Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, baik di negara sedang berkembang maupun negara maju.1
Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa infeksi nosokomial merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas.2 Selain itu, infeksi nosokomial dapat menambah keparahan
penyakit dan stres emosional yang mengurangi kualitas hidup pasien. Bertambahnya lama hari
perawatan, penggunaan obat dan pemeriksaan laboratorium karena adanya infeksi nosokomial
menyebabkan peningkatan biaya perawatan pasien.3,4

Di bidang dermatologi, infeksi nosokomial tidak menjadi perhatian karena tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi secara umum menjadi penting karena berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas. Pasien rawat inap di bangsal dermatologi rentan terhadap infeksi nosokomial pada beberapa
dermatosis karena terjadi pengelupasan luas kulit yang merupakan sawar protektif. Selain itu,
penggunaan kortikosteroid dan obat imunosupresif lainnya dalam jangka panjang pada beberapa
penyakit kulit merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial.5

DEFINISI

Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu nosokomeion yang berarti rumah sakit (nosos =
penyakit, komeo = merawat). Infeksi nosokomial dapat diartikan infeksi yang berasal atau terjadi di
rumah sakit.2,6,7 Infeksi yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai
dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai infeksi nosokomial.1 Suatu infeksi pada pasien dapat
dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria :

1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda klinis infeksi tersebut.

2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

3. Tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurangkurangnya 48 jam sejak mulai perawatan.

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa infeksi sebelumnya.8-11

Tanda dan gejala infeksi nosokomial

1. Demam

2. Bernafas cepat

3. Kebingungan mental
4. Tekanan darah rendah

5. Urine output menurun

6. Pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika buang air kecil dan darah dalam air
seni.

7. Sel darah putih tinggi

8. Radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk.

9. Infeksi : pembengkakan, kemarahan dan kesakitab pada kulit atau luka di sekitar bedah atau luka.

PATOGENESIS

Infeksi nosokomial disebabkan oleh virus, jamur, parasit; dan bakteri merupakan patogen paling sering
pada infeksi nosokomial.2,8 Patogen tersebut harus diperiksa pada semua pasien dengan demam yang
sebelumnya dirawat karena penyakit tanpa gejala demam.8

Faktor predisposisi terjadinya infeksi nosokomial pada seseorang antara lain :

a. Status imun yang rendah (pada usia lanjut dan bayi prematur).

b. Tindakan invasif, misalnya intubasi endotrakea, pemasangan kateter, pipa saluran bedah, dan
trakeostomi.

c. Pemakaian obat imunosupresif dan antimikroba.

d. Transfusi darah berulang.8,9

Penularan oleh patogen di rumah sakit dapat terjadi melalui beberapa cara :

1. Penularan melalui kontak merupakan bentuk penularan yang sering dan penting infeksi

nosokomial. Ada 3 bentuk, yaitu:

a. Penularan melalui kontak langsung: melibatkan kontak tubuh dengan tubuh antara pejamu yang
rentan dengan yang terinfeksi.

b. Penularan melalui kontak tidak langsung: melibatkan kontak pada pejamu yang rentan dengan benda
yang terkontaminasi misalnya jarum suntik, pakaian, dan sarung tangan.
c. Penularan melalui droplet, terjadi ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau melalui
prosedur medis tertentu, misalnya bronkoskopi.

2. Penularan melalui udara yang mengandung mikroorganisme yang mengalami evaporasi, atau partikel
debu yang mengandung agen infeksius. Mikroorganisme yang terbawa melalui udara dapat terhirup
pejamu yang rentan yang berada pada ruangan yang sama atau pada jarak yang jauh dari sumber infeksi.
Sebagai contoh mikroorganisme Legionella, Mycobacterium tuberculosis, Rubeola, dan virus varisela

3. Penularan melalui makanan, air, obat-obatan dan peralatan yang terkontaminasi.

4. Penularan melalui vektor, misalnya nyamuk, lalat, tikus, dan kutu.2,9,1

PENCEGAHAN

Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi dan terprogram, terdiri atas:

1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, menggunakan
sarung tangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi, dan desinfeksi.

2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.

3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profi�laksis yang tepat, nutrisi yang cukup, dan
vaksinasi.

4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan menggunakan
antimikroba secara optimal.

5. Pengamatan infeksi, identifi�kasi, dan pengendalian wabah.

6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.

7. Edukasi terhadap tenaga medis

Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :

1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam kuman. Kuman tersebut dapat
berasal dari benda atau alat yang terkontaminasi, atau merupakan flora normal. Kebiasaan cuci tangan
sebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting dalam upaya pencegahan infeksi. Kepatuhan
mencuci tangan pada tenaga medis belum optimal karena beberapa alasan, yaitu kurangnya peralatan
yang tersedia, alergi terhadap bahan pembersih tangan, kurangnya pengetahuan tenaga medis mengenai
prosedur cuci tangan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan.

2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotong pendek, kumis, dan janggut harus dipotong pendek
dan bersih serta rambut harus diikat.

3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yang mudah dicuci dan didekontaminasi. Pakaian harus
diganti setelah terpajan darah, menjadi basah karena keringat berlebihan, atau terpajan cairan lainnya.

4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi pasien dan tenaga medis. Penggunaan masker oleh
tenaga medis saat bekerja di ruang operasi dan saat merawat pasien imunokompromais memberikan
perlindungan untuk pasien. Tenaga medis harus memakai masker ketika merawat pasien dengan infeksi
yang ditularkan melalui udara, atau ketika melakukan bronkoskopi. Pasien dengan infeksi yang ditularkan
melalui udara harus menggunakan masker ketika berada di luar ruang isolasi.

5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan tindakan bedah, merawat pasien imunokompromais,
dan saat melakukan tindakan invasif.

6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan spuit steril; jika mungkin gunakan yang
sekali pakai.23,24 Untuk mengurangi penularan mikroorganisme dari peralatan dan lingkungan,
diperlukan tindakan pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi. Kebijakan dan prosedur tertulis yang
diperbaharui secara rutin harus dikembangkan pada setiap fasilitas rumah sakit.23

Pasien dengan skabies harus diisolasi selama 24 jam setelah pengobatan. Tenaga medis harus
menggunakan sarung tangan saat kontak dengan pasien dan selama 24 jam setelah pengobatan. Pada
skabies Norwegia, selain sarung tangan, tenaga medis juga harus menggunakan baju panjang dan sepatu
tertutup. Pakaian dan peralatan tidur harus dicuci dengan air panas dan dijemur. Barang yang tidak bisa
dicuci harus diberi insektisidal misalnya kloramine 5%, dan disimpan di dalam kantung plastik selama 10
hari atau dalam lemari pendingin pada suhu 200 C selama 72 jam

Anda mungkin juga menyukai