DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat serta hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi silang tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
Januari 2020
Bolmut
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infeksi ....................................................................................................... 3
2.2 Infeksi Nosokomial ................................................................................... 3
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang ........................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi.
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
silang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry.
Fundamental Keperawatan Edisi 4.hal : 933 – 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran
Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekaisme
pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen. Suatu
patogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi.
Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada
area tertentu.
3
Infeksi terjadi jika mikroorganisme menyebar dari suatu reservoar infeksi ke penjamu
yang rentan. Jalan masuk infeksi dapat berupa kontak, aerosol, darah, makanan/air dan
serangga. Reservoar infeksi adalah tempat mikroorganisme dapat bertahan hidup dan
berkembang biak dan dapat berupa pasien itu sendiri (infeksi terhadap diri sendiri) atau
dari pasien lainnya, pengunjung, atau staf rumah sakit (infeksi silang).
Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari lokasi
yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
kulit.
Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak
bergejala atau dari suatu reservoar infeksi.
4
bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau kurang dari waktu tersebut
bila infus terpasang.
3. Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate)
Adanya infeksi rumah sakit pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang
dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color),
pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
kecuali infeksi rumah sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial
Penularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui :
1. Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri
(flora endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti
kuman Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah
melalui benda yang dipakai, seperti linen atau gesekan sendiri.
2. Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari
pasien/orang lain di rumah sakit.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan kuman
yang didapat di lingkungan rumah sakit.
5
1. Yang telah permanen atau hanya singgah sementara pada pasien (endogenous
infection)
Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi baik dari habitat
luar dan dalam (system urinaria), merusak jaringan (melukai) atau penggunaan
antiobiotik yang tidak tepat. Sebagai contoh, bakteri gram negative yang
menyerang saluran pencernaan sering kali disebabkan daerah pembedahan atau
bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau
menyerang sisitem urinaria di salauran kencing.
2. Ke pasien yang lain atau para pegawai (exogenous cross-infection)
Bakteri menular diantara pasien :
a. kontak langsung diantara pasien (tangan, kelenjar saliva (air ludah).
b. dari udara (debu atau sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh bakteri
yang sudah menyerang pasien).
c. melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju, hidung dan
tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara
atau karir permanen.
d. melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan),
tangan pegawai, pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air,
gas, makanan).
3. Ke lingkungan (endemic or epidemic exogenous environmental infections)
Beberapa tiper dari mikroorganisme yang selalu ada di lingkungan rumah sakit :
Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau
tidak terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium)
Di peralatan yang digunakan untuk perawatan
Pada makanan
Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal
pada udara pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang
bersamaan dengan debu).
Riwayat Alamiah
Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam
sejak mulai pasien dirawat
6
Masa Laten dan Periode Infeksi Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini
tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat
terhadap factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang
tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika
imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari,
berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-bulan
7
Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air,
tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya
Hibiscrub , Povidone-iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena
menghilangkan bakteri residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah
area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di sela-sela jari.
Peralatan medis harus dibersihkan dan /atau didisinfeksi sebelum digunakan dari
pasien ke pasien lain. Secara umum setiap alat harus dibersihkan, tetapi peralatan
medis yang kontak dengan darah atau cairan tubuh atau digunakan pada pasien
yang menderita infeksi, seperti infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin
(MRSA), diare, maka peralatan medis ini harus didisinfeksi.
Setiap alat harus selalu dicuci dan dibersihkan sebelum disinfeksi karena alat
yang kotor akan melindungi mikroorganisme. Disinfeksi zat pembunuh bakteri,
kadang disebut juga bakterisida, sedangkan zat yang hanya menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik. Disinfektan bakterisida dapat bersifat
bakterostatik jika diencerkan. Sehingga penting untuk menggunakan disinfektan
dengan konsentrasi yang tepat. Begitu pula, disinfektan harus digunakan dalam
durasi waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan disinfektan masih baru agar
prosedur disinfeksi efektif.
Disinfektan yang paling efektif adalah senyawa aldehida, peroksida, dan halogen
tetapi tidak selalu tepat digunakan setiap saat karena efek sampingnya. Semua zat
tersebut adalah agen pengoksidasi kuat.
10
2.3.5 Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk
endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan
tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan untuk sterilisasi instrument
bedah umum dan masker anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada
dalam tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15 psi) yang akan
membunuh mikroorganisme dalam jangkan pendek dibandingkan menggunakan
panas pada tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti syringe
disposable disterilisasi sebelum dikemas dengan menggunakan radiasi sinar
gamma untuk menghancurkan mikroorganisme.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.