PENDAHULUAN
1
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit jiwa daerah provinsi kepulauan Bangka Belitung
adalah salah satu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan jiwa, penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan
kesehatan lainnya. Dalam menjalankan pelayananan kesehatan jiwa
rumah sakit jiwa provinsi kepulauan Bangka Belitung memiliki
keterkaitan erat dengan tugas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien.
Pada saat perawat melakukan tugasnya, harus sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan. Seorang perawat harus menjunjukkan sikap
profesionalismenya dalam menjalankan pekerjaan. Salah satu tugas
yang menuntut sikap profesionalisme seorang perawat adalah
bagaimana membangun komunikasi antar perawat dalam
meningkatkan kualitas asuhan pada pasien melalui timbang terima
atau operan pasien antar pergantian shift jaga perawat.
Komunikasi antar petugas dalam kerjasama interdisipliner
menjadi penyebab lazimnya cedera pasien. Kesalahan komunikasi
yang sering terjadi seperti perintah medis yang tidak terbaca dan
rancu sehingga salah terjemahan, kekeliruan prosedur yang
dijalankan, kesalahan medis, kesalahan pelaporan perubahan
signifikan pasien, serta ketidaksesuaian standar komunikasi yang
diterapkan. Komunikasi efektif oleh petugas kesehatan merupakan
salah satu solusi untuk menjaga keselamatan pasien sesuai dengan
yang tertuang di Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2
691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang sasaran keselamatan pasien
(Kemenkes RI,2011). Komunikasi tersebut melalui teknik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation). Komunikasi
teknik SBAR merupakan penggunaan kerangka komunikasi untuk
membakukan percakapan tentang perawatan pasien antara penyedia
pelayanan. Komunikasi SBAR singkatan situasi, latar belakang,
penilaian dan rekomendasi. Komunikasi teknik ini memungkinkan
untuk dokter dan perawat mendapatkan komunikasi yang jelas, efisien
dan aman.
Berdasarkan observasi yang saya lakukan selama 3 bulan
sebagai cpns, saya menemukan masalah tentang kurangnya
komunikasi yang efektif pada saat operan (timbang terima) pasien tiap
shif menggunakan tehnik SBAR. Operan atau timbang terima adalah,
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien, bertujuan menyampaikan
kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-hal
penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan shif penting
untuk menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam.
Operan pada setiap pergantian shift merupakan periode persiapan
perawat yang telah selesai berdinas, perawat yang telah selesai
berdinas dan perawat yang akan berdinas pada shift berikutnya saling
berkomunikasi untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
dinas dan mencocokkan informasi agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian pelayanan kepada pasien.
3
1.2 Tujuan dan Manfaat
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II diharapkan mampu
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) dan
mengetahui kedudukan dan peran profesi ASN dalam NKRI
(manajemen ASN, whole of government, pelayanan publik) dalam
melaksanakan tugas sebagai perawat terampil di rumah sakit jiwa
daerah provinsi bangka belitung. Sedangkan Manfaat yang
didapatkan oleh peserta latsar adalah peserta dapat memahami,
menginternalisasi dan kemudian mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
ASN dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik sesuai
dengan tugas masing-masing serta fungsi ASN di tempat kerja dan
Manfaat bagi unit kerja serta organisasi adalah mendapatkan
kontribusi dari peserta latsar berdasarkan jabatan untuk mencapai
tujuan, visi dan misi bersama. Dengan adanya peningkatan
komunikasi efektif pada saat timbang terima (operan) pasien tiap shif
menggunakan tehnik SBAR maka akan meningkatkan keselamatan
pasien, mengurangi resiko kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan dan asuhan medis, sehingga didapatkan pelayanan
yang bermutu dan berkualitas.
4
sungailiat. Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Sungailiat dimulai dari
anggaran pembangunan 1976/1977 secara bertahap dan pada akhir
tahun 1979 diresmikan penggunaan gedung baru tersebut oleh
Prof.Dr.Kusmanto Setyonegoro selaku Kepala Direktorat Kesehatan
Jiwa. Dengan SK Menteri Kesehatan tanggal 10 Desember 1980
Nomor: 2531/YanKes/DKJ/1980 dengan resmi Rumah Sakit Jiwa
Mentok (ditutup terhitung tanggal 14 November 1979) dan
dikembalikan kepada Departemen Kehakiman. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Jiwa Sungailiat dengan keluarnya SK Menteri Kesehatan
Nomor: 135/Menkes/SK/IV/1979 ditetapkan sebagai rumah sakit Jiwa
kelas B. Tahun 2003-2008 : Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Nomor: 6 tahun 2003 Rumah sakit Jiwa sungailiat
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Tahun 2008 – 2012 : Peraturan Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 7 Tahun 2008 Tentang Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkedudukan
sebagai lembaga teknis berbentuk Rumah sakit. Tahun 2013 –
Sekarang : Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Nomor: 1 Tahun 2013 tanggal 13 juni 2013 Tentang Organisasi dan
Tata kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2013 Nomor 1seri D).
5
3. Poliklinik umum
4. Poliklinik anak dan remaja
5. Poliklinik usia lanjut/ geriatri
6. Poliklinik narkoba dan HIV
7. Poliklinik gigi dan mulut
8. Psikologi klinik – psikologi tes (Fit and Proper tes )
9. Poliklinik penyakit dalam
10. Poliklinik penyakit syaraf
B. Pelayanan Elektromedik
1. Fisioterapi
2. EEG & Brain Mapping
3. ECT
4. Stress analyzer
5. Biofeedback
6. Radiolog
C. Pelayanan Psikologi
1. MMPI
2. Tes IQ
3. Tes Kepribadian
4. Tes Bakat minat
6
7. Terapi wicara
E. Pelayanan IGD
1. Gawat darurat psikiatrik
2. Gawat darurat umum
H. Pelayanan laboratorium
I. Pelayanan farmasi
J. Pelayanan rontgen
7
1.4.2 Pelayanan ekstramular
A. Kegiatan Lintas sektoral dalam bentuk TIM Pembina
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TJKM) Tingkat Provinsi
dan Kota
B. Satgas Pengendalian Narkoba dan Badan Narkotika
Provinsi (BNP)
C. Pembinaan Pelayaan Keswa (Integrasi) di RSU/
Puskesmas/ Balai Pelayanan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
D. KIE / Penyuluhan Kesehatan Jiwa Mayarakat dan
Pencegahan Narkoba
E. Home Visite
F. Kerjasama dengan Perguruan tinggi (MOU) : Penelitian,
Pendidikan, dan Pelatihan, Praktek kerja lapangan.
G. Pemasaran Rumah sakit
DIREKTUR UTAMA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
DIREKTUR
DIREKTUR
UMUM DAN KEUANGAN
PELAYANAN
8
1.5 Visi, Misi, dan Tata Nilai Unit Kerja
1.5.1 Visi
Terwujudnya pelayanan kesehatan jiwa yang paripurna,
bermutu dan berkeadilan
1.5.2 Misi
A. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa,
penanggulangan penyalahgunaan narkoba dan
kesehatan lainnya
B. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa,
penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang
sesuai dengan standar pelayanan.