Anda di halaman 1dari 12

Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal

POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

A. TUJUAN
 Mahasiswa mampu melaksanakan proses peluncuran kapal.

B. DASAR TEORI :
Yang dimaksud dengan peluncuran kapal adalah menurunkan kapal dari landasan
peluncur ke air yang disebabkan oleh gaya berat kapal pada bidang miring. Cara
peluncuran dapat ditentukan berdasarkan type landasan pembangunan (building berth)
dan rancangan badan kapal serta berat peluncuran dari kapal. Untuk meluncurkan kapal,
maka kapal harus dilengkapi dengan alat peluncur yaitu :
 Jalan peluncur ( launching ways )
 Sepatu peluncur ( sliding ways )
Jenis-jenis peluncuran dengan menggunakan landasan bidang miring ada dua, yaitu :
 Secara melintang ( Side launching )
 Secara memanjang ( End launching )

Peluncuran secara melintang.


Proses peluncuran dengan sistem ini, menunjukkan bahwa bagian sisi kapal
yang pertama kali menyentuh permukaan air, mengenai sisi bagian mana yang terlebih
dahulu tidak terlalu masalah (lihat gambar didepan). Sistem peluncuran ini agak jarang
dipakai dalam proses peluncuran kapal dibanding sistem memanjang, kecuali dalam
kondisi yang memaksa, misalkan permukaan air didepan landasan cukup sempit seperti
pada daerah sungai, terusan dan sebagainya

Peluncuran secara memanjang.


Berbeda dengan sistem secara melintang, pada peluncuran secara memanjang,
bagian buritan diarahkan ke air terlebih dahulu dengan maksud :
 Linggi belakang tidak terbentur pada landasan.
 Mempercepat daya apung kapal.
 Mengurangi kecepatan laju pada saat meluncur sehingga bisa mengontrol
gerakan kapal selama meluncur.

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

Parameter-parameter peluncuran kapal.


Dalam melakukan peluncuran kapal, beberapa parameter yang sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan proses tersebut adalah :
1. Perhitungan berat dan titik berat kapal yang akan diluncurkan.
Perhitungan berat dan titik berat ini tentunya tergantung pada ukuran utama
kapal dan akan berpengaruh sekali terhadap tekanan yang diijinkan pada balok
peluncur, kemungkinan terjadinya jumping maupun typping.
2. Kemiringan dan panjang dari landasan peluncuran.
Besarnya kemiringan dan panjang landasan terutama akan berpengaruh terhadap
kemungkinan kapal untuk tidak meluncur dengan sendirinya serta terjadinya
jumping maupun typping.
3. Penentuan jumlah dan posisi launching ways.
Pertimbangannya ditentukan oleh berat kapal, kekuatan kayu serta daya dukung
dari tanah. Sedangkan peletakannya diusahakan pada :
 Bulkhead memanjang atau pada posisi girder (penumpu).
 Konstruksi yang dianggap cukup kuat untuk menyanggah beban dari kapal.
4. Koefisien gesekan.
Secara umum tahanan gesek diharapkan sekecil mungkin agar kapal mampu
bergerak dengan sendirinya. Besarnya tahan gesek ini terutama dipengaruhi oleh
jenis/type pelumas, suhu dan tekanan rata-rata pada landasan peluncuran

Perhitungan estimasi berat perlengkapan kapal.


Jenis-jenis peralatan dalam proses peluncuran sangat berperan penting akan
keberhasilan kapal tersebut diluncurkan keatas permukaan air. Adapun peralatan yang
digunakan dalam proses peluncuran antara lain :
 Landasan peluncur ( Launching way ).
Landasan luncur dan ganjal yang digunakan biasanya berupa kayu yang memiliki
berat jenis diatas 1,00 ton/m3 dengan pertimbangan bahwa kayu tersebut mampu
menopang beban kapal yang besar. Banyaknya lajur yang digunakan disesuaikan
dengan panjang kapal yang akan diluncurkan, disamping itu juga harus mampu
mendistribusikan beban kapal secara merata pada setiap permukaan.
File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)
Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

 Sepatu peluncur ( Sliding way ).


Sepatu luncur serta ganjal yang digunakan dalam peluncuran ini menggunakan
kayu dengan berat jenis sedang (  0,85 ton/m3 ) karena sepatu luncur tersebut
akan terbawa bersama kapal masuk kedalam air, sehingga kayu yang digunakan
sebagai sepatu luncur dapat mengapung dan akan memudahkan dan
pengambilannya setelah proses peluncuran.
 Dongkrak hydraulic jack.
Setiap dongkrak ini mempunyai kekuatan 100 ton. Sebelum hydraulic jack
dipasang, maka terlebih dahulu ditest kemampuannya, apakah benar-benar mampu
menyangga beban maksimalnya. Hydraulic jack juga berfungsi sebagai ganjal
selain ganjal tetap (collapsible block). Jumlah hydraulic jack yang dipasang
disesuaikan dengan distribusi beban kapal yang disanggah
 Stopper.
Stopper atau penyetop yang digunakan untuk menghindari agar kapal tidak dapat
meluncur dengan sendirinya. Stopper ini yang nantinya akan dipotong pada
pelaksanaan peluncuran akan dimulai.
 Pushing jack.
Pushing jack digunakan untuk mendorong kapal setelah stopper dipotong.
Dorongan ini dimaksudkan untuk memberikan kecepatan awal pada proses
peluncuran. Jarak dorongannya  60 cm. Sedangkan kemampuan daya dorong
masing-masing pushing jack adalah  100 ton.
 Tali pengendali.
Tali pengendali ini dipasang pada beberapa kapal yang digunakan untuk menahan
setelah meluncur, agar tidak terlalu jauh, karena kondisi tempat peluncuran yang
terbatas. Selain itu yang lebih penting adalah pengendalian gerakan yang tak
terkendali.
 Pipe support.
Pipe support biasanya disebut popet dipasang pada bagian haluan dan buritan kapal
yang fungsinya sama dengan ganjal. Oleh karena itu. Pengelasan popet terhadap
kapal harus lebih mudah nantinya dilepas.

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

Adapun berat perlengkapan peluncuran yang harus diperhitungkan didalam


proses peluncuran disini terutama meliputi berat dari peralatan– peralatan yang terikat
badan kapal dan bersama-sama meluncur dengan badan kapal. Dari buku “ Static and
Dynamic of the Ship “ oleh Semyonov, estimasi berat perlengkapan peluncuran tersebut
adalah ( 7 ~ 16 )% dari berat kapal yang diluncurkan. Dari berat perlengkapan
peluncuran tersebut,  80% merupakan berat sepatu peluncurnya.

Perencanaan sepatu peluncur.


Seperti keterangan diatas bahwa dari berat perlengkapan peluncuran, sekitar
80% merupakan berat sepatu peluncurnya. Sehingga dengan diketahuinya estimasi berat
sepatu, maka kita dapat merencanakan ukuran dan jumlah dari sepatu yang akan
digunakan dengan cara pendekatan sebagai berikut :
1. Panjang sepatu peluncur (S)
Penentuan panjang sepatu peluncur, berdasarkan buku “ Static and Dynamic of The
Ship “ oleh Semyonov, adalah sekitar 80% dari panjang kapal ( Lpp ).
2. Jumlah sepatu peluncur (n)
Jumlah besarnya sepatu peluncur, biasanya minimal 2 buah tergantung dari ukuran
lebar kapal yang diluncurkan termasuk faktor stabilitas selama proses peluncuran
3. Lebar sepatu peluncur (b)
Penentuan lebar sepatu peluncur tergantung pada tekanan rata-rata yang
diijinkan pada landasan, dimana besarnya tekanan rata-rata yang diijinkan ini
tergantung dari ukuran kapal yang diluncurkan, yaitu :
Lpp = 50 meter  = 15 ton/m
Lpp = 100 meter  = 20 ton/m
Lpp = 150 meter  = 25 ton/m
P
b dimana : n = jumlah sepatu yang direncanakan
(n x S x  )
S = panjang sepatu yang direncanakan
 = Tekanan rata-rata yang diijinkan

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

4. Tinggi sepatu peluncur (h)


Vol
h dimana : Vol= Volume sepatu yang direncanakan
( n x b xS)

= Berat sepatu /  kayu

 kayu = berat jenis kayu (0,85 ton / m3)

Perencanaan pemakaian pelumasan.


Peranan bahan pelumassangat besar dalam menunjang keberhasilan proses
peluncuran ini, karena bahan pelumas mampu memperkecil adanya gesekan yang
timbul antara sepatu peluncur dan landasan peluncur. Berdasarkan cara pemakaiannya ,
jumlah lapisan pelumasan secara umu ada dua macam, yaitu :
1. Lapisan dasar.
2. Lapisan pelicin.

Lapisan dasar.
Bahan lapisan dasar yang digunakan terdiri dari dua bahan yang dicampur dengan jalan
direbus dan diaduk dalam satu tempat. Adapun jenis kedua bahan tersebut serta
spesifikasinya adalah sebagai berikut :
 Wax (parafin).
Bahan ini mampu menopang beban yang diterima karena merupakan bahan yang
keras. Bahan ini dapat juga kita sebut parafin yang dihasilkan dari hasil
penyulingan minyak bumi dengan tingkatan penyulingan nomer 8, yang
membutuhkan suhu diatas 3500 C. Beberapa spesifikasi dari wax / parafin (produk
PT. Intiboga Sejahtera ) adalah sebagai berikut :
Titik leleh : ( 41 ~ 45 )0 C.
Kadar air : maksimal 0,1%
Iodine value : ( 43 ~ 47 ) gram / 100 gram oil.
 Tallow (margarin / lemak).
Tallow disini berfungsi sebagai campuran wax / parafin supaya tidak terlalu keras
yang dapat menimbulkan kegetasan pada parafin tersebut. Tallow sendiri berasal
File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)
Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

dari bahan sejenis margarin yang berbeda dengan yang digunakan untuk konsumsi
sehari-hari. Selain itu, lemak juga dapat digunakan sebagai tallow. Beberapa
spesifikasi Tallow (produk PT. Intiboga Sejahtera) adalah sebagai berikut :
Titik leleh : ( 40 ~ 42 )0 C.
Kadar air : maksimal 0,1%
Iodine value : ( 47 ~ 50 ) gram / 100 gram oil.

Lapisan pelicin.
Sebagai lapisan paling atas, grease ini memegang peranan yang penting. Proses
pemberian grease ini adalah setelah pelapisan campuran tallow dan wax. Beberapa jenis
bahan lapisan pelicin (produk Pertamina) dan spesifikasinya adalah sebagai berikut :
 Gemuk Pertamina SG – NL.
Pelumas ini adalah jenis pelumasan untuk bantalan kendaraan yang sifatnya serba
guna, dengan dasar sabun lithium hydroxystearate-unleaded yang mengandung zat
aditif anti oksida, anti karat, tahan terhadap air, mempunyai daya lekat yang baik
pada permukaan logam serta mempunyai sifat extreme pressure (EP). Adapun
karakteristik pelumas tersebut adalah sebagai berikut:
Type of soap : lithium
Structure : smooth
Penetration at 770 F (250 C), worked : 270 ~ 310
0
Dropping point, C : 171
Colour : Brown
 Gemuk Pertamina TS 2.
Pelumas ini dibuat dari bahan dasar sabun kalsium, yang dipakai untuk pelumasan
secara mekanik dan untuk pelumasan dengan pot gemuk berpegas. Secara umum,
pelumas ini dianjurkan untuk pelumasan pada suhu sekitar ( 32 ~ 160 )0 F atau ( 0 ~
75 )0 C, untuk bantalan luncur maupun pelor atau rol yang memerlukan pelumas
dan tahan air. Beberapa karakteristik dari pelumas ini adalah sebagai berikut :
Type of soap : Calcium
Structure : smooth

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

Penetration at 770 F (250 C), worked : 280 ~ 300


Dropping point, 0 C : 88
Colour : Green / Brown

Perhitungan Landasan Peluncur.


Perencanaan landasan peluncuran ini kita asumsikan jika landasan peluncur
belum ada. Dalam perencanaan landasan ini, tentunya kita tentukan berdasarkan kondisi
kritisnya, karena berdasarkan pengalaman, semakin besar ukuran landasan peluncur
akan semakin aman kapal yang kita luncurkan.
Adapun perencanaan ukuran landasan peluncur ini meliputi :
1. Panjang landasan peluncur diatas garis air.
Panjang landasan peluncur diatas garis air minimal harus sama dengan panjang
kapal yang diluncurkan, sehingga tidak ada bagian kapal yang akan
menggantung.
2. Panjang landasan peluncur dibawah garis air.
Besarnya panjang landasan dibawah garis air, berdasarkan kondisi kritisnya
diasumsikan dibatasi sama dengan dua kali lebar kapal yang diluncurkan (2B).
3. Sudut kemiringan landasan peluncur terhadap permukaan rata garis air.
Besarnya sudut kemiringan landasan peluncur ditunjukkan oleh besarnya ( tg  )
yang tergantung pada ukuran kapal yang diluncurkan, yaitu :
1 1
 tg  = ~ untuk kapal ukuran besar
20 24
1 1
 tg  = ~ untuk kapal ukuran sedang
16 18
1 1
 tg  = ~ untuk kapal ukuran kecil
12 14

Pemeriksaan terjadinya Jumping.


Jumping adalah peristiwa membenturnya ujung depan kapal terhadap landasan
peluncur. Pemerikasaan terjadinya jumping pada menjelang akhir proses peluncuran
tergantung pada perbedaan besarnya tinggi permukaan garis air terhadap ujung depan
File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)
Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

landasan peluncuran dengan besarnya tinggi sepatu peluncur serta sarat pada haluan
kapal yang diluncurkan ( H – T ). Jika harga ( H – T ) positif maka tidak terjadi
jumping, sebaliknya jika harga ( H – T ) negatif maka akan terjadi jumping.
1. Besarnya H.
Besarnya nilai H dapat ditentukan berdasarkan panjang serta sudut kemiringan
dari landasan peluncuran yang direncanakan ( minimal 2 x Sarat depan kapal ).
2. Besarnya T.
Perhitungan besarnya T dapat dilakukan menurut langkah-langkah sebagai
berikut :
Volume x ( Lcg - Lcb )
 T  -
( 1000 x MTC )

Volume
 Trata 
( Lpp x B x Cb )
( T x Lcf )
 Ta   Trata
Lpp
 Tf = Ta - T
 Dengan memperhatikan gambar dibawah, dapat diketahui :
x Tf ( Tf x Lpp )
 sehingga x 
Lpp Ta Ta
(xm) Y Ta . ( x  m )
 sehingga y 
( x  Lpp ) Ta ( x  Lpp )
dengan m = ( Lpp – S ) / 2
 T = Y + tinggi sepatu
3. Pemeriksaan H - T.
Agar tidak terjadi Jumping, maka harga dari H – T harus positif atau setidaknya
diusahakan harga H sama dengan 2 x sarat depan kapal yang diluncurkan

Cara Mengatasi Jumping


Adapun cara-cara untuk menghindari terjadinya jumping adalah sebagai berikut :
 Memperpanjang landasan, sehingga H akan bertambah besar

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

 Menunggu saat pasang yang setinggi-tingginya, sehingga H akan lebih besar


dari sarat depan sepatu peluncur.
 Membesarkan sudut kemiringan tg  sehingga akan memperbesar harga H.
 Menambahkan ballast pada bagian belakang, tapi mempunyai resiko terhadap
terjadinya tipping

Perhitungan Pergerakan Kapal di atas Landasan Peluncur.


Periode ini dimulai pada saat kapal dilepas dan berakhir pada saat kapal mulai
menyentuh permukaan air. Beberapa hal yang perlu dihitung dalam periode ini :
1. Persyaratan kapal bisa bergerak / meluncur ( F1 > F3 ).
Dengan memperhatikan gambar dibawah, gaya-gaya dapat diuraikan sebagai berikut:
 F1 = P sin 
 F2 = P cos 
 F3 = f x F2
Dimana : f = koefisien gesek peluncuran
8,5
=
( t  100) x  2
1

t = Temperatur peluncuran ( 0F )
= ( 9/5 x 0C ) + 32
 = Tekanan rata-rata pada landasan ( ton/ft2 )
2. Persamaan gerakan kapal pada landasan ( perhitungan dinamis ).
 Waktu yang dibutuhkan meluncurnya kapal ke air :

2.Sx
t
g (  f d )

 Kecepatan gerakan kapal meluncur ke air :


Vx  2.g .(  f d ).Sx

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

Perhitungan Distribusi Beban pada Landasan Peluncur.


Jika berat peluncuran P ( kapal + perlengkapan peluncuran ) ditumpu sepanjang
sepatu peluncur sepanjang (S) dengan jarak titik berat kapal terhadap ujung belakang
sepatu peluncur (X = S/2 + Lcg), maka :
 Pembebanan rata-rata yang bekerja pada landasan untuk tiap meternya (q) :
q=P/S
 Pembebanan depan (qd) :
qd = [ 2q x (3x – S) ] / S
 Pembebanan belakang (qb) :
qb = [ 2q x (2S – 3X) ] / S

C. PERALATAN DAN BAHAN :


1. Mistar baja
2. Busur Derajat
3. Pendulum
4. Bak berisi air
5. Pemberat 1, 2, 5 dan 10 kg

D. PROSEDUR PERCOBAAN :

E. LATIHAN SOAL-SOAL :

F. PENILAIAN (20 %) :

No Komponen Penilaian Nilai (N) Bobot (B) NxB


1 Pemahaman variabel pengukuran 0,3

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

2 Akurasi data pengukuran 0,3


3 Penyelesaian soal perhitungan 0,4
Total =

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto
Bengkel Non Metal Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA - ITS Percobaan 4. Penentuan Praktek Teori Bangunan
Titik Berat Kapal Kapal (601304.A)

G. DAFTAR PUSTAKA

B. Baxter, Naval Architecture (example and theory), The Garden City Press
Limited, Letchworth, Hertfordshire SG6 1JS, 1977

Harry Benford, Naval Architecture for Non-Naval Architects, The Society of Naval
Architects and Marine Engineers 601 Pavonia Avenue, Jersey City, NJ, 1991

R. Munro – Smith, Elemen of Ship Design, The Institute of Marine Engineers,


London, 1979

R. Munro – Smith, Ship and Naval Architecture, The Institute of Marine Engineers,
London, 1978

Schneekluth H., and Bertram, Ship Design for Economy, Butterworth Heinemann,
Oxford, 1998

File : Direvisi : Disetujui : Kode Revisi : Page: (no hal) /(tot.hal)


Ruddianto

Anda mungkin juga menyukai