Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SEMINAR GENERASI SEHAT BEBAS KETULIAN 2030

(1st MANGUSADA CLINICAL UPDATE)

UPT. PUSKESMAS KUTA UTARA

DINAS KESEHATAN BADUNG

2019
LAPORAN SEMINAR GENERASI SEHAT BEBAS KETULIAN 2030

Tanggal 13 Juli 2019

Unit Organisasi : UPT. Puskesmas Kuta Utara

Program : Upaya Kesehatan Masyarakat

Kegiatan : seminar

Output : Terlaksananya seminar

Outcome : Meningkatnya pemahaman dan kemampuan peserta seminar mengenai gangguan


kongenital ketulian.

A. Latar Belakang

Gangguan pendengaran adalah masalah serius yang harus diperhatikan orangtua.


Berdasarkan data di tahun 2018, sebanyak 6,1 persen orang di dunia atau sekira 466 juta jiwa
mengalami gangguan pendengaran dimana 34 juta di antaranya adalah anak-anak. Tentunya hal
ini dapat mengganggu perkembangan anak.
Terdapat empat macam gangguan pendengaran yang bisa dialami oleh anak antara lain tuli
kongenital, gangguan pendengaran akibat bising (GPAB), otitis media akut (OMA) atu infeksi
telinga tengah, dan serumen prop. Pada anak-anak, gangguan pendengaran terberat adalah tuli
kongenital. Sebab gangguan itu bisa membuat anak tuli sebagian atau bahkan tidak bisa
mendengar sama sekali.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Memahami dan merefresing ganguan ketulian kongenital.
2. Tujuan khusus
Mampu menerapkan ilmu yang di dapat pada seminar untuk kegiatan sehari - hari di
Poli Umum

C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan seminar 13 Juli 2019

D. Biaya
Biaya yang dilerkukan bersumber Dana Operasional JKN Puskesmas Tahun 2019 yang
sudah di anggarkan dan di alokasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan Puskesmas.
GANGGUAN KETULIAN KONGENITAL

1.1 INFEKSI RUBELLA PADA IBU HAMIL

Virus ini sampai kepada janin melalui ibu, melewati tiga cara:
1. Melalui jalan darah plasenta/ari-ari dari ibu ke janin.
2. Saat proses persalinan, di mana janin terkena darah ibu atau pun cairan tubuh ibu saat
melewati jalan lahir.
3. Saat proses menyusui, di mana penularan bisa melalui pernafasan ibu atau pun melalui
air susu ibu.

Cacat panca indera apa saja yang bisa terjadi pada janin di dalam kandungan? Infeksi virus
Rubella pada ibu hamil biasanya akan mempengaruhi janin yang dikandungan, sedangkan
tingkat keparahan berbeda-beda untuk tiap trimester. Bila mengenai saat usia kehamilan di
bawah 20 bulan, bayi akan lahir dengan keadaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome
(CRS) atau sindrom cacat bawaan karena rubella. Risiko ini meningkat dengan semakin
mudanya usia kehamilan. Misalkan, bila terkena pada trimester (tiga bulanan) awal, risikonya
adalah 90% terkena cacat bawaan. Bila terkena pada trimester kedua, risiko sebesar 20%. Risiko
akan mendekati minimal bila terinfeksi pada trimester ketiga atau trimester akhir kehamilan. Bila
menginfeksi pada trimester (tiga bulan) pertama, risiko keguguran akan meningkat sampai 20%.

Adapun jenis-jenis kelainan bawaan yang mungkin terjadi antara lain:

1. Kelainan mata (katarak, retinopathy)


2. Kelainan jantung (kebocoran katup jantung)
3. Kelainan syaraf (retardasi mental, radang selaput otak)
4. Kelainan telinga (kasus terbanyak, ketulian)
5. Kelainan lain-lain (pembengkakan hati dan limpa, gangguan pembekuan darah)

Diagnosis RUBELLA Dalam Kehamilan atau Kandungan

Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan
penyakit lain, kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering mencapai
dan merusak embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau dengan
dotemukannya kenaikan titer anti rubella dalam serum.

Nilai titer antibody


Imunitas 1:10 atau lebih
Imunitas rendah < 1:10
Indikasi adanya infeksi saat ini > 1:64

Ganggu pertumbuhan janin. Virus rubella fatal bagi pertumbuhan dan kehidupan janin.
Janin akan terancam terkena kelainan jantung, kehilangan pendengaran atau tuli ketika
dilahirkan, retardasi mental, kelainan pada bentuk dan fungsi mata, katarak, hidrosefalus atau
pembesaran kepala akibat berisi cairan, mikrosefalus atau tengkorak janin tidak berkembang
sehingga ukurannya lebih kecil dari normal, hipoplasia atau gangguan perkembangan pada
sejumlah organ tubuh janin (seperti jantung, paru-paru dan limpa), bayi lahir dengan berat badan
rendah, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, gangguan perkembangan sistem saraf
seperti meningosefalitis. Bahkan janin terancam lahir dalam keadaan sudah meninggal di dalam
kandungan. Gejala infeksi virus Rubella tidak spesifik. Kebanyakan ibuhamil tidak merasakan
gejala apa pun, hanya demam ringan (37,5°C), pusing, pilek ringan, mata merah dan nyeri pada
persendian. Sepintas mirip gejala flu sehingga seringkali diabaikan. Selama rentang masa
inkubasi 14-21 hari setelah terinfeksi, gejala klinis infeksi virus Rubella belum muncul.
Walaupun sebenarnya serangan virus sudah menyerang beberapa organ tubuh ibu hamil, seperti
tenggorokan, jaringan lender lubang hidung, saluran kemih dan usus besar. Infeksi virus Rubella
dapat menular. Penularannya lewat udara, air liur, kontak atau fese. Bahkan kini kaum pria bisa
terkena infeksi virus ini. Bila kondisi tubuh Anda tidak fit, segera jauhi orang yang terkena
infeksi virus Rubella

Hanya sedikit ibuhamil yang bisa diindentifikasi. Biasanya yang muncul di kulit adalah
ruam-ruam kemerahan, terutama di bagian wajah, lengan dan kulit kepala. Itu sebabnya infeksi
Rubella disebut juga sebagai campak Jerman, karena ruam kulitnya mirip seperti campak. Ruam-
ruam ini tidak akan berlangsung lama, 2-3 hari saja sudah hilang dengan sendirinya. Kemudian
diikuti dengan pembengkakan kelenjar limpa di leher bagian belakang, yang disertai rasa kaku
dan nyeri pada persendian
Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu
dipertimbangkan. Setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8%
dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.

Tanda dan Gejala klinis:

 Demam-ringan
 Merasa mengantuk
 Sakit tenggorok
 Kemerahan sampai merah terang atau pucat, menyebar secara cepat dari wajah ke seluruh
tubuh, kemudian menghilang secara cepat
 Kelenjar leher membengkak
 Durasi 3-5 hari

Hingga kini tidak ada obat-obatna yang dapat mencegah viremia pada orang yang tidak
kebal.. manfaat gamaglobulin dalam hal ini masih diragukan, yang lebih manjur ialah vaksin
rubella. Akan tetapi, vaksinasi ini sering menimbulkan artralgia atau arthritis, dan pula vaksinasi
yang dilakukan tidak lama sebelum terjadinya kehamilan atau dalam kehamilan dapat
menyebabkan infeksi janin. Karena itu, lebih baik vaksinasi diberikan sebelum perkawinan.
Pemberian vaksin pada wanita selam kunjungan prekonsepsi dianjurkan untuk uji serologi
varicella apabila klien selama masa kanak-kanaknya tidak mempunyai riwayat infeksi,
kontraindikasi pada kehamilan adalah menghindari konsepsi selama 3 bulan setelah vaksinasi.

1.2 TATALAKSANA SINDROM RUBELLA KONGENITAL

Penatalaksanaan kuratif secara spesifik untuk infeksi rubella postnatal dan sindrom rubella
kongenital (SRK) masih belum diketahui. Pengobatan simptomatik untuk gejala demam dan
nyeri sendi atau arthritis dapat dilakukan apabila terdapat indikasi. Pada era modern pasca
penemuan vaksin rubella, pemberian vaksin pada anak-anak maupun orang dewasa yang rentan
merupakan strategi pilihan untuk mencegah sindrom rubella [5].

Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa pada orang dewasa dengan infeksi rubella umumnya bersifat
suportif saja. Penggunaan paracetamol dan peningkatan asupan cairan dapat membantu
meredakan demam. Hingga kini belum ada bukti yang cukup untuk mendukung penggunaan
imunoglobulin pada wanita hamil dengan tujuan menurunkan komplikasi janin akibat rubella.
Namun, pada wanita hamil dengan riwayat paparan rubella yang memilih untuk
mempertahankan kehamilan, pemberian imunoglobulin (IVIG) dapat dipertimbangkan[30].
Sayangnya, IVIG belum tersedia di Indonesia.

Untuk kasus yang lebih berat dapat diberikan:

 Pada arthritis yang berat, sarankan pasien untuk beristirahat dan dapat diberikan obat anti
inflamasi non steroid (OAINS).

 Pada pasien dengan ensefalitis, berikan terapi suportif dengan pemberian cairan rumatan
dan menjaga keseimbangan elektrolit.

 Trombositopenia umumnya self limited, tetapi jika berat dan terjadi perdarahan, dapat
diberikan imunoglobulin intravena (IVIG).

Sindrom Rubella Kongenital (SRK)


Pada neonatus, lakukan pemeriksaan dan rujukan mata jika terdapat kekeruhan kornea, katarak,
dan retinopati. Adanya kekeruhan kornea bisa menandakan glaukoma infantil.Sindrom rubella
kongenital dapat menyebabkan depresi pernafasan, dan bayi harus dirawat di ICU untuk
dilakukan pemantauan ketat dan bantuan napas menggunakan ventilator.Pasien dengan
hiperbilirubinemia mungkin memerlukan fototerapi atau transfusi tukar untuk mencegah
kernikterus.Tindakan operatif mungkin diperlukan pada pasien yang memiliki penyakit jantung
bawaan karena rubella dan juga pada pasien dengan defek oftalmologi seperti katarak, glaukoma,
dan neovaskularisasi. Pada anak dengan gangguan pendengaran, dapat dilakukan implan koklea.

Anda mungkin juga menyukai