0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan1 halaman
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Aceh antara Kesultanan Aceh dengan Belanda pada abad ke-19. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perang adalah keinginan Belanda untuk menguasai Aceh karena strategis dan kaya sumber daya, Traktat London tahun 1824 yang memberi wewenang Belanda untuk memperluas wilayah di Sumatra, serta Traktat Siak dan Traktat Sumatra yang semakin memperkuat dominasi Belanda di kawasan tersebut
Deskripsi Asli:
keinginan Belanda menguasai Aceh, kelas 11 semester 1, rangkuman
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Aceh antara Kesultanan Aceh dengan Belanda pada abad ke-19. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perang adalah keinginan Belanda untuk menguasai Aceh karena strategis dan kaya sumber daya, Traktat London tahun 1824 yang memberi wewenang Belanda untuk memperluas wilayah di Sumatra, serta Traktat Siak dan Traktat Sumatra yang semakin memperkuat dominasi Belanda di kawasan tersebut
Dokumen ini membahas latar belakang Perang Aceh antara Kesultanan Aceh dengan Belanda pada abad ke-19. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perang adalah keinginan Belanda untuk menguasai Aceh karena strategis dan kaya sumber daya, Traktat London tahun 1824 yang memberi wewenang Belanda untuk memperluas wilayah di Sumatra, serta Traktat Siak dan Traktat Sumatra yang semakin memperkuat dominasi Belanda di kawasan tersebut
Aceh memiliki kedudukan yang strategis dan menjadi pusat perdagangan, saat itu Aceh juga memilki lada, hasil tambang (minyk bumi, gas alam, emas) serta hasil hutan (getah pohon pinus, rotan, madu). Dalam mewujudkan Pax Neerlandica, Belanda berambisi untuk menguasai Aceh. 2. Adanya Traktat London Kesepakatan “membagi-bagi” daerah kekuasaan di India dan Indonesia ditegaskan kembali pada Anglo-Dutch Treaty atau Traktat London pada 17 Maret 1824. Traktat yang ditandatangani Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck dari pihak Belanda serta George Canning dan Charles Watkin Williams Wynn dari pihak Inggris berisikan membagi wilayah perdagangan di Semenanjung dan Hindia-Belanda, di mana traktat itu berisikan tujuh butir pertimbangan: 1) Inggris diberi akses jalur perdagangan di Kepulauan Maluku, terutama Ambon, Banda dan Ternate. 2) Belanda menarik perwakilan di India yang sudah berdiri sejak 1609. 3) Inggris membubarkan pabrik Fort Marlborough di Bengkulu dan memberikan segala properti yang terisa kepada Belanda. 4) Belanda membubarkan benteng Malaka dan berjanji tak membuka kantor perwakilan di Semenanjung Malaya, serta tak membuat perjanjian dengan penguasa lokal setempat. 5) Inggris menarik pasukannya dari daerah penguasaan Belitung dan menyerahkannya pada Belanda. 6) Belanda menarik pasukannya dari daerah penguasaan di Singapura dan menyerahkan daerah tersebut pada Inggris. 7) Inggris berjanji tak mendirikan kantor perwakilan di Kepulauan Karimun Jawa, Kepulauan Batam, Bintan, Lingin atau kepulauan lain di selatan Selat Singapura. Traktat London membuat Belanda merasa diuntungkan karena kekuatan Inggris tidak lagi sebagai penghalang dan Belanda dapat mendekati Aceh. 3. Adanya Traktat Siak Pada tanggal 1 Februari 1858, Belanda menyodorkan perjanjian dengn Sultan Siak yang isinya antara lain Siak mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Sumatra Timur. Yang berarti daerah-daerah dibawah pengaruh Siak berada dibawah dominasi Hindi Belanda. Yang sebenarnya daerah-daerah tersebut merupakan daerah dibawah lindungan Kesultanan Aceh 4. Adanya Traktat Sumatra Traktat itu ditandatangani di tanggal 2 November 1871 dan berisi tentang inggris yang memberikan kebebasan kepada Belanda untuk bisa memperluas daerah kekuasaannya di wilayah Sumatera. 5. Belanda mengetahui Aceh mencari sekutu Aceh setelah mengetahui Traktat Sumatra mencari sekutu dengan negara-negara lain. Akhirnya, pad tahun 1873 Aceh mengirim Habib Abdurrahman pergi ke Turki untuk meminta bantuan (senjata), langka-langkah Aceh tersebut diketahui oleh Belanda. Belanda mengancam dan mengultimatum agar Aceh tunduk pada Belanda. Namun Aceh dinilai membangkang pada tanggal 26 Maret 1873. Akhirnya Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh.