LP Pneumonia
LP Pneumonia
KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Menurut Engram (2008) pneumonia adalah proses inflamasi pada
parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius
atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis
sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika
memasuki saluran jalan nafas. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut
paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan
kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007). Sedangkan menurut Betz
dan Sowden (2014) pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada
parenkim paru yang disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut virus,
bakteri, mikoplasma dan aspirasi substansi asing. Pneumonia atau radang
paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus
atau fungal (kulat). Ia juga dikenali sebagai pneumonitis,
bronchopneumonia dan 'community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2008
: 254).
2. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia antara lain :
a. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) yakni
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella, dan
Hemophilus influenzae.
b. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air)
c. Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada
anak-anak dan dewasa muda)
d. Jamur tertentu.
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama
pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat
dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk
dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah
Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau
kombinasi ketiganya. Pneumonia pada orang dewasa paling sering
disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus
pneumoniae pneumococcus. Pneumonia pada anak-anak paling sering
disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-
3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh
bakteri Mycoplasma pneumoniae.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
a. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)
b. Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk)
c. Menggigil
d. Demam
e. Mudah merasa lelah
f. Sesak nafas
g. Sakit kepala
h. Nafsu makan berkurang
i. Mual dan muntah
j. Merasa tidak enak badan
k. Kekakuan sendi
l. Kekakuan otot.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan antara lain kulit lembab,
batuk darah, pernafasan yang cepat, cemas, stress, tegang dan nyeri perut.
4. KOMPLIKASI
Menurut Engram (2008) dan Betz dan Sowden (2014) komplikasi yang
sering terjadi menyertai pneumonia adalah abses paru, efusi pleural,
empiema, gagal nafas, perikarditis, meningitis, pneumonia interstitial
menahun, atelektasis segmental atau lobar kronik, atelektasis persiten,
rusaknya jalan nafas, kalsifikasi paru, fibrosis paru, bronkitis obliteratif dan
bronkiolitis.
Pada pasien usia lanjut usia risiko terjadinya komplikasi tinggi sebab
struktur sistem pulmonal telah berubah karena proses penuaan (komplain
jaringan paru menurun, kemampuan batuk efektif menurun dan kemampuan
ekspansi paru menurun sebagai akibat dari kalsifikasi kartilago vertebra.
5. PATOFISIOLOGI
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 2008).
Pathway
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Engram (2008) menyatakan bahwa penatalaksanaan medis umum
terdiri dari
1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran,
antipiretik dan analgetik.
2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol
3. Fisioterapi dada dengan drainage postural.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan
antara lain :
1. Perhatikan hidrasi.
2. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.
3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi
ADH juga akan berlebihan.
4. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.
5. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan
keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.
6. Pengobatan antibiotik:
a. Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari
atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000
mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus yang tidak
terjadi komplikasi.
b. Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten
terhadap ampisillin.
c. Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi
ketiga, misal sefatoksim.
d. Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P.
Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya.
Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.
e. Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk
pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi
jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan
dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan
compliance dan efficacy.
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C.
pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Menurut Betz dan Sowden (2014) pengkajian keperawatan pada pneumonia
meliputi :
a. Kaji kepatenan jalan nafas
b. Kaji tanda-tanda gawat pernafasan dan respons terhadap terapi oksigen
c. Kaji respons anak terhadap pengobatan
d. Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanakan program pengobatan
di rumah
Pengkajian keperawatan :
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
kebutuhan tubuh Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Stelah dilakukan tikdakan keperawatan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Kriteria Hasil : vitamin C
5. Berikan substansi gula
Adanya peningkatan berat badan
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
sesuai dengan tujuan
serat untuk mencegah konstipasi
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
badan
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
nutrisi
makanan harian.
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Tidak terjadi penurunan berat badan 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
yang berarti 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Rita & Suriadi ( 2011 ) Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi. I Jakarta : EGC
Smeltzer SC, Bare B.G (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
I, Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
DI SUSUN OLEH :
SN191087
SURAKARTA
2019