Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan

terimakasih kepada pihak pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan tambahan

informasi dalam makalah ini.

Makalah ini kami susun sebagai pedoman bagi siswa siswi, oknum politik

,ataupun masyarakat Bondowoso agar mempunyai pengetahuan tentang pentingnya

kejujuran dalam kehidupan ini. Kejujuran merupakan salah satu perintah Allah Swt.

Yang harus dijalankan oleh hamba – hamba-Nya.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang saya miliki, Saya

yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata saya harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

inspirasi pada pembaca.

Bondowoso, 27 Oktober 2017

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................1


DAFTAR ISI ................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG ..................... ................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................4
1.4 MANFAAT PENULISAN ...............................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................5
2.1 PENGERTIAN KEJUJURAN.........................................................5
2.2 JENIS – JENIS KEJUJURAN..........................................................5
2.3 HUKUM DAN DALIL MENGENAI KEJUJURAN .....................8
2.4 HIKMAH KEJUJURAN................................................................12
2.5 DAMPAK BERSIKAP TIDAK JUJUR .......................................12
2.6 HUKUM BERBOHONG..............................................................13
BAB III PENUTUP ....................................................................................16
3.1 KESIMPULAN...............................................................................16
3.2 SARAN...........................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan berkembangnya zaman nilai kejujuran yang dimiliki oleh

orang – orang semakin berkurang, bahkan dapat dikatakan di zaman seperti ini

kejujuran sudah langka. Contohnya saja, masih banyak tindak pidana korupsi yang

terjadi di negara ini, padahal sudah jelas sekali kegiatan tersebut dilarang seperti

tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Namun nyatanya masih banyak saja orang yang melakukan

korupsi, bukan hanya para aparat negara, bahkan korupsi sudah menjalar ke kehidupan

sehari hari.

Banyak sekali hal – hal kecil yang sering kali di anggap remeh, namun dapat

berujung pada dosa besar. Misalnya, anak sekolah zaman sekarang tentunya sudah bisa

menggunakan teknologi canggih, contohnya saja handphone. Namun sayangnya karena

tidak disertai dengan kejujuran, banyak anak sekolah yang menyalahgunakannya. Saat

sedang ujian banyak sekali siswa yang menggunakan handphone untuk mencari

jawaban atas soal yang ada pada ujian, padahal sudah jelas bahwa ini merupakan suatu

kesalahan, mereka menganggap ini hanya hal sepele, padahal jika berlangsung terus

menerus hal ini dapat menumbuhkan jiwa ketidakjujuran dan melahirkan calon – calon

koruptor di masa depan.

Itulah sebabnya saya menyusun makalah ini, yaitu untuk memberikan informasi

dan edukasi kepada masyarakat khususnya siswa SMA Negeri 2 Bondowoso, tentang

kejujuran beserta dampak dampaknya terhadap kehidupan kita baik di dunia maupun di

akhirat.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Apa pengertian dari kejujuran ?

b. Apa saja hukum dan dalil dari kejujuran ?

c. Apa saja hikmah dari kejujuran ?

d. Apa saja dampak bersikap tidak jujur ?

e. Apakah hukum dari melakukan kebohongan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

 Untuk memberikan informasi dan edukasi kepada pembaca khususnya siswa SMA Negeri 2

Bondowoso, tentang kejujuran beserta dampak dampaknya terhadap kehidupan kita baik di

dunia maupun di akhirat.

 Menumbuhkan jiwa kejujuran dalam diri pembaca khususnya siswa SMA Negeri 2

Bondowoso.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

 Dapat memberikan informasi dan edukasi kepada pembaca khususnya siswa SMA Negeri 2

Bondowoso, tentang kejujuran beserta dampak dampaknya terhadap kehidupan kita baik di

dunia maupun di akhirat.

 Dapat menumbuhkan jiwa kejujuran dalam diri pembaca khususnya siswa SMA Negeri 2

Bondowoso.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEJUJURAN

Pengertian jujur dilihat dari segi bahasa adalah mengakui, berkata, atau pun

memberi suatu informasi yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi/kenyataan.

Dari segi bahasa, jujur dapat disebut juga sebagai antonim atau pun lawan kata bohong

yang artinya adalah berkata tau pun memberi informasi yang tidak sesuai dengan

kebenaran.

Pengertian jujur secara istilah adalah sikap seseorang ketika berhadapan dengan

sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada

perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi.

Jika diartikan secara lengkap, maka jujur merupakan sikap seseorang ketika

berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian

tersebut tanpa ada perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan

realita yang terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap

manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran yang melibatkan

otak dan hawa nafsu.

2.2 JENIS - JENIS KEJUJURAN

Dalam Agama Islam, setidaknya dikenal lima jenis sifat jujur yang harus

dimiliki oleh penganutnya, yaitu :

Benar dalam Perkataan (Shidqul Hadits)

Setiap ucapan mengandung kadar kebenaran, baik dalam menjelaskan sesuatu,

memberikan informasi, menjawab pertanyaan, melarang, memerintah, atau memilih

5
kata-kata. Perkataan yang benar juga diistilahkan oleh Rasulullah saw. dengan

perkataan yang baik. Dalam salah satu hadits, beliau bersabda,

ْ ‫ص ُم‬
‫ت‬ ْ ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِمنُ ِباهللِ َو ْال َي ْو ِم األ َ ِخ ِر َف ْل َي‬
ْ ‫قل َخي ًْرا ا َ ْو ِل َي‬

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau

diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Benar dalam Pergaulan (Shidqul Mu’amalah)

Benar dalam bermuamalah dengan manusia membuat seorang muslim yang berakhlak

baik tidak akan menipu maupun berkhianat. Di samping itu dia juga tidak akan berlaku

sombong serta menjauhi segala bentuk yang tidak menyenangkan dalam pergaulan

dengan sesama manusia. Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda,

ِِ‫س ٍن‬ ٍ ُ‫اس ِب ُخل‬


َ ‫ق َح‬ َ َّ‫ق الن‬ َ ‫ق هللاَ َح ْيث ُ َما ُك ْنتَ َواَتْ ِبعِ الس َِّيئَةَ ْال َح‬
ِ ‫سنَةَ ت َْم ُح َها َوخَا ِل‬ ِ َّ ‫إت‬

“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, ikutilah perbuatan buruk

dengan perbuatan baik dan Dia akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia

dengan akhlak yang baik.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Hakim, dan Baihaqi)

3. Benar dalam Keinginan (Shidqul Azam)

Benar dalam keinginan atau kemauan merupakan upaya mencegah tindakan-tindakan

yang salah sehingga setiap keinginan atau niat yang hendak dilakukan oleh manusia

semestinya sudah dipertimbangkan matang-matang sehingga tidak ada keinginan untuk

melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dalam satu ayat,

Allah SWT berfirman,

َ‫َو َما تَشَا ُء ْونَ اِالَّ ا َ ْن َيشَا َء هللاُ َربُّ ْال َعالَ ِميْن‬

6
“Dan kamu tidak menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki

Allah, Tuhan sementa alam.” (at-Takwiir: 29)

4. Benar dalam janji (Shidqul Wa’ad)

Dalam hidup ini kita sering berjanji kepada orang lain yang harus dipenuhinya,

meskipun janji itu kepada anak yang masih kecil atau kita tidak ditagih orang. Dalam

salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda,

َ ‫ص ِب ٍى ت َ َعا َل هَاكَ ث ُ َّم لَ ْم يُ ْع ِط ِه فَ ِه‬


‫ي َك ِذ َبة‬ َ ‫َم ْن قَا َل ِل‬

“Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, mari ke sini, nanti saya beri kurma ini.

Kemudian dia tidak memberinya, berarti dia telah membohongi anak itu.” (HR. Ahmad)

Meskipun seseorang mau memenuhi janji, tetap saja dia harus mengucapkan insya

Allah, karena ia tidak bisa memastikan seratus persen bahwa janji itu bisa ditepati

karena ia memang tidak tahu apa yang akan terjadi sebelum saat janji itu harus

dipenuhi. Tapi, jangan hanya mengucap insya Allah saja namun tidak menepati janji.

5. Benar dalam Kenyataan (Shidqul Haal)

Benar dalam kenyataan adalah memperlihatkan diri secara apa adanya dan mengatakan

sesuatu sesuai kenyataan yang ada. Tidak perlu berbasa-basi, apalagi sekadar untuk

memamerkan dirinya atau seolah-olah ia memiliki sopan-santun dan tata-krama yang

tinggi.

Misalnya, seseorang yang perutnya lapar menolak tawaran orang lain untuk makan

dengan mengatakan masih kenyang, padahal sebenarnya dia mau tapi dia ingin agar

yang menawarinya makan agar agak sedikit memaksa, sementara orang yang

menawarkan makan juga jangan sekadar berbasa-basi sehingga ia tidak begitu suka

kepada orang yang begitu mudah mau ditawarkan makan. Rasulullah SAW bersabda,

7
َ ‫ا َ ْل ُمتَشَبِ ُع ِب َمالَ ْم يُ ْع‬
َ ‫ط َكالَبِ ِس ثَ ْو‬
‫بى ُز ْو ٍر‬

“Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang

yang memakai dua pakaian palsu.” (HR. Muslim)

2.3 HUKUM dan DALIL MENGENAI KEJUJURAN

Wajib hukumnya untuk bersikap jujur karena Allah Swt. Sudah memerintahkan

kita untuk bersikap jujur, namun Allah Swt. Selalu memberikan keringanan kepada kita

sebagai umat-Nya. Dalam beberapa hal kita boleh berbohong, yang nantinya akan

dibahas pada bagian lain dalam makalah ini.

Beberapa dalil yang menjelaskan tentang perintah Allah Swt. Tentang kejujuran

adalah sebagai berikut :

1. Surat At-Taubah Ayat 119

َّ ْ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا‬


َّ ‫ٱَّللَ َو ُكونُواْ َم َع ٱل‬
َ‫ص ِدقِين‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu

bersama orang-orang yang benar (Q.S. At-Taubah: 119)

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa, yaitu

menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Kemudian Allah

memerintahkan agar bersama dengan orang-orang yang benar. Artinya bahwa dalam

mencari teman, kita juga harus memilih mana teman yang baik yang nantinya membawa

kita kepada kebaikan dunia dan akhirat, dan mana teman yang menyesatkan. Jadikanlah

orang baik sebagai teman dan tinggalkan orang yang menyesatkan.

Ibarat kata jika kita bergaul dengan orang baik, maka kita akan sedikit demi sedikit

8
menyesuaikan diri dengannya, sebaliknya jika kita bergaul dengan orang jahat.

2. Surat Az-Zumar ayat 33

َٰٓ
َ‫صدَّقَ ِب ِ َٰٓۦه أ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ۡٱل ُمتَّقُون‬ ِ ‫َوٱلَّذِي َجا َٰٓ َء ِب‬
ِ ‫ٱلص ۡد‬
َ ‫ق َو‬

Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,

mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Q.S. Az-Zumar: 33)

Orang yang bertaqwa menurut ayat ini adalah orang yang membenarkan apa yang

dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Cara membenarkannya yaitu dengan mengikuti

jejak-jejak rasulullah, melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua yang

dialarang oleh beliau. Karena secara hakekat, perkataan Rasulullah saw. yang saat ini

disebut sebagai hadis itu merupakan perkataan (wahyu) Allah swt. Rasulullah

dibimbing oleh Allah baik itu secara langsung atau melalui malaikat jibril. Sehingga

perkataan dan perilaku beliau selalu terjaga dari hal-hal yang buruk.

3. Surat Al-Maidah Ayat 8

ۡ ْ‫شنَانُ قَ ۡو ٍم َعلَ َٰٓى أَ َّال ت َعۡ ِدلُو ْۚا‬


ُ‫ٱع ِدلُواْ ه َُو أ َ ۡق َرب‬ ُ ِ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ َّو ِمينَ ِ ََّّلل‬
َ ‫ش َهدَآَٰ َء بِ ۡٱل ِق ۡس ِِۖط َو َال يَ ۡج ِر َمنَّ ُك ۡم‬

ُ ُۢ ِ‫ٱَّللَ َخب‬
َ‫ير بِ َما ت َعۡ َملُون‬ ْۚ َّ ْ‫ِللت َّ ۡق َو ِۖى َوٱتَّقُوا‬
َّ ‫ٱَّللَ إِ َّن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak

adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Maidah

:8)

9
Menjadi adil dan jujur bagi diri sendiri saja sulit, apalagi menjadi adil dan jujur bagi

orang lain. Sehingga perilaku adil dan jujur ini sudah selayaknya dilatih sejak kecil agar

terbawa hingga dewasa.

Menjadi orang yang menegakkan kebenaran adalah dengan cara yang jujur dan adil, kita

tidak bisa mengahakimi orang yang tidak bersalah hanya karena kebencian pribadi.

4. Surat An-Nahl Ayat 105

َٰٓ
َ‫ٱَّللِ َوأ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ۡٱل َك ِذبُون‬ َ ‫إِنَّ َما يَ ۡفت َِري ۡٱل َكذ‬
ِ َ‫ِب ٱلَّذِينَ َال ي ُۡؤ ِمنُونَ بِاي‬
ِۖ َّ ‫ت‬

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang

tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta (Q.S.

An-Nahl: 105)

Orang Islam yang berdusta atau melakukan kebohongan adalah orang-orang yang tidak

beriman kepada Allah swt. Boleh jadi di KTP yang dia miliki itu bertuliskan agama

Islam, namun perilaku yang dia tampilkan tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga

dari sudut pandang manakah bisa dikatakan dia sebagai umat Islam? Kalau hanya

sekedar KTP orang kafirpun bisa membuat KTP dengan label Islam.

5. Surat Al-Ankabut Ayat 3

َ‫صدَقُواْ َولَ َيعۡ لَ َم َّن ۡٱل َك ِذ ِبين‬


َ َ‫ٱَّللُ َّٱلذِين‬
َّ ‫َولَقَ ۡد فَتَنَّا ٱلَّذِينَ ِمن قَ ۡب ِل ِه ۡ ِۖم فَلَ َيعۡ لَ َم َّن‬

Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,

10
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia

mengetahui orang-orang yang dusta (Q.S. Al-Ankabut: 3)

Menjadi orang yang jujur itu sulit bahkan dalam kehidupan kita orang yang jujur dan

baik biasanya disingkirkan, karena nanti akan menghalang mereka yang bersifat buruk

dalam mencapai tujuan dengan cara berdusta. Sehingga untuk memperthanakan

kejujuran dalam diri, butuh semacam kekuatan yang besar agar tetap istiqamah.

Wallahu a'lam.

Selain itu ada juga hadist yang menjelaskan tentang sifat jujur yakni, :

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas ‫حفظه هللا‬

‫ِي‬ ِ ‫ فَإ ِ َّن‬، ‫ق‬


ْ ‫الصدْقَ يَ ْهد‬ ِ ْ‫الصد‬ َ : ‫سلَّ َم‬
ِ ‫علَ ْي ُك ْم ِب‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ِ‫َع ْن َع ْب ِد هللا‬
ِ ‫بن َم ْسعُ ْود َر‬

، ‫ص ِد ْيقًا‬ َ ‫الصدْقَ َحتَّى يُ ْكت‬


ِ ِ‫َب ِع ْندَ هللا‬ ِ ‫صد ُُق َويَت َ َح َّرى‬ َّ ‫ َو َما يَزَ ا ُل‬، ‫ي إِلَى ْال َجنَّ ِة‬
ْ َ‫الر ُج ُل ي‬ ْ ‫ َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِد‬، ‫إِلَى ْالبِ ِر‬

‫الر ُج ُل يَ ْكذِبُ َويَت َ َح َّرى‬ ْ ‫ َوإِ َّن ْالفُ ُج ْو َر يَ ْه ِد‬، ‫ي إِلَى ْالفُ ُج ْو ِر‬
ِ َّ‫ي إِلَى الن‬
َّ ‫ َو َما يَزَ ا ُل‬، ‫ار‬ َ ‫ فَإ ِ َّن ْال َكذ‬، ‫ِب‬
ْ ‫ِب يَ ْه ِد‬ َ ‫َوإِيَّا ُك ْم َو ْال َكذ‬

‫َب ِع ْندَ هللاِ َكذَّابًا‬ َ ‫ْال َكذ‬


َ ‫ِب َحتَّى يُ ْكت‬

Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran

membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan

apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi

Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta

membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke

Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan

dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’”

11
2.4 HIKMAH KEJUJURAN

Ada banyak sekali hikmah dari bersikap jujur, diantaranya :

1) Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya

2) Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut

akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.

3) Selamat dari azab dan bahaya.

4) dapat pahala

5) Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.

Oleh karena itu Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu

berperilaku jujur, baik kepada Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita

sudah bisa membiasakan berperilaku jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar

biasa dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 DAMPAK BERSIKAP TIDAK JUJUR

Adapun dampak negatif dari perilaku dusta adalah sebagai berikut:

 Dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya

 Hidupnya akan selalu merasa was-was, tidak akan tenang, dituntut selalu berdusta

untuk menutupi dusta lainnya. Begitu seterusnya.

 Mereka yang dusta dekat sekali dengan kemunafikan dan orang-orang munafik

mendapat hukuman yang nyata dari Allah SWT.

 Mereka yang suka berdusta tidak akan disukai sesama manusia, tidak mendapatkan

penghormatan, dijauhi, tidak diberi tanggung jawab dan lain sebagainya.

12
2.6 HUKUM BERBOHONG

Berbohong merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Namun ada

beberapa perkara yang kita di perbolehkan berbohong didalamnya, :

1. Berbohong dalam Rangka mendamaikan Saudaranya

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Ummu

Kultsum radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya ia berkata, “Aku telah mendengar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dikatakan pendusta

orang yang mendamaikan manusia (yang berseteru), melainkan apa yang dikata kan

adalah kebaikan”. (Muttafaq ‘Alaih)

Bohong yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mendamaikan dua orang

saudaranya yang sedang bermusuhan. Nah, ini jelas banget kan? Mungkin ada

diantara kita punya dua orang temen yang saling bermusuhan. Dan tanpa sengaja,

dua orang tersebut bercerita (curhat) kepada kita. Masing-masing dari mereka

menjelek-jelekkan yang lain. Nah, dalam hal ini kita boleh tuh berbohong dengan

mengatakan kalo yang mereka omongin tuh gak bener. Kita bisa berbohong pada

masing-masing dari mereka dengan menceritakan kebaikan-kebaikan mereka pada

masing-masing teman yang musuhan tadi. Hingga akhirnya, mereka berdua pun

berdamai. Dan misi pun selesai.

2. Berbohong Dalam Keadaan Perang/Mara Bahaya

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membonceng Abu Bakar

radhiyallahu ‘anhu di atas kendaraan beliau, maka jika ada seseorang yang bertanya

kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam di tengah perjalanan, beliau mengatakan, “Ini adalah seorang penunjuk

jalanku”. Maka orang yang bertanya tersebut mengira bahwa jalan yang dimaksud

adalah makna haqiqi, padahal yang dimaksud oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu

adalah jalan kebaikan (sabîlul khair)”. Semata-mata demi kemaslahatan Rasulullah

13
shallallahu ‘alaihi wasallam dari ancaman musuh-musuh beliau.” (HR. al-Bukhari)

Bohong untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang terancam. Contohya,

misalkan ada seseorang (sebut saja namanya fulan) hendak dibunuh oleh orang lain.

Padahal kita tahu, orang tersebut tidak bersalah apa-apa. Si fulan meminta

perlindungan kepada kita agar dirinya diselamatkan. Dan kita pun akhirnya mau

menyembunyikannya. Setelah itu, datanglah orang yang bermaksud membunuh si

fulan kepada kita. Tujuannya bertanya kepada kita untuk mencari keberadaan si

fulan. Maka pada saat ini, kita boleh berbohong demi kebaikan agar nyawa si fulan

terselamatkan.

3. Berbohong Dalam Rangka Menyenangkan Istri

Berkata Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah mendengar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan (rukhshah pada apa

yang diucapkan oleh manusia (berdusta) kecuali dalam tiga perkara, yakni: perang,

mendamaikan perseteruan/perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada

istrinya, atau sebaliknya”.

Bohong yang dilakukan suami untuk menyenangkan istrinya atau bohong yang

dilakukan istri untuk menyenangkan suaminya. Hoho… jangan diartikan macem-

macem dulu. Contohnya gini. Seorang suami yang membelikan hadiah sebuah baju

untuk istri tercintanya. Karena sang suami gak terlalu tahu mode pakaian yang lagi

ngetren (fashionable), maka sang suami membeli baju yang.. katakanlah sangat

kurang enak dipandang. Modelnya sudah kuno. Ditambah lagi warnanya ngejreng

bangeet. Namun sang suami bermaksud menyenangkan istrinya dengan memberikan

hadiah buat sang istri tercinta. Nah, meskipun tahu kalo baju pemberiannya sangat

jelek, namun istri yang bijak akan menerima dengan senang hati. Dalam hal ini, istri

boleh berbohong bahwa pemberian sang suami adalah pemberian terbaik yang

pernah ia dapatkan. Tujuannya tidak lain adalah agar suami merasa senang karena

pemberiannya diterima dengan baik.

14
Atau ketika Istri Bertanya demikian kepada suaminya.

"Mas, aku cantik nggak?", tanya seorang istri kepada suaminya.

"Cantiiik banget. Kamu adalah wanita tercantiiikkk." jawab suaminya.

Istri pun tambah cinta kepada suaminya.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa penting bagi

kita untuk senantiasa bersikap jujur, sebab dengan bersikap jujur kita akan

memperoleh banyak hikmah baik di dunia maupun diakhirat.

3.2 SARAN

Menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan

lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –

sumber yang lebih banyak yang tentunya, dan dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

16

Anda mungkin juga menyukai