Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang

Kebakaran hutan/lahan berulang hampir setiap tahun terjadi di Indonesia, yang baru-baru ini
terjadi di beberapa titik wilayah Indonesia sekaligus, apalagi ketika memasuki musim kering
ekstrim (El Nino). Meskipun sudah diantisipasi dan ditingkatkan jauh-jauh hari, kebakaran juga
tetap terjadi. Akibatnya, selain berdampak pada jarak pandang yang renda hingga batalnya
jadwal penerbangan pesawat, kabut asap juga menimbulkan masalah kesehatan pada penduduk
yang terkena imbas, puluhan ribu warga terkena penyakit saluran pernafasan dari kebaran
tersebut. Adapun gejala yang ditunjukan masyarakat yaitu batuk-batuk, kesulitan bernafas,
hidung tersubat, pilek, demam ringan, sakit tenggorokkan, sakit kepala ringan, warna kebiruan
pada kulit akibat kekurangan oksigen. Salah satu penyakit yang menyerang saluran perafasan
yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang
menyerang hidung , trakea (pipa pernafasan), atau paru-paru. Bisa dikatakan ISPA merupakan
infeksi yang mengganggu proses pernafasan seseorang. Bila tidak segera ditangani, ISPA bias
menyebar ke seluruh sistem penafasan dan membuat tubuh tidak memperoleh oksigen yang
cukup, bahkan yang lebih parah bias menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Program Pemerintah dalam kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yaitu untuk
memnfaatkan pos-pos kesehatan yang ada di tempat dan membagikan masker kepada masyarakat
yang terpapar asap akibat kebakaran hutan.
Oleh karena itu, untuk mendukung pencegahan atau menekan kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada kejadian kebakaran hutan, kami menguji Efek Ekstrak Daun pada
tanaman Bangkal (Nauclea subdita. Merr) terhadap paru-paru mencit yag terkena
paparan polusi pada kejadian kebakaran hutan sebagai Antioksidan.
Antioksidan dapat diperoleh secara alami dan sintetik. Namun, penggunaan antioksidan
sintetik sekarang sudah dikurangi karena dapat menimbulkan karsinogenik. Oleh karena itu
industri makanan dan obat-obatan mencari sumber antioksidan alami yang baru (Takashi,
1997).
Sumber antioksidan alami adalah tumbuhan yang merupakan senyawa fenolik (Sarastani,
2002). Senyawa fenolik atau polifenolik dapat berupa golongan flavonoid. Senyawa
flavonoid banyak diteliti karena memiliki kemampuan untuk mereduksi radikal bebas dan
sebagai anti radikal bebas (Giorgi, 2000).
Tanaman bangkal (Nauclea subdita Merr) merupakan salah satu tanaman khas
Kalimantan Selatan yang bermanfaat sebagai tabir surya dan antioksidan. Masyarakat
Kalimantan Selatan biasanya membuat kulit dari batang pohon bangkal menjadi bedak dingin
yang diyakini memiliki khasiat untuk mencegah kulit terbakar akibat dari sinar matahari.
Hasil jurnal penelitian menunjukkan tanaman bangkal mengandung senyawa flavonoid pada
kulit batangnya (Destria, 2017). Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengisolasi
flavonoid dari kulit batang bangkal (Nauclea subdita Merr.) dan menguji aktivitasnya
sebagai antioksidan.

Anda mungkin juga menyukai