Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.1.1 Polusi udara


Polusi udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran
sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan,
letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun
2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Polusi Udara, polusi
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau
mempengaruhi kesehatan manusia.

2.1.2 Preeklamsia
Preeklampsia adalah suatu sindrom spesifik pada kehamilan yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita yang
sebelumnya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan tekanan
darah (≥ 140/90 mmHg) yang disertai oleh proteinuria(Cunningham,
et.all,2010, p.706).
Sedangkan menurut WHO (2011), preeklamsia adalah suatu
kelainan pada kehamilan yang termasuk penyakit hipertensi yang
berdampak pada kehamilan dan kematian bayi. Preeklamsi merupakan
salah satu penyebab dari kematian perinatal dan kehamilan dan banyak
terjadi diseluruh dunia
2.1.3 Prematur
Prematuritas adalah kelahiran janin yang terjadi <37 minggu atau
259 hari dari kehamilan dan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas bayi yang dalam jangka panjang yang merugikan kesehatan
(Beck et al., 2010).
Menurut Ross (2013), persalinan prematur adalah persalinan yang
berlangsung pada usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu yang
ditandai dengan munculnya kontraksi uterus dengan intensitas dan
frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi
serviks.

2.2 Dampak Polusi Udara Terhadap Kehamilan

Periode janin adalah periode paling kritis dari kehidupan manusia


karena terjadi proliferasi, diferensiasi dan pertumbuhan dengan cepat.
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimal perkembangan janin
membutuhkan interaksi kompleks antara ibu, janin dan plasenta yang
merupakan proses program dinamis. Selama pertumbuhan dan perkembangan
janin setiap sistem organ dan plasenta memiliki tahapan yang berbeda dan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan dengan mengubah kemampuan
metabolisme menciptakan periode biologis sensitif dari kerentanan terhadap
paparan lingkungan yang beracun.
Wanita hamil dapat terkena polusi beracun melalui berbagai sumber.
Menghirup polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan adalah rute yang
paling umum dari paparan. Udara luar berisi campuran banyak racun
potensial. Polutan utama secara rutin diukur di udara ambien termasuk karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2),nitrogen dioksida (NO 2),
ditangguhkan partikulat (PM), ozon (O 3). Partikulat adalah istilah polusi
udara untuk campuran partikel padat dan tetesan cairan yang ditemukan di
udara, yang berasal dari knalpot kendaraan, debu jalan, cerobong asap,
kebakaran hutan, tanah tertiup angin, emisi vulkanik, dan semprotan laut dan
dapat terdiri dari banyak jenis bahan dan bahan kimia beracun termasuk
senyawa semivolatile dan volatile. Toksisitas biologis mereka berbeda
berdasarkan komposisi kimianya.
Partikel polutan di udara diklasifikasikan menurut ukuran mereka
mulai: kasar (PM 2,5-10 um atau PM 10), halus (PM <2,5 m atau PM 2,5),
dan ultrafine (PM < 0,1 pM atau PM 0,1) partikel. Ukuran langsung
menentukan potensi partikel untuk menyebabkan masalah kesehatan, dengan
partikel yang lebih kecil, yang 10 mikrometer diameter atau kurang (PM 10
dan PM 2,5), menjadi lebih berbahaya. Karena ukurannya yang kecil, PM 2,5
dan PM 0,1 yang terhirup dalam ke paru-paru, dengan beberapa menyetorkan
dalam alveoli dan memasuki sirkulasi paru, dan mungkin sirkulasi sistemik
dan dapat memicu peradangan di paru-paru, pembuluh darah atau jantung,
dan organ mungkin lainnya.
Polusi udara telah banyak dikaitkan dengan peningkatan morbiditas
dan mortalitas pada hasil kehamilan (Maisonet et.al.2004). Hasil kehamilan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena, hasil kehamilan
adalah indikator kesehatan neonatus dan bayi (WHO,2005).

Paparan polusiudara pada kehamilan telah terbukti meningkatkan


risiko kelahiran yang merugikan. Polusi(karbon monoksida, oksida nitrat, dan
partikel kurang dari 2,5 mikron). Paparan polusi udara menunjukkan bahwa
paparan ibu selama kehamilan menginduksi stress oksidatif dan jalur
inflamasi sebelum terlibat dalam komplikasi kehamilan dan hasil yang
merugikan.

Polusi sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,


terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Di setiap tempat terdapat polusi
asap dari kendaraan bermotor, dari pabrik dan juga polusi asap rokok dari
pada perokok. Sesuatu yang tidak bisa lagi dihindari atau dipilih.Journal of
Epidermiology and Community Health mempublikasikan bahwa udara yang
dihirup ibu hamil selama masa kehamilan dapat mempengaruhi
perkembangan janin dalam kandungan. Polusi yang berasal dari partikel
hitam dan nitrogen dioksida dari pembakaran kendaraan bermotor juga bisa
berdampak pada kerusakan paru-paru atau gangguan fungsi organ pada janin.
Tak ketinggalan polusi asap rokok di sekitar lingkungan ibu hamil. Pada ibu
hamil yang tidak merokok pun bila sehari–hari selalu berada di tengah–
tengah perokok dan selalu terpapar asap rokok (perokok pasif), bisa
mengalami efek negatif yang hampir sama tingkatannya dengan perokok
(Syahbana, 2001).

Polusi udara yang diakibatkan oleh paparan asap kendaraan, asap


pabrik maupun asap rokok ini mempengaruhi kualitas udara. Udara yang
dulunya segar, kini kering dan kotor. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya
adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuennya akan menurunkan
tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah.

2.2 Dampak Polusi Udara Terhadap Preeklamsia

Berdasarkan penemuan Carole Rudra,PhD. menyebutkan bahwa


polusi udara ada hubungannya dengan preeklamsia karena polutan dapat
mengganggu pengiriman oksigen ke plasenta dan meningkatkan stres
oksidatif pada ibu hamil, serta mengakibatkan peradangan.

Preeklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang


disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Dampak
preeklamsia pada janin salah satunya adalah prematuritas (Prawiroharjo,
2014)

Patofisiologi preeklampsia adalah terjadi disfungsi endotelial vaskuler


dan perubahan patofisiologi yang terjadi adalah spasme pembuluh darah,
peningkatan tekanan darah. Perubahan yang terjadi dalam sistem
kardiovaskuler yang berupa spasme arteriol dapat mengganggu aliran darah
uteroplasental. Plasenta banyak mendapat suplai darah dari arteri
uteroplasental dan secara keseluruhan berkembang pada trimester pertama
dan kedua kehamilan. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Spasme arteriol yang mendadak dapat
menyebabkan asfiksia berat. Jika spasme berlangsung lama akan mengganggu
pertumbuhan janin. Jika terjadi peningkatan tonus dan kepekaan uterus
terhadap rangsang dapat menyebabkan partus prematurus.

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa paparan polusi udara lalu


lintas yang dihasilkan lokal selama kehamilan meningkatkan risiko
preeklamsia dan kelahiran prematur. Dalam penelitian ini risiko preeklampsia
meningkat 33% (OR: 1,33, 95% CI, 1,18-1,49) dan 42% (OR: 1,42, 95% CI,
1,26-1,59) untuk oksida nitrat tertinggi (NO x) dan PM 2,5 paparan kuartil,
masing-masing.

Sebuah studi terbaru menemukan hubungan antara PM trimester


pertama 10 dan O3 udara eksposur polusi dan peningkatan tekanan darah di
tahap akhir kehamilan

Peningkatan risiko preeklampsia antara ibu terkena polusi udara dapat


menjelaskan hubungan antara polusi udara dan hasil kelahiran yang
merugikan seperti pembatasan pertumbuhan janin, tingkat BBLR dan
kelahiran prematur.

2.4 Dampak Polusi Udara Terhadap Usia Kehamilan (Prematuritas)

Waktu antara pembuahan hingga melahirkan mungkin merupakan


salah satu tahap kehidupan paling rentan. Pada periode ini, lingkungan dapat
memberikan efek kesehatan dasar pada bayi dan efeknya bersifat jangka
panjang. Bukti menunjukkan bahwa paparan polusi udara dari kendaraan,
dapat menyebabkan janin lahir sebelum berusia 37 minggu di dalam
kandungan atau disebut prematur.

penelitian ........ mengemukakan bahwa usia kandungan trimester


pertama dan terakhir sangat rentan bermasalah bila terpapar kadar CO dan
partikel mikro yang tinggi.
Selama awal kehamilan, paparan polusi udara dapat menghalangi
perkembangan plasenta yang selanjutnya dapat mengganggu pengiriman gizi
dan oksigen ke janin. Sementara trimester ketiga merupakan fase yang
penting untuk perkembangan berat badan janin. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa ada hubungan antara paparan polusi udara dengan
kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Hal ini
dikarenakan paparan polusi udara selama periode kehamilan dapat memicu
peradangan dan menyebabkan kelahiran prematur.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir karena persalinan prematur pada
kehamilan. Persalinan prematur menandakan bahwa terdapat kegagalan
mekanisme dimana kondisi uterus yang bertanggung jawab untuk
mempertahankannya selama kehamilan berlangsung atau bisa juga karena
adanya gangguan yang menyebabkan kehamilan menjadi singkat. Kondisi ini
tentunya memicu untuk dimulainya proses persalinan secara dini .Persalinan
preterm disertai preeklamsia berat meningkatkan risiko kardovaskular berupa
kejang arteriol yang dapat mengganggu aliran darah uteroplasenta dan dapat
menyebabkan asfiksia berat tiba-tiba. Jika kejang berlangsung lama, maka
akan mengganggu pertumbuhan janin, jika ada peningkatan tonus uterus dan
kepekaan terhadap rangsangan, mungkin menyebabkan partus prematur
(Putra et al., 2014).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Leem, J.H, Kaplan, dan kawan-
kawan di Korea (2002), menyimpulkan bahwa ada hubungan antara paparan
polusi udara selama kehamilan terhadap peningkatan kejadian prematur.
Penelitian tersebut memaparkan bahwa kelahiran prematur dapat terjadi
karena adanya mekanisme biologi akibat adanya pengaruh zat polutan yang
masuk ke dalam tubuh dan dapat meningkatkan produksi prostaglandin
sehingga dapat merangsang pengeluaran mediator inflamasi (cytokines,
interleutin, tumor nekrosis faktor) selama masa kehamilan, yang dapat
merangsang kontraksi uterus. Zat-zat polutan yang mempengaruhi kejadian
prematur adalah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (Nox), Sulfur
dioksida (Sox), ozon, dan partikulat matter.
Penelitian kohort menunjukkan 16% dan 20% peningkatan risiko
kelahiran prematur untuk peningkatan 50 µg/m3 pajanan TSP selama bulan
pertama kehamilan dan selama 6 minggu sebelum kelahiran (Ritz, dkk.,
2000).

2.5 Penatalaksanaan Perawatan Pada Masa Kehamilan Pada Ibu Yang Terpapar
Polusi Udara

Selama hamil, ibu perlu untuk menjaga dan memelihara kesehatannya,


sehingga ibu dan janin selalu dalam keadaan sehat, hingga tiba waktunya ibu
melahirkan. Upaya pemeliharaan kesehatan selama masa kehamilan dapat
dilakukan oleh ibu antara lain :

2.5.1 Melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Jika


kondisi tubuh ibu sehat dan tidakada faktor risiko komplikasi, dapat
melakukan pemeriksaan setiap empat minggu hingga usia 28
minggu, dan setiap dua minggu hingga kehamilan 36 minggu, serta
seminggu sekali hingga saat kelahiran (Gavin, 2005; Piliteri, 2003).

2.5.2 Memperhatikan intake nutrisi dan cairan selama hamil. Makanan sehat
adalah hal penting, terutama saat kehamilan. Nutrisi yang bergizi
diperlukan agar dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
janin. Jenis nutrisi yang dianjurkan daging tanpa lemak, sayuran,
buah-buahan, roti gandum, produk susu

2.5.3 Memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat Usahakan untuk cukup


tidur selama kehamilan. Tubuh saat hamil bekerja lebih keras untuk
menyokong kehidupan baru, yang menyebabkan ibu merasa lebih
lelah dibanding biasanya. Ibu akan mengalami kesulitan untuk
menemukan posisi yang nyaman untuk tidur sejalan dengan
peningkatan usia kehamilan.

2.5.4. Tidur menyamping dengan lutut menekuk dapat menjadi posisi tidur
yang paling nyaman saat hamil. Posisi tidur seperti ini juga
memperingan kerja jantung karena berat janin tidak menekan
pembuluh darah besar yang membawa darah dari dan ke jantung
serta kaki. Tidur menyamping juga dapat mencegah atau mengurangi
pelebaran pembuluh darah, konstipasi, sembelit, dan kaki bengkak.
Posisi tidur menyamping ke kiri dapat mengoptimalkan aliran darah
menuju plasenta dan bayi, serta tidak menekan organ hepar. Untuk
mendapatkan posisi istirahat yang lebih nyaman, letakkan bantal
penyangga di antara kaki, di bawah punggung, dan di bawah perut
(Brayshaw, 2003; Gavin, 2005)

2.5.5 Latihan. Pedoman gizi 2005 merekomendasikan bahwa wanita hamil


memiliki kondisi tubuh sehat dapat melakukan aktivitas fisik sedang,
setiap harinya selama 30 menit atau lebih. Olahraga rutin dapat
membantu mencegah penambahan berat badan berlebihan,
mengurangi masalah kehamilan, tidur lebih nyaman, menambah
energi, memperbaiki penampilan, persiapan melahirkan,
mempercepat penyembuhan (Brayshaw, 2003; Gavin, 2005).

2.5.6 Pemeliharaan postur tubuh pada saat berdiri, duduk, jongkok atau saat
mengangkat beban. Ibu hamil perlu mempertahankan atau
memperbaiki kondisi fisiknya agar kehamilannya dapat berjalan baik
(Brayshaw, 2003).

Anda mungkin juga menyukai