencegah komplikasi
5. Tanyakan kembali 5. Mengetahui sejauh mana
pengetahuan pasien pasien memahami penjelasan
tentang penyakit, yang telah diberikan
prosedur pengobatan dan
perawatan

Anda mungkin juga menyukai