Anda di halaman 1dari 46

Referat

PEMBERIAN NUTRISI PADA BAYI 6 BULAN KEATAS (MPASI)

Oleh :

Oktaviani Tri Ananda 1840312253


Yeni Novi Yanti 1840312277
Hengki Prasetia 1840312468
Diyanah Nuraini 1840312747
Nurul Latifa 1840312741
Novri Almona Putra 1840312731
Kenzi Ahmad Hasyaputra 1840312761
Anre Khaliq Aswan 1840312249

Preseptor :

dr. Gustina Lubis, Sp.A(K)


dr. Nice Rachmawati Masnadi Sp.A(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul“Pemberian Nutrisi Pada Bayi 6 Bulan Keatas (MPASI)”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada abang/kakak residen pembimbing, dr. Gustina
Lubis, Sp.A(K) dan dr. Nice Rahmawati, Sp.A (K) selaku pembimbing yang
telah memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, 20 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1
1.2 Batasan Masalah……………………………………………………....2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………...3
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………….3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)…….………………………………………………4
2.1.1 Lemak …………………………..…………………………………4
2.1.2 Protein …………………………..………………………………...4
2.1.3 Karbohidrat …………………………..…………………………...5
2.1.4 Mikronutrien …………………………..………………………….5
2.2 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)……...………………………..6
2.2.1 Definisi MP-ASI ……………………………………………...….6
2.2.2 Manfaat MP-ASI…...…………………………………………….7
2.2.3 Syarat-syarat MP-ASI……………………………………………8
2.2.4 Prinsip Pemberian MP-ASI ………….…………………………14
2.2.5 Pedoman Pemberian MP-ASI …….……………………………16
2.2.6 Jenis-Jenis MP-ASI ….…………………………………………20
2.2.7 Tipe-tipe MP-ASI….……………………………………………25
2.2.8 Cara Pemberian MP-ASI….…………………………………….26
2.3 Cara Memperkenalkan Makanan pada Bayi….……………….……28
2.4 Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini….………………………..32
2.5 Nutrisi 1000 hari Pertama Kehidupan…………………………..….32
2.5.1 Masalah Gizi pada 1000 hari Pertama Kehidupan…………....34
2.5.2 Faktor Penyebab Masalah Gizi pada 1000 hari pertama ……..34

3
2.5.3 Anjuran Nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan………….35
BAB III. KESIMPULAN……………………………………………………37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..38

4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Protein dalam ASI berdasarkan Usia 5
Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Bayi 7
Tabel 2.3 Usulan Forifikasi MPASI per 100 g 12
Tabel 2.4 Perkembangan Keterampilan Makan pada Bayi 17
Tabel 2.5 Bahan dan Komposisi MP-ASI Lokal 21
Tabel 2.6 Komposisi Gizi per 100 g MP-ASI Bubuk Instan 23
Tabel 2.7 Komposisi Gizi per 100 g MP-ASI Biskuit 24
Tabel 2.8 Feeding Rules 30

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Persentase Energi dan Zat Gizi MP-ASI 8

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode
kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat
1
ini maupun masa selanjutnya.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan
adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi dan infeksi
pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun.2Untuk mencapai tumbuh
kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding (GSIYCF), WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting
yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air
susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
1
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Sepertiga dari anak di bawah lima tahun dari total 178 juta anak
mengalami gangguan pertumbuhan,sementara 112 juta lainnya menderita gizi
3
kurang. Pada tahun 2000, prevalensi gizi kurang pada anak balita di negara-
negara berkembang diperkirakan 27 %. Data Statistik Kesehatan tahun 2001
menunjukkan prevalensi gizi kurang pada anak balita di Indonesia sekitar 30,2
%. Pada tahun 2003, lebih dari 100 kabupaten atau kota mempunyai
4
prevalensi gizi kurang di atas 30 %.

7
Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI adalah makanan atau minuman
selain ASI yang mengandung nutrient yang diberikan kepada bayi selama
periode pemberian makanan peralihan (complementary feeding) yaitu pada
saat makanan / minuman lain diberikan bersama pemberian ASI.5 Periode
peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula sebagai masa
penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya pemberian
makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun
tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi
oleh makanan keluarga.5 Usia optimal untuk memperkenalkan makanan
pendamping ASI pada anak, pada awalnya adalah sesuatu yang kontroversial.
Pada tahun 1994hampir semua organisasi internasional, nasional, dan regional
meyetujui pemberian makanan pendamping ASI dimulai dari usia 4-6 bulan.
Tetapi, pemberian makanan pendamping ASI oleh ibu tidak memberikan
keuntungan sampai usia anak tersebut mencapai 6 bulan.6
Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas
penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang
bertambah pesat pada periode ini. Bertambah umur bayi bertambah pula
kebutuhan gizinya, maka takaran susunya pun harus ditambah, agar bayi
mendapat energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ASI hanya
memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan.
Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik
gizinya.7 Oleh sebab itu, pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan
tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI. Berdasarkan hal tersebut, pada
makalah ini akan membahas mengenai pemberian MP-ASI yang baik secara
kualitas dan kuantitas pada anak usia diatas 6 bulan.

1.2 Batasan masalah


Batasan penulisan referat ini membahas mengenai pemberian nutrisi pada bayi
6 bulan keatas (MPASI)

8
1.3 Tujuan penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan
mengenai pemberian nutrisi pada bayi 6 bulan keatas (MPASI)

1.4 Manfaat penulisan


Penulisan referat ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan
yang merujuk ke berbagai literatur
.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami yang diberikan kepada bayi untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian ASI dapat mencukupi
kebutuhan gizi pada anak hingga dua tahun pertama kehidupanMakanan
tambahan tidak diperlukan bayi dalam 6 bulan pertama dikarenakan ASI
dapat memenuhi segala kebutuhan nutrisi bayi.8 ASI mengandung nutrisi
yang terdiri dari tiga komponen utama antara lain lemak, protein, dan
karbohidrat.9 Komposisi dari setiap komponen tersebut didalam ASI tidak
selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan bayi berdasarkan usianya,
sehingga ASI yang dihasilkan juga beragaram, ada yang disebut dengan
kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur.10
Kandungan didalam ASI selama menyusui juga berbeda-beda, terbagi
atas foremilk (ASI awal) dan hindmilk (ASI akhir).Foremilk merupakan ASI
awal yang berwujud bening sedangkan Hindmilkmerupakan ASI yang lebih
putih pekat dan diproduksi selama akhir penyusuan.Foremilk banyak
mengandung laktosa (karbohidrat) dan protein. Kandungan Hindmilk. berupa
lemak yang berguna sebagai sumber nutrisi dan perkembangan otak.9,10

2.1.1 Lemak
Lemak yang terkandung didalam ASI terdiri dari trigliserida yang
mudah diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol dengan bantuan
enzim lipase.Enzim ini dapat ditemukan di dalam usus bayi dan di
dalam ASI itu sendiri. Hindmilk merupakan ASI yang kandungan
lemaknya paling banyak sehingga seorang ibu harus menyusui bayi
hingga payudara terasa kosong agar bayi mendapatkan asupan lemak
yang cukup , dan baru pindah ke payudara sebelahnya jika bayi masih
merasa lapar. Jika menyusui tidak optimal pada payudara, maka
kandungan lemak tersebut tidak akan didapatkan oleh bayi, sehingga
bayi tidak memiliki energy yang cukup.9

10
2.1.2 Protein
Protein yang terkandung di dalam ASI terbagi atas bentuk whey dan
casein, atau campuran dari keduanya.Kandungan protein dalam bentuk
whey berkisar 70% dan casein 30%. Kandungan dari kedua jenis
protein ini sesuai dengan usia anak.9
Tabel 2.1 Kandungan Protein dalam ASI berdasarkan Usia9
Usia Kehidupan Whey Casein
4 – 10 hari 90% 10%
11 – 240 hari 60% 40%
> 240 hari 50% 50%
Tabel 2.1 diatas menjelaskan kandungan bentuk protein yang ada
didalam ASI sesuai dengan usia bayi. Pada bayi usia 4-10 hari memili
kandungan protein Whey90% sedanhkan untuk protein casein 10%.
Untuk bayi berusia 11-240 hari kandungan protein whey sekitar 60%
dan protein casein 40%. Sedangkan untuk bayi usia>240 hari
kandungan protein whey dan casein masing-masing 50%. 9
Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah
diserap, sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung.10 Selain
itu, juga terdapat beberapa protein lain di dalam ASI, antara lain
Lactoalbumin, lactoferin, secretoryimmunoglobulin, Ig A, lysozyme,
dan serum albumin.9

2.1.3 Karbohidrat
Kandungan karbohidrat utama di dalam ASI adalah laktosa. Laktosa
tidak terdapat dalam jaringan tubuh yang lain. Laktosa akan dipecah
menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa berperan sebagai sumber
energi utama yang berguna dalam pertumbuhan otak, sedangkan
galaktosa diperlukan untuk produksi galaktolipida yang esensial untuk
perkembangan otak. Selain itu, laktosa yang ada didalam ASI juga
berperan dalam penyerapan kalsium.11
Karbohidrat lainnya yang terdapat di dalam ASI adalah
Oligosakarida. Komponen ini mampu merangsang pertumbuhan

11
Lactobacillus bifidus yang berguna untuk meningkatkan keasaman
saluran cerna, sehingga mampu menghambat pertumbuhan kuman.11

2.1.4 Mikronutrien
Banyak kandungan mikronutrien yang ada didalam ASI.Kandungannya
berariasi tergandung diet dan kandungan zat gizi didalam tubuh
ibu.Kandungan mikronutrient yang ditemukan seperti vitamin A, B1,
B2, B6, B12, D dan Yodium.Selain itu juga ditemukan Vitamin K
dalam jumlah yang rendah didalam ASI sehingga American Academy
of Pediatrics merekomendasikan pemerian suntik vitamin ini di pada
bayi baru lahir.Selain itu, didalam ASI juga ditemukan Vitamin D
dalam jumlah yang rendah.9

2.2 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


2.2.1 Definisi MP-ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan makanan
atau minuman yang diberikan kepada bayi atau anak berusia lebih dari
6 bulan untuk memenuhi zat gizi selain dari ASI.12 Makanan lain yang
diberikan bersamaan dengan ASI dibutuhkan ketika ASI yang diberikan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi. Kondisi itu
disebut dengan complementary feeding.13
Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI mengandung nutrient yang
diberikan kepada bayi selama periode pemberian makanan peralihan
(complementary feeding).Pengenalan makanan pendamping ASI kepada
keluarga dan bayi itu sendiri merupakan hal penting dalam
pertumbuhan seorang anak dan memiliki peran besar dalam kesehatan
masa depan anak. Periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan
keluarga dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning). Pada masa
penyapihan ini akan dimulai proses pemberian makanan khusus selain
ASI secara bertahap dengan mempertimbangkan jenis, jumlah,
frekuensi, tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi
anak dipenuhi oleh makanan keluarga.10

12
2.2.2 Manfaat MP-ASI
a. Memenuhi kebutuhan gizi
Seiring dengan bertambahnya usia bayi, ASI tidak akan cukup lagi
untuk memenuhi kebutuhan gizi yang adekuat untuk bayi, sehingga
dibutuhkannya pelengkap gizi lain untuk bayi yang dalam hal ini
pemberian MPASI.14
Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Bayi15
Usia SumberASI Sumber MP-ASI
Kkal/hari
(bulan) Rerata Kisaran Rerata Kisaran
6-8 784 413 217 – 609 269 73 – 469
9-11 949 379 157 – 601 451 229 – 673
12-23 1170 346 90 - 602 746 490 – 1002
Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa sumber nutrisi MP-ASI
merupakan hal yang sangat diperlukan untuk bayi karena rerata
Kkal/hari dari sumber ASI saja tidak mencukupi untuk kebutuhan
kalori bayi.15

b. Penyesuaian saluran cerna terhadap makanan tambahan


Saluran cerna bayi akan terlatih seiring dengan bertambahnya usia
bayi dan dengan rangsangan dari makanan tambahan.14

c. Mengajarkan bayi mengunyah dan menelan


Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24
bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan
mengunyah dan menelan serta menerima macam- macam makanan
dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP ASI harus
bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk
bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembik dan akhirnya makanan padat.14
MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi
sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang

13
lebih kental sampai padat. Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk
mengenalkan makanan padat secara bertahap sebagai stimulasi
keterampilan oromotor. Jika pada usia di atas 9 bulan belum pernah
dikenalkan makanan padat, maka kemungkinan untuk mengalami
masalah makan di usia batita meningkat.16

d. Mengembangkan kemampuan dalam hal menerimarangsangan.


Kemampuan sensorik mata, pendengaran, dan penciuman juga
mulai berkembang pada masa itu, sehingga dengan pemberian
MPASI diharapkan dapat membantu bayi dalam beradaptasi
terhadap berbagaimacam rangsangan lingkungan dariluar.14

2.2.3 Syarat – SyaratMP-ASI


WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada
tahun 2003 merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4
syarat, yaitu pemberian yang tepat waktu, adekuat, aman dan benar.17
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai 4 syarat pemberian MPASI
tersebut :
a. TepatWaktu
MPASI diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, karena pada usia ini
ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan energi, protein,
zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga diperlukan Makanan
Pendamping ASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi
makro dan mikrotersebut.17

Gambar 2.1 Persentase energi dan zat gizi yang harus dilengkapi oleh
MPASI pada usia 6-8 bulan dan 9-11 bulan17

14
Meskipun sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
secara lengkap, pemberian ASI tetap dianjurkan karena
dibandingkan dengan susu formula, ASI mengandung zat
fungsional seperti imunoglobulin, hormon, oligosakarida, dan
lain- lain yang tidak ada pada susu formula bayi. Pemberian
MPASI sebelum usia 4 bulan merupakan risiko gagal tumbuh
pada masa batita.Sebelum memulai pemberian MPASI, petugas
kesehatan harus menilai kesiapan bayi untuk menerima MPASI
berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu sudah dapat duduk
dengan kepala tegak, bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan
mulut untuk menerima makanan, dan mampu menelan makanan
padat. Secara alamiah, kemampuan ini dicapai pada usia4-6
bulan.17
European Society for Pediatric Gastrohepatology and
Nutrition (ESPGHAN) merekomendasikan bahwa MPASI boleh
diperkenalkan antara usia 17 minggu – 26 minggu, tetapi tidak
lebih lambat dari 27 minggu. Sebelum tahun 2001, WHO
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai usia 4
bulan.Telaah sistematik WHO pada tahun 2002 yang bertujuan
mengevaluasi apakah terdapat hasil yang berbeda antara bayi
dengan ASI eksklusif selama 4 bulan versus 6 bulan menyatakan
bahwa tidak ada studi yang menunjukkan bahwa bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan mengalami defisit
pertumbuhan dalam hal berat badan maupun panjang badan,
sehingga WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan dan MPASI dimulai pada usia 6 bulan.
MPASI yang diberikan sebelum usia 4 bulan diklasifikasikan
sebagai MPASI dini, sedangkan bila diberikan setelah usia 6
bulan diklasifikasikan sebagai MPASIterlambat.17
Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk mengenalkan
makanan padat secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan
oromotor. Jika pada usia di atas 9 bulan belum pernah

15
dikenalkanmakanan padat, maka kemungkinan untuk mengalami
masalah makan di usia batita meningkat.Oleh karena itu
konsistensi makanan yang diberikan sebaiknya ditingkatkan
seiring bertambahnya usia. Mula-mula diberikan makanan padat
berupa bubur halus pada usia 6 bulan. Makanan keluarga dengan
tekstur yang lebih lunak (modified family food) dapat
diperkenalkan sebelum usia 12 bulan. Pada usia 12 bulan anak
dapat diberikan makanan yang sama dengan makanan yang
dimakan anggota keluarga lain (family food).17
Sebagian orangtua menunda pengenalan jenis makanan
tertentu pada bayi karena kekuatiran terhadap munculnya reaksi
alergi.Berbagai penelitian menyatakan bahwa penundaan
pengenalan makanan tertentu tidak mencegah munculnya gejala
alergi pada anak yang mempunyai risiko alergi.Berbagai studi
mengevaluasi tentang waktu yang tepat untuk pengenalan
makanan padat pada bayi yang dihubungkan dengan
perkembangan manifestasi alergi. Penundaan pengenalan
makanan padat (telur, oat dan gandum) pada anak diatas usia 6
bulan, berkorelasi kuat dengan munculnya manifestasi alergi pada
usia 5 tahun. Pengenalan MPASI yang terlambat meningkatkan
risiko terjadinya dermatitis atopi, asma, rinitis alergi, dan
sensitisasi terhadap makanan dan inhalantertentu.1

b. Adekuat
Seorang bayi harus mendapat MPASI untuk mencukupi kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien bayi setelah pemberian ASI
eksklusif yaitu setelah usia 6 bulan. Namun, kualitas MPASI
seringkali tidak memadai, terutama dalam hal energi, protein, dan
mikronutrien. Pada awal kehidupan bayi, sembilan puluh lima
persen otak berkembang pada 3 tahun pertama kehidupan.
Beberapa zat gizi esensial sangat diperlukan dalam pembentukan
sinaps dan neurotransmitter yang mempengaruhi kecepatan berpikir

16
misalnya asam amino dan zat besi. Kondisi penurunan kadar faktor
pertumbuhan (IGF1) merupakan salah satu efek kekurangan
beberapa zat gizi mikro misalnya seng, kalium, dan magnesium
yang berdampak stunting (perawakan pendek akibat kekurangan
zat gizi).17,18
WHO telah menetapkan beberapa tahapan yang harus
dilakukan dalam upaya pemenuhan zat gizi.Tahap pertama adalah
memberikan bahan makanan yang tinggi zat gizi.Pada usia 6-12
bulan, bayi memerlukan zat besi 11 mg perhari. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, seorang bayi berusia 6 bulan mendapatkan
sekitar 0,2 mg/hari dari ASI dan diharapkan sisanya 10,8 mg
dipenuhi dari MPASI.17
Pisang dan tepung beras yang dicampur ASI merupakan
Makanan Pendamping ASI pertama yang umum diberikan pada
bayi di Indonesia. Sebuah pisang berukuran 15 cm dengan berat 80
gram dapat menyumbang 90 kkal dan 28g tepung beras
menyumbang 102 kkal. Daging merah (daging sapi cincang
mengandung zat besi 0,8 mg/28g, kambing 1 mg/28 g, domba 1,3
mg/28 g, bebek 0,8mg/28 g) dan hati (hati ayam 3,6mg/28 g, hati
sapi 1,7 mg/28 g) merupakan sumber zat besi terbaik. Pada sumber
hewani, misalnya bayam rebus mengandung zat besi 1 mg/28 g
tetapi yang diserap hanya 3-8% dibandingkan dengan 23%. Salah
satu kekurangan MPASI buatan rumah yakni memiliki
akseptabilitas yang rendah pada usia 6-8 bulan yang disebabkan
keterampilan oromotor yang baru dilatih belum mampu
mengonsumsi tekstur yang kasar.17,18
Pada tahap awal para ahli nutrisi memikirkan untuk
melakukan fortifikasi zat besi dan zat-zat lain yang harus
ditambahkan pada MPASI untuk mengatasi keadaan tersebut.17

17
Tabel 2.3 Usulan fortifikasi MPASI per 100 g18

Makanan yang difortifikasi merupakan tahapan kedua dalam


upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi. Tahapan ketiga untuk
mengatasi defisiensi mikronutrien adalah pemberian suplemen zat
gizi dalam bentuk obat yang hanya diberikan bila terdapat gejala
klinis dan terbukti berdasarkanpemeriksaan laboratorium.Semakin
bertambah usia anak semakin bertambah energi yang dibutuhkan
dari MP-ASI.17

c. Aman
Beberapa langkah diperlukan untuk menjamin kebersihan dan
keamanan makanan yang dikonsumsi oleh anak diantaranya
sebagai berikut:17
- Mencuci tangan sebelum makan,
- Gunakan peralatan makan yang bersih dan steril,

18
- Masak makanan dengan benar,
- Hindari mencampur makanan mentah dengan makanan
yang sudah matang,
- Cuci sayur dan buah sebelum dimakan,
- Gunakan sumber air bersih,
- Simpan makanan pada tempat yang aman.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada makanan bayi yaitu
nitrat. Nitrat merupakan konstituen alamiah beberapa tanaman
tertentu, misalnya wortel, bayam, dan bit. Nitrat akan diubah
menjadi nitrit yang akan mengoksidasi besi ferro (valensi 2+) di
hemoglobin ke keadaan ferri (valensi 3+) sehingga mengakibatkan
terbentuknya methemoglobin.17
Methemoglobin harus dihindari pada bayi berusia kurang
dari 3 bulan karena menyebabkan pergeseran kurva disosiasi
oksigen ke kiri.Hal ini terjadi karena methemoglobin tidak dapat
mengikat molekul oksigen sehingga mengakibatkan hipoksemia.17

d. Benar
Interpretasi bahasa komunikasi verbal dan non-verbal antara bayi
dan orang tua pada tahun pertama bersifat timbal-balik dan
membentuk dasar untuk ikatan atau perlekatan emosional yang
sangat penting bagi perkembangan fungsi sosial-emosional yang
sehat.Tanda lapar dan kenyang ditunjukkan bayi dengan bahasa
tubuh (feeding cue). Jika ibu memperhatikan feeding cue dari
bayinya dan memberikan ASI sesuai dengan tanda tersebut maka
akan tercipta suatu jadwal makan yang paling sesuai untuk bayi
tersebut yang berbeda dengan bayi lain. Hal ini memudahkan jika
sampai saatnya memberikan MPASI.17
Frekuensi pemberian MPASI dapat ditingkatkan secara
bertahap untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.
Pada usia 6-8 bulan diberikan 2-3 kali per hari, ditingkatkan
menjadi 3-4 kali per hari pada usia 9-24 bulan. Tambahan makanan

19
selingan 1-2 kali dintara waktu makan dapat diberikan sesuai
dengan kemampuan si anak.17
Pada akhirnya akan terjadi proses penyapihan ASI menjadi
makanan keluarga dan diperlukan sikap ibu/ pengasuh yang
tanggap terhadap tanda ini yang disebut responsive feeding.
Responsive feeding menurut WHO mencakup:17
 Makanan langsung diberi kepada bayi oleh pengasuh dan
pendampingan untuk anak yang lebih tua yang makan sendiri
 Peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan bayi /
batita9
 Makanan diberikan secara perlahan dan sabar
 Motivasi anak untuk makan tanpa adanya paksaan.
 Mencoba berbagai kombinasi makanan, rasa, dan tekstur
 Waktu makan merupakan periode pembelajaran, pemberian
kasih sayang termasuk berbicara kepada anak disertai kontak
mata.
Responsive feeding dapat meningkatkan kemampuan self-
feeding anak dan respons terhadap bahasa verbal ibu yang
bertujuan untuk melatih anak mengonsumsi makanan keluarga dan
makan sendiri (self feeding). Selain itu melatih anak untuk
berperilaku makan yang baik, disiplin, dan dapat menghargai
makanan dan waktu makan.17

2.2.4 Prinsip Pemberian MP-ASI


Pada prinsipnya, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan
makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi selain dari ASI.19 MP-ASI diberikankepada bayi berusia 6 bulan ke
atas untuk mendampingi pemberian ASI , atau berdasarkan indikasi
medis, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan
gizinya.20
Prinsip Pemberian MP-ASI antara lain sebagai berikut:10

20
a. ASI ekslusif diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya
ditambahkan dengan pemberian MP-ASI mulai usia 6 bulan (180
hari) untuk mendampingi pemberian ASIyang tetap diteruskan.
b. ASI on demand dilanjutkan sampai usia 2 tahun ataulebih.
c. Responsive feeding dilakukan dengan menerapkan prinsip asuhan
psikososial
d. Penerapan hidup bersih dan higienis serta penanganan pemberian
makanan yang baik dan tepat.
e. Pemberian MP-ASI dimulai pada usia 6 bulan dengan jumlah
sedikit, bertahap disesuaikan dengan usia bayi, sementara ASI
tetap seringdiberikan sesuai kebutuhan.
f. Pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap.Konsistensi dan
variasi makanan pendamping ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi.
g. Frekuensi pemberian MP-ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi.
h. Variasi makanan yang kayaakannutrien diberikan untuk
memastikan semua kebutuhan nutrienterpenuhi.
i. Pemberian MP-ASI yang mengandung vitamin dan mineral atau
pemberian preparat vitamin dan mineral jikaperlukan.
j. Asupan cairan ditambahkan saat anak sakit, termasuk di dalamnya
: anak lebih sering menyusu dan dorong anak untuk makan
makanan lunak dan makanan yang disukainya. Setelah anak
sembuh, lakukan pemberian makanan lebih sering dan dorong
anak untuk makan lebih banyak.
k. Pemberian MP-ASI pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan
dilakukan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan
kemampuan mengunyah dan menelan serta menerima macam-
macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. MP-ASI
sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam
bentuk encer secara berangsur ke bentuk yang lebih kental
sampaipadat. Pemberian MP-ASI harus bervariasi sesuai dengan

21
tahapan umur anak, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik
dan akhirnya makanan padat.

2.2.5 Pedoman Pemberian MP-ASI


Terdapat beberapa faktor yang harus dijadikan acuan sebelum memulai
pemberian MP-ASI, antara lain:10
a. Saluran cerna.
Kesiapan dan kematangansaluran cerna ditunjukkan dengan
perkembangan enzim pencernaan yang sudah sempurna pada usia
bayi 3-4 bulan.
b. Keterampilan oromotor
Perkembangan keterampilan oromotor yang menandakan kesiapan
bayi untuk menerima makanan padat bervariasi antara 4-6 bulan.
c. Kebutuhan nutrisi selain dari ASI
Kebutuhan nutrisi selain ASI tidak diperlukan sebelum bayi
berusia 6 bulan karena ASI masih dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi.Pengecualian berlakuapabila terbukti adanya gangguan
pertumbuhan atau adanya kenaikan berat badan yang kurang tanpa
penyebab yang jelas.
d. Variasi dan perubahan tekstur
Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur sejalan dengan
perkembangan oromotor anak.Dalam 1 tahun pertama bayi perlu
dikenalkan dengan berbagai variasi rasa, aroma, tekstur dan
konsistensi. Selain untuk pemberian selera, hal ini jugaberguna
untuk melatih keterampilan mengunyah makanan yang mulai
timbul pada usia 6 bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis
dalam perkembangan keterampilan makan. Bila pada periode ini
bayi tidak dilatih untuk makan yang semakin padat dan kasar, maka
di usia selanjutnya bayi hanya dapat makan yang cair atau lembut
saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga sehingga
timbul masalah makan.

22
Tanda-tanda diatas akan ditunjukkan oleh bayi sebagai kesiapan
dirinya untuk menerima makanan selain ASI. Setiap petugas kesehatan
dan para ibu atau pengasuh bayi mesti mampu mengenali tanda tersebut
agar dapat memberikan MP-ASI tepat waktu dan sesuai dengan
perkembangan keterampilan makannya. Adapun tanda-tanda yang
dimaksud, antara lain:21
1. Tanda kesiapan Fisik:
 Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau bahkan sudah
menghilang
 Keterampilan oromotor :
Dari yang awalnya hanya mampu menghisap dan menelan yang
cair, kesiapan oromotor ditandai dengan kemampuan bayi dalam
menelan makanan yang lebih kental dan padat serta kemampuan
untuk memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian
belakang mulut.
 Kemampuan menahan kepala tetap tegak.
 Kemampuan untuk duduk tanpa atau hanya dengan sedikit
bantuan, serta mampu menjaga keseimbangan badan ketika
tangan meraih benda di dekatnya

Tabel 2.4 Perkembangan keterampilan makan pada bayi10


Perkembangan Perkembangan Keterampilan
Umur
Oromotor motorik umum makan
0-4  Refleks rooting  Tangan, kepala,  Menelan makanan
bulan  Refleks leher, punggung yang cair, tetapi
menghisap dan belum terkontrol mendorong keluar
menelan dengan baik makanan padat
 Refleks ekstrusi
 Arah gerakan
rahang dan lidah :
ke depan & ke
belakang
 Mulut belum
dapat menutup
dengan baik
4-6  Gerakan refleks  Duduk dengan  Dapat mengontrol
bulan menghilang bantuan, kepala posisi makanan
 Arah gerakan tegak dalam mulut

23
rahang dan lidah  Tangan dapat  Menelan makanan
ke depan- meraih objek/ tanpa tersedak
belakang dan benda di
atas-bawah dekatnya
 Menarik bibir  Mengambil
bawah ketika makanan dari
sendok ditarik sendok
dari mulut
 Memindahkan
makanan dari
bagian depan
mulut ke
belakang untuk
ditelan
6-9  Menggigit dan  Duduk sendiri  Mampu makan
bulan mengunyah atau hanya makanan lumat
gerakan rahang dengan sedikit atau cincang
ke atas dan ke bantuan  Makan pakai
bawah  Mulai sendok dengan
 Menelan dengan menggunakan ibu mudah
mulut tertutup jari dan telunjuk
 Menempatkan untuk mengambil
makanan di objek/ benda
antara rahang atas
dan bawah
9-12  Gerakan lidah ke  Duduk sendiri  Mampu makan
bulan samping kiri dan dengan mudah makanan lunak,
kanan serta  Memegang cincang kasar
memutar makanan dan  Mulai mencoba
 Mulai memakannya makan dengan
mencakupkan  Memegang tangannya sendiri
bibir pada sendok sendiri
cangkir
12-23  Gerakan  Berjalan, bicara  Makanan keluarga
bulan mengunyah  Makan sendiri
berputar, rahang tetapi masih
stabil dengan bantuan.

Tabel di atas menunjukkan uraian tanda-tanda perkembangan


keterampilan makan bayi sebagai kesiapan dirinya untuk menerima
makanan sesuai dengan tahapan umur yang sedang dilalui. Dimulai dari
usia 0-4 bulan dimana bayi hanya dapat menelan makanan yang cair,
hingga usia 12-23 bulan dimana bayi telah dapat makan makanan
keluarga secara sendiri walau masih dengan bantuan.10

24
2. Kesiapan Psikologis
Dalam perkembangannya bayi akan memperlihatkan perilaku
makan lanjut, yaitu adanya perubahan pola dari yang awalnya
reflektif ke imitatif, lebih mandiri dan bayi akan menjadi
eksploratif, pada usia 6 bulan bayi dapat memperlihatkan keinginan
makan dengan cara membuka mulutnya, rasa lapar dengan
memajukan tubuhnya ke depan atau menuju kearah makanan, dan
tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke belakang/
menjauh.17
Alasan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 4 – 6
bulan adalah kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan
aktivitas fisik makin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif
tetap. Pada usia 4 bulan bayi sudah mengeluarkan air liur lebih
banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak sehingga bayi
siap menerima makanan lain selain ASI. Dalam proses menelan
pada usia tersebut, apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya
bayi sudah dapat menutup mulutnya dengan rapat dan
menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk mendorong
makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada saat inilah bayi diberikan
kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan
memberikan makanan lumat.17
Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi
usia 6–9 bulan mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan
rahang ke atas dan ke bawah, sehingga dapat diberikan makanan
yang lebih kasar. Demikian juga dengan kemampuan motorik halus
pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya
kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka
untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan
makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang
dapat dijimpit. Pada usia 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk,
sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada usia 6
– 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,

25
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau gelas yang
dipegang oleh orang lain.17
Pada saat bayi berusia 6 bulan, umumnya kebutuhan nutrisi
tidak lagi terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi, protein, dan
beberapa mikronutrien terutama zat besi (Fe), Seng (Zn), dan
Vitamin A.4,10 Dari usia 6 bulan, kebutuhan bayi tidak dapat
terpenuhi hanya dengan ASI, sehingga bayi memasuki periode
kritis atau “vulnerable period”, dimana bayi mengalami masa
transisi dengan mengenal makanan keluarga. Insiden malnutrisi
meningkat secara tajam selama periode 6-18 bulan di hampir
seluruh Negara.5
Energi yang dibutuhkan sebanyak 600 kkal/hari pada usia 6-8
bulan, 700 kkal/hari pada 9-11 bulan, dan 900 kkal/hari pada 12-24
bulan.11 Kesenjangan ini haruslah dipenuhi melalui pemberian MP
ASI yang sesuai, adekuat, aman, serta cara pemberian yang tepat.5

2.2.6 Jenis – jenis MP-ASI


a. MP-ASI Lokal
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang dapat diolah di rumah tangga
atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia
setempat atau tersedia secara lokal, mudah diperoleh dengan harga
terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum
dikonsumsi.Pemberian MP-ASI lokal dilakukan dengan proses,
yaitu22:

1. Diberikan sebulan sekali pada hari pelaksanaan posyandu:


- MP-ASI lokal dibuat di posyandu sebulan sekali oleh ibu
sasaran dibantu kader posyandu.
- Bahan makanan diperoleh dari kader posyandu.
- Kader memberikan penyuluhan kepada peserta posyandu.
- Bidan di desa memantau pelaksanaan.
- Apabila seluruh bayi dan anak usia 6-24 bulan yang hadir di
Posyandu akan diberikan MP-ASI.

26
2. Diberikan seminggu sekali dalam kelompok sasaran :
- MP-ASI lokal dibuat oleh ibu secara berkelompok.
- MP-ASI lokal dibagikan kepada masing-masing sasaran.
- Kader memberikan penyuluhan.
- Bidan di desa memantau pelaksanaan.
3. Diberikan setiap hari di rumah masing-masing yaitu:
- MP-ASI lokal dibuat oleh ibu di rumah masing-masing
- Ibu memperoleh bahan makanan dari kader atau dana
pembeli bahan makanan dari kader.
- Kader dan Bidan di desa melakukan pemantauan. Pemberian
MP-ASI di rumah tangga dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan dan kesinambungan pemberian
MP-ASI secara mandiri.

Ketiga proses pemberian MP-ASI merupakan satu kesatuan


yang harus dilaksanakan. Apabila diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi, maka frekuensi pemberian MP-ASI lokal dalam
kelompok dan di rumah tangga dapat disesuaikan dengan situasi
dan kondisi daerah setempat. 22
Tabel 2.5Bahan dan Komposisi MP-ASI Lokal22
Bahan Komposisi
Formula Kacang Hijau Kuning Hasil 340 g
Telur Energi 463 Kal
Protein 16,5 g
Lemak 17,4 g
Protein Energi % 14,3
Fe 1,1 mg
Zn 0,7 mg
Formula Ayam Tempe Hasil 284 g
Energi 264 Kal
Protein 10,2 g
Lemak 6.9 g
Protein Energi % 15,4
Fe 2,8 mg
Zn 0,4 mg
Formula Hati Ayam Hasil 154 g
Energi 236 Kal
Protein 9,88 g
Lemak 6,5 g
Protein Energi % 16,75
Fe 1,2 mg

27
Zn 0,7 mg
Formula Telur Hasil 347 g
Energi 271 Kal
Protein 7,01 g
Lemak 8,2 g
Protein Energi % 10,3
Fe 1,4 mg
Zn 0,3 mg
Formula Susu Pisang Hasil 275,5 g
Energi 278 Kal
Protein 11,89 g
Lemak 3,40 g
Protein Energi % 17,08
Fe 1,0 mg
Zn 0,4 mg
Formula Kedele Hasil 320 g
Energi 298 Kal
Protein 14,5 g
Lemak 7,6 g
Protein Energi % 19,4
Fe 0,4 mg
Zn 0,4 mg
Formula Kentang Susu Hasil 325 g
Energi 262 Kal
Protein 8 g
Lemak 5,3 g
Protein Energi % 12,2
Densitas 0,8
PER 2,1
Fe 0,5 mg
Zn 0,4 mg
Formula Tempe Hasil 360 g
Energi 430 Kal
Protein 16,3 g
Lemak 11 g
Protein Energi % 6,8
Fe 2,4 mg

Tabel diatas memperlihatkan kandungan yang terdapat dalam


beberapa produk lokal yang dapat dibuat sehari-hari hal ini dapat
menjadi panduan dalam pemenuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh
anak melalui pemberian MP ASI.22

28
b. MP-ASI Pabrikan
1. MP-ASI Bubuk Instan untuk Bayi 6-12 Bulan
Bubuk instan biasanya digunakan bersamaan dengan air hangat
hingga membentuk tekstur makanan lembek yang
berair.Makanan ini diproduksi oleh pabrik secara
masal.Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Bubuk
Instan pada dasarnya terbuat dari campuran bahan utama yang
mirip dengan MP-ASI lokal, seperti beras dan atau beras merah,
kacang hijau dan atau kedelai, susu, gula, minyak nabati, dan
diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan
penyedap rasa dan aroma (flavour).Komposisi MP-ASI
pabrikan lebih terukur dan tertata, komposisi dapat dilihat
sebagai berikut.22
Tabel 2.6 Komposisi Gizi Per 100 Gram MP-ASI Bubuk
Instan22
Zat Gizi Satuan Kadar
Energi kkal 400-440 kkal
Protein (kualitas g 15-22 g
protein tidak
kurang dari 70%
kasein)
Lemak (kadar G 10 – 15 g
asam linoleat
minimal 300 mg
per 100 kkal atau
1,4 gram per 100
gram produk)g
Karbohidrat:
4.1. Serat g maksimum 30 g
4.2. Gula (gula g maksimum 5 g
sederhana) mcg 250 – 350 mcg
Vitamin A mcg 3 – 10 mcg
(acetate) mg 4 – 6 mg
Vitamin D mg 7-10 mg
Vitamin E mg 0,3 – 0,4 mg
Vitamin K mg 0,3 – 0,5 mg
Vitamin B1 mcg 2,5 – 4,0 mcg
(Thiamin) mcg 0,3 - 0,6 mcg
Vitamin B2 mg 40 – 100 mg
(Riboflavin) mg 0,4 - 0,7 mg
Niasin mg 1,3 - 2,1 mg
Vitamin B12 mg 27 - 35 mg
Asam folat mg 5 – 8 mg

29
Vitamin B6 mg 200 – 400 mg
Asam Pantotenat mg 240 – 400 mg
Vitamin C mcg 2,5 – 4,0 mcg
Besi
Kalsium
Natrium
Seng
Iodium Mg 45 – 70 mg
Fosfor mcg perbandingan Ca:P =
1,2 – 2,0 mcg
Selenium g 10 – 15 g
Air % maksimal 4 %

2. MP-ASI Biskuit untuk Anak 12-24 Bulan


Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Biskuit terbuat
dari campuran tepung terigu, margarin, gula, susu, lesitin
kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan
mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma
(flavour). Gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau
fruktosa dan atau sirup glukosa dan atau madu. Jenis makanan
ini lebih disukai anak-anak karena tekstur yang renyah sangat
diminati anak-anak saat proses pertumbuhan gigi memasuki
perioda awal. Selain itu, rasa manis dari penambahan gula juga
menjadi daya tarik tersendiri, berbeda dari makanan lain yang
cenderung hambar dan tidak berasa, untuk komposisi biskuitm,
dapat dilihat di tabel berikut.22
Tabel 2.7 Komposisi Gizi Per 100 Gram MP-ASI Biskuit22
Zat Gizi Satuan Kadar
Energi kkal minimum 400
Protein (kualitas protein tidak g 8 – 12
kurang dari 70% kasein)
Lemak (kadar asam linoleatminimal g 10 – 18
300 mg per 100 kkal atau 1,4 gram
per 100 gram produk)
Karbohidrat:
4.1. Serat g maksimum 5
4.2. Gula (gula sederhana) g maksimum 30
Vitamin A (acetate) mcg 250 – 700
Vitamin D mcg 3 – 10
Vitamin E mg 4–6
Vitamin K mg minimum 10
Vitamin B1 (Thiamin) mg 0,4 – 0,5
Vitamin B2 (Riboflavin) mg 0,4 – 0,5
Vitamin B6 (Pyridoksin) mg 0,3 – 0,5

30
Vitamin B12 mcg 0,5 – 0,9
Niasin mg 4,0 – 6,0
Folic acid mcg 60 – 100
Iron (Fumarate) mg 5,0 – 6,0
Iodine mcg 60 – 70
Zinc mg 2,5 – 3,0
Kalsium mg 200 – 300
Natrium mg maksimum 800
Selenium mcg 10 – 15
Fosfor mg perbandingan
% Ca:P = 1,2 – 2,0
Air maksimum 5

2.2.7 Tipe – Tipe MP-ASI


Tipe MP-ASI harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
bayi. Untuk pemberian MP-ASI, WHO merekomendasikan untuk
menaikkan konsistensi dan variasi dari MP-ASI sesuai dengan
pertambahan usia bayi. Bayi umur 6 bulan dapat memakan makanan
berupa bubur, makanan yang dihaluskan dan makanan semi-padat.
Saat bayi berumur 8 bulan bayi dapat memulai makan makanan
berupa “finger foods” berupa cemilan yang ditujukan untuk anak-
anak, sebagai contoh buah buahan yang dipotong kecil, sereal dan lain
lain. Pada umur 12 bulan, sebagian besar bayi dapat memakan
makanan yang sama dengan keluarganya (namun harus tetap diingat
bahwa makanan yang diberikan harus dapat memenuhi status gizi
anak). Hindari makanan yang dapat menyebabkan bayi tersedak
(makanan yang berbentuk dan beronsistensi yang dapat tertaha di
trakea, seperti kacang, anggur, wortel mentah.23
Saat ini makanan bayi komersial dan pabrikan banyak dijual di
pasar, sebaiknya ibu dapat menyiapkan sendiri makanan untuk bayi
menggunakan makanan lokal, selain lebih terjamin, makanan lokal
jauh lebih murah dan mudah didapat dan bentuknya bervariasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan makanan
bayi dirumah, yaitu antara lain menyiapkan makanan bayi harus
bersih (bebas dari kotoran) dan saniter (bebas dari mikroba penyakit),
menggunakan bahan makanan yang segar, dan menambahkan gula

31
sedikit saja. Bentuk MP-ASI yang dapat diberikan kepada bayiadalah
sebagai berikut: 24
a. Makanan lumatan dapat berasal dari bahan sayuran,
daging/ikan/telur, tahu/tempe dan buah yang dilumatkan dan
disaring, seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya
lumat, air jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI
b. Makanan lunak atau dicincang yang mudah ditelan anak,
seperti bubur nasi campur, nasi tim halus, bubur kacanghijau
c. Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur danbuah
Bahan campuran untuk makanan bayi terdiri dari campuran
dasar, yaitu yang terdiri dari biji-bijian atau umbi-umbian dan
kacang-kacangan serta campuran ganda, terdiri dari empat kelompok
bahan pangan yaitu:25,26
a. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan bahan dasar utama yang baik
untuk membuat makanan pendamping ASI, dan juga
merupakan sumber utama karbohidrat.Seperti beras, jagung,
singkong, ubi jalar, sagu dan lainnya.
b. Lauk pauk (hewani maupun nabati),
Lauk pauk sebagai sumber protein misalnya susu, daging sapi,
daging ayam, ikan, telur dan nabati(kacangkacangan).
c. Sumber vitamin dan mineral, berupa sayur danbuah-buahan.
d. Tambahan energi berupa lemak, minyak atau gula yang
berfungsi untuk meningkatkan kandungan energi
makanancampuran, serta sebagai penyedap rasa alami berupa
rasa gurih dan umami.

2.2.8 Cara Pembuatan MP-ASI


Terdapat beberapa cara pembuatan untuk MP-ASI tertentu. Berikut
dijabarkan cara pembuatan MP-ASI pisang lumat halus, sari buah,
bubur susu dan nasi tim.27
a. Pisang Lumat Halus

32
- Pilih pisang yang matang dan tidak asam.
- Cuci kulit pisang sampai bersih dan cuci atau rebus sendok
kecil yang akan digunakan untuk mengolah pisang.
- Kerok pisang secara perlahan dan setipis mungkin dengan
sendok sehingga menghasilkanpisanglumatyanghalus.
b. Sari Buah
- Syarat pemilihan buah adalah buah yang matang dan tidak
asam.
- Cuci kulit buah sampai bersih dan cuci atau rebus seluruh
peralatan yang akan digunakan untuk mengolah sari buah
seperti sendok, cangkir, dll.
- Untuk mengolah sari buah dari pepaya atau mangga, kerok
buah kemudian lumatkan atau saring.
- Terdapat dua cara untuk membuat sari jaruk yaitu caranya
belah dua, lalu peras dengan menggunakan saringan atau alat
peras jeruk.
c. Bubur Susu
- Cuci atau rebus seluruh peralatan yang akan digunakan untuk
membuat bubur susu seperti sendok, cangkir, dll.
- Siapkan 2 sendok makan tepung beras, 1 sendok makan susu
bubuk, 2 sendok teh gula pasir, dan air.
- Larutkan gula, tepung beras, dan susu dengan air secukupnya,
aduk hingga merata.
- Panaskan larutan tersebut di atas kompor dengan api kecil
kemudian aduk hingga matang.
d. Nasi Tim
- Cuci atau rebus seluruh peralatan yang akan digunakan untuk
membuat nasi tim seperti sendok, cangkir danlainnya.
- Siapkan 2 sendok makan beras, 1 potong tempe (10 gram)
bisa diganti dengan tahu, ikan, atau 1 butir telur, 1 sendok
makan santan (bisa diganti dengan minyak kelapa), 10 lembar
daun bayam (bisa diganti dengan wortel, kangkung, atau

33
sayuran lainnya), dan garamsecukupnya.
- Haluskan semua bahan, lalu masukkan ke dalam panci
kecuali daunbayam.
- Masaklah sambil diaduk sampaimatang.
- Masukkan daun bayam yang sudah dicuci bersih kedalam
panci saat masakan hampir matang.
- Tambahkan sedikit garam, aduk hingga matang

2.3 Cara Memperkenalkan Makanan Pada Bayi


Memperkenalkan makanan pada bayi harus secara bertahap. Hal-hal yang
perlu dikenalkan yaitu jenis, tekstur, konsistensi, frekuensi dan jumlah
makanan yang akan diberikan. Terdapat beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam memperkenalkan makanan pada bayi, yaitu:10
a. Untuk melakukan tes makanan pertama kali pada bayi dapat dianjurkan
untuk memberikan bubur tepung beras dan dapat ditambahkan ASI atau
susu formula.
b. Pengenalan makanan pada bayi sebaiknya dimulai dengan diberikan 1-2
sendok teh sesudah bayi meminum ASI atau susu formula, kecuali jika
bayi selalu menolak maka diberikan sebelum pemberian ASI. Untuk
menambah jumlah makanan diberikan secara bertahap hingga mencapai
jumlah sesuai yang dapat dihabiskan bayi.
Selain hal tersebut diatas, dalam memperkenalkan makanan pada bayi
perlu pula diperhatikan panduan dasar pemberian makan, sebagai berikut :10
1. Urutanpemberian:
a. Menurut AAP, dalam pengenalan jenis bahan makanan yang
diberikan kepada bayi tidak ada urutan khusus.
b. Syarat untuk memberikan makanan adalah makanan tersebut
aman, bergizi dan dengan tekstur yang sesuai kemampuan bayi.
2. Tekstur dan konsistensi:
a. Makanan yang diberikan dimulai dengan tekstur yang lembut
dan halus, serta konsistensi yang masih agak encer. Selanjutnya
tingkatkan menjadi semakin kental hingga bertekstur padat dan

34
kasar secara bertahap.
3. Jumlah
a. Dalam pengenalan jenis makanan, dimulai dengan jumlah
sedikit (1-2 sendok teh).
b. Untuk meningkatkan jumlah yang sesuai dengan usia bayi dapat
ditingkatkan secara bertahap.
4. Jarak waktu antara pemberian makananbaru
a. Sebelum diberikan jenis makanan campuran, perkenalkan satu
persatu jenis makanan dengan jarak 2-3 hari (4-7 hari apabila
terdapat riwayat alergi makanan tertentu) supaya bayi dapat
mengenali rasa dan aroma setiap jenis makanan baru.
b. Jenis makanan baru sebaiknya diberikan pada waktu pagi hari
supaya ada cukup waktu apabila terdapat reaksi simpang.
5. Keamanan pangan
a. Sebelum memberikan makanan kepada bayi harus cuci tangan
dan cuci semua peralatan sebelum digunakan.
b. Tidak boleh menggunakan peralatan makanan secara bersama-
sama atau melumatkan makanan dengan mengunyahkan
makanan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi.
MPASI yang diberikan pada anak harus bertahap kepadatannya
disesuaikan dengan perkembangan umurnya sebab hal ini disesuaikan
dengan keadaan fisiologis bayi. Pemberian MPASI yang tidak disesuaikan
dengan umurnya bisa menyebabkan beberapa akibat diantaranya infeksi,
kenaikan berat badan (obesitas), dan alergi terhadap makanan tertentu.28
Begitupun dalam memberikan MPASI harus diperhatikan
frekuensinya. Pengaruh frekuensi dalam pemberian MPASI yaitu jika
frekuensi pemberian kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi dan jika berlebihan bayi akan mendapatkan kelebihan zat gizi.29
Waktu pemberian MPASI yang terlalu dini selain berakibat gizi lebih
juga bisa menimbulkan beban zat terlarut hingga dapat menimbulkan
hyperosmolarty (kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena adanya
peningkatan konsentrasi zat), kenaikkan berat badan yang terlalu cepat dapat

35
menyebabkan zat gizi lebih, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat
dalam makanan yang diberikan. Bayi yang mendapat zat-zat tambahan
seperti garam dan nitrat dapat merugikan ginjal bayi yang belum matang.30
Pemberian makanan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan zat
gizi, namun juga merupakan periode pembelajaran, pemberian kasih sayang
dengan cara berbicara dan memberikan kontak mata selama memberi
makan, hal tersebut akan dirasakan sebagai suasana yang menyenangkan
untuk anak. Responsive feeding adalah perilaku pemberian makan dengan
menerapkan prinsip asuhan psikososial, antaralain:10
1. Beri makanan secara langsung dan dampingi anak sewaktu makan. Ibu
atau pengasuh harus peka terhadap tanda-tanda lapar dan kenyang yang
ditunjukkan anak.
2. Dapat membuat jadwal makanan secara teratur untuk membantu anak
memahami rasa lapar. Tidak dianjurkan untuk meberikan snack, jus atau
susu dalam jarak 3 sampai 4 jam sebelum makan.
3. Dalam memberi makan anak, harus dilakukan dengan sabar sambal
memberikan dorongan pada anak untuk makan bukan dengan paksaan.
Bicaralah sewaktu memberi makan dan peliharalah kontak mata dengan
anak.
4. Hindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian anak selama
pemberian makan seperti memberi makan sambil menonton televisi
atau memberikan mainan pada anak.
5. Bila anak menolak untuk makan, dianjurkan untuk mencoba makanan
lain dengan tekstur dan rasa yang berbeda.
6. Durasi pemberian makan tidak boleh lebih dari 30 menit, walaupun saat
itu asupan porsi makan mereka sangat sedikit. Anak-anak akan
menambah porsi makan mereka dengan sendirinya diwaktu yang
akandatang.
7. Sediakan porsi kecil dan biarkan anak menambah beberapa kali apabila
mereka menginginkan. Hal ini akan membuat anak tertarik dalam
proses makan dan mencegah mereka menjadi bosan atau merasa
kenyang terlebih dahulu dengan melihat begitu banyak makanan di

36
dalam piring.
2.4 Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini
Pemberian MP-ASI diatur berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan
yang sesuai perkembangan usia balita untuk mencapai Angka Kecukupan
Gizi (AKG). Terkadang ditemukan orang tua yang sudah memberikan MP-
ASI pada anaknya saatusia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut
kemampuan pencernaan bayi belum siap menerima makanan tambahan.
Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare. Masalah gangguan
pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat
berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak usia
satu bulan, bahkan sebelumnya.7Konsumsi ASI seorang bayi akan berkurang
seiring pemberian MP-ASI terlalu dini, sehingga akan menyebabkan bayi
kurang gizi. Selaincukupjumlahdanmutunya,pemberianMP-ASI juga perlu
memperhatikan kebersihan makanan agar anak terhindar dari infeksi bakteri
yang menyebabkan gangguan pecernaan.19
Umur enam bulan merupakan saat yang paling tepat untuk
memperkenalkan MP-ASI.Pada umumnya kebutuhan nutrisi bayi yang
kurang dari enam bulan masih dapat dipenuhi oleh ASI. Tetapi, stelah
berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan energi dan zat gizi yang
lebih untuk tetap bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau lebih dari itu,
disamping itu pada umur enam bulan saluran cerna bayi sudah dapat
mencerna sebagian makanan keluarga seperti tepung.19
Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering
ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air
gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Adapun
resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu:19
1. Resiko JangkaPendek
Risiko jangka pendek pemberian MP-ASI dini ialah mengurangi
keinginan bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan bayi
menyusui berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang.Selain itu
pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi
penyerpan zat besi dan ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI

37
rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.Pemberian
makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia
sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna atau diare serta
meningkatnya resiko terkena infeksi. 19
2. Resiko JangkaPanjang
Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah kelebihan berat badan
(obesitas) ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat.Kandungan
natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun jika
masukan dari diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah
dikenalkan. Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan
kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya gangguan hipertensi.
Selain itu, dapat terjadi alergi maakanan akibat belum matangnya
sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini. 19

2.5 Nutrisi 1000 Hari Pertama Kehidupan


Gizi merupakan dasar dan pondasi dalam berbagai aspek yang memberi
konstribusi pembangunan suatu bangsa yang berhubungan dengan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Early life Nutrition (ELN) adalah saat yang
penting dalam kehidupan seseorang karena asupan nutrisi selama hamil akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh anak antara lain intelektual, psikologis,
memori, mood dan pengambilan keputusan seseorang anak di masa depan.32
Janin memiliki sifat fleksibilitas di dalam periode perkembangannya yaitu
janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang di alami oleh ibunya termasuk
asupan nutrisi selama kehamilan, apabila intake gizi kurang maka bayi akan
mengurangi sel-sel perkembangan organ tubuhnya, dan akan bersifat
permanen yang akan menimbulkan masalah jangka panjang.32,33
Masalah gizi yang dialami di Indonesiameliputi masalah kekurangan
gizi dan kelebihan gizi. Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak
perhatian akhir-akhir ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk
anak pendek atau stunting (untuk selanjutnya digunakan istilah ‘anak
pendek’), kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus (wasting). Kemiskinan
dan rendahnya pendidikan dipandang sebagai akar penyebab kekurangan gizi.

38
Masalah kegemukan terkait dengan berbagai penyakit tidak menular (PTM),
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker paru-paru.33
Masalah kegemukan dan PTM selama ini dianggap masalah negara
maju dan kaya, bukan masalah negara berkembang dan miskin.Akan tetapi,
kenyataan menunjukkan bahwa kedua masalah gizi tersebut saat ini juga
terjadi di negara berkembang.Dengan demikian negara berkembang dan
miskin saat ini mempunyai beban ganda akibat kedua masalah gizi tersebut.
Oleh karena kedua masalah gizi tersebut terkait erat dengan masalah gizi dan
kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak usia di
bawah dua tahun (baduta), maka perhatian kita perlu difokuskan pada
masalah kesehatan dan gizi ibu dan anak tersebut.33
Apabila dihitung dari sejak hari konsepsi hingga anak usia 2 tahun,
maka periode ini merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan manusia.
Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang
menentukan kualitas kehidupan, oleh karena itu periode ini ada yang
menyebutnya sebagai periode emas, periode kritis, dan window of
opportunity. Periode seribu hariatau the first thousand days, yaitu 270 hari
selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
dilahirkannya, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan
terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat
dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga
pada perkembangan mental dan kecerdasannya, yang pada usia dewasa
terlihat dari ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.Oleh karena
konsekuensi tersebut, asupan makanan selama 1000 HPKsejak anak dini
harus terpenuhi dengan tepat dan optimal.31,33
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1000
HPK , namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki kontribusi besar
pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja
putri menjadi ibu. Di dunia internasional masalah ini juga telah
teridentifikasi, dan ada upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
program gizi. Sejak tahun 2010 upaya ini telah berkembang menjadi suatu

39
gerakan gizi nasional dan internasional yang luas dan dikenal sebagai gerakan
Scaling Up Nutrition (SUN). Gerakan ini di Indonesia disebut sebagai
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK).33

2.5.1 Masalah Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan


Defisiensi gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan menyebabkan
berbagai efek pada bayi, beberapa diantaranya33,34 :
1 Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kurus, kecil,
imunitas kurang.
2 Masalah programming organ sehingga terjadi penyakit kronis
seperti sakit ginjal, jantung, diabetes type 2, stroke, hipertensi dan
kanker.
3 Hambatan pertumbuhan kognitif dan IQ yang rendah yang
menurunkan produktifitas waktu dewasa.
4 Masalah gizi khususnya stunting dimana usia 0 – 5 bulan 1/5 dari
jumlah anak adalah stunting,usia balita 1/3 stunting dan usia 2-3
tahun lebih 40% stunting. Target penurunan stunting pada tahun
2019 harus di bawah 28%.

2.5.2 Faktor Penyebab Masalah Gizi pada 1000 Hari Pertama


Kehidupan
Masalah Gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling
terkait.Pada gambar 1 dijelaskan penyebab masalah gizi anak.Terdapat
dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling
mempengaruhi.Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan
tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan.33

40
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan
yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi
syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan
aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI Eksklusif.Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan
dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama
adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat
seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di
jamban, tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan
sebagainya.33
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di
keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0—6 bulan (ASI Eksklusif)
dan 6—23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang
khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola
asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan
pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan
kesehatan.33

2.5.3 Anjuran Nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan


Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, periode 1000 HPK begitu
penting sehingga ada yang menyebutnya sebagai periode emas,
periode sensitif, dan Bank Dunia menyebutnya sebagai "Window of
Opportunity". Maknanya, kesempatan (opportunity) dan sasaran untuk
meningkatkan mutu SDM generasi masa datang, ternyata serba sempit
(window) yaitu ibu prahamil (remaja perempuan) dan hamil sampai
anak 0-2 tahun, serta waktunya pendek yaitu hanya 1000 hari sejak
hari pertama kehamilan. Segala upaya perbaikan gizi diluar periode
tersebut telah dibuktikan tidak dapat mengatasi masalah gizi

41
masyarakat dengan tuntas. Oleh karena itu, nutrisi pada 1000 Hari
pertama kehidupan sangat perlu diperhatikan.34
Berikut beberapa anjuran nutrisi yang dapat diterapkan pada
1000 hari pertama kehidupan33,34 :
1. Makan beragam jenis bahan makanan selama hamil
2. Kebutuhan zat-zat gizi bertambah seiring penambahan usia
kehamilan
3. Asupan nitrisi seimbang 4. Ante Natal Care (ANC) minimal 4x
selama hamil
4. Minum tablet Fe untuk pertumbuhan plasenta dan hemoglobin
5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
6. ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan
7. Pantau BB ibu dan bayi secara rutin
8. Imunisasi dasar
9. ASI sampai anak usia 2 tahun
10. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah usia 6 bulan dan
teruskan ASI sampai 2 tahun
11. Hindari rokok, alkohol dan kafein
12. Olah raga teratur dan jaga Berat Badan ideal

42
BAB 3
KESIMPULAN

AI merupakan makanan alami yang dibutuhkan oleh bayi untuk proses


pertumbuhan dan perkembangan. Namun demikian, ASI hanya dapat memenuhi
segala kebutuhan nutrisi bayi dalam 6 bulan pertama., sehingga di perlukan
tambahan makanan lainnya setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan. ASI secara
komposisi makro megandung glukosa, protein dan lemak.
Pengenalan makanan pendamping ASI merupakan hal penting dalam
pertumbuhan anak, baik untuk keluarga ataupun untuk bayi itu sendiri. Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi yang diberikan kepada bayi atau anak yang berusia lebih dari 6 bulan guna
memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari ASI. Pemberian MP-ASI memberikan
manfaat kepada bayi berupa pemenuhan kebutuhan zat gizi, penyesuaian saluran
cerna terhadap makanan tambahan, mengajarkan bayi mengunyah dan menelan,
serta mengembangkan kemampuan bayi dalam hal menerima rangsangan. Untuk
mencapai hal demikian, MPASI harus memenuhi syarat berupa tepat waktu dalam
memulai, pemberian yang adekuat dan memenuhi kebutuhan, berasal dari bahan
dasar yang aman untuk bayi, serta benar dalam tatacara dan jadwal pemberiannya.
Pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan pertambahan umur bayi,
termasuk didalamnya konsistensi, porsi serta varian rasa. Bayi usia 6-8 bulan,
perlu diberikan makanan berupa bubur dengan konsistensi lembek. Bayi usia 8-12
bulan, anak boleh diberikan makanan ringan/cemilan keluarga dengan porsi
cukup. Sedangkan usia diatas 12 bulan, bayi harus sudah makan makanan
keluarga dengan tetap mempertimbangkan angka kecukupan gizi.
Adapun permasalahan yang kerap muncul pada pemberian MP-ASI berupa
penolakan dari bayi. Perlu bagi orang tua untuk tetap memperhatikan kondisi ini
dan tetap memperkenalkan MP-ASI pada bayi. Namun demikian, pemberian MP-
ASI terlalu dini dapat meningkatkan resiko diare, malnutrisi, serta gangguan
saluran cerna akut. Sehingga perlu dari dokter, tenaga kesehatan lainnya, serta ibu
untuk dapat memahami pentingnya MP-ASI untuk bayi diatas 6 bulan agar dapat
memberikan manfaat untuk tumbuh kembang anak

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum Pemberian


Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal. 2006.
2. Khomsan, A. Mengetahui Status Gizi Balita Anda. Artikel. 2008. .
http://portalsehat.com/2008/10/mengetahui-status-gizibalita-anda/.
Diakses : 10 Desember 2019.
3. Tahmeed A et al. Global Burden of Maternal and Child Undernutrition
and Micronutrient Deficiencies. Ann Nutr Metab. 2012;6(1) :8–17
4. Atmawikarta A. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Formula Tempe terhadap Diare, Aktivitas Fisik, dan
PertumbuhanBayiStatusGiziBaikUsia6-12BulandiBogorJawaBarat.Gizi
Indon. 2007;30 (2): 73-97
5. Diah. Menyiapkan makanan pendamping ASI. Puspa Swara. Jakarta.
2001.
6. Sjarif DR et al. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik danPenyakit Metabolik.
IDAI. 2011. 117-125
7. Bennu M., Fatimah, Susilawati E. Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi Bayi 6-12 Bulan Di
Posyandu Kurusumange Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.
Poltekkes Kesehatan Kemenkes Makassar. 2012;1(4).
8. World Health Organization.. Global Health Observatory : Situation and
Trend “Infant Mortality”. 2014. Diaksespada 11 Desember 2019.
9. Ballarrd O, Morrow AL. Human Milk Composition : Nutrients and
Bioactive Factors. PediatrClin North Am. 2013 : 60(1):49-74.
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan
Penyakit Metabolik. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2015.
11. Suradi R. Spesifikas Biologis Air SusuIbu. Sari Pediatr. 2001 : 3(3):125-
129.

44
12. Stewart CP, Ianotti L, Dewey KG, Michaelsen KF, Onyango AW.
Contextualising complementary feeding in a broader frame work for
stunting prevention. Maternal Child Nutr. 2013;9 (2): 27-45
13. World Health Organization. Global strategy for infant and young child
feeding. Ganeva: World Health Organization. 2003
14. Kathryn D, Chessa LJM. Bernadette D.WHO Global Consultation on
Complementary Feeding :Guiding Principles For Complementary
Feeding Of The Breast Fed Child. 2001.
15. Brown KH, Dewey KG, Allen LH. Complementary Feeding of Young
Children in Developing Countries: A Review of Current Scientific
Knowledge. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 1998.
WHO/NUT/98.1
16. Northstone K, Emmett P, Nethersole F, and the ALSPAC Study Team.
The effect of age of introduction to lumpy solids on foods eaten and
reported feeding difficulties at 6 and 15 months. J Hum Nutr Diet.
2008;14:43-54
17. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Rekomendasi
Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di
Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Jakarta. 2015.
18. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2018.
19. World Health Organization. Iron deficiency anemia: assesment,
prevention, and control. A guide for programme managers. Diunduh
dari:http://www.who.int/nutrition/publications/en/ida_assesment_preventi
on_control.pdf. Diakses pada tanggal 30 November 2019.
20. Agostini C, Desci T, Fewtrell M, Goulet O, Kolacek S, Koletzko B, et al.
Complementary feeding: a commentary by the ESPGHAN committee on
nutrition . J Pediatric Gastroenterol Nutr. 2008;46:99-110
21. Kementerian Kesehatan RI. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
PedomanTeknis Pelayanan Kesehatan Dasar. 2010.

45
22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di
Desa Siaga. Jakarta: 2007.
23. World health Organization – Pan American Health Organization. Guiding
principles for complementary feeding of the breastfed child. 2003
24. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta. 2014.
25. Krisnatuti D. Menyiapkan makanan pendamping ASI. Puspa Swara,
Jakarta. 2008
26. Soenardi Tuti. Gizi seimbang untuk anak dan balita dalam hidup sehat
gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Gramedia; Jakart. 2006
27. Kementerian Kesehatan RI. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan JICA. 2013.
28. Mery S, Mesri K, Veni H, Sri’ah A. Hubungan Pola Pemberian ASI dan
MPASI dengan Gizi Buruk Pada Anak Usia 6-24 bulan di Kelurahan
Pennampu Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2012;1:97-103.
29. Nurastrini VR, Kartini A. Jenis MP-ASI, frekuensi dan waktu pertama
kali pemberian MP-ASI sebagai faktor risiko kejadian gizi lebih pada
bayi usia 6-12 bulan di Kota Magelang. Journal of Nutrition College.
2014:3(1):259-265.
30. Fryar CD, Carroll MD, Ogden CL. Prevalence of Obesity Among
Children and Adolescents : United States, Trends 1963-1965 Through
2009-2010. NCHS Health States. September 2012
31. Achadi, EL. Periode Kritis 1000 HPK dan Dampak Jangka Panjang
Terhadap Kesehatan dan Fisiknya. FKM Universitas Indonesia. 2014
32. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Komunikasi Publik.
2015.
33. Kementerian Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Kerangka
Kebiijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta. 2013.
34. United Nations Emergency Children’s Fund. A Post-2015 World Fit for
Children A review of the Open Working Group Report. 2015;4: hal 7.

46

Anda mungkin juga menyukai