Anda di halaman 1dari 121

BAB I

SENI GRAFIS (GRAPHIC ARTS)

Deskripsi singkat cakupan materi : Pada bab ini akan diuraikan mengenai ruang
lingkup Seni Grafis meliputi pengertian, sejarah,
dan pembagian seni grafis berdasarkan teknik
pembuatannya
Kemampuan Akhir : Memahami sejarah/perkembangan Seni Grafis
dan cakupannya
Indikator : Mahasiswa dapat mendikripsikan tentang
1. Pengertian Seni Grafis
2. Perkembangan Seni Grafis
3. Teknik Cetak dalam Seni Grafis
Pertemuan : 1-2
Waktu : 300 menit

A. Pengertian Seni Garfis

Grafis (Graphic), berasal dari bahasa Yunani ‘Graphein’ yang artinya menulis atau
tulisan. Dalam Webster’s Dictionary, Graphic diartikan sebagai :

1. Writen, drawn, or engraved (reproduction of the letters in graphic form).


2. Of or relating to the pictorial arts; pictorial or symbolic rather than verbal.
3. Of or relating to the art of the printing or the techniques assosiated with book
production and communication by printed word.

Graphic (grafis) dapat juga diartikan sebagai gambar atau tulisan. Dekat dengan
istilah tersebut dikenal kata Graph (Ing.) yang berarti gambar atau rencana yang terdiri
dari garis, bidang dan warna. Yang termasuk dalam pengertian ini antara lain Telegraph
(menulis jarak jauh), Picthograph (tulisan yang terdiri dari gambar-gambar simbol),
Photograph, Grafik, yang lebih berkait dengan bentuk-bentuk garis curva yang bertujuan
untuk menunjukkan perbedaan suatu kwalitas tertentu dan semacamnya dalam
matemetika, fisika atau statistika, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, dikenal istilah grafika yang artinya percetakan, mencetak, atau
cetakan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan media cetak, seperti : buku-buku,
majalah, koran, leaflet, reklame, kemasan (embalage) dan semacamnya yang lebih dekat
dengan istilah printing atau print making.

1
Seni Grafis, mengandung dua pengertian, yang pertama bersifat umum,
berorientasi pada hasil dan diartikan sebagai “Seni Dua Dimensi” , meliputi semua hasil
cetakan, gambar, lukisan dan sejenisnya. Kedua, pengertiannya lebih khusus, berorientasi
pada proses dan hanya terbatas pada kegiatan cetak - mencetak (Grafika) saja, dan
diartikan sebagai “Seni Cetak” . Seni pada hakekatnya adalah media untuk berekspresi ,
mengungkapkan isi/pengalaman batin manusia yang bersifat artistik, dan berkaitan erat
dengan kegiatan cipta-mencipta. Sehubungan dengan itu, maka Seni Grafis dapat
diartikankan sebagai berikut :
“Seni Grafis adalah hasil (produk) ekspresi visual artistik dua dimensional melalui
proses cetak (printing)”.
Atau dalam kalimat yang lebih terurai
“Seni Grafis adalah hasil suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk
mengekspresikan secara visual dan mengkomunikasikan isi/pengalaman
batinnya dalam bentuk-bentuk fungsi artistik dua dimensional, melalui
proses cetak (printing)”.

B. Perkembangan Seni Garfis


1. Perkembangan Teknik Cetak
Cetak Tekan pertama kali ditemukan oleh orang Cina, mereka menggunakan
sebuah blok negatif dari kayu untuk menggandakan satu image (yang sama) berkali-kali.
Untuk mencetak tersebut, mereka menggunakan sebuah blok negatif dibuat pada
selembar papan kayu yang relatif berukuran besar dan dikerjakan dengan cara dicukil
(carved), untuk setiap halamannya.

Gambar 1. Karya cetak dengan teknik cukil kayu

2
Buku pertama hasil cetakan dengan menggunakan teknik blok negatif yang
dibuat pada lembaran-lembaran papan kayu, adalah buku “Diamond Sutra”. Buku
tersebut dicetak oleh Wang Chieh pada tahun 868 (abad IX) di Cina .
Teknik blok negatif kayu dari Cina tersebut adalah contoh pertama, bagaimana caranya
dari satu pesan (image) yang orisinal bisa digandakan menjadi banyak (berkali-kali).

Gambar 2. Salah satu halaman buku Diamond Sutra

Pada tahun 1452, Johann Gutenberg dari Jerman (Gb.5) membuat setiap huruf
dari kayu yang bisa dipindah-pindahkan, ditata/disusun/diatur menjadi kata-kata atau
kalimat. Pada perkembangan selanjutnya, huruf-huruf tersebut dibuat dari bahan logam
sehingga lebih awet , tahan lama dan dapat digunakan mencetak berkali-kali.

Gambar 3 Huruf Lepas terbuat dari logam Yang dapat dipindah-pindahkan

3
Kelebihan huruf yang dapat dipindah-pindahkan ini adalah, setelah selesai
dipakai dapat dibersihkan dan disimpan. Selanjutnya apabila diperlukan dapat
disusun/diatur, dan digunakan lagi untuk mencetak hingga berulang-ulang.
Hasil kerja Gutenberg yang terkenal adalah Kitab Injil (Bible), yang disebut “Injil 42 Baris”,
karena teksnya terdiri dari 42 baris pada setiap halamannya (Gb. 6)

Gambar 4. Johannes Gutenberg dan karya kitab dengan huruf cetak

Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa proses cetak pada awalnya adalah untuk
menggandakan (mereproduksi massakan) gambar/tulisan untuk tujuan publikasi, di sini
grafis terlihat penekanannya lebih pada segi fungsi/kegunaannya (applied).
Akan tetapi, proses yang dahulu dari awal hingga akhirnya dilakukan oleh
manusia, sekarang oleh percetakan telah dilakukan secara masinal, dan secara
keseluruhan dilakukan dengan mesin-mesin/cetak yang semakin lama, semakin
canggih/sempurna, sesuai dengan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan alat
(equipment) dan bahannya (material). Sedangkan peranan manusianya sebagai pelaku
proses, kebanyakan telah beralih menjadi perancang (designer)/pengatur tata letak (lay-
out) dan semacamnya.

2. Perkembangan Penciptaan Karya

Seperti pada bidang seni yang lain, dalam perkembangannya grafis pun telah
mengalami pergeseran fungsi, dan ternyata grafis dapat juga digunakan oleh para
seniman sebagai media untuk mewujudkan/mengekspresikan kreatifitas dan pengalaman
4
batin/estetisnya secara murni (pure), dengan mengesampingkan kegunaan praktisnya
(applied).
Pemurnian estetis ini menjadikan grafis termasuk dalam seni murni (fine art), seperti
halnya seni lukis atau seni patung. Kalau pun seni grafis tidak menghasilkan karya tunggal
seperti yang ditemui pada seni lukis ataupun seni patung, hal tersebut adalah
konsekwensi logis dari kekhususannya yang bersifat prosedural. Karena grafis itu sendiri
pada pelaksanaannya memang harus melalui proses pencetakan dari satu blok negatif.
Artist’s Proof (karya-karya seniman grafis) yang dibuat oleh para seniman grafis
(‘Pegrafis’) tidak bersifat massal, tetapi terbatas dan dalam jumlah tertentu yang
dikehendaki senimannya. Dalam karya-karya mereka biasanya selain dicantumkan nama
seniman atau tanda tangan, judul karyanya, dan juga dicantumkan nominasi karya yang
ditampilkan, misalnya ⅝ yang berarti hasil/karya ke lima (nomer lima) dari delapan buah
karya yang dibuatnya.

Gambar 5 Contoh Artist’s Proof

Sebagai media komunikasi/publikasi yang diproduksi secara masal, grafis dalam


perkembangan masyarakat modern ternyata tidak hanya tertuju pada fungsi praktisnya
saja. Karena selain harus komunikatif (mudah dimengerti/difahami pesannya), ternyata
ada tuntutan lain yang bersifat visual artistik. Tata letak, perwajahan,

5
reklame, poster dan lain sebagainya yang pada awalnya dibuat hanya sekedar untuk
tujuan propaganda, menawarkan, diketahui, dimengerti dan difahami pengamatnya,
ternyata masih perlu ditambah “sesuatu” yang dapat membuatnya lebih menarik,
memikat dan meyakinkan. Di sinilah seorang seniman grafis yang memiliki pengalaman
kreatifitas estetis dapat mengekspresikan kepekaan rasa, visual artistiknya untuk
memenuhi tujuan tersebut.
Dengan mengabaikan dan tidak mengutamakan fungsi terapannya
(guna/praktis), sebagai alat propaganda, publikasi, dan lain-lain, maka hasil karya desain
grafis pun dapat dikelompokkan dalam seni murni (pure art). Sedangkan hasil karya
“jadinya” yang berupa perwajahan, reklame, poster dll. dapat dianggap sebagai
perwujudan formalnya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Komunikasi Visual yang
sedemikian pesat, ternyata berpengaruh juga pada bahan dan alat (material &
equipment) yang digunakan dalam kegiatan cetak mencetak. Komputer Multi Media
(misalnya) dengan Perangkat Keras (Hardware) dan aneka macam Perangkat Lunak
(software)/programnya yang selalu/terus berkembang, nyaris membuat setiap ide yang
ada pada desain grafis dalam kenyataan bentuknya hampir tidak lagi perlu mengalami
modifikasi sekecil apapun.
Dalam kondisi seperti itu, tentunya seorang seniman tidak akan terjebak dengan
“alat” yang sebenarnya hanya (sekedar) membantu/untuk “mempermudah” dirinya
dalam menyatakan ide kreatifnya, dan bukan akan membuatnya tergantung pada alat
tersebut, yang pada gilirannya justru akan dapat mematikan kreativitasnya.
Karena pada dasarnya kepekaan artistik/rasa seni (Sense of Art) dan kreativitas akan
tetap menjadi “milik” manusianya, sedangkan alat (equipment) adalah “sekedar”
berfungsi sebagai alat bantu yang hanya dipakai untuk mempermudah, dan
mempercepat proses mewujudkannya secara visual.
Di sisi lain dengan perkembangan/diketemukannya bahan-bahan yang baru pun,
tentunya sangat mendukung dalam proses cetak/grafis, baik tentang masalah pembuatan
blok negatif, maupun cetakannya dengan hasil yang nyaris sempurna.

6
C. Teknik Cetak dalam Seni Grafis

Untuk mewujudkan suatu hasil cetakan, dalam prosesnya diperlukan adanya


sebuah Blok Negatif yang dibubuhi cat/tinta cetak yang berfungsi sebagai penghantar cat
tinta cetak pada bidang yang akan diberi cetakan. Dengan demikian akan diperoleh hasil
cetakan yang persis/sama dengan yang terdapat pada penghantar warna, atau blok
negatifnya.
Berdasarkan bentuk /wujud Acuan Cetaknya, proses cetak gafis dapat
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Cetak Datar (Planography)

a. Monoprint
b. Lithography

Acuan
Kertas Tinta

Gambar 6. Teknik cetak dengan acuan cetak datar

2. Cetak Tinggi / Cukil Kayu (Relief Print)

a. Wood Carving
b. Wood Engraving
c. Linoleum (Lino Cut)

Kertas/media

Tinta

Acuan cetak

Gambar7. Teknik cetak dengan acuan cetak tinggi

7
3. Cetak Dalam (Intaglio)

a. Dry Point
b. Etching

Kertas/media Acuan cetak


Tinta

Gambar 8. Teknik cetak dengan acuan cetak dalam

4. Cetak Tembus / Cetak Saring (Silk Screen Print)

a. Seriegraph
b. Screen Print (Silk Screen Print)

Squeegee / Rakel

Screen Tinta

Kertas

Gambar 9. Teknik cetak dengan acuan cetak saring

D. Rangkuman

Seni Grafis adalah hasil suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk
mengekspresikan secara visual dan mengkomunikasikan isi/pengalaman batinnya
dalam bentuk-bentuk fungsi artistik dua dimensional, melalui proses cetak (printing).
Berdasarkan permukaan acuan cetaknya, seni grafis dibagi menjadi 4 (empat) macam,
yakni Cetak Datar (Planography), Cetak Dalam (Intaglio), Cetak Tinggi (Relief Print), dan
Cetak Saring (Silk Screen Printing).

8
E. Latihan
Carilah contoh karya seni grafis melalui internet meliputi karya cetak datar, karya cetak
dalam, karya cetak tinggi, dan karya cetak saring. Bandingkan antara karya yang satu
dengan yang lainnya, kemudian deskripsikan perbedaan di antara ketiga karya
tersebut.

F. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian seni grafis menurut pemahaman anda!
2. Jelaskan peranan seni grafis dalam dunia seni rupa di Asia dan khususnya di
Indonesia
3. Jelaskan secara singkat sejarah Seni Grafis di Asia dan khususnya di Indonesia.
4. Sebutkan beberapa tokoh yang berpengaruh dalam sejarah seni grafis terutama di
Asia.
5. Jelaskandan deskripsikan 4 (empat) teknik dalam Seni Grafis, dan berikan
contohnya dengan gambar.

G. Daftar Bacaan
Ann d'Arcy Hughes, Hebe Vernon-Morris. 2008. The Printmaking Bible: The Complete
Guide to Materials and Techniques. Chronicle Books.

Bernard Toale. 1992. Basic Printmaking Techniques. Davis Pubns.

Bill Fick, Beth Grabowski. 2009. Printmaking: A Complete Guide to Materials and
Processes. Laurence King.

Hird, Kenneth F. 1982. Understanding Graphic Art. Cincinnati, Ohio : South-Western Publishing
co.

Judy Martin. 1993. The Encyclopedia of Printmaking Techniques. Running Pr

Mardikanto, 2005, Buku Ajar Seni Grafis. Surabaya : Unesa University Press

Marianto, D, 1988, Seni Cetak Cukil Kayu, Kanisius, Yokyakarta

Scheder, Georg, 1985, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta : Kanisius

9
BAB II
CETAK DATAR (PLANOGRAPHY)

Deskripsi singkat cakupan materi : Pada bab ini akan diuraikan mengenai macam-
macam teknik cetak datar dalam seni grafis
serta prosedur pembuatan karya seni grafis
dengan teknik cetak datar
Kemampuan Akhir : Memahami berbagai macam teknik Cetak Datar
(Planography) dalam Seni Grafis
Indikator : Dapat menjelaskan dan membuat karya seni
grafis dengan acuan cetak datar melalui
penerapan 3 macam teknik cetak, yaitu :
1. Langsung
2. Tidak langsung
3. Lipatan
4. Lithografi
Pertemuan : 3, 4, 5
Waktu : 450 menit

A. PENGANTAR CETAK DATAR

Disebut Cetak Datar karena Acuan yang digunakan sebagai penghantar warna, rasa
bahan permukaannya datar/rata, tidak timbul, cembung, atau ditambah/ditempel,
dan juga tidak tenggelam, cekung, atau dicukil/dikurangi. Jadi permukaan acuan cetak
yang berpola (penghantar warna/tinta) ketinggiannya sama dengan bagian yang tidak
menghantarkan tinta.

B. MONOPRINT.
Pengertian lainnya adalah “sekali cetak” (satu kali cetak), karena pada pencetakan
berikutnya ( kalaupun dapat dilakukan), hasilnya tidak akan sama dengan hasil cetakan
pertamanya.

1. Bahan dan Alat :


Untuk mengerjakan sediakan bahan dan alat sebagai berikut :
1.1. Bahan :
- Acuan dari bahan yang berupa lembaran/plat yang tidak menyerap cat. Misalnya
: kaca, mika, plastik, atau semacamnya. Sebaiknya dengan ketebalan minimal 3

10
mm. agar stabil pada saat digunakan, sedangkan panjang dan lebarnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
- Cat/Tinta Cetak, dapat menggunakan yang berbasis air, ataupun minyak.
1.2. A l a t :
- Roll Karet (Brayer), untuk meratakan cat pada permukaan kaca (mika/plastik).
- Pisau Palet (Kapi), dan Kwas dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan
kebutuhan

2. Teknik Cetak Monoprint :

2.1. Cara Tidak Langsung :

2.1.1. a. Buat gambar/tulisan, atau sebuah komposisi warna pada permukaan


kaca/mika/plastik (lihat butir 1.1) dengan menggunakan Tinta Cetak. Kalau
membuat tulisan, huruf/kalimatnya harus terbalik karena kaca (mika/plastik)
tersebut berfungsi sebagai Acuan

b. Letakkan kertas yang akan dibubuhi cetakan di atasnya, dan letakkan lagi
satu atau dua lembar kertas lagi di atasnya. Selanjutnya tekan/pres
permukaannya sambil digosok-gosok rata dengan tangan (Baren), proses ini
sebaiknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati, agar hasilnya baik.

Gambar 10. Hasil karya monoprint teknik tidak langsung

11
Dengan demikian, gambar/tulisan yang dibuat di permukaan kaca akan
“berpindah” pada kertas yang dimaksud (Gambar 12), sedangkan
gambar/tulisan yang ada di permukaan kaca/Acuan (Blok Negatif)
telah/menjadi “rusak”, inilah yang membuat proses ini disebut Monoprint
(Cetak Tunggal).

2.1.2. a. Roll-kan cat (misalnya hitam) pada permukaan kaca dengan rata.
b. Buat gambar/tulisan dengan lidi, pinsil atau Ballpoint pada permukaan kaca
yang sudah dibubuhi cat tersebut (Gbr. 11a), pada kaca, gambar/tulisannya
menjadi berwarna “putih” karena terhapus.
c. Letakkan kertas yang akan diberi cetakan di atas kaca tersebut, dengan satu
atau dua lembar lagi di atasnya.
d. Tekan dan gosok rata dengan tangan (baren) pada seluruh permukaannya
dengan rata. Maka gambar/tulisan ( yang berwarna putih ) pada acuan
akan“berpindah” di kertas yang berlatar belakang hitam (Gbr. 11b).

Gambar 11a. 11b. Negatif pada acuan gambar/tulisan terbalik dan


hasil cetakan pada kertas

12
Gambar 12 Gambar 13
“ Kebun Pisang “ Karya Pujiono “ Hutan Bambu “Karya Pujiono

2.2. Cara Langsung :


a. Roll-kan cat (mis. hitam) pada permukaan kaca.
b. Tempatkan selembar kertas yang akan dibubuhi cetakan di atasnya secara
ringan, dan jangan ditekan.
c. Jaga kedudukan kertas agar tidak bergerak dan buat gambar/tulisan di
“punggung” kertas tersebut dengan menggunakan lidi, atau kayu yang agak
diruncingkan, (huruf/tulisan dibuat terbalik).
d. Setelah selesai, angkat kertas tersebut dan gambar/tulisan yang dibuat akan/
telah “berpindah”, dan tercetak pada kertas dimaksud (berwarna hitam).

Gambar 14. Contoh Hasil cetak Cara Langsung

13
2.3. Cara Lipatan :
a. Selembar kertas dilipat menjadi dua.
b. Bubuhi salah satu bidang lipatan dengan cat (beberapa warna).
c. Selanjutnya tangkupkan kedua bidang lipatan tersebut menjadi satu, tekan
kuat-kuat dan gosok rata seluruh permukaannya.

Gambar 15. Contoh Hasil cetak cara lipatan

d. Bila diinginkan, bidang kertas yang sudah dilipat menjadi satu tersebut, dapat
dilipat lagi pada arah yang berlawanan, dan diperlakukan sama pada butir (c).
e. Sesudahnya bukalah lipatan tersebut, maka akan tampak “gambar” hasil cetak
lipatan yang simetris.

C. LITHOGRAPHY

1. Perkembangan Lithography

Pengertiannya sama dengan mencetak dengan menggunakan Acuan yang


terbuat dari batu (Litho), dan dasar pemikirannya terletak pada prinsip, bahwa
lemak/minyak dan air tidak akan dapat menyatu (saling menolak).
Awalnya dimulai dari terdapatnya bahan semacam batu kapur atau padas
di pegunungan Jura, Bavaria (Eropa). Batu tersebut padat, strukturnya lembut/
halus merata, porous (menyerap cairan) tetapi tidak terlalu/sangat porous.
Permukaannya sesudah dihaluskan menjadi bahan dasar pembuatan acuan, dan
karena acuannya terbuat dari batu (Litho) itulah, maka proses cetaknya disebut
Lithografi

14
Alois Senefelder pada abad 18, tepatnya pada tahun 1798 telah mencoba
dan berhasil membuat Acuan dari batu (Litho) tersebut untuk mencetak, yang
kemudian dikenal dengan proses cetak Lithography. Proses ini sangat menarik dan
selanjutnya banyak dikembangkan oleh para seniman grafis Eropa, khususnya di
Perancis dan Jerman. Proses Lithography ini adalah awal (Cikal Bakal) yang dalam
perkembangannya kemudian menjadi Photolithography, hingga Cetak Offset yang
kita kenal hingga sekarang.

Gambar 16. Alois Senefelder

2. Proses Cetak Lithography


2.1. Siapkan sebuah slab (“lembaran”) , atau blok batu Litho yang sudah rata dan
dihaluskan permukaannya. Besarnya, atau ukuran panjang dan lebarnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
2.2. Dengan menggunakan pensil/kapur yang banyak mengandung lemak, atau tinta
Bak/China yang dicampur dengan lemak, buatlah gambar/tulisan pada
permukaan batu tersebut.
2.3. Untuk lebih memperkuat ikatan “lemak” pada batu agar dalam proses
pencetakan tidak mudah lepas, lapisi permukaan batu dengan campuran Arabic
Gom dan Zat Asam.
2.4. Siram seluruh permukaan batu “litho” tersebut dengan air, pada saat ini
terjadilah proses kimia bahwa di permukaan batu yang bergambar / tulisan dan

15
mengandung lemak tidak menyerap air, sedang pada bagian lain di luarnya akan
menyerap dan mengandung air.
2.5. Ratakan cat yang berbasis minyak dengan Roll pada selembar kaca, kemudian
Roll-kan cat tersebut pada permukaan batu “litho” tersebut. Pada proses ini cat
tersebut akan melekat pada gambar / tulisan yang mengandung lemak / minyak,
dan tidak melekat atau “ditolak” pada bagian yang mengandung air.

Gambar 17. Mesin Pres Lithografi

2.6. Letakkan selembar kertas yang akan dibubuhi cetakan di atas permukaan batu
tersebut. Kemudian letakkan lagi di atasnya selembar karton, dan selanjutnya
dilakukan penekanan/pengepressan kuat dengan menggunakan silinder/mesin
press. Dengan demikian image (gambar/tulisan) di batu litho (yang bercat) akan
“berpindah” dan menempel/tercetakkan pada kertas.
 Catatan: Untuk mencetak dengan menggunakan dua warna atau lebih,
Acuan yang diperlukan jumlahnya sesuai dengan jumlah warna yang
akan dicetakkan.

Kertas

Batu / Litho

Gambar 18. Tinta Cetak yang berbasis minyak tidak melekat di batu yang
‘mengandung’ air

16
D. Rangkuman

Teknik seni grafis disebut Cetak Datar karena Acuan yang digunakan sebagai
penghantar warna, rasa bahan permukaannya datar/rata, tidak timbul, cembung, atau
ditambah/ditempel, dan juga tidak tenggelam, cekung, atau dicukil/dikurangi. Jadi
permukaan acuan cetak yang berpola (penghantar warna/tinta) ketinggiannya sama
dengan bagian yang tidak menghantarkan tinta.
Dalam cetak datar dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: (1) Monoprint yang
terdiri dari teknik cetak langsung dan tak langsung dan (2) Lithography/Lithografi yakni
teknik cetak datar dengan menggunakan acuan cetak batu litho dengan cara
memisahkan objek dan background dengan menggunakan minyak dengan air.

E. Latihan
Carilah contoh karya seni grafis dengan teknik Monoprint dan Lithography. Jelaskan
perbedaan yang mendasar dari hasil cetak keduanya, dan uraikan kelebihan dan
kelemahan diantara kedua teknik cetak tersebut.

F. Evaluasi
a. Tes Tulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian cetak datar/planography dalam seni grafis!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan monoprint!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Lithography!
4. Jelaskan teknik monoprint dalam cetak datar dan uraikan urutan kerjanya
dalam pembuatan karya cetak datar dengan monoprint.
5. Jelaskan urutan kerja dalam pembuatan karya cetak datar dengan teknik
Litography

b. Praktik
Buatlah karya seni grafis dengan teknik cetak datar (planography) sebagai berikut:
1. Buatlah karya seni grafis dengan teknik monoprint cetak langsung dan tidak
langsung dengan menggunakan berbagai macam acuan cetak.

17
2. Buatlah karya seni grafis dengan teknik lithography dengan menggunakan bahan
pengganti batu litho secara sederhana untuk memahami prinsip lithography.
3. Publikasikan karya yang telah anda buat melalui Pameran Kelas.

G. Daftar Bacaan
Ann d'Arcy Hughes, Hebe Vernon-Morris. 2008. The Printmaking Bible: The Complete
Guide to Materials and Techniques. Chronicle Books.

Bernard Toale. 1992. Basic Printmaking Techniques. Davis Pubns.

Bill Fick, Beth Grabowski. 2009. Printmaking: A Complete Guide to Materials and
Processes. Laurence King.

Judy Martin. 1993. The Encyclopedia of Printmaking Techniques. Running Pr

Mardikanto, 2005, Buku Ajar Seni Grafis. Surabaya : Unesa University Press

Marianto, D, 1988, Seni Cetak Cukil Kayu, Kanisius, Yokyakarta

Scheder, Georg, 1985, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta : Kanisius

18
BAB III
CETAK DALAM (INTAGLIO)

Deskripsi singkat cakupan materi : Pada bab ini akan diuraikan mengenai macam-
macam teknik cetak dalam (intaglio) dalam seni
grafis serta prosedur pembuatan karya seni
grafis dengan teknik cetak dalam.
Kemampuan Akhir : Memahami berbagai macam teknik Cetak Dalam
(intaglio) dalam Seni Grafis
Indikator : Dapat menjelaskan dan membuat karya seni grafis
dengan teknik cetak dalam, meliputi :
1. Teknik Cetak dalam dengan Drypoint
2. Teknik Cetak dalam dengan Etching
Pertemuan : 6, 7, 8
Waktu : 450 menit

A. PENGANTAR CETAK DALAM

The Gravure Printing Process, atau Intaglio (baca: in-tal’yo), artinya adalah
menggores menoreh/mencukil (to cut) atau mengukir (to engrave). Disebut juga
Cetak Dalam, karena penghantar warna/Acuannya adalah bagian yang dicukil,
digores, dikikis (bagian yang “dalam”) kebalikan dari Cetak Tinggi (Relief Print).
Teknik Cetak Dalam (Intaglio) pada proses pencetakan, Acuannya akan
menerima tekanan yang tinggi, berat dan rata dari silinder berputar pada alat yang
disebut Etching Press. Karena harus menerima tekanan yang tinggi dan berat, maka
bahan Acuan juga harus benar-benar masif (padat) dan bersifat tidak menyerap cat
(non absorbent). Perlakuan dan sifat tersebut mengisyaratkan penggunaan bahan
seperti Plat Mika, Plastik, atau Logam sebagai bahan untuk membuat Acuan. Karena
selain mampu menerima tekanan yang tinggi dan berat, bahan-bahan tersebut juga
memiliki sifat tidak menyerap tinta maupun basisnya (minyak pelarut pigmen tinta) .
Jenis logam yang biasa digunakan antara lain kuningan, tembaga, aluminium dan seng
sari, sedangkan ketebalannya sebaiknya minimal 0,3 mm.
Dibandingkan dengan teknik-teknik grafis lain, Intaglio prosesnya (relatif)
lebih rumit/sulit, dan memerlukan alat khusus untuk mencetakkannya. Tanpa alat
tersebut (Etching Press Machine) sangat sulit diperoleh hasil cetakan yang maksimal,
19
dan alat tersebut pun harganya (relatif) mahal. Mungkin inilah antara lain yang
menyebabkan Intaglio ini kurang berkembang dan dikembangkan di Indonesia,
walaupun sebenarnya pada hasil cetakannya dapat digunakan untuk mewujudkan
bentuk-bentuk visual artistik khusus, yang sulit ditemui pada teknik-teknik lainnya.

B. PEMBUATAN ACUAN CETAK DALAM


Berdasarkan pada proses pembuatan acuannya, Cetak Dalam dapat dibedakan
menjadi dua cara :
1. Drypoint / Etsa Kering ( Langsung )

Disebut juga Dry Point, Direct Method atau Engravings (Mengukir), karena dalam
proses pembuatannya, gambar / tulisan mage) pada Acuan dibuat “langsung” dengan
alat cukil atau gravure (Grafir).
Teknik “mencukil” yang dilakukan di sini benar-benar berbeda dengan teknik
dalam proses pembuatan Acuan Cetak Tinggi. Karena “image” yang terdiri dari alur-
alur, yang terjadi karena goresan / cukilan yang dilakukan, nantinya juga berfungsi
sebagai tempat “menyimpan” cat cetak dalam proses pencetakkan. Makin dalam
goresan yang dibuat, akan menyimpan cat lebih banyak dan pada hasil pencetakkan
akan menampilkan garis yang semakin tebal (gelap = darker). Kesan gelap dan terang
(bayangan) juga dapat ditampilkan dengan cara mempertentangkan arah garis arsir.
Selain dengan arsir garis, kesan bayangan / gelap terang tersebut dapat juga
ditampilkan melalui arsir titik-titik dengan menggunakan alat Gravure (Grafir).
Dengan beberapa spesifikasi tersebut, teknik ini baik sekali dan sangat tepat
untuk mengekspresikan imajinasi yang menampilkan berbagai macam bentuk
(khususnya) arsiran pada hasil cetakan.
Cara membuat Acuan :
a. Bahan yang diperlukan :
Seperti sudah disinggung di atas, sehubungan dengan teknik pengerjaan
(pembuatan) Acuan, dan proses pencetakannya, maka bahan untuk membuat
Acuan tersebut harus :
1). Bersifat masif/padat/kedap dan tidak bereaksi dan menyerap cat cetak,
serta tahan/kuat menerima “tekanan” tinggi.

20
2). Dengan tebal plat sedikitnya 0,3 mm. agar tidak tembus ketika dicukil,
digrafir atau dietsa, serta tidak meliuk/melengkung saat ditekan (press)
dengan tekanan tinggi pada saat pencetakan.
Untuk keperluan tersebut, selain plat (lembaran) logam seperti : Aluminium,
Tembaga, Kuningan, atau Seng Sari (Seng/Zinc dengan kadar Timbel tinggi), untuk
membuat Acuan dengan teknik Kering/Langsung/Dry Point dapat juga digunakan
Plat Mika, Plastik, atau Ebonit dan semacamnya.
b. Alat yang dibutuhkan :
1). Alat Cukil dengan mata pahat yang terbuat dari bahan logam dengan kadar baja
tinggi, agar tidak mudah / cepat tumpul ketika digunakan. Sedangkan bentuk-
bentuk mata pahatnya pada dasarnya sama dengan alat untuk mengerjakan
Cukil Kayu.

Gambar 19. Beberapa bentuk alat Cukil Logam

2). Jarum Baja. Dapat dibuat dari bahan kawat, paku baja, atau kikir kecil dengan
penampang bulat atau segitiga, kemudian pada bagian ujungnya diraut /
diruncingkan menggunakan Gerinda, selanjutnya dapat dibuat bertangkai kayu.

Gambar 20 Beberapa bentuk Jarum Baja

21
3). Alat Gravure (Grafir). Semacam mesin bor bertenaga listrik atau digerakkan
secara mekanik dengan mata bor runcing, biasanya alat ini digunakan untuk
membuat tulisan/label pada piala dan semacamnya. Alat ini sangat tepat
khususnya untuk menampilkan jenis arsir titik-titik (pointilistik), dan karena
digerakkan secara mekanik maka dapat mempercepat kerja.

c. Proses Pembuatan Acuan :


1). Buatlah desain dikertas, sesuai dengan luas bahan yang akan dijadikan Acuan
( 1 : 1 ).
2). Pindahkan dengan cara menjiplakkan desain dengan menggunakan kertas
karbon di atas permukaan bahan Acuan.
3). Selanjutnya untuk mewujudkan image, sesuai dengan yang diharapkan,
gunakan alat-alat yang sesuai untuk mencukil/menggores, atau mengukir
permukaan bahan Acuan.
Goresan -goresan yang dilakukan akan menghasilkan alur-alur yang berbentuk
U, V atau lainnya, sesuai dengan jarum atau alat cukil yang digunakan. Ekspresi
tebal tipisnya (darker and lighter) garis dapat dibuat dengan cara merubah
“tekanan” pada saat menggores Acuan. Bila saat menggores tekanannya kuat,
maka hasil goresannya akan menghasilkan alur/cekungan yang dalam dan akan
dapat menyimpan lebih banyak cat, sehingga pada pencetakkan akan
menghasilkan garis yang tebal/kuat (darker). Sebaliknya tekanan yang lunak
dan ringan pada saat menggores, akan menghasilkan alur/cekungan dangkal,
yang tidak dapat banyak menyimpan cat, sehingga pada saat pencetakkan garis
yang dihasilkan pun tipis dan ringan (lighter).

4). Sesudah pekerjaan mencukil/menggores, atau mengukir mewujudkan seluruh


image selesai, pada bagian tepi alur goresan biasanya terbentuk “serpihan”
yang menyibak, sisa logam yang tergores.

22
Serpihan
Cat tidak sepenuhnya masuk
kedalam parit goresan

Garis yang dihasilkan tidak


tajam dobel/berbayangan
Bila sibakannya dibersihkan / di-scrap Cat
masuk penuh kedalam parit

Garis yang dihasilkan tajam

Gambar 21 Proses pencukilan logam

Kalau sisa/serpih logam tersebut tidak dibersihkan, pada saat pencetakan akan
tercetak garis-garis bayangan (ganda) dari garis “utamanya”, walaupun kadang-
kadang efek tersebut dikehendaki juga. Bila tidak dikehendaki serpihan logam
yang menyibak tersebut dapat dihilangkan dengan cara di-”scrap” dengan
Scraper (alat semacam Kapi/Pahat Penyilat yang tajam).

Gambar 22. Beberapa bentuk Scraper (Penyilat)

Lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak alur-alur/cekungan utama, dan


membuat terjadinya goresan-goresan (alur-alur) baru, kemudian sesudahnya
Acuan dapat dihaluskan dengan Kertas Gosok (rempelas) Waterproof nomer :
0/400 (halus).
Apabila proses pembuatan Acuannya menggunakan Gravure (Gravir),
perbedaannya terletak pada alat, teknik dan efek yang dihasilkan.
Gravir adalah semacam alat, yang secara mekanik membuat jarum baja
tersebut berputar/bergerak maju mundur (menusuk-nusuk) dengan kecepatan,

23
serta kekuatan “tekanan” yang dapat diatur/dikendalikan, dan yang dihasilkan
bentuk titik-titik (Pointilistik) pada Acuan.
Ujung jarum baja berpengaruh pada bentuk titik yang dihasilkan. Semakin
runcing/tajam, titik-titik yang dihasilkan semakin kecil, halus dan lembut.
Sebaliknya, semakin “tumpul”/membulat ujung jarum bajanya, semakin besar
titik-titik yang dihasilkannya.
Cara membersihkan serpihan pada Acuan yang diakibatkan karena teknik dan
alat Gravir, sama dengan bila menggores dengan alat Cukil atau Jarum Baja.
Pertama gunakan Scraper dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan goresan-
goresan yang tidak diinginkan. Selanjutnya dapat dihaluskan dengan kertas
gosok halus (Waterproof No. 0/400), hingga mencapai lubang/titik-titik
utamanya.

2. Etching / Etsa Basah ( Tidak Langsung )


Disebut juga dengan Proses Tidak Langsung (Indirect Method), karena untuk
membuat Acuannya harus melalui proses Etsa (tidak seperti pada cara langsung
dengan Jarum, Alat Cukil atau Gravir). Sedangkan Basah yang dimaksudkan di sini
adalah proses Etsa itu sendiri ( Etching ), atau pengikisan dengan cara merendam
Acuan dengan menggunakan bahan kimia.
Perlu diketahui bahwa bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan
Acuan di sini, adalah bahan - bahan kimia yang tergolong sangat beracun, keras, dan
berbahaya bagi kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sehubungan
dengan itu, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan, antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Sebaiknya dilakukan di tempat terbuka di luar ruangan, dengan sirkulasi udara yang
terjamin baik. Kalaupun di dalam ruangan, lengkapi dengan Exhause Fan dan semua
jendela harus dalam keadaan terbuka, bila perlu tambahkan Kipas Angin (Ceiling
Fan), sehingga sirkulasi udara di dalam ruangan benar-benar terjamin baik.
b. Selama proses Etsa berlangsung, sebaiknya selalu menggunakan “Masker” (penutup
mulut/hidung) agar tidak menghirup uap bahan kimia yang digunakan.
c. Gunakan sarung tangan dari karet yang khusus dan aman, dalam proses/
pelaksanaan Etsa.

24
d. Pergunakan semua alat sesuai dengan fungsinya.
e. Ikuti prosedur/aturan/tata cara/urutan yang sudah ditentukan saat melakukan
penyampuran bahan kimia.

Proses Pelaksanaan Etsa (Etching)

Pada prinsipnya dalam pembuatan Acuan melalui proses Etsa, setidak-tidaknya ada
tiga prosedur yang harus dilakukan :
1. Lempengan (plat) logam yang akan digunakan sebagai bahan Acuan terlebih dahulu
seluruh permukaannya harus ditutup dengan larutan bahan tertentu, yang tidak
bereaksi terhadap asam (mis.: cat, lilin/malam dan semacamnya).
2. Kemudian bagian-bagian yang merupakan image (gambar/tulisan) yang akan
dicetakkan “dibuka”, dengan cara digores Jarum/dihilangkan lapisan penutup
Acuannya (bukan menggores Acuannya).
3. Sesudah itu baru dilakukan proses etsa.
Butir 1 dan 2 di atas harus dilakukan, supaya yang terkikis dalam proses Etsa hanya
bagian image (gambar/tulisan) yang dikehendaki saja, sedangkan bagian lainnya
terlindungi dari proses pengikisan.
Menutup seluruh permukaan Acuan dengan bahan tertentu sebelum proses etsa
dilakukan disebut, “memberi/melapisi dengan Hard Ground”.
Dengan demikian istilah “Hard Ground” pada Cetak Dalam (Intaglio) diartikan
sebagai bahan yang digunakan untuk menutupi/melindungi permukaan Acuan
sebelum dilakukan proses Etsa.
Ada beberapa cara pembuatan “Hard Ground” tersebut, di antaranya adalah :

a. Hard Etching Ball Ground.

1. Menyiapkan Plat Logam.


Siapkan plat/lembaran logam (Tembaga/Kuningan/Seng Sari) dengan ketebalan
sedikit-nya 0,4 mm. atau disesuaikan dengan kedalaman parit/alur yang
dikehendaki dalam proses etsa nantinya. Panjang dan lebarnya disesuaikan dengan
kebutuhan (desain), atau kemampuan alat/mesin Etching Press-nya.

25
2. Membersihkan Plat Logam.
Bersihkan seluruh permukaan plat logam, gunakan kain lap bersih dengan (minyak)
Thinner A Special, Spiritus, atau Cuka dapur, karena biasanya plat logam yang masih
baru (khususnya), seluruh permukaannya dilapisi bahan yang membuatnya tidak
mudah berkarat, selanjutnya dibilas bersih dengan air dan dikeringkan.
3. Membuat Hard Ground.
Sebelum dilakukan proses Etsa, seluruh permukaan plat logam harus dilapisi
(ditutup) dengan Hard Etching Ground (Hard Ground). Tujuannya adalah agar,
selain image (gambar/tulisan) yang memang sengaja “dibuka”, maka seluruh
permukaan lainnya yang “tertutup” Hard Ground dapat / tetap terlindungi, tidak
tereaksi (terkikis) pada saat proses etsa.
Bahan Hard Ground terdiri dari : 1 (satu) bagian Malam Tawon (Batik), dan
1 (satu) bagian Gondorukem.
Kedua bahan tersebut dicampur dan dimasak, dengan cara di - ” Tim ”, sabagai
berikut :
a. Masukkan ke dalam kaleng ( X ) Malam Tawon dan Gondorukem dengan
perbandingan 1 : 1 sesuai dengan kebutuhan.
b. Kaleng X tersebut masukkan ke dalam kaleng Y yang diisi air secukupnya.

Kaleng

Kaleng Y

Kompor

Gambar 23. Kaleng dan Kompor untuk membuat Hardground

26
c. Tumpangkan kaleng Y ( berisi air dan kaleng X yang berisi Malam Tawon dan
Gondorukem) di atas api/kompor.
d. Biarkan air di dalam kaleng Y tersebut mendidih, setelah Malam Tawon dan
Gondorukem di dalam kaleng X mencair, aduklah hingga benar-benar menyatu
(homogen).

** Dapat juga kaleng yang berisi Malam Tawon dan Gondorukem tersebut langsung
diletakkan di atas api/kompor, tidak melalui proses di - “Tim”. Tetapi api kompor
sebaiknya dinyalakan kecil-kecil saja dan ketika mulai mencair, Malam Tawon
dan Gondorukem harus segera diaduk-aduk agar cepat menyatu (homogen),
karena malam Tawon dan Gondorukem mudah sekali terbakar bila terkena
panas api.
e. Setelah campuran Malam Tawon dan Gondorukem tersebut sudah benar-benar
homogen, matikan api kompor dan tunggu beberapa saat hingga campuran
tersebut agak dingin.
Selanjutnya ambil campuran (Malam Tawon dan Gondorukem) yang sudah
homegen tersebut secukupnya, dikepal-kepal dengan tangan hingga menyerupai
bola, inilah yang disebut Hard Etching Ball atau “Etching Ball”.

Gambar 24. Malam Tawon dan Gondorukem setelah agak dingin dikepal-kepal
membentuk Bola (Ball)

27
4. Menutup Acuan dengan Hard Etching Ball.
a. Dengan arah yang berlawanan antara gosokan yang pertama dan kedua,
gosokkanlah Etching Ball pada seluruh permukaan plat logam yang akan
dipergunakan sebagai Acuan.

Gambar 25. Menggosokkan Etching Ball ata kepermukaan logam bahan acuan

b. Panaskan Acuan yang sudah digosok rata permukaannya dengan Etching Ball
tersebut di atas kompor, yang permukaan apinya diberi (tutup) plat seng (agar
panas apinya rata, tidak menjilat-jilat). Dengan menggerakkan rata Acuan di atas
sumber panas, maka bekas gosokan Etching Ball akan cair merata pada
permukaan Acuan.
c. Setelah cair dan menutupi rata seluruh permukaannya, angkatlah Acuan tersebut
dari atas kompor, selanjutnya dinginkan hingga cairan ( Etching Ball ) di atas
permukaan Acuan kering kembali.
5. Melakukan Pen-”jelaga”-an.
Buatlah lampu minyak (Pelita / Ublik, Jw.) dengan bahan bakar campuran minyak
kelapa, dan minyak tanah (1 : 1), yang banyak menghasilkan asap hitam (Jelaga)
yang diperlukan dalam proses ini.
Selanjutnya permukaan Acuan yang berlapis Etching Ball digerak-gerakkan di atas
asap hitam lampu minyak tersebut, hingga jelaganya melekat pada seluruh
permukaan Acuan yang berlapiskan Etching Ball. Dengan demikian Acuan yang
akan diproses lanjut, seluruh permukaannya berwarna hitam hingga saat digores,
semua image ( garis / gambar / tulisan ) yang akan dibuat nantinya terlihat jelas.

28
Gambar 26. Proses Penjelagaan
Catatan :
- Pelapisan Hard Ground yang baik, adalah pelapisan yang tipis / rata sehingga
efek garis dan arsir yang kecil-kecil (halus) dapat dicapai.
- Pada pelapisan Hard Ground yang tebal, efek garis dan arsir yang halus / kecil sulit
dicapai.
- Pada dasarnya pelapisan hard ground harus dilakukan pada keseluruhan plat
logam Acuan (depan, belakang dan tepi-tepi samping / ketebalannya), sebab
dalam proses Etsa bagian yang tidak tertutup hard ground akan terkikis.

* Selain Etching Ball, untuk Hard Ground dapat juga menggunakan :


2 Bagian Aspaltum Powder
2 Bagian Malam Tawon
1 Bagian bubuk Gondorukem
* Ketiga bahan tersebut dilarutkan hingga homogen dengan Waas
Benzine secukupnya, sebaiknya tidak terlalu pekat/ kental sehingga
dapat disapukan tipis dan rata dengan kwas ke permukaan Acuan.

6. Penggoresan.
Alat yang diperlukan dalam proses ini adalah Jarum Baja, sama dengan yang
digunakan dalam proses pembuatan Acuan dengan teknik Dry Point, bedanya
terletak pada tujuan/sasarannya.

29
Dalam teknik Dry Point, jarum baja digunakan dengan tujuan untuk membuat alur-
alur/parit-parit, yang kemudiannya akan “diisi” cat untuk dicetakkan.
Dalam Etsa Basah, jarum baja tersebut hanya berfungsi untuk menyibak atau
membuka lapisan penutup (Hard ground), sehingga permukaan Acuan yang lapisan
penutup/Hard Ground-nya tergores jarum baja jadi “terbuka” dan terlihat
logamnya. Dengan demikian dalam proses Etsa, hanya bagian yang terbuka dan
terlihat logamnya itu sajalah nantinya, yang dapat terkikis menjadi parit-parit atau
alur-alur untuk diisi tinta pada saat akan dicetakkan.
7. Proses Etsa (Pengasaman).
Sesudah image, konsep/desain lengkap dinyatakan dengan goresan jarum baja
pada permukaan Acuan (berlaps Hard Ground berjelaga), periksa terlebih dahulu
seluruh hasil goresan, apakah semua goresan sudah benar-benar “membuka” Hard
Ground hingga logam Acuannya “terlihat” dan terbebas dari Hard Ground-nya.
Bila sudah benar-benar siap dapat dilakukan proses pengasaman (Etsa), dengan
resep-resep sebagai berikut :

Untuk Logam Kuningan atau Tembaga :


1). 4 Bagian Air dengan 1 Bagian HNO3 atau,
2). 4 Bagian Air dengan 1 Bagian HCl atau,
3). 16 Bagian Air dengan,
4 Bagian Sulphuric Acid dan
3 Bagian Potassium Bichromate.

Untuk Aluminium :
20 Bagian Air dan 1 Bagian Hydrochloride Acid.
Dutch Mordant Untuk Tembaga :
18 Bagian Air,
5 Bagian Hydrochloride dan
1 Bagian Larutan Potassium Chloride.
Dutc Mordant Untuk Seng Sari :
40 Bagian Air,
5 Bagian Hydrochloride dan

30
1 Bagian Larutan Potassium Chloride.

Catatan :
AWAS !!! HATI-HATI !!!
Dalam Proses Pengasaman (Etsa) perhatikan sekali lagi pada masalah
keamanan dan keselamatan kerja, karena bahan kimia yang digunakan
tergolong : “ SANGAT BERBAHAYA DAN BERACUN ”.
Untuk itu :
1. Perhatikan kondisi ventilasi / sirkulasi udara di tempat kerja.
2. Gunakan Sarung Tangan Karet dan Masker saat bekerja.
3. Perhatikan prosedur / urutan tata kerjanya.
4. Jangan dekat-dekat / jauhkan bak campuran bahan kimia dari wajah,
karena bahan kimia tersebut berbahaya bila terkena kulit, mata dan
paru-paru bila terhisap.

* Cara Mencampur Bahan Kimia :


1) Terlebih dahulu tempatkan air sejumlah yang diperlukan ke
dalam bak plastik.
2) Tuangkan Asam Khlorida, Nitrat atau bahan kimia lainnya
sedikit demi sedikit (pelan - pelan) sambil diaduk - aduk ke
dalam bak plastik yang sudah berisi air tadi JANGAN
SEBALIKNYA !!!
Karena akan menimbulkan uap Asam (bahan Kimia) yang berbahaya !!!
 Selanjutnya masukkan (rendam) Acuan ke dalam bak plastik yang berisi
larutan asam tersebut.

Selama proses Etsa (Pengasaman) berlangsung, gunakan Bulu Ayam atau Bulu
Burung untuk membantu “memasukkan” larutan asam ke dalam parit-parit/
alur-alur image (desain) yang ada, agar pengikisannya dapat berjalan dan
bereaksi secara baik/merata.
Perlu diperhitungkan antara lamanya waktu pengasaman dan ketebalan plat
logam yang digunakan sebagai bahan Acuan. Karena apabila waktu
perendamannya terlalu lama, sedang plat logam yang digunakan sebagai bahan
Acuan terlalu tipis, maka plat logamnya dapat tembus terkikis yang dapat
berpengaruh pada hasil cetakannya.
Apabila pada hasil cetakan nantinya dikehendaki adanya alur dangkal
(menghasilkan garis/arsir yang tipis/ringan),dan alur dalam (menghasilkan
garis/arsir yang tebal/kuat), maka apabila dirasakan sudah cukup pengasaman
Acuan dapat dihentikan sementara, dan bagian/alur yang dikehendaki dangkal
ditutup Hard Ground. Selanjutnya dapat dilakukan pengasaman lanjut, hingga

31
bagian/alur yang dikehendaki “dalam” terkikis lagi dan mencapai kedalaman
yang diharapkan.

Catatan :
Lama waktu perendaman/pengasaman sangat tergantung kepada
kwalitas logam, dan kwalitas bahan kimianya. Untuk itu kepekaan rasa
terhadap “ketepatan lamanya waktu perendaman” sangat diperlukan,
melalui pengalaman, latihan dan uji coba.

8. Penyelesaian.
Bila proses pengasaman/Etsa dirasakan cukup dan selesai, seluruh lapisan penutup
(Hard Ground) dapat dibersihkan dengan Benzine atau Thinner. Kemudian Acuan
dicuci dengan air, sabun dan kwas, dibilas hingga benar-benar bersih dari asam
(karena sisa asam yang tertinggal di dalam alur-alur/parit-parit, akan terus
bereaksi), selanjutnya Acuan dilap dengan kain bersih yang menghisap dan
keringkan.
9. Pemberian Cat .
Yang dimaksudkan dengan pemberian cat, adalah proses “memasukkan” cat ke
dalam parit-parit atau alur-alur (image, desain, gambar/tulisan) yang telah
dihasilkan dalam proses Etsa (pengasaman), dan membersihkan cat yang ada dan
tersisa pada “permukaan” Acuan hingga benar-benar bersih.

Gambar 27. Acuan seni grafis teknik Hard Etching Ball Ground

32
b. A q u a t i n t

Seperti namanya, hasil cetakan dengan Acuan yang dibuat melalui proses ini
akan menampilkan hasil/warna sembur, mengingatkan pada gambar-gambar yang
dibuat dengan Tinta Hitam (Cina) atau Cat Air dengan teknik basah.
Pada dasarnya semua proses Etsa (Pengasaman) dalam Etsa Basah untuk Cetak Dalam
adalah sama.
Perbedaan utamanya terletak dalam proses pembuatan bahan untuk menutup
permukaan Acuan, Hard Etching Ground atau Hard Ground-nya, yang akhirnya
berpengaruh juga terhadap hasil cetaknya.
Demikian pula dengan Acuan yang dibuat melalui proses Aquatint ini, hasil cetaknya
“dapat seperti itu” adalah karena kekhususan yang ada dalam pembuatan Hard
Etching Ground-nya.
Pembuatan Accuan dengan/melalui proses Aquatint, pada dasarnya dapat
dikelompokkan manjadi dua :
1. Langsung (Direct Method).
Direct Aquatint Hard Ground Method.

Dalam proses ini Hard Ground berfungsi langsung sebagai media untuk
mewujudkan image / desain ( gambar / tulisan ), dan sekaligus berfungsi sebagai
bahan penutup permukaan Acuan.
Proses Pengerjaannya :
a. Bahan untuk membuat Hard Ground-nya adalah Gondorukem (Arpus), ditumbuk
dalam lumpang keramik hingga benar-benar halus.
b. Siapkan plat logam Acuan yang sudah bersih.
c. Mewujudkan image/desain (gambar/tulisan) :
Berbeda dengan proses Cetak Dalam lainnya, di mana seniman dapat
berekspresi langsung dengan tangannya (menggoreskan Jarum Baja atau
menyapukan Kwas), dalam Direct Aquatint Hard Ground Method ini yang dapat
dilakukan adalah hanya mengatur, dan mengendalikan “jatuhnya” butir-butir
halus Gondorukem (Arpus) dari saringan, ke atas permukaan Acuan. Sebagai alat
bantu mempermudah dalam proses ini, dapat dibuat pola-pola / sablon dari

33
kertas gambar, BC., atau Karton Manila untuk mengendalikan, mengatur dan
membentuk image yang dimaksudkan.

Pola dari karton

Gambar 28. Membentuk Pola-pola Gambar


d. Memanaskan Acuan :
Dalam proses mewujudkan image (c) di atas, butir-butir halus Arpus
(Gondorukem) hanya terletak (menumpang) dan tidak melekat di permukaan
Acuan.
Melekatkan butir-butir halus Godorukem pada permukaan Acuan dapat
dilakukan dengan memanaskan. Caranya adalah dengan menempatkan Acuan
tersebut di atas api kompor yang ditumpangi seng (agar panas apinya merata
dan tidak menjilat-jilat) dengan jarak tertentu. Akan lebih baik bila menggunakan
Electric Cook Plate (Kompor Listrik) yang panas/suhunya dapat diatur.

Gambar 29 Cook Plate (Kompor Listrik)

Dengan dipanaskan, butiran Gondorukem akan meleleh dan melekat pada


permukaan Acuan, tetapi meleleh yang “sangat” akan menutup keseluruhan
permukaan Acuan.
Untuk itu benar-benar harus diperhatikan dan diperhitungkan lama waktu
memanaskannya, agar butir-butiran Gondorukem tidak keseluruhannya meleleh,
tetapi hanya 30 % dan maksimal 50 % saja.

34
Hasil tidak benar,
karena akan lepas saat dietsa

Hasil tidak benar,


karena prmukaan tertutup

Hasil benar, karena pola jelas dan


tidak lepas saat di etsa

Gambar 30. Ketepatan butiran gondorukem di permukaan logam

Catatan :
Proses mengerjakan butir c dan d, sebaiknya dilakukan di ruangan yang
bebas dari angin, karena hembusan angin akan mengganggu atau merubah
arah jatuhnya butir-butir halus Gondorukem di atas permukaan Acuan

e. Proses Etsa (Pengasaman) :


Sama dan sesuai dengan penjelasan yang terdahulu.
Sesudah proses pengikisan selesai, lapisan Godorukem dihilangkan dengan
Benzine hingga bersih, dan selanjutnya dapat dilakukan penintaan dan
pencetakan.

Gambar 31. Acuan seni grafis Direct Aquatin

35
2. Tidak Langsung (Indirect Method).
Indirect Aquatint Hard Ground Method
a. Dalam proses ini, sebelum direndam (Etsa), terlebih dahulu dibuat bahan Lift
Ground untuk mewujudkan image/desain (gambar/tulisan) pada permukaan
bahan Acuan yang nantinya akan dicetakkan. Karena bahan dasar untuk
membuat Lift Ground tersebut yang dominan adalah Gula, maka disebut juga
Sugar Lift Ground Aquatint.

Resep Sugar Lift Ground Aquatint :


1). 1 Bagian Arabic Gom dan
1 Bagian Sirup ( larutan Gula dan air = 1 : 1 )
* Diaduk hingga homogen.
2). 2 Bagian Arabic Gom
3 Bagian Cat Poster ( Cat Poster : Air = 1 : 1 ) dan
10 Bagian Sirup ( Gula : Air = 1 : 1 )
* Diaduk hingga homogen.

3). 1 Bagian Arabic Gom


1 Bagian Sabun Detergent
2 Bagian (secukupnya) Tinta Cina dan
10 Bagian Sirup ( Gula : Air = 1 : 1 )

 Diaduk hingga homogen.


Pilih salah satu resep tersebut, dan dengan menggunakan kwas atau trekpen
(pena), wujudkanlah image (gambar/tulisan) pada permukaan Acuan yang sudah
bersih.

Gambar 32. Acuan Suger Aquatin

36
b. Menutup Acuan dengan Hard Ground.
Sesudah seluruh image diwujudkan pada permukaan bahan Acuan, dan Lift
ground sudah benar-benar kering, seluruh permukaan Acuan ditutup Hard
Etching Ground, yang dibuat dari larutan Aspaltum Powder dalam Waas Benzine,
atau Benzine.

c. Membuka Lift Ground


Beberapa saat hingga Hard Ground benar-banar kering, kemudian Acuan
diproses untuk membuka Lift Ground-nya.
Untuk Resep 1) dikerjakan dengan direbus, caranya :
- Didihkan air secukupnya di atas kompor.
- Masukkan Acuan yang sudah “digambari” dengan menggunakan Lift Ground,
dan permukaannya sudah ditutup Hard Ground tersebut ke dalam rebusan air
mendidih tersebut.
- Diamkan Acuan beberapa saat di dalam air mendidih. Karena panas , maka
bagian-bagian pada Lift Ground yang berbasis air dan tidak bersenyawa
dengan Hard Ground-nya yang berbasis minyak, akan mengelupas, lepas, dan
“terbuka” hingga terlihat logamnya.
Untuk membantu/mempercepat proses tersebut, dapat dilakukan dengan
cara menggosok-gosokkan kwas halus di permukaan Acuan, tetapi jangan
terlalu dipaksakan agar image (gambar/tulisan) tidak rusak.
- Apabila seluruh Lift Ground (image) sudah “terbuka” semua, selanjutnya
dapat dilakukan proses Etsa (Pengasaman), Penintaan, dan Pencetakan yang
cara dan proses/pelaksanaannya sama dengan yang sudah dijelaskan
terdahulu.
* Untuk Resep 2) dan 3) proses “membuka” Lift Ground-nya dilakukan dengan
cara “mencuci” Acuan dalam larutan air sabun. Gosokkan Kwas, hati-hati
pada permukaan Acuan supaya Hard Ground-nya tidak rusak.
Kalau dalam proses ini Hard Ground pada Acuan ada yang rusak di bagian-
bagian tertentu, dapat dilakukan perbaikan (retusir). Gunakan Kwas yang
halus (ukuran sesuaikan kebutuhan) dengan larutan Aspaltum Powder

37
dalam Waas Benzine secukupnya, kemudian disapukan hati-hati pada
bagian-bagian yang “rusak” tersebut.
Selanjutnya dapat dilakukan proses Etsa (Pengasaman), dst.

 Kesulitan biasanya akan terjadi bila Hard Ground-nya terlalu pekat, kental
atau kuat. Untuk mengatasi, lakukan dengan cara “direbus” seperti pada
resep 1)

C. PROSES PENCETAKAN
Sesudah proses perlakuan Etsa terhadap acuan (kering/basah) selesai, pastikan acuan
sudah dalam keadaan benar-benar bersih. Baik dari kotoran seperti kerak-kerak, pasir,
debu dan semacamnya, atau dari sisa-sisa bahan kimia yang digunakan mengikis
acuan. Kalau sudah siap benar, proses selanjutnya adalah :
1). Membubuhi Cat.
Setelah Acuan benar-benar bersih dari kotoran/serpihan dan sisa-sisa dalam proses
mewujudkan image/desain (gambar/tulisan) , maka proses selanjutnya adalah
membubuhi Acuan dengan cat cetak. Proses Membubuhi Cat disini sebenarnya
adalah proses “memasukkan” cat ke dalam alur-alur (parit-parit) image, gambar/
tulisan pada permukaan Acuan yang akan dicetakkan.
Gunakan “Ceceg” (Bhs. Jw.) atau Jempol (Ibujari), jari tangan agar cat/tinta cetak
benar-benar masuk ke dalam alur-alur/parit-parit tersebut dengan baik dan penuh.

Cecek
Ibu Jari

Gambar 33. Penintaan pada Acuan

2). Membersihkan Permukaan.


Sesudah proses membubuhi/memasukkan cat tersebut selesai , proses
selanjutnya adalah membersihkan cat cetak yang mengenai/tertinggal/ada di
permukaan (bagian yang tinggi) Acuan. Karena selain cat yang ada di “dalam”
alur-alur/parit-parit, seluruh permukaan Acuan harus benar-benar bersih dari
cat, agar dalam pencetakkan dapat dicapai hasil yang maksimal.

38
“Membersihkan” permukaan (bagian yang tinggi) Acuan, dapat dilakukan
dengan menggunakan kain halus, atau kertas yang menyerap. Usahakan jangan
ada sisa-sisa kain (benang, bulu, kapas), dan kertas turut masuk ke dalam alur/
parit Acuan yang sudah “berisi” cat.
Menyapu/mengusapkan kain atau kertas di permukaan Acuan pada saat
membersihkan tidak asal digosok-gosok dengan tidak beraturan/seenaknya.
Tetapi dilakukan dengan cermat, hati-hati dan sedikit demi sedikit, bagian -
perbagian dengan mempertentangkan arah gosokan dengan alur/parit yang
berisi cat. Sedemikian rupa, hingga cat yang sudah dimasukkan dan berada di
dalam parit-parit/alur-alur Acuan terjaga dan tetap dalam keadaan “penuh”,
dan tidak berkurang/terbawa pada saat membersihkan permukaan datarnya.
3). Mencetak.
Sesudah seluruh bagian tinggi pada permukaan Acuan dalam keadaan benar-
benar bersih, letakkan Acuan tersebut di atas landasan Etching Press dengan
susunan (urutan dari bawah ke atas) sebagai berikut :

4 3

1 2

1a

1 6

Gambar 34. Urutan pencetakan pada media kertas

39
(1). a. Alas/Daun Meja Cetak (Body Press)
(1). Plat logam dari Baja/Giral tebal + 1 - 1,5 cm. yang tidak mudah melengkung
karena “tekanan” tinggi.
(2). Lapisan beberapa lembar kertas (koran/merang/gambar), atau karton
(0,5 - 2 mm.).
(3). Acuan yang sudah dalam keadaan benar-benar bersih, diletakkan dengan
permukaan yang akan dicetakkan menghadap ke atas.
(4). Kertas Gambar/Duplex/BC/semacamnya yang akan dibubuhi cetakan
sebelumnya sudah “dilembabkan” *, diletakkan menghadap ke bawah (ke
arah Acuan).
(5). Felt **, semacam kain Laken tetapi tebal ( + 0,5 - 1 cm.) yang lunak / halus
dan kuat mendapat tekanan tinggi, di atasnya diberi beberapa lembar kertas
sana dengan butir (2)
(6). Silinder penerima tekanan dari silinder atas, yang sekaligus menjalankan/
menggerakkan (maju/mundur) butir 1 – 5 saat tuas penggerak silinder (6) ini
diputar dalam proses pencetakan.
(7). Silinder menekan kuat ke bawah

Gambar 35. Etching Press model berdiri dan model duduk

40
Bila susunan penempatannya sudah baik, dapat dilakukan penekanan (pressing),
dengan cara memutar tuas penggerak silinder yang bawah. Di dalam proses ini Cat
yang ada di dalam alur / parit Acuan, akan terhisap kuat pada kertas yang sudah
dilembabkan, dan image (gambar / tulisan) pada Acuan akan tercetakkan pada
kertas tersebut.

Catatan :
* Dilembabkan maksudnya adalah, sebelum dibubuhi cetakan pada seluruh
permukaan kertas gambar (Duplex, BC, dll.) tersebut disapukan air dengan
kwas atau sprayer, kemudian diangin-anginkan beberapa saat + 1 - 2 jam,
sehingga menjadi lembab (bukan / tidak basah). Tujuannya agar kertas
yang akan dibubuhi cetakan, bersifat lebih menghisap cat yang ada di
dalam alur/parit Acuan pada saat di-”press”.

** Felt Blankets adalah semacam kain Laken, bahan untuk membuat topi
yang lembut/halus tetapi kuat menerima tekanan tinggi. Bisa juga dipakai
kain Flanel yang berkwalitas baik, beberapa lapis sesuai dengan
kebutuhan, atau lembaran semacam karet busa (khusus) tetapi lebih
padat, kenyal dan kuat menerima tekanan yang tinggi.

D. Rangkuman

The Gravure Printing Process, atau Intaglio (baca: in-tal’yo), artinya adalah
menggores menoreh/mencukil (to cut) atau mengukir (to engrave). Disebut juga
Cetak Dalam, karena penghantar warna/Acuannya adalah bagian yang dicukil,
digores, dikikis (bagian yang “dalam”) kebalikan dari Cetak Tinggi (Relief Print).
Berdasarkan teknik pembuatan acuan cetaknya, cetak dalam dibagi menjadi
dua, yakni (1) teknik Dry Point yaitu teknik kering dengan cara di gores/digrafur
langsung pada permukaan acuan cetak, dan (2) teknik Etching, yakni pembuatan
acuan cetak dengan teknik pengikisan dengan cairan kimia atau sering disebut etsa.

E. Latihan
Carilah contoh karya seni grafis dengan teknik Drypoint dan Etching. Jelaskan
perbedaan yang mendasar dari hasil cetak keduanya, dan uraikan kelebihan dan
kelemahan diantara kedua teknik cetak tersebut.

41
F. Evaluasi
a. Tes Tulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian cetak dalam/intaglio dalam seni grafis!
2. Jelaskan perbedaan antara drypoint dan etching pada cetak dalam
3. Uraikan teknik pembuatan acuan dengan teknik drypoint dan etching, serta
jelaskan kelebihan dan kelemahan kedua teknik tersebut!
4. Jelaskan macam-macam teknik cetak dalam dengan cara etching!
5. Jelaskan urutan pembuatan acuan cetak dengan teknik Hard Etching Ball
ground.
b. Praktik
Buatlah karya seni grafis dengan teknik cetak dalam (intaglio) sebagai berikut:
1. Buatlah acuan cetak datar dengan teknik dry point, kemudian lakukan
pencetakan sesuai prosedur yang benar.
2. Buatlah acuan ctak datar dengan teknik etching dengan memilih satu diantara
beberapa teknik pembuatan acuan cetak yang telah anda pelajari, kemudian
lakukan pencetakan sesuai prosedur yang benar.

E. Daftar Bacaan
Bernard Toale. 1992. Basic Printmaking Techniques. Davis Pubns.

Bill Fick, Beth Grabowski. 2009. Printmaking: A Complete Guide to Materials and
Processes. Laurence King.

Judy Martin. 1993. The Encyclopedia of Printmaking Techniques. Running Pr

Scheder, Georg, 1985, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta : Kanisius

42
BAB IV
CETAK TINGGI (RELIEF PRINT)

Deskripsi singkat cakupan materi : Pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengertian, macam-macam teknik cetak tinggi
(relief print) dalam seni grafis serta prosedur
pembuatan karya seni grafis cetak tinggi.
Kemampuan Akhir : Memahami berbagai macam teknik Cetak Tinggi
(relief print) dalam Seni Grafis
Indikator : Dapat mendeskripsikan pengertian dan macam-
macam teknik cetak tinggi serta membuat karya seni
grafis cetak tinggi dengan acuan tunggal dan multi
acuan.
Pertemuan : 10, 11, 12
Waktu : 450 menit

A. PENGANTAR CETAK TINGGI

1. Perkembangan Cetak Tinggi


Pada akhir abad 14 cetak cukil kayu ini tumbuh dan berkembang di Eropa,
selain untuk mencetak gambar pada kartu-kartu permainan dan pola-pola kain,
juga dipakai untuk menghiasi buku-buku keagamaan. Seniman yang terkemuka
diantaranya adalah Albrecht Durer (1472 – 1528)
Pada awal abad ke-16 Cetak cukil kayu ini, khususnya di Jerman mencapai
puncak kejayaannya. Seniman pada waktu itu cenderung berperan sebagai
koseptor (pembuat desain), sedangkan secara teknis dan penerapan estetisnya
dikerjakan oleh para kriyawan. Walau sempat berkembang menjadi media ekspresi
seni yang berdiri sendiri, seperti karya seni rupa murni lainnya pada abad itu, pada
abad ke-17 cetak cukil kayu ini sempat tergeser dengan cetak dalam (Intaglio). Dan
sekitar pertengahan abad ke-19 cetak cukil kayu ini muncul lagi sebagai media
berekspresi, khususnya di Perancis. Dan secara keseluruhan dari desain,
memindahkan gambar pada acuan, proses mencukil hingga pencetakannya
dilakukan oleh senimannya sendiri.
Bahan dasar untuk membuat Acuan (yang banyak dikenal orang) adalah kayu,
maka proses ini disebut juga sebagai Wood-Block Printing. Sesuai dengan istilah
teknik/ pembuatan Acuannya, Wood-cut, Wood Carving/Wood Engraving, yang

43
dalam bahasa Indonesia secara umum disebut Cukil Kayu. Walaupun dalam
kenyataannya, dapat juga menggunakan bahan dasar Acuan yang lain seperti :
- Slab Tanah Liat yang dikeringkan dan dihaluskan permukaannya.
- Slab dari Lilin/Parafin dicampur Bubuk Kalsium, Oker atau bubuk Batu Bata yang
halus/ disaring.
- Hardboard, Partickleboard, Triplex/Teakwood, lembaran karet/Linolium dan lain-
lain semacamnya.

Gambar 36. Karya cukil kayu karta Albrecht Durer

2. Prinsip Dasar Cetak Tinggi


Disebut Cetak Tinggi karena pada Acuannya, yang berfungsi sebagai
penghantar tinta pada proses pencetakkan adalah bagian yang tinggi, atau
“ditinggikan”. Sedangkan bagian yang tidak berfungsi sebagai penghantar cat
dihilangkan atau ”direndahkan”.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam proses pembuatan acuannya dapat dilakukan
dengan dua cara :
a. Mengurangi bagian - bagian pada suatu permukaan datar (cutting out) yang tidak
diperlukan sebagai penghantar cat pada proses pencetakan.

Gambar 37. Permukaan dikurangi/dicukil

44
b. Menambah/meninggikan dengan cara menempel bagian-bagian yang diperlukan
sebagai penghantar cat pada suatu permukaan datar.

Gambar 38. Permukaan ditambahi (ditempel/ditinggikan)

B. ACUAN CUKIL KAYU / WOOD CARVING


1. Karakteristik Acuan Cukil Kayu :
Pada dasarnya papan dari berbagai macam/jenis kayu dapat digunakan untuk
membuat Acuan. Tekstur dan Pola yang terdapat pada permukaan setiap
jenis/macam kayu/bahan Acuan dapat menampilkan efek berbeda pada hasil
cetakan. Yang penting kayu atau bahan tersebut bukan jenis yang mudah susut
(melengkung). Selain harus dalam kondisi yang benar-benar kering, sebelum dicukil
permukaan kayu/bahan tersebut sebaiknya dibuat rata dan dihaluskan dengan
kertas gosok terlebih dahulu, kecuali artisnya memiliki tujuan untuk menampilkan
kesan tertentu pada hasil cetakan.

Wood Carving dan Wood Engraving :


Dalam ruang lingkup teknik Cukil Kayu (Wood Cut) terdapat istilah Wood
Carving dan Wood Engraving.
Pada praktek pelaksanaan keduanya sama-sama dikerjakan dengan cara
mencukil/ menoreh (Cutting out). Perbedaannya terletak pada pemanfaatan serat
kayu yang digunakan sebagai Blok Negatif (Acuan), karena pada kenyataannya
tekstur/struktur serat kayu akan berpengaruh, dan dapat menampilkan efek
tertentu pada hasil cetakan.
Wood Carving memanfaatkan lembaran papan kayu dengan serat yang membujur,
sedangkan Wood Engraving menggunakan papan kayu yang dipotong dengan
memanfaatkan serat lingkarnya.

45
Alat untuk mencukil untuk kedua jenis serat tersebut pada dasarnya sama
bentuknya, perbedaannya terletak pada jenis logamnya. Karena serat lingkar kayu
pada wood engraving lebih rapat/padat, maka logam untuk alat cukilnya harus
lebih keras/kuat agar tidak mudah tumpul, dan alat ini tentu sangat baik sekali
untuk mencukil kayu serat membujur pada wood carving.

(A) (B)
Gambar 39. (A) Untuk Wood Carving, (B) Untuk Wood Engraving

Gambar 40. Contoh hasil cetak Wood Engraving

46
2. Variasi Bahan Acuan Cukil Kayu :
Selain Papan Kayu, banyak bahan lain yang dapat digunakan termasuk di sini
Tripleks, Teak-wood, Hardboard, Partickleboard, dan semacamnya. Pada Hardboard
terdapat dua permukaan berbeda (halus dan kasar), yang pada hasill cetakan dapat
menampilkan efek yang berbeda, dan keduanya dapat dipakai.
Bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat Acuan, adalah :
- Lilin (Parafin) yang dicairkan dan dicetak berbentuk slab. Agar lebih “keras” dan
tidak melengkung ketika kering, pada saat dimasak/dicairkan dapat
dicampurkan ke dalamnya bubuk Oker/Kalsium/Semen (Putih/PC), atau
tumbukan Batu Bata yang sudah dihaluskan dan disaring.

Cetakan ukuran sesuai dengan


dikehendaki, tuangkan Parafin
cair ke dalamnya, dapat juga
dipakai mencetak slab
tanah liat untuk bahan Acuan

Gambar 41. Papan kayu untuk acuan cetak tinggi

- Linoleum atau Vinyl, semacam bahan penutup lantai yang terbuat dari bahan
karet/ plastik, Karet Talang, atau Karet bahan untuk Sol Sepatu kadang-kadang
dengan dua permukaan, halus dan kasar yang keduanya dapat menampilkan
efek yang berbeda pada hasil cetakan, seperti yang dapat ditemui pada
Hardboard.
- Slab Tanah Liat bersih dicampur pasir halus yang sudah disaring (1 : 2) dicetak
dengan ukuran yang disesuaikan kebutuhan, kemudian dikeringkan. Sesudah
permukaannya diratakan/dihaluskan dapat juga dipakai sebagai bahan Acuan.

47
3. Peralatan Cukil Kayu :
Dalam proses pembuatan Acuan diperlukan alat-alat sebagai berikut :

3.1. Pahat Cukil (Cutting Knife)


Untuk menampilkan berbagai “efek” pada hasil cetakan, diperlukan pahat
yang mata pahatnya dapat memenuhi tujuan tersebut. Walaupun dalam proses
yang sesungguhnya, seniman dapat saja mengembangkan bentuk-bentuk mata
pahat, disesuaikan dengan kehendak dan tujuan dalam mengekspresikan
imaginasinya. Umumnya bentuk-bentuk mata pahat yang diperlukan adalah :
lurus ( -- ), lengkung ( U ) dan patah ( V ).

Gambar 42. Beberapa bentuk mata pahat untuk cukil kayu

Gambar 43. Beberapa bentuk mata pahat ganda dan hasil torehannya

48
3.2. Sikat dan Kwas
Untuk membersihkan Acuan dari kotoran / sisa serpihan-serpihan kayu setelah
selesai mencukil.

Gambar 44. Berbagai bentuk sikat dan kwas untuk membersihkan Acuan

CATATAN :

a. Perekat ( Lem )
Apabila diperlukan, jenis lem yang berbasis air digunakan untuk melapisi seluruh
permukaan Acuan yang akan digunakan sebagai penghantar cat. Setelah
dikeringkan dapat mengurangi daya serap Acuan terhadap cat berbasis minyak
yang dibubuhkan. Apabila cat yang akan digunakan untuk mencetak berbasis air,
maka untuk mengurangi daya serap dapat digunakan Vernis, atau cat sintetis
berbasis minyak untuk melapisi permukaan Acuan.

b. Cat/Tinta Cetak
Yang memang dibuat khusus untuk mencetak (print making), pada hasilnya
memang dapat maksimal. Akan tetapi pada dasarnya berbagai jenis/macam cat,
yang berbasis air ataupun minyak dapat digunakan dalam proses mencetak,
karena masing-masing menampilkan efek yang berbeda pada hasil cetakan.

c. Minyak
Minyak basis cat (Thinner, Afduner dll.) sekaligus dapat digunakan sebagai pencair
dan pembersih. Minyak Tanah dan Bensin selain dipakai untuk pembersih, dalam
hal tertentu dapat juga sebagai pencair untuk beberapa jenis cat .

49
4. Proses Pembuatan Acuan ( Wood-Block Printing )
Secara sederhana proses pembuatan Acuannya adalah dengan cara mencukil,
menoreh (Cutting out), mengurangi atau “merendahkan” bagian-bagian kayu
yang nantinya tidak terkena cat, dan tidak tertera pada hasil cetakan.
Langkah-langkah Kerjanya :
1. Buat desain/gambar kerja untuk memperlancar proses pengerjaannya.
2. Siapkan papan kayu yang akan digunakan untuk membuat Acuan.
3. Memindahkan gambar desain pada Acuan. Dalam tahapan ini perlu diingat
bahwa gambar pada Acuan harus dibuat “terbalik”, kebalikan dari hasil
jadinya ( khususnya desain yang bertulisan ).
4. Bila desain sudah tertera baik pada Acuan, pekerjaan mencukil/menoreh
dapat dimulai. Selain menjaga mata pahat agar selalu dalam keadaan tajam,
dan memperhatikan arah serat kayu, pilihlah mata pahat yang sesuai dengan
efek yang ingin ditampilkan pada hasil cetakan.

Perlu diingat bahwa yang dikerjakan adalah membuat Cetak Tinggi, jadi bagian
yang menonjol saja yang akan tercetak. Sehingga kalau akan membuat sebuah
garis (hitam), maka yang dicukil adalah adalah bagian di sekeliling garis tersebut.
Apabila yang dicukil garisnya (yang diharapkan berwarna hitam tadi), garis
tersebut saat dicetak akan berwarna putih, karena rendah, dicukil dan tidak
terkena cat. Garis ini disebut garis negatif, sedangkan garis yang dicukil
disekelilingnya dan pada pencetakan menjadi berwarna hitam disebut garis
positif.

(A) (B)

Gambar 45. (A) Garis Negatif, (B) Garis Positif

50
Kerjakan secara bertahap, global terlebih dahulu, kemudian objek utamanya,
setelah latar belakang, selanjutnya kerjakan terpadu hingga diperoleh hasil yang
menyatu dan maksimal.
Setelah selesai, bersihkan dengan kwas kering sisa-sisa serpihan kayunya, dan
lakukanlah finishing pada bagian-bagian yang diperlukan.

5. Apabila Acuan sudah selesai dan benar-benar bersih, kalau diperlukan dapat
terlebih dahulu dilakukan percobaan mencetak. Karena dari hasilnya, akan
dapat dilihat bagian-bagian yang mungkin masih perlu untuk disempurnakan.
Kalau tidak, maka dapat langsung dilakukan pencetakan.

6. Agar tidak banyak menyerap cat, lapisi seluruh permukaan acuan dengan Lem
yang berbasis air. Lem untuk melapisi acuan tidak harus kental, agak cair
tetapi merata dan benar-benar menutupi keseluruhan permukaan acuan.
Tunggu beberapa saat hingga lem tersebut benar-benar kering, selanjutnya
proses pencetakan dapat dilakukan.

C. ACUAN KOLASE (Collage Negative Print/Colaprint)


1. Karakteristik Acuan Kolase :
Kolase {Ingg. Collage) pengertian dasarnya merempel/merekatkan, dan yang
dimaksudkan di sini adalah menempelkan berbagai benda pada satu permukaan
datar (Tripleks, Karton/semacamnya), dan berfungsi sebagai acuan cetak tinggi.
Jadi pada teknik ini acuan tidak dicukil (cutting-out), tetapi ditempel dengan
berbagai benda yang dianggap (oleh artisnya) dapat digunakan sebagai media
untuk mengekspresikan ide/pengalaman batinnya. Atau dengan kata lain Acuan
Kolase adalah acuan yang dibuat dengan cara menempelkan berbagai benda pada
satu permukaan datar.
2. Bahan :
Bahan digunakan dan yang akan ditempelkan bisa dibedakan antara yang :
a. Alamiah, antara lain berbagai jenis daun/rumput, kulit pohon, penampang buah/
pelepah, ranting, dan lain-lain.

51
b. Buatan, seperti peniti, penjepit kertas (paper clips), silet, tali/benang, tusuk gigi,
dan lain-lain .
3. Proses Pembuatan Acuan Kolase :
a. Hitam Putih
Pertama siapkan satu lembar karton tebal atau tripleks, dengan ukuran yang
disesuaikan kebutuhan, selanjutnya pilihlah benda - benda yang disukai dan
sesuai untuk dikomposisikan di atasnya.
Agar tidak mudah bergeser, sebaiknya penempatan benda-benda tersebut
dilekatkan dengan lem. Usahakan perbedaan “tinggi” antara benda yang satu
dengan benda lainnya dari karton (tripleks) landasan tidak terlalu besar, untuk
memudahkan ketika membubuhi cat dengan roll.
Benda-benda yang dipilih untuk digunakan, bisa yang Alamiah, atau yang
Buatan, dan boleh juga gabungan dari keduanya.
Setelah selesai mengkomposisikan, dapat dirollkan cat di atas seluruh
permukaannya, dan selanjutnya dapat dicetakkan.
b. Dua Warna atau Lebih (Multi Colour)
Dapat dilakukan dengan dua cara :
Pertama :
Pada awalnya sama dengan pada cara untuk Hitam Putih di atas. Tetapi dalam
proses membubuhi cat, digunakan beberapa roll dengan cat yang warnanya
berbeda-beda. Pengaturan arah ketika mengerollkan cat, yang warnanya
berbeda-beda tersebut akan meninggalkan bekas juga pada karton (tripleks)
yang digunakan sebagai alas/landasan. Hal tersebut tentunya akan dapat
memberikan efek artistik yang tersendiri pada hasil cetakan.
Kedua :
Benda-benda yang akan ditempatkan dan dikomposisikan pada permukaan
karton (tripleks) landasan, terlebih dahulu dibubuhi cat dengan roll. Warna-
warna yang dibubuhkan disesuaikan dengan kebutuhan dan hasil yang ingin
dicapai. Selanjutnya setelah benda-benda tersebut diatur/dikomposisikan di atas
alas/landasan, dapat dilakukan pencetakan.
Cat yang digunakan untuk membubuhi benda-benda yang dikomposisikan,
hendaknya dipilih tinta cetak jenis yang tidak cepat kering. Tujuannya untuk

52
mempermudah pada saat pencetakan, selain itu perbedaan “tinggi” antara
benda yang satu dan lainnya dari alas/landasan harus dibuat seminimal
mungkin, agar hasilnya maksimal.

D. ACUAN OBJEK ASLI (Real Object Negative Print)

Hampir sama dengan Collaprint, pada Acuan Objek Asli bahan yang digtnakan dapat
dibedakan menjadi dua jenis :
1. Alamiah, antara lain berbagai jenis daun/rumput, kulit pohon, penampang buah-
buahan, penampang pelepah daun, ranting tumbuhan, dan lain-lain.
2. Buatan, seperti peniti, penjepit kertas (paper clips), silet, tali/benang, tusuk gigi,
tekstur sol sepatu/sandal, ban mobil, hardboard, dan lain-lain semacamnya.
Contoh pelaksanaan :
a. Ambil sehelai daun Pakis, kemudian rollkan cat (V) di salah satu permukaannya,
setelah rata kemudian cetakkan di kertas, maka tekstur dengan pola daun Pakis
tersebut akan tercetak di atas kertas.
Apabila hal serupa dilakukan berulang – ulang dengan menggunakan warna yang
berbeda-beda (WXYZ), dan pada pencetakan komposisinya ditata/diatur dengan
baik akan dapat dihasilkan karya yang cukup baik .
Hal serupa dapat dilakukan pada benda-benda lain, baik yang alamiah ataupun
yang buatan.
b. Roll-kan warna muda (k) pada permukaan hardboard yang kasar (bertekstur),
cetakkan pada selembar kertas dengan baik. Roll-kan warna (l) yang lebih tua
sedikit daripada (k) pada selembar daun Papaya, cetakkan di atas warna (k) yang
sudah kering, demikian selanjutnya dengan materi lain yang dipilih untuk
memenuhi keinginan artisnya.

53
Gambar 46. Hasil eksperimen cetak tinggi

E. P E N C E T A K A N
1. Perlengkapan Cetak :
Beberapa Alat Pokok yang penting dan perlu disediakan dalam proses pencetakan
antara lai adalah sebagai berikut :
a. Gilingan Karet ( Rubber Roll )
Alat ini digunakan untuk meratakan cat (tinta cetak), dan membubuhkan cat
pada permukaan Acuan. Ukuran panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan
sedangkan garis tengahnya + 3 – 5 cm.

Gambar 47. Brayer/Roll Karet

54
Gambar 48. Brayer/Roll buatan sendiri Brayer buatan sendiri dari kayu bulat (tongkat
Pramuka), di bor masing-masing ujungnya ,
atau pipa Paralon (PVC) diberi sumbat kayu
yang dilubangi juga untuk tempat
pegangan/As penggerak. Sebelum
As/Pegangan dipa-sang, Masukkan Pipa/ Kayu
kedalam Ban Dalam sepeda yang sudah
dipotong sesuai panjang Pipa/ Kayu (Ban
dalamnya dibalik, yang bagian luar di dalam).
Hanya saja ban dalam sepeda kurang tahan
terhadap minyak.

b. Lembaran Kaca
Tempat yang digunakan untuk meratakan Cat / Tinta Cetak dengan Roll sebelum
dibubuhkan pada permukaan Acuan.
Ukuran panjang, lebar dan ketebalannya + 50 X 50 X 0,5 cm.

c. B a r e n .
Dalam proses pencetakan, alat ini digunakan untuk menekan / meratakan
tekanan pada bagian belakang (punggung) kertas yang ditumpangkan di atas
Acuan yang akan dibubuhi cetakan. Tujuannya adalah agar hasil cetakan dapat
berpindah dan melekat rata pada kertas.

55
Gambar 49. Baren

Gambar 50. Pelepah Bambu pembungkus Baren

d. Pisau Palet ( Kapi )


Digunakan untuk mengambil dan mencampur Cat / Tinta Cetak.

Gambar 51. Kapi (Palet Knife)

56
2. Proses Pencetakan :

Dalam proses mencetak langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Ambil Tinta Cetak secukupnya dengan Pisau Palet, dan tempatkan di Kaca untuk
diratakan . Kalau tintanya terlalu kental tambahkan minyak pencair secukupnya,
aduk dengan Pisau Palet, selanjutnya ratakan dengan Roll hingga benar-benar
rata dengan kekentalan yang diharapkan.
b. Roll-kan tinta cetak yang sudah rata dengan kekentalan sudah cukup tersebut
pada permukaan Acuan, hingga seluruh bagian yang timbul di permukaan Acuan
yang seharusnya terkena tinta cetak, sudah terbubuhi dengan baik dan rata.

Gambar 52. Proses mencetak

c. Letakkan kertas yang akan diberi cetakan di atas Acuan, dan tempatkan di atasnya
satu/dua lembar kertas lagi untuk melindungi kertas yang akan dibubuhi cetakan.

Kertas pelindung

Kertas yang akan dibubuhi


Acuan cetakan

Gambar 53. Posisi media cetak dengan acuan

57
d. Selanjutnya tekan dan gosok rata dengan Baren seluruh “punggung” kertas.
Menekan dan menggosok punggung kertas harus dilakukan dengan hati-hati,
agar letak kertas tidak berubah, bergeser, atau robek.
e. Sesudah dirasakan cukup merata dan semua bagian image sudah terbubuhkan
pada kertas sasaran cetak, buka/lepaskanlah kertas dari Acuan dengan hati-hati,
dan hasil/gambarnya akan terlihat.
Berikut contoh karya Hitam – Putih

(A) (B)

Gambar 54. (A) Contoh karya dengan garis negatif, (B) Garis positif

Gambar 55. Karya dengan perpaduan garis positif dan negatif

58
3. Variasi Cetak Tinggi
Teknik/proses membuat Acuan dan pencetakan di atas dilaksanakan untuk
mencetak satu warna. Untuk mencetak dengan dua warna atau lebih, beberapa
teknik/proses pembuatan Acuan yang masih di dalam ruang lingkup “Wood Block
Printing” ini, antara lain adalah :

3.1. Multi Acuan (Multi Blok Negatif)


Pada dasarnya mencetak dengan dua warna atau lebih (multi colour) , untuk
setiap warna diperlukan sebuah Acuan. Dengan demikian Acuan yang dibuat,
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah warna yang dikehendaki.
Proses teknik ini sebaiknya dimulai dari desain yang “sudah jadi”, lengkap dengan
rencana tata warnanya untuk mempermudah menentukan jumlah Acuan dan
menentukan urutan, Acuan mana (dengan warna tertentu apa) yang harus
dicetakkan terlebih dahulu. Dalam proses pencetakan sebaiknya berpegang pada
prinsip dimulai dari warna paling terang, berangsur-angsur ke warna yang paling
gelap.
Selain hal tersebut di atas, masalah lain yang harus diperhatikan dalam proses
pencetakan dengan teknik Multi Blok Negatif ini adalah, ketepatan pada saat
menempatkan kertas (yang akan diberi cetakan) di permukaan Acuan, dari warna
yang satu ke warna lainnya. Untuk itu perlu dibuatkan tanda-tanda khusus pada
Acuan, atau kertas-kertas yang akan diberi cetakan agar tidak bergeser (pada saat
ditekan/digosok dengan Baren), dan diperoleh ketepatan dalam penempatan
warna-warnanya.

3.2. Acuan Warna Terpisah


Prinsipnya hampir sama dengan teknik Multi Acuan (Multi Blok Negatif). Teknik
Acuan Warna Terpisah ini, pada pelaksanaannya dibuat satu Acuan Pengunci
terlebih dahulu, dan kemudian dibuat beberapa Acuan Seksional dari sejumlah
warna yang diinginkan.
Acuan Pengunci dibuat/dicukil sesuai dengan desain “dasarnya”, liniair dan
hasilnya hitam putih setelah dicetakkan, sebagai patokan untuk membuat Acuan (
Seksional) untuk warna lainnya. Sedangkan Acuan Seksional dibuat berdasarkan

59
Acuan Pengunci, dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah warna yang akan
dicetakkan.
Dengan demikian dalam teknik Acuan Warna Terpisah, pencetakan dapat
dilakukan, dan dimulai dari warna yang mana saja. Tidak perlu berurutan dan
harus dimulai dari warna yang terang kemudian berangsur-angsur ke warna gelap,
seperti pada teknik Multi Acuan. Di sinilah letak perbedaan antara teknik Multi
Acuan dan Acuan Warna Terpisah.

Acuan Pengunci (satu warna hitam) Acuan seksional 1 warna 1 (Ungu))

Acuan seksional 2 warna 2 (kuning/jingga) Hasil Jadi

Gambar 56. Contoh acuan warna terpisah

3.3. Cetak Hilang Acuan Tunggal


Teknik ini berlawanan dengan teknik Multi Blok Negatif, yang berprinsip satu
warna, satu Acuan dalam proses mencetak dengan banyak warna (multi colour).
Dalam teknik Cetak Hilang Acuan Tunggal, untuk mencetak dengan banyak warna
(multi colour) dapat dilakukan hanya dengan satu Acuan.
Kelemahan dalam teknik Cetak Hilang Acuan Tunggal ini, setelah dilakukan
pencetakan warna kedua dan ketiga (misalnya), pencetakan warna pertama dan

60
kedua sudah tidak dapat dilakukan/diulang lagi. Hal tersebut terjadi karena
setelah pencetakan warna pertama, ada bagian-bagain pada Acuan yang
dihilangkan (dicukil/ditoreh) agar tidak tercetakkan, pada saat pencetakan warna
yang kedua, dan warna pertama tidak tertutup oleh warna kedua. Selanjutnya
setelah pencetakan warna yang kedua, ada lagi bagian-bagian Acuan yang
dihilangkan, agar pada pencetakannya nanti, hanya warna ketiga yang
tercetakkan, sedangkan warna pertama dan kedua tidak tertutup warna ketiga,
demikian seterusnya.
Proses menghilangkan bagian-bagian tertantu pada Acuan setiap/sesudah
dicetakkan (berganti warna) dengan cara mencukil/menoreh inilah yang
menyebabkan teknik ini disebut Cetak Hilang Acuan Tunggal.

Warna ke-1 (merah)


Warna ke-2 (hitam)

Gambar 57. Contoh Tunggal cetak hilang

Acuan yang setiap/sesudah dicetakkan selalu dicukil/ditoreh, maka sesudah


pencetakan warna yang berikutnya, warna yang sebelumnya sudah tidak dapat
diulang lagi karena Acuannya sudah “dirubah” (dicukil/ditoreh), rusak,
“dihilangkan” beberapa bagian untuk pencetakan warna berikutnya. Konsekwensi
logisnya, pada pencetakan warna pertama harus dilakukan dalam jumlah yang
besar (banyak), untuk menjaga kemungkinan terjadinya “trouble” (misalnya,

61
meleset, tidak/kurang tepat saat menempatkan kertas pada permukaan Acuan)
dalam tahap pencetakan warna-warna selanjutnya.
Pelaksanaan teknik ini pada tahap awal (pecobaab/latihan), sebaiknya dimulai dari
gambar rancangan/desain yang benar-benar “sudah jadi”. Karena dengan
demikian secara sitematis sudah terencana secara berurutan, warna apa yang
akan dicetakkan terlebih dahulu, dan warna mana yang akan dicetakkan
berikutnya. Sesuai dengan prinsip urutan warna pada proses pencetakan, seperti
yang telah dijelaskan di muka.

3.4. Scraperboard
Istilah lain teknik Cukil Kayu (Wood Cut) dalam pembuatan Acuan, yang khusus
digunakan untuk mencetak dengan satu warna.
Dalam proses pembuatan Acuannya diperlukan penguasaan alat dan ketrampilan
teknik mencukil yang baik. Pengaturan rapat renggangnya cukilan, ketepatan
pemilihan mata pahat yang digunakan, dapat dihasilkan irama gelap terang yang
harmonis, maupun yang realistik dan berkesan tiga dimensional.
Dalam kenyataannya, walaupun dicetak dengan (hanya) menggunakan satu
warna, pengalaman yang panjang, serta penguasaan teknik yang baik disertai
kepekaan rasa/estetik yang mumpuni, dapat saja teknik Scrapperboard ini
digunakan untuk berekspresi dan menghasilkan karya seni grafis yang maksimal.

3.5. Pengulangan Pola Acuan

Sebuah Acuan yang selesai dibuat/dikerjakan dengan bentuk Segi Empat


memanjang (horisontal), atau meninggi (vertikal) dicetakkan dengan warna
tertentu “X” (misalnya). Selanjutnya sesudah dibersihkan dari warna X tersebut,
pada Acuan yang sama dibubuhi cat dengan warna “Y” (misalnya). Kemudian
Acuan tersebut (dalam posisi yang sama) dicetakkan di sebelah kiri atau kanan
hasil cetakan yang pertama tadi kalau hasil cetakan yang pertama desainnya
meninggi (vertikal). Kalau hasil cetakan pertamanya memanjang, pencetakan yang
kedua dilakukan di atas atau bawah hasil cetakan pertamanya.

62
Pengulangan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan variasi dalam
penempatan objek, maupun warna pada hasil cetakan. Untuk itu desain yang
dibuat, hendaknya disesuaikan dengan tujuan tersebut.
Acuan yang bentuknya Bujur Sangkar, dapat juga dicetakkan empat kali dengan
empat warna yang berbeda (misalnya WXYZ, atau XYYX), dengan penempatan
yang saling berhadapan atau dipertentangkan, sehingga (secara keseluruhan)
diperoleh hasil cetakan dalam bentuk Bujur Sangkar yang lebih besar.

Warna X

Warna Y

Gambar 58. Pengulangan pola acuan

3.6. Memotong Acuan


Teknik ini dimulai dari mencukil/menoreh (membuat) Acuan terlebih dahulu.
Setelah benar-benar “jadi” sesuai dengan desain yang dikehendaki, maka ada
beberapa bagian yang dipotong (lepas), seperti membuat “Puzzle Picture”. Jumlah
bagian-bagian yang dipotong, sama dengan jumlah warna yang dikehendaki dan
disesuaikan dengan desain secara keseluruhan, untuk mendapatkan hasil cetakan
yang menyatu.
Kemudian pada permukaan setiap bagian/potongan Acuan tersebut dirollkan
warna yang dikehendaki. Selanjutnya di atas suatu permukaan yang datar dan
rata, bagian – bagian Acuan yang terpotong – potong tadi diatur, ditata,

63
dikembalikan pada bentuk Acuan yang utuh seperti semula. Usahakan agar Acuan
yang sudah disatukan utuh tersebut tidak mudah bergerak, atau berubah letaknya
pada saat pencetakan, bila diperlukan dapat dibuatkan pengunci di sisi / samping
Acuan yang tidak lebih tinggi dari ketebalan Acuan. Setelah selesai dan tertata
rapi, dapat dilaksanakan proses pencetakan.
Orange Yellow
Dark Blue Red Maroon Violet

Gambar 59. Satu Acuan dipotong menjadi empat bagian

3.7. Memutar Acuan


Dasar pelaksanaannya hampir sama dengan teknik Pengulangan Pola Acuan
(lihat butir 5 yang sudah diuraikan di atas). Perbedaannya, teknik ini pada saat
pencetakan yang “kedua”, posisi Acuannya diputar sehingga “berhadapan”
dengan hasil cetakan yang pertama.
Karena acuannya hanya satu dan akan dicetakkan “dua kali” (bolak-balik), maka
dalam mempersiapkan acuannya perlu kecermatan dan ketelitian untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Dimulai dari pembuatan desain yang sudah
memperhitungkan rapat renggangnya cukilan, sehingga akan diperoleh
penampilan tekanan warna dan gelap-terang (tone) seperti yang diharapkan.

64
3.8. Acuan Tumpang
Teknik ini pada dasarnya menggunakan 2 (dua) buah Acuan atau lebih, untuk
mencetak dengan dua warna atau lebih. Acuan yang pertama, desainnya
berbeda dengan Acuan kedua, yang ketiga pun berbeda dengan acuan yang
pertama dan kedua dan seterusnya, akan tetapi secara keseluruhan diangkat
dari satu desain yang hasilnya utuh, dan merupakan satu kesatuan

Gambar 60. Memutar Acuan Cetak dan acuan tumpang dua warna

3.9. Lino-Cut/Linoleum-Cut
Dalam proses pelaksanaannya teknik ini prinsipnya sama dengan Wood-Cut
(Cukil Kayu), perbedaannya hanya terletak pada bahan yang digunakan untuk
membuat Acuan.
Linoleum adalah sejenis bahan penutup lantai yang kuat, terbuat dari kain
kanvas yang dilapisi campuran bubuk gabus dan minyak (strong floor-covering of
canvas treated with powdered cork and oil ).
Bahan ini relatif lebih mudah dicukil daripada kayu, tetapi di sini sulit untuk
memperolehnya. Sebagai gantinya dapat menggunakan Vinyl, Karet untuk
Talang, atau bahan untuk Sol Sepatu dan semacamnya dengan ketebalan yang
berkisar antara 2 – 3 mm. Kedua permukaannya kadang-kadang berbeda, satu
muka bertekstur, sedangkan permukaannya yang lain halus seperti yang dapat
ditemui pada Hardboard .

65
Bahan-bahan sejenis Linoleum tersebut di atas relatif mudah dikerjakan, dan
pada hasil pencetakannya pun juga terlihat baik, rapi dan jelas. Akan tetapi para
Pegrafis jarang memilihnya, karena bahan tersebut tidak memiliki karakter kuat
seperti yang secara alamiah, ada, dimiliki dan hanya terdapat pada kayu.

Gambar 61. Gambar 62.


Christian Rohlfs,Street in Soest. Augustin Tschinkel, Emigran
1911. Lino-cut. 23,5 X 24 cm. 1972. Cukilan Lino. 43,7 X 32,5 cm

F. Rangkuman
Disebut Cetak Tinggi karena pada Acuannya yang berfungsi sebagai penghantar
tinta pada proses pencetakkan adalah bagian permukaan acuan cetak yang tinggi, atau
“ditinggikan”. Sedangkan bagian yang tidak berfungsi sebagai penghantar cat
dihilangkan atau ”direndahkan”. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam proses
pembuatan acuannya dapat dilakukan dengan dua cara : (a) mengurangi bagian -
bagian pada suatu permukaan datar (cutting out) yang tidak diperlukan sebagai
penghantar cat pada proses pencetakan, dan (b) Menambah/meninggikan dengan
cara menempel bagian-bagian yang diperlukan sebagai penghantar cat pada suatu
permukaan datar.
Berdasarkan media untuk pembuatan acuan cetaknya, cetak tinggi dibagi menjadi
3 jenis yakni dengan acuan kayu/cukil kayu (wood carving) dan Linolium (lino cut),
yakni bahan sejenis karet. Sedangkan untuk praktek sederhana dapat menggunakan
acuan cetak yang ada di sekitar kita yang memiliki karakter permukaan tinggi dan
rendah, misalnya daun.

66
G. Latihan
Carilah acuan cetak sederhana di sekita anda, lalu buatlah karya cetak tinggi dengan
menggunakan cat yang kamu miliki. Lakukan secara berulang dan buatlah pola sesuai
kreativitas anda.

H. Evaluasi
a. Tes Tulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
1. Jelaskan sejarah perkembangan cetak tinggi!
2. Jelaskan pengertian cetak tinggi dalam seni grafis!
3. Uraikan macam-macam teknik pembuatan karya seni grafis cetak tinggi dengan
menggunakan berbagai macam acuan cetak
4. Jelaskan perbedaan wood engraving dan wood carving dalam cetak tinggi!
5. Jelaskan urutan pembuatan karya cetak tinggi cukil kayu dengan multi acuan!

b. Praktik
Buatlah karya seni grafis dengan teknik cetak tinggi (relief pring) dengan teknik cukil
kayu dengan memilih salah satu teknik yang ada untuk menghasilkan karya cetak
tinggi multi warna.

I. Daftar Bacaan
Ann d'Arcy Hughes, Hebe Vernon-Morris. 2008. The Printmaking Bible: The Complete
Guide to Materials and Techniques. Chronicle Books.
Bernard Toale. 1992. Basic Printmaking Techniques. Davis Pubns.
Bill Fick, Beth Grabowski. 2009. Printmaking: A Complete Guide to Materials and
Processes. Laurence King.
Judy Martin. 1993. The Encyclopedia of Printmaking Techniques. Running Pr
Mardikanto, 2005, Buku Ajar Seni Grafis. Surabaya : Unesa University Press
Marianto, D, 1988, Seni Cetak Cukil Kayu, Kanisius, Yokyakarta

Scheder, Georg, 1985, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta : Kanisius

67
BAB V
CETAK SARING (SILK SCREEN PRINTING)

Deskripsi singkat cakupan materi : Pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengertian dan prosedur pembuatan karya seni
grafis cetak saring (silk screen printing).
Kemampuan Akhir : Memahami dan melakukan berbagai macam
teknik Cetak saring (silk screen printing) dalam
Seni Grafis
Indikator : Dapat mendeskripsikan pengertian dan macam-
macam teknik cetak saring serta membuat karya seni
grafis dengan teknik cetak saring pada media yang
sesuai.
Pertemuan : 13, 14, 15
Waktu : 450 menit

A. PENGANTAR CETAK SARING

1. Perkembangan Cetak Saring


Cetak Saring disebut juga Cetak Tembus, (Cetak) Sablon, dan dalam bahasa Inggris
disebut Silk Screen Printing/disingkat Screen Printing yang secara teknis prinsip
kerjanya, sama dengan teknik Stencil.
Kapan dan di mana teknik ini pertama kali diketemukan, hingga sekarang belum
diketahui secara pasti. Tetapi bermula dari sekitar abad 17, di Jepang dan China
ditemukan semacam alat cetak saring yang kasanya terbuat dari kain tenun benang
sutera. Dalam prinsip stencil diperlukan (kain) kasa terbuat dari tenunan benang,
yang sifatnya masif/padat, dan tidak menyerap cat/tinta cetak (bahan pewarna).
Ada dugaan bahwa pada awalnya bahkan telah digunakan tenunan rambut manusia
sebagai bahan kasa untuk mencetak. Anyaman/Tenunan rambut manusia tersebut
berfungsi sebagai kasa, yang menahan/mengikat potongan-potongan Perkamen
(kertas), sebagai “penutup” yang membentuk desain/image.

68
Gambar 63. Kasa dengan tenunan rambut manusia

Pada awal abad ke 19 setelah ditemukan serat/benang sintetis pengganti serat


alam untuk membuat benang/tenunan, maka kain kasa yang terbuat dari benang
sutera yang mahal, kedudukannya mulai tergeser. Kain Kasa yang terbuat dari
bahan Monyl, Nylon, Dacron, Organdy, bahkan yang Stainless Steel mulai dipakai
untuk menggantikan Sutra. Tetapi prinsip (cetak) Stencil tersebut, walaupun sudah
tidak memakai Sutra (Silk) untuk kasa screennya dan menggunakan kain jenis-jenis
lainnya, tetap disebut Silk Screen Printing.
Di negara kita teknik tersebut diistilahkan sebagai Cetak Saring, Cetak Tembus, atau
Cetak Sablon.
Di Amerika ( + 1930), Cetak Saring terutama digunakan tujuan-tujuan
komersial (Applied Art), seperti Label/Kemasan, Poster, Reklame dll.). Bersamaan
dengan itu, di sisi lain Berkembang juga Cetak Saring yang berorientasi pada seni
murni (Pure / Fine Art). Untuk yang bertujuan murni ke seni ini, disebut sebagai
Serie for Silk Screen Printing atau Seriegraph untuk membedakan, dari yang tujuan
utamanya komersial (Silk Screen Printing).
Akhirnya istilah Serie for Silk Screen Printing atau Seriegraph manjadi kabur dan
kurang dikenal. Orang lebih terbiasa dengan istilah Silk Screen Printing, atau Screen
Printing sebagai bagian dari Seni grafika, dalam keluarga Seni Rupa yang dikenal
hingga sekarang.

69
2. Prinsip Dasar Cetak Saring

Dari bermacam sebutannya, baik Cetak Saring, Cetak Stencil, Silk Screen
Printing, Seriegraphy, ataupun Cetak Sablon, prinsip dasar pelaksanaannya adalah
sama dengan mencetak menggunakan Acuan yang bersifat “tembus”, seperti
halnya saringan.
Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut, selembar kertas atau
material lain diletakkan di bawah screen Frame. Tinta cetak dituangkan kedalam
frame, selanjutnya dengan menggunakan Rakel (Squeegee) disapukan keseluruh
permukaan (belakang) screen. Rakel tersebut selain berfungsi untuk menyapukan
cat cetak, juga berfungsi untuk menekan cat cetak. Pada saat cat cetak tersebut di-
sapu/tekan-kan pada permukaan (belakang) screen, maka cat cetak tersebut akan
“tertekan” menembus/melalui pori-pori screen yang tidak ditutup (blocked) dan
tercetak pada permukaan kertas yang diletakkan di bawahnya tadi.
Artinya, image (tulisan/gambar)yang akan dicetakkan adalah bagian-bagian yang
menghantar dan dilewati cat cetak, dan itu adalah bagian - bagian yang berpori-
pori/ “berlubang” (tembus). Sedangkan bagian lainnya, selain image
(tulisan/gambar) yang tidak berfungsi sebagai penghantar cat ditutup/dibuntu
(blocked), agar tidak tertembus/ dilewati cat cetak .
Ringkasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Screen/Kain kasa terbuat dari Sutera, Nylon, Dacron, Ogandy atau Stainless Steel,
direntangkan kuat pada Bingkai Perentang (Frame) terbuat dari kayu atau logam.
Screen Frame tersebut berfungsi sebagai Acuan, dan sekaligus sebagai
Reservoir/tempat cat cetak.
2. Bagian-bagian di luar desain/image, yang berupa gambar/tulisan pada Screen
“ditutup” (blocked), sehingga yang “terbuka” hanya bagian image-nya saja.
3. Letakkan Screen Frame tersebut, tepat di atas kertas (bahan lain) yang akan
dibubuhi cetakan.
4. Tuangkan Cat Cetak ke dalam (Reservoir) Screen Frame, kemudian ratakan dan
tekan dengan Rakel (Squeegee), cat tersebut akan tertekan, meresap/
menembus bagian Screen yang tidak “ditutup”, dan image akan tercetakkan di
atas kertas.

70
Pada prinsipnya, bahan yang digunakan untuk “menutup” (blocked) kain kasa
(screen) basisnya/bahan pelarutnya harus berlawanan dengan basis cat yang
digunakan untuk mencetak.
Kalau cat yang akan digunakan untuk mencetak berbasis minyak, maka bahan
penutup screen harus bahan yang berbasis air, misalkan Lem Kanji (Tapioca),
Tackol, Povinal dan semacamnya. Sebaliknya kalau cat yang akan digunakan
mencetak berbasis air, maka untuk penutup screen harus bahan berbasis minyak,
misalkan Vernis, cat minyak/sintetis untuk kayu atau besi dan semacamnya.
Kecuali “penutupan” screen melalui proses fotografi, yang menggunakan bahan
penutup emulsi peka cahaya (Chromatine, Ulano TZ, Ulano Fotocoat 133 dll.).
Setelah diproses, bahan penutup jenis ini tidak terpengaruh / larut terhadap cat
yang berbasis air maupun minyak. Walaupun dalam pelaksanaannya, khususnya
kalau digunakan untuk produksi dalam jumlah besar (banyak), akan lebih “tahan”
kalau dilapisi dengan Screen Lacqueer.

B. ACUAN CETAK SARING .

1. Kain Saringan ( Sreen )


Kain jenisnya banyak, tetapi yang dapat digunakan untuk Sceen Cetak Saring harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
1). Kemampuan/daya rentangnya tinggi, kuat dan tahan lama (tidak mudah
kendur).
2). Serat benangnya stabil, artinya dalam keadaan basah tidak mengembang,
dan dalam keadaan kering tidak menyusut.
3). Jarak/kerapatan tenunan serat benangnya menetap. tidak mudah berubah
sebelum, ketika, maupun sesudah digunakan.
4). Serat benangnya kuat, tidak mudah aus/tahan terhadap berbagai jenis
minyak/basis cat, dan bahan-bahan kimia reaktif yang digunakan.
5). Serat benangnya tidak menyerap pigmen dan minyak/basis cat yang
digunakan untuk mencetak.

71
* Adapun jenis kain yang dapat digunakan untuk Kasa Screen antara lain adalah :
1). Silk Gauze,
2). Dacron,
3). Organdy,
4). Stainless Steel, dan
5). Nylon, dengan merek : a. Monyl, b. Nytaal, c. Nybolt, d. Ulano, dll.
Dari berbagai jenis tersebut yang banyak digunakan untuk Screeen dalam Cetak
Saring, adalah kain Nylon. Khususnya Monyl, Nytaal, Nybolt, atau Ulano, karena
jenis ini memang dibuat khusus untuk keperluan Cetak Saring.
Adapun yang terbuat dari serat benang Stainless Steel, walaupun harganya jauh
lebih mahal, jenis ini kwalitasnya paling baik karena lebih awet, kuat dan tahan
lama. Dan sangat baik/ideal digunakan untuk memproduksi dalam skala besar/
banyak/masal dan terus menerus, khususnya di pabrik-pabrik.

RENGGANG BENANG.
Disebut juga “ MESH “ yang artinya, jumlah (banyaknya) “mata”, atau lubang yang
ada pada kain percentimeter persegi.

(A) (B)

Gambar 64. (A) Nomor kerapatan rendah, lubang pori-pori lebar/kasar untuk permukaan
yang menyerap tinta.
(B) Nomor kerapatan tinggi, lubang pori-pori kecil/halus untuk permukaan
yang tidak menyerap tinta.

Perlu diketahui bahwa pemilihan Ukuran Renggang Benang (Mesh), kerapatan,


kepadatan, atau jumlah (banyaknya) mata/lubang percentimeter persegi pada kain
yang akan digunakan untuk Screen, berkaitan erat dengan daya resap permukaan
benda yang akan diberi cetakan.

72
Untuk mencetak pada permukaan benda dengan daya resap tinggi (mis. Kain, Kayu
dan semacamnya), digunakan screen yang “Mesh” -nya rendah (longgar), sehingga
jumlah cat yang “menembus” screen lebih banyak. Sebaliknya, untuk mencetak
pada permukaan benda yang daya resapnya rendah (keras, mis. Plastik, Mika, dan
semacamnya) digunakan screen dengan “Mesh” tinggi (padat) , sehingga cat yang
menembus screen lebih sedikit.

Tabel 1 : Renggang Benang, Jumlah Mata/Lubang (MESH) per centimeter persegi.

No. JML. BENANG / No. JML. BENANG /


TIPE TIPE
KASA CM. PERSEGI KASA CM. PERSEGI

S 51 131 S 90 230
T 51 131 T 90 230
S 54 137 S 95 240
T 54 137 T 95 240
S 58 148 S 100 260
T 58 148 T 100 260
S 61 156 S 110 280
T 61 156 T 110 280
T 64 163 S 120 305
S 66 169 T 120 305
T 66 169 S 130 330
T 68 175 T 130 330
S 73 186 S 140 355
T 73 186 T 140 355
S 77 195 S 150 390
T 77 195 T 150 390
S 81 206 S 165 420
T 81 206 T 165 420
S 180 460

 Seperti sudah dijelaskan, kain-kain sejenis Organdy, Sutera,


Dacron dan semacamnya, sebenarnya dapat digunakan dalam
proses Cetak Saring, tetapi ada beberapa persyaratan yang tidak
dimiliki, seperti mudah aus/tidak awet terhadap bahan kimia,
Mesh ( ukuran reng-gang benang) terbatas dll. Untuk itu dalam
pembicaraan selanjutnya, yang dimaksud dengan kain Kasa
(Screen) adalah kain yang terbuat dari serat benang Nylon (Monyl,
Nytal, Nybolt, atau Ulano).

73
 Tipe T lubang pori-pori agak lebih besar sedikit dibandingkan tipe S
dan keadaan screennya agak keras dan sedikit kaku.
 Tipe S keadaan kainnya lebih halus dan lubang pori-porinya lebih
kecil/rapat
2. Bingkai Saringan (Screen Frame)
Konstruksinya harus kokoh dan dibuat dari kayu yang kuat ( mis. Jati ).
Ukuran penampang, sedikitnya 2,5 X 3 cm., sedangkan panjang dan lebarnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk menahan rembesan cat dalam proses pencetakan, pada bagian tengah
bidang bingkai dapat diberi alur / lekukan yang diberi tali, sebelum kain kasanya
dipasang. Atau diberi jalur untuk untuk diberi lis, setelah kain kasanya terpasang
baik pada bingkai (frame).

Gambar 65.
Memberi lis atau lekukan
yang diberi tali untuk menahan
rembesan cat cetak

Gambar 66.
Berbagai bentuk
sambungan sudut frame

Cara memasang kain kasa pada bingkai dilakukan sebagai berikut :


1. Ukuran kain dilebihkan 1,5 - 2 cm. dari setiap sisi (lebar & panjang)
bingkai.
2. Rendam kain kasa di dalam air selama 10 - 20 menit.
3. a. Staples di tengah AB
b. Staples di tengah CD
c. Staples di tengah AD
d. Staples di tengah BC

74
e. Staples setiap 2 cm. dari tengah AB menuju A
f. Idem dari tengah CD menuju D
g. Idem dari tengah AB menuju B
h. Idem dari tengah CD menuju C
i. Idem dari tengah AD menuju A
j. Idem dari tengah BC menuju B, dst.
4. Selama pemasangan, usahakan kain screen tersebut tetap dalam
keadaan basah, sehingga ketika kering akan benar-benar tegang.
5. Kelebihan kain, dilipat/ditekuk ke atas/belakang frame dan distaples.
6. Selama pemasangan perhatikan dan jaga, agar garis-garis tenunan/
benang tetap dalam keadaan lurus.

3. Mika Film Diapositif

Adalah lembaran mika bening yang sudah “bergambar” desain (image), yang
nantinya akan dipindahkan atau di-Afdruk-kan pada screen.
Selain mika dapat juga dipakai Kertas Minyak/Kalkir, Plastik, Over Head
Transparency, dan semacamnya, yang bening dan tembus pandang (transparan).
Mika Film, Plastik (sebaiknya yang agak tebal) atau OHT, kadang-kadang
permukaannya licin atau mengandung minyak, sehingga sulit untuk memindahkan
(menggambar) desain. Untuk itu permukaannya perlu diproses dengan cara sbb. :

1. Seluruh permukaan yang akan digambari (saja), digosok dengan Kertas


Gosok halus/ waterproof No. 0 / 400 - 500, pelan-pelan secara “ringan”
dan tidak ditekan.

Gambar 67. Menggosok media untuk film

75
2. Setelah rata tergosok, taburi seluruh permukaannya dengan Talkum
Powder, Calcium Carbonat, Tepung Terigu atau Kanji. Ratakan dan
selanjutnya dengan menggunakan lap kain, bersihkan hingga benar-
benar bersih.

Gambar 68. Menaburi powder dan membersihkan permukaan

3. Membuat Film Diapositif, atau menggambar (desain) dapat dilakukan


dengan cara :
a. Menjiplak dari Master Design, gambar/desain yang sudah dibuat
terlebih dahulu pada selembar kertas.
b. Menggambar (desain) langsung pada permukaan mika.
c. Foto Copy dari Master Design dengan menggunakan Mica Film yang
khusus.
d. Master Design “dimasukkan” ke dalam Komputer dengan Scanner,
kemudian di - Print dengan menggunakan/pada Mica Film khusus.
e. Membuat desain secara langsung dengan menggunakan komputer,
setelah selesai kemudian di - Print dengan/pada Mica Film khusus.
4. Setelah selesai apabila akan disimpan/didokumentasikan sebaiknya
film diapositif tersebut dilapisi vernis atau semacamnya agar lebih
awet.

76
Gambar 69.
Gambar 70.
Menjiplak atau menggambar langsung
Bila akan didokumentasikan/disimpan
pada permukaan mika film yang sudah
lapisi dengan Vernis atau semacamnya
diproses (seperti pada butir a dan b di
atas), dapat dilakukan menggunakan
pena, atau kwas, dengan tinta hitam
(Cina), tinta Para Tusche), atau tinta
Opaque.

4. Bahan Penutup Screen

Pada dasarnya bahan yang digunakan untuk menutup (blocked) screen, basisnya
harus berlawanan dengan tinta/cat yang digunakan untuk mencetak.
Bahan Penutup Screen banyak jenisnya dengan masing-masing karakteristiknya,
berkaitan dengan prosesnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1). Yang prosesnya melalui Teknik Fotografi (Photographic)
2). Yang prosesnya tidak melalui Teknik Non Fotografi (Non Photographic)

1) Bahan Penutup Screen untuk Teknik Fotografi :


Untuk tujuan tersebut digunakanlah Emulsi Peka Cahaya, disebut demikian
karena emulsi (bahan kimia) tersebut sangat reaktif (akan bereaksi aktif) bila
terkena sinar/cahaya.
Gunanya adalah untuk “memindahkan” gambar, atau meng-Afdruk film
diapositif (gambar positif yang dibuat di mika film) pada permukaan screen,
menjadi Acuan (negatif) Cetak Saring dengan teknik fotografi.
Cara penggunaannya, emulsi peka cahaya disapukan/dilapiskan pada
permukaan screen, setelah kering film diapositif diletakkan di atasnya dalam
posisi terbalik (permukaan mika film yang digambari menghadap ke “bawah”, ke
arah screen), dan kemudian dilakukan penyinaran dengan waktu tertentu.

77
Setelah mengalami proses “pencucian”, maka film diapositif akan “berpindah”
pada screen, menjadi Acuan (negatif) Cetak Saring .
Karena sifatnya yang reaktif terhadap cahaya tersebut maka pada
prinsipnya, dari saat “pembuatan” (formulanya) hingga penggunaannya
(mengoleskan pada permukaan screen dan mengeringkan) harus dilakukan di
ruang/kamar gelap. Yang dimaksudkan dengan Ruang/Kamar Gelap adalah ruang
tanpa cahaya, kalaupun diperlukan cahaya, dapat dilakukan dengan memberi
lampu 5 watt yang berwarna merah.
Banyak resep/formula yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut,
tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua :
(1). Resep/Formula Ramuan, yang dibuat terlebih dahulu, artinya harus diukur/
ditimbang, dicampur/diaduk, atau diolah terlebih dahulu sebelum
digunakan.
(2). Formula Jadi, buatan pabrik yang tinggal pakai, walaupun pada pelaksanaan
(kadang-kadang) masih juga harus mencampur, tetapi tidak serumit
resep/formula ramuan yang harus dibuat terlebih dahulu seperti pada butir

1). Resep/Formula Ramuan

1.1. Gelatine Bichromate 1.

a. Gelatine 10 gram
b. Calium Bichromate 2 gram
c. Citroen Zuur 1 gram
d. Air Panas + 70 C 30 cc
e. Amonia Liquida 25 % 7 cc

* Kristal Gelatine berfungsi sebagai bahan pengikat/perekat yang baik


bersama Calium Bichromate, hingga dapat meresap dengan baik ke
dalam jaringan benang/pori-pori screen, dan di dalam proses dapat
menutup rata permukaan screen.
* Calium Bichromate adalah bahan emulsi peka cahaya yang menentukan
hasil “pemindahan gambar”. Kalau kurang/terlalu sedikit dalam
komposisi campuran, hasilnya mudah rontok/rusak waktu digunakan
mencetak.

78
* Citoen Zuur gunanya untuk menetralisasikan lemak-lemak (bekas/sisa-sisa
cat) pada permukaan screen dan mengawetkan formula.
* Amonia Liquida, baunya sangat keras dan menyengat, gunanya untuk
mencegah tumbuhnya jamur dan membantu mempercepat pengeringan.
Cara mengolah :
- Campur sambil diaduk a, b, c dan d di dala mangkuk plastik, gelas atau
porselin hingga homogen (tidak ada kristal-kristalnya lagi), selanjutnya
masukkan e dan aduk-aduk lagi hingga benar-benar homogen.
- Sesudah dingin dapat dioleskan langsung pada permukaan screen. Apabila
akan disimpan, masukkan ke dalam botol yang berwarna gelap
(merah/coklat) dan letakkan di tempat yang gelap dan kering.
- Daya tahan/simpan Formula ini hanya 2 - 3 hari, lebih dari itu sudah tidak
reaktif terhadap cahaya dan mudah rontok/lepas dalam proses
pencucian.

1.2. Gelatine Bichromate 2.

a. Gelatine 18 gram.
b. Calium Bichromate 3,5 gram.
c. Air Panas + 70C 70 cc.

* Cara mengolah :
- Masukkan a dan b ke dalam mangkuk yang tidak terbuat dari logam,
kemudian tuangkan air panas + 70C sedikit demi sedikit (sambil diaduk) ke
dalam mangkuk tersebut.
- Setelah homogen tunggu hingga dingin (suhu ruangan), selanjutnya dapat
digunakan atau disimpan di dalam botol berwarna gelap.
- Daya tahan emulsi ini hanya 2 - 3 hari.

1.3. Gelatine Bichromat 3.


a. Gelatine 125 gram.
Dilarutkan dengan air panas + 70C 552,5 gram.
b. Zink- Oxide 50, gram.
Dilarutkan dengan air (dingin/biasa) 200 gram.

79
c. Amonium Bichromate 13,5 gram
d. Calium Bichromate 6,5 gram.
e. Amonia Liquida 10% 50 gram.
f. T.R.O. 2,5 gram.
* Cara mencampur, menggunakan dan menyimpan, sama dengan yang lainnya.

1.4. Gelatine Bichromat 4.

a. Gelatine 115 gram.


b. Amonia Liquida 65 gram.
c. Citroen Zuur 7 gram.
d. Calium Bichromate 35 gram.
e. Air Panas + 70C 650 gram.
* Cara mencampur, menggunakan dan menyimpan, sama dengan yang lainnya.

2). Formula Jadi Buatan Pabrik

2.1. Chrome Gelatine atau Chromatine.


Emulsi Peka Cahaya ini sangat reaktif terhadap sinar/cahaya, berbentuk
kristal berwarna kuning kemerah-merahan (orange muda) atau keputih-
putihan (merah muda), mengolahnya dengan cara melarutkan dalam air
agak panas / hangat-hangat kuku ( + 60C).
Chrome Gelatine sejumlah 20 gram. masukkan ke dalam mangkuk plastik,
tuangkan air panas ( + 60C) sebanyak 100 gram. sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga benar-benar homogen (tidak ada lagi kristal-kristal Chrome
Gelatinenya). Karena sisa butir-butir kristal Chromatine (Chrome Gelatine)
dapat menutup (membuntu) screen dalam proses pencucian, setelah proses
penyinaran.
Chrome Gelatine dan Air Panas ( + 60C), perbandingannya = 1 : 4 atau 1 : 5.
Setelah dingin (suhu ruangan), dapat langsung dioleskan / disapukan ke
permukaan screen.
Chrome Gelatine (Chromatine) cepat mengering dan tidak tahan lama, maka
pada pemakaian formula ini sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan saja.

80
Dengan menggunakan larutan Chrome Gelatine (Chromatine) ini,
menghasilkan Acuan (screen) tahan terhadap cat yang berbasis air, maupun
yang berbasis minyak, serta tahan terhadap gesekan.

Catatan :
Chrome Gelatine maupun Chromatine, kepekatannya sangat kuat, penyinaran
atau pencahayaan yang berlebihan dapat mengakibatkan screen menjadi buntu,
rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi, karena tidak ada bahan yang mampu
menghapus / melarutkannya dari permukaan screen

2.2. Super Emulsion 5.

Berbentuk pasta yang berwarna biru muda, bila akan digunakan rendam
terlebih dahulu botolnya di dalam air panas beberapa saat supaya mencair.
Cara pemakaiannya :
Super Emulsion 5 100 gram.
Amonium Bichromate 2 - 12 gram.
Larutkan Amonium Bichromate yang sudah dihaluskan, sedikit demi sedikit
tuangkan ke dalam Super Emulsion 5, sambil diaduk-aduk hingga homogen.

* Super Emulsion 5 termasuk jenis emulsi peka cahaya yang setelah


diproses, Acuan/screennya dapat digunakan untuk mencetak dengan cat
yang berbasis air, maupun cat yang berbasis minyak, dan tahan terhadap
gesekan.
* Penggunaan Super Emulsion sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan,
sebab setelah diolah/dicampur dengan Amonium Bichromate, emulsi ini
tidak dapat disimpan lama (cepat kering/rusak).

2.3. Fotocoat 133 (Ulano).

Ulano adalah nama pabrik yang produknya khusus menghasilkan bahan-


bahan untuk cetak saring. Emulsi peka cahaya produk Ulano ini toleransinya
terhadap waktu penyinaran sangat baik, artinya kurang sedikit atau
kelebihan waktu pada saat penyinarannya, hasilnya tetap dapat digunakan
dengan baik.

81
Fotocoat 133 termasuk emulsi peka cahaya siap pakai, dalam satu
kemasannya terdapat sebuah pot besar berwarna hitam pekat, yang berisi
pasta berwarna putih. Pada pemakaiannya, pasta tersebut harus dicampur
dengan cairan Chrome-sensitizer berwarna hijau muda (rumput) yang
ditempatkan di dalam sebuah botol kecil. Setelah keduanya dicampur dan
diaduk hingga homogen, dapat langsung dioleskan pada permukaan screen.
Fotocoat 133 daya rekat/kepekatannya kuat, dan khusus untuk mencetak
dengan cat yang berbasis minyak.

2.4. Fotocoat TZ (Ulano).

Hampir sama dengan Fotocoat 133, tetapi TZ khusus untuk mencetak


dengan cat yang berbasis air, dipermukaan kain (Tekstil).
Di dalam satu kemasan terdapat sebuah pot besar berwarna hitam pekat,
berisi pasta berwarna hijau pupus (kekuning-kuningan), dan sebuah botol
kecil cairan Chrome-sensitizer berwarna kemerah-merahan. Cara
pemakaiannya, kedua bahan tersebut dicampur / diaduk hingga homogen,
dan selanjutnya dapat langsung dioleskan pada permukaan screen.
Isi kemasan Fotocoat 133 atau Fotocoat TZ yang sudah dicampur, sebaiknya
segera dipakai habis karena tidak tahan lama. Apabila pemakaiannya tidak
banyak, dapat dilakukan dengan cara mencampur masing-masing setengah,
seperempat bagiannya saja, atau disesuaikan dengan kebutuhan.

Catatan :
Dengan berkembangnya teknologi, sekarang dapat ditemukan
banyak jenis-jenis obat afdruk lain dengan berbagai kelebihan /
kekurangan-nya, dan dengan harga yang bervariasi pula.
Pengalaman praktek, bereksperimen dan mencoba adalah satu cara
untuk menemukan yang paling sesuai untuk memenuhi tujuan yang
ingin dicapai.

2). Bahan Penutup Screen untuk Teknik Non Fotografi


Sangat tergantung dengan basis Tinta Cetak yang akan digunakan untuk
mencetak. Apabila yang akan digunakan untuk mencetak tintanya berbasis :

82
2.1. Minyak (Benzine, Minyak Tanah, Afduner, Thinner, dan lain - lain), maka
berbagai jenis lem / perekat yang berbasis air dapat dipakai sebagai bahan
penutup screen. Selain itu ada juga beberapa jenis kertas yang dapat
digunakan, tetapi tidak dapat untuk produksi dalam jumlah yang banyak
karena keterbatasan sifat kertas itu sendiri yang cenderung menyerap.
2.2. A i r, maka berbagai jenis formula yang berbasis minyak dapat digunakan,
termasuk bahan yang mengandung Lilin / Parafin seperti Pastel Colour /
Crayon . Sama dengan pada 2.1. berbagai jenis kertas juga dapat dipakai,
tetapi tidak untuk produksi yang berjumlah banyak.

5. Tinta Cetak

Pemikiran dan pemilihan cat yang akan digunakan untuk mencetak, sebenarnya
sangat tergantung pada banyak hal.
Karakteristik permukaan benda/bahan yang akan dibubuhi cetakan misalnya : jenis,
sifat dan daya resap bahan, sudah sangat menentukan terhadap pemilihan cat apa,
mana, dan yang bagaimana sebaiknya digunakan. Di samping itu masalah daya
tahan (keawetan, luntur/tidaknya), atau efek yang ditimbulkan setelah cat
dicetakkan, serta selera (taste) designer maupun customer pun sangat
mempengaruhi pemilihan juga.
Untuk itulah maka dibutuhkan pengetahuan, penguasaan dan pengalaman yang
cukup dalam pelaksanaan/prakteknya.
Tabel 2 : Jenis Tinta dan Bahan yang dibubuhi Cetakan

JENIS CAT BHN.YG.DIBBH.PD.CTKN.


1 Kain Katun, Tetoron (sintetis) Sandye Super Colour
2 Kayu, Logam Cat Sintetis
3 Mika, Kulit/Imitasi, Plastik Cat PVC
4 Kertas, Karton, Logam Zipset
5 Kertas, Plastik Fine Ink
6 Kertas, Plastik Procion
7 Kain Rapid
8 Kain Indigosol
9 Gelas Weico

83
5.1. Sandye Super Colour .
Termasuk jenis cat “Direct” (langsung) artinya, cat yang digunakan untuk
mencetak warnanya langsung terlihat (secara visual), tidak perlu
“dibangkitkan” dengan bahan pembangkit warna, seperti pada jenis cat
Naphtol atau Indigosol.
Sandye Super Colour yang digunakan untuk mencetak pada kain Katun (Cotton,
terbuat dari tenunan serat / benang Kapas), berbeda dengan yang digunakan
untuk mencetak pada kain yang terbuat dari serat benang syntetis. Demikian
juga apabila akan dipergunakan untuk mencetak pada permukaan kain
berwarna terang, berbeda dengan yang digunakan untuk mencetak pada
permukaan kain berwarna gelap. Perbedaannya terutama terletak pada
formula Pasta / Blindernya, yang nantinya akan dijelaskan tersendiri.
Cetakan dengan menggunakan Sandye Super Colour, hasilnya pada kain tidak
kaku (lemas), tidak luntur, warna-warnanya cemerlang dan kontras.

* Bahan Pasta / Cat Sandye Super Colour .


1). Air putih (biasa) 20 bagian
2). Blinder (bahan pengikat) 30 bagian
3). Catalyst P. atau Sadye Fix 5 bagian
4). Emultsifier TS. (pengental) 5 bagian
5). Minyak Tanah 40 bagian
Catatan :
- Blinder untuk kain Katun : Neo Sandye DL atau Acramine SLN
- Blinder untuk kain Syntetis : Imperon 706

* Proses Pembuatan :
a. Masukkan Blinder ke dalam mangkuk plastik (jangan logam), kemudian
Catalyst P. sambil diaduk, masukkan air putih sedikit demi sedikit (sesuai
ukuran).
b. Sambil diaduk, masukkan Emultsifier TS. Di sini adonan terlihat mulai
mengental, dan menjadi pasta.
c. Selanjutnya, sambil terus diaduk, tuangkan Minyak Tanah (sesuai ukuran)
sedikit demi sedikit.

84
Catatan :
- Cara mengaduknya selain harus “ajeg” (continue), juga sebaiknya searah,
misalnya ke kanan searah jarum jam, maka seterusnya harus demikian. Kalau
ke kiri, maka seterusnya pun harus ke kiri.
- Saat menuangkan Minyak Tanah, harus pelan – pelan, sedikit demi sedikit,
dan sambil terus diaduk (jangan sekaligus dituang).

d. Sampai di sini proses pembuatan pasta sudah selesai , apabila terlalu cair
tambahkan Emultsifier (pengental) sedikit demi sedikit (secukupnya) sambil
diaduk. Apabila terlalu kental, tambahkan air dan Blinder secukupnya untuk
mengimbangi.
Untuk mencetak, ambil pasta secukupnya atau disesuaikan dengan
kebutuhan/jumlah benda yang akan dibubuhi cetakan, tempatkan dalam
mangkuk plastik, dan tambahkan bahan pewarna Sandye Super Colour
secukupnya. Apabila bahan pewarna yang dicampurkan sedikit, maka
warnanya menjadi “muda”. Sebaliknya, semakin banyak bahan pewarna
yang dicampurkan, warna yang dihasilkan pun semakin tua.
Dengan demikian, sebaiknya dituangkan sedikit dahulu bahan pewarna
Sandye Super Colour ke dalam Pasta sambil diaduk rata. Bila warnanya
dirasa kurang pekat (tua), tambahkan sedikit lagi bahan pewarnanya, aduk
lagi hingga rata, dan seterusnya hingga diperoleh warna seperti yang
dikehendaki.
e. Setelah kain dibubuhi cetakan jangan dijemur langsung dipanas terik
matahari, tetapi kering-kan dengan cara diangin-anginkan saja.
Sebelum kering betul (Jw. mamel) sebaiknya “dikeringkan kejut” atau
dikeringkan secara mendadak, caranya :
- Letakkan kain yang sudah dibubuhi cetakan di atas beberapa lembar
kertas (mis. koran), kemudian di atas kain tersebut tumpangkan selembar
kertas lagi.
- Selanjutnya disetrika dengan menggunakan setrika yang sudah dalam
keadaan “panas”.

85
- Tujuannya adalah untuk menghilangkan, atau menguapkan minyak tanah
yang terkandung dalam pasta, yang ada (tercetakkan) pada kain, dan agar
bahan pewarna lebih meresap ke dalam serat benang kain, sehingga hasil
cetakan pada kain tidak kaku dan tidak mudah luntur.

* Untuk mencegah screen sering buntu pada saat dipakai mencetak dengan Sandye
Super Colour, tambahkan Glycerine atau Glycol sebanyak 3 hingga 5% pada
pastanya.

* Ada juga pasta siap jadi untuk Sandye Colour yang dapat digunakan,
yaitu :
- Super Pasta, khusus untuk mencetak pada kain yang bewarna dasar
terang
- Orient Pasta, khusus untuk mencetak pada kain yang bewarna dasar
gelap

5.2. Tinta / Cat Sintetis.


Yang dimaksud adalah sejenis cat kayu atau besi berbasis minyak, yang
banyak ditemui di pasaran dengan berbagai merek, seperti : Emco, Patna,
Rajalux, Glotex, Avian, Nippe dan semacamnya.
Cat Sintetis dapat dicetakkan pada benda/bahan yang permukaannya keras
dan tidak menyerap (massive) seperti kaca, seng, mika/plastik dan
semacamnya, tetapi hasilnya mudah mengelupas (rontok). Jenis cat ini
terutama digunakan untuk mencetak pada permukaan bahan/benda yang
memiliki daya resap tinggi seperti, kayu/tripleks, karton, soft/hard board dan
semacamnya. Dapat juga digunakan untuk mencetak pada kain (khususnya
yang berwarna gelap), tetapi hasilnya setelah kering menjadi kaku dan keras.
Cara penggunaannya: Cat terlebih dahulu diendapkan pigmen warnanya,
kemudian basis/minyaknya dikurangi antara 50 hingga 75% sehingga sesudah
diaduk, cat menjadi berbentuk pasta yang siap untuk mencetak.
Jenis cat sintetis yang pigmen warnanya baik (sangat halus), kadang-kadang
sangat sulit diendapkan. Sehubungan dengan itu maka sebelumnya, cat
tersebut sebaiknya didinginkan terlebih dahulu pada temperatur yang rendah,
dengan cara meletakkannya di dalam Freezer/Almari Es. Setelah beberapa

86
waktu, dan terlihat pigmen warnanya mengendap selanjutnya diproses, sama
dengan cara/penjelasan sebelumnya.
Cara lain, cat terlebih dahulu diaduk rata hingga pigmen warnanya benar-
benar homogen terhadap minyak/basisnya. Kemudian tuangkan cat
secukupnya ke
dalam sebuah kaleng (mangkuk) sambil terus diaduk, masukkan Talkum
Powder sedikit demi sedikit (secukupnya). Setelah mencapai kekentalan (pasta)
seperti yang dikehendaki, dan benar-benar sudah diaduk rata hingga pigmen
warnanya sudah benar-benar homogen dengan basisnya, maka cat tersebut
pun sudah siap dipergunakan untuk mencetak.
Untuk mencetak pada kain kalau Talkum Powdernya terlalu banyak, maka
hasil cetakannya akan mudah rontok, terutama setelah dicuci.

5.3. Cat P.V.C.


Dijual dalam kemasan kaleng, berbentuk pasta yang cepat kering, dan baunya
keras / menyengat. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut ,
Resep I :
- Cat PVC. 1 bagian
- Reduser M3 1 bagian
* Keduanya diaduk hingga benar-benar homogen, kemudian didiamkan
(dibiarkan) antara 10 - 12 jam, sesudah itu dapat langsung digunakan.
* Cat ini cepat sekali kering (2-3 menit), akibatnya screen sering / cepat
buntu. Untuk itu screen harus sering dibersihkan dengan Reduser M3 juga,
untuk memperlancar proses pencetakan.
* Reduser M3 jenis bahan pelarut / pengencer yang keras dan reaktif,
terutama terhadap bahan sejenis plastik.

Resep II :
- Cat PVC 1 bagian
- Thinner A 1 bagian
* Proses mencampurnya sama dengan resep I.

87
* Dengan menggunakan resep II ini, lama waktu mengeringnya dapat
diperlambat antara 10 - 15 menit, dan screen tidak mudah buntu
sedangkan hasil cetakannya sama dengan resep I.
* Cat PVC adalah cat khusus untuk Kulit / Kulit Imitasi, tetapi dapat juga
untuk Karet, Mika / Plastik, Karton / Manila, Kertas, dll.
* Pertimbangan penggunaannya terletak pada faktor kwalitas, tepat gunanya,
atau efektif, serta efisiensinya dari segi ekonomi.

5.4. Cat Zipset.


Berbentuk pasta dalam kemasan kaleng, yang pada penggunaannya harus
ditambah dengan bahan pengencer.
Agar hasil cetakan mengkilat dan warnanya cemerlang, dapat digunakan vernis
sebagai bahan pengencernya, tetapi hasil cetakan keringnya lambat.
Untuk mempercepat kering dapat ditambahkan Drier, atau sebagai bahan
pengencernya menggunakan Thinner B atau A. Tetapi bila menggunakan
Thinner B atau A sebagai bahan pengencer, hasil cetakan kurang / tidak
mengkilat.
* Pada saat mengaduk, hendaknya dilakukan dengan cermat, rata dan
homogen.
* Selain baik untuk mencetak di kertas, cat Zipset dapat juga untuk mencetak
di atas logam.

5.5. Fine Ink.


Idealnya cat ini untuk mencetak pada bahan plastik, karena hasil cetaknya
seolah-olah meresap ke dalam plastik (bereaksi terhadap plastik) dan cepat
kering. Dalam pemakaiannya dicampur bahan pengencer , yang pemilihannya
didasarkan pada kebutuhan cepat atau lambat keringnya hasil cetak, dan
konsekwensinya. Karena cat dengan pengencer yang dapat mempercepat
kering, pada screen akan berakibat sering ada bagian yang buntu, dan harus
(sering) dibersihkan dahulu sebelum digunakan lagi.

88
Kalau hasil cetaknya ingin cepat kering, gunakan Reduser M3, Thinner A, atau
Thinner B, sebaliknya kalau hasil cetaknya ingin agak lambat kering, dapat
menggunakan Afduner, Minyak Cat, atau Minyak Tanah.
Perbandingan antara Fine Ink (cat) dengan minyak pengencernya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pada saat mencampur, setelah diaduk rata dan homogen,
cat harus diendapkan dahulu (semakin lama semakin baik).
Setelah digunakan mencetak screen harus segera dibersihkan dari sisa-sisa cat,
kalau terlambat bekas/sisa cat sulit dihilangkan, karena Fine Ink tergolong cat
reaktif khususnya terhadap bahan plastik..

5.6. Cat Procion.


Jenis cat direct (langsung) yang reaktif untuk mencetak di permukaan kain.
Sebelum digunakan harus dicampurkan beberapa bahan dengan komposisi
sebagai berikut :
a. Cat Procion 60 gram
b. Soda Kue 20 gram
c. Air bersih 420 gram
d. Manutex (bahan pasta) 500 gram

* Cara mencampur :

- Masukkan a dan b ke dalam mangkuk plastik, sambil diaduk tuangkan air ( c )


sedikit demi sedikit , dan terus diaduk hingga homogen (Adonan 1).
- Tuangkan d ( Manutex ) ke dalam mangkuk plastik yang agak besar, sambil
diaduk tuangkan Adonan 1 (a, b, dan c) sedikit demi sedikit hingga habis.
- Bila sudah tercampur rata dan homogen, cat tersebut dapat langsung
digunakan untuk mencetak.
* Cat Procion buatan ICI, yang semacam antara lain Cibacron buatan Ciba, dan
Romasol buatan Hoechest.

89
5.7. Cat Rapid.
Tergolong cat direct untuk mencetak di kain, dan komposisi formulanya :
Cat Rapid 78 gram
Natrium Hydroksida 38Be 30 gram
TRO 20 gram
Spiritus 10 gram
Air Bersih 30 C 325 gram
Chromat Neutral 50 gram *)
Trgacanth 500 gram
Jumlah 1000 gram

*) Formula Chromat Neutralnya terdiri atas :


Natrium (Kalium) Bichromat 15 gram
Coustic Soda 38Be 15 gram
A i r 70 gram
Jumlah 100 gram

Setelah pencetakan, kain dimasukkan ke dalam Stabilisator Warna agar daya


rekat cat lebih permanen, formulanya terdiri dari :
Asam Acetat 38Be 50 gram
Garam Glauber 25 gram
A i r 925 gram
Jumlah 1000 gram
Perendamannya selama + 1 - 5 menit, selanjutnya direbus beberapa saat di
dalam larutan air sabun 5 gr. untuk setiap liter air, kemudian dibilas dengan air
bersih dan dikeringkan.
Cat sejenis ini : Rapidogene buatan Hoechest
Cibanogene buatan C i b a
Tinogene buatan Geigy
Rohnegene buatan Rohner

90
5.8. Cat Indigosol.
Tergolong cat Indirect (tidak langsung), artinya warna yang “sesungguhnya”
baru akan terlihat sesudah “dibangkitkan” atau dicelupkan / diproses dalam
larutan garam tertentu. Pencetakan pada kain dengan menggunakan cat ini,
hasilnya sangat baik terutama pada kain Wool dan Sutera, warna-warnanya
cerah dan tidak luntur.
Merek yang ada di pasaran antara lain :
- Antharasol buatan Hoechst
- Sandozol buatan Sandoz
- Cibantine buatan Ciba
- Seledon buatan I C I
- Tinosol buatan Rohner
- Solindo buatan Acna

* Komposisi Pasta Cetaknya adalah sebagai berikut :


Cat Indigosol 50 gram
Glycerine 80 gram
Developer GA 30 gram
Developer D 30 gram
Air Panas 190 gram
Pengental Pokok (Pasta) *) 550 gram
Amonium Sulfocyanat 40 gram
Lood Chromate (Pasta) **) 30 gram

Pasta siap untuk mencetak sejumlah 1000 gram

*) Pasta Pengental Pokok :


a. Igopon T ( 1 : 10 ) sebanyak 60 gram dicampur dengan pasta Lood
Chromate 60 % sebanyak 220 gram.
b. Setelah tercampur baik, masukkan sedikit demi sedikit Tragacanth (80
gram) ke dalamnya (sambil diaduk), hingga sejumlah 300 gram.
c. Sambil terus diaduk, masukkan Gom Tragacanth atau Gom British ( 1 : 1 )
sedikit demi sedikit.
d. Masukkan Natrium Acetat sebanyak 90 gram, sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk.

91
e. Terakhir masukkan Terpentine sebanyak 20 gram sedikit demi sedikit
sambil terus diaduk, sehingga keseluuruhannya tercampur dengan baik,
dan jadilah sejumlah 1000 gram Pasta Pengental Pokok yang siap pakai.

**) Lood Chromate 60 % :


a. Larutan 2.274 gram Lood Acetat di dalaam air 10 liter air
b. Larutan Natrium Bichromat di dalam air 10 liter air
c. Campur laruta a dan b hingga terjadi pengendapan
d. Hasil endapan tersebut disaring dan dicuci sedikitnya 4 (empat) kali,
hasilnya disebut Pasta Lood Chromate 60 %.

Setelah kain dibubuhi cetakan, keringkan dengan cara diuapkan dalam


temperatur 105ºC selama 10 - 15 menit. Kemudian celupkan + 40 - 60 detik ke
dalam larutan :
Asam Chlorida 25 cc.
Asam Oksalat 5 gram dalam
Air 70ºC 1000 cc.

Sesudah dibilas, masukkan selama 60 detik ke dalam larutan Natrium Bisulfite


38ºBe dalam air 70ºC (15 cc. per liter air), kemudian dibilas lagi sampai bersih.
Terakhir, cuci sekali lagi dengan Igopon T., bilas bersih dan keringkan.

6. Perlengkapan Pendukung

6.1. Meja / Landasan Cetak dan Engsel Penjepit

Daun meja dapat dibuat dari papan kayu, atau multiplex 1 - 2 cm., akan lebih
baik kalau dari kaca tebal 5 mm. yang di frame kayu. Permukaan meja harus
benar-benar rata, agar dalam proses pencetakan hasilnya dapat maksimal.
Pada salah satu sisi lebarnya dipasang dua buah engsel yang permanen pada
meja, tetapi sumbu engselnya dapat / mudah dilepas, atau pada bagian yang
“memegang” screen frame dibuatkan semacam catok / mur / uliran.

92
Tujuannya :
1. Supaya screen frame mudah dilepas untuk dibersihkan, setelah
digunakan.
2. Agar mudah di saat mengganti screen frame, dalam proses mencetak
dengan dua warna atau lebih.
3. Untuk memudahkan dan mendapatkan posisi yang tepat pada saat
menccetak, terutama dalam proses mencetak dengan dua warna atau
lebih.

Meja kaca Screen Frame Screen Frame dan meja dihubungkan engsel
model ‘Catok’ atau engsel yang pen
engselnya bisa/mudah dilepas

Gambar 71. Pemasangan screen pada meja kaca

Pegas / Per

Gambar 72. Beberapa model meja Cetak Saring untuk ketepatan mencetak
berwarna
93
Screen Frame
Rakel / Squeegee

Penopang Pegas
Screen

Papan Landasan Tanda Pembatas Kertas

Gambar 73. Model yang lebih sederhana tetapi ‘lengkap’

6.2. Squeegee (Rakel)

Alat ini gunanya untuk meratakan, menekan dan menyapukan cat cetak pada
screen dalam proses mencetak. Terbuat dari semacam karet/plastik khusus
yang tahan terhadap minyak pencair (basis) cat cetak, berbentuk pipih, tepinya
rata dan bergagang kayu.

Gambar 74. Beberapa Bentuk Rakel dan Matanya

94
Panjang Rakel hendaknya disesuaikan dengan panjang/lebar bagian dalam
frame, maksudnya agar pada saat mencetak, cat dapat terbagi dan tertekan
secara merata, sehingga pada cetakan hasilnya juga dapat baik dan rata.
Cara menyapukannya yang benar adalah satu arah, dari atas ke bawah saja,
atau dari kiri ke kanan saja, atau sebaliknya (tidak bolak-balik). Tekanan Rakel
pada saat menekan dan menyapukan cat dalam proses pencetakan, ada
pengaruhnya terhadap hasil cetakan, untuk itu diperlukan pengalaman melalui
percobaan-percobaan dan latihan.
Dalam proses mencetak dengan menggunakan dua warna atau lebih, sebaiknya
dimiliki beberapa buah Rakel untuk lebih memudahkan, dan mempercepat
kerja. Selain itu, pencetakan hendaknya dilakukan dengan mendahulukan
warna-warna muda (terang), menuju ke warna-warna gelap.
Apabila “tepi/mata” Rakel aus (tidak rata lagi), dapat diratakan/dibentuk
kembali dengan cara menggosokkannya pada Kertas Gosok (Rempelas) halus.

7. Pembuatan Acuan Cetak Saring


Tujuan “menutup” screen adalah, untuk menyumbat bagian-bagian pada
pori-pori screen yang tidak dikehendaki dilewati cat ketika cat cetak disapukan pada
screen. Sehingga cat cetak hanya akan lewat pada bagian yang “sengaja dibuka”,
sesuai dengan (image) desain yang direncanakan.
Pada prinsipnya bahan yang digunakan untuk menutup screen, basisnya harus
berlawanan dengan basis cat yang akan digunakan mencetak. Misalnya cat yang
akan digunakan mencetak berbasis minyak, maka bahan yang digunakan menutup
screen harus berbasis air, demikian juga sebaliknya. Walaupun ada juga bahan
penutup screen yang mampu “menahan” cat cetak yang berbasis air, mau pun yang
berbasis minyak (mis. Chromatine).
Basis (bahan pelarut / pengencer / pembersih) yang digunakan untuk menghapus
bahan penutup screen, hendaknya disesuaikan, misalnya :
Lem dibersihkan dengan Air
Vernish dibersihkan dengan Bensin
Cat Sintetis dibersihkan dengan Thinner
Shellack dibersihkan dengan Spiritus

95
Sesudah dihapus / dibersihkan sebaiknya dicuci dengan air sabun / detergent
hingga benar-benar bersih, dan siap untuk penggunaan selanjutnya.

7.1. Photographic Stencils Method (Metode Fotografi)


Ada dua metode yang dapat dilakukan dengan cara ini, keduanya hasilnya sangat
baik dan cermat (detail). Yang pertama disebut metode Tidak Langsung (Indirect),
dan kedua Metode Langsung (Direct)
1. Indirect (Tidak Langsung)
Dalam metode ini, image yang ada dari film negatif diafdruk pada / menjadi film
positif, kemudian image yang ada dan sudah menjadi film positif (Film Diapositif)
“di - pindah / afdruk – kan” pada screen.
2. Direct (Langsung)
Metode ini menunjukkan bahwa image (gambar / tulisan) diafdruk langsung
pada screen yang sudah dilapisi emulsi peka cahaya.
Pada dasarnya kedua metode tersebut sama, perbedaannya terdapat pada
penyiapan Film Diapositifnya. Metode tidak langsung, film diapositifnya
diafdruk dari film negatif, metode langsung film diapositifnya dibuat langsung
dipermukaan lembaran yang transparan. Sedangkan pemidahan (afdruk) gambar
dari film diapositif pada screennya cara untuk kedua metode tersebut sama.

Proses pelaksanaan metode fotografi sebagai berikut :


1. Membuat gambar rencana / desain jadi dikertas
2. Membuat Film Diapositif
2.1. Metode Indirect, Desain Jadi difoto terlebih dahulu  hasilnya (gambar)
negatif, kemudian diafdrukkan pada film positif  hasilnya Film
Diapositif
2.2. Metode Direct, Desain Jadi dijiplak / dipindahkan pada plastik / mika /
kertas yang transparan (lihat Gambar 85)  hasilnya Film Diapositif
3. Memindahkan Image (Afdruk) dari Film Diapositif pada Screen
3.1. Melapisi Screen dengan Emulsi Peka Cahaya
Beberapa jenis Emulsi Peka Cahaya tidak terlalu bereaksi bila terkena
cahaya tidak terlalu kuat. Akan tetapi sesuai dengan karakter /

96
spesifikasinya yang peka cahaya, maka sebaiknya pada proses ini
pengerjaannya dilakukan dalam ruangan yang gelap (diterangi lampu
berwarna merah 5 Wtt.).
Screen harus bebas debu, atau sebelumnya cuci bersih dengan air dan
keringkan, selanjutnya (setelah benar-benar kering) lapisi permukaan
screen dengan Emulsi Peka Cahaya (pilih yang sesuai dengan tujuan),
dapat dilakukan dengan cara disapukan memakai kwas, mika tipis (0,1 –
0,2 mm.) atau Coater. Pada pelapisan ini yang penting adalah tipis tetapi
rata dan tidak tebal.

Mika /
Penggaris

Kwas

Coater

Gambar 75. Melapisi screen dengan Emulsi Peka Cahaya

3.2. Mengeringkan lapisan Emulsi Peka Cahaya.


Pengerjaannya tetap di ruang gelap, dengan cara diangin-anginkan.
Untuk mempercepat dapat dilakukan dengan Kipas Angin, Hair Dryer,
atau “dipanaskan” di atas kompor yang di atas apinya ditutup dengan
seng, agar apinya tidak menjilat-jilat terkena Screen (mudah terbakar),
dengan jarak + 30 cm.
Panas yang berlebihan juga berpengaruh pada beberapa emulsi peka
cahaya, artinya emulsi peka cahaya tersebut bisa “mati” , dan tidak
bereaksi ketika terkena sinar / disinari, dan screen menjadi buntu.

97
Menggunakan
Kipas Angin

Hair Dryer

Hair Dryer

+ 30 cm.

Plat
Seng
Kompor

Gambar 76. Beberapa cara mengeringkan Lapisan Emulsi Peka Cahaya Pada
Screen

3.3. Mengafdruk
Pengertiannya adalah memindahkan gambar dari film diapositif pada
permukaan screen dilapisi emulsi peka cahaya (yang sudah kering)
3.3.1. Penyinaran
Proses penyinaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari
atau sinar lampu / listrik. Menggunakan sinar matahari selain ekonomis
hasilnya juga lebih maksimal, akan tetapi sangat tergantung pada cuaca
(panas / mendung / hujan), dan hanya dapat dilakukan pada siang hari,
sebaliknya dengan menggunakan lampu / listrik dapat dilakukan kapan

98
saja, tetapi kurang ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang maksimal
perlu diketahui cara menempatkan Film Diapositif pada Screen sebagai
berikut (lihat Gambar 76)

Kaca Bening 0,4 mm


Penekan Atas / menekan
ke bawah
Film Diapositif
ditempatkan “terbalik"
di atas Screen

Screen yang sudah


dilapisi Emulsi Peka
Cahaya

Bantalan Spons
dibungkus kain hitam
masuk di bawah / dalam
bingkai Screen

Papan pengunci /
Penekan Bawah / menekan
ke atas

Gambar 77. Cara Menempatkan Film Diapositif Pada screen dalam proses
penyinaran

Disusun demikan dengan tujuan agar Film Diapositif melekat rapat pada
Screen, sehingga penyinaran pada image dapat sempurna. Kalau tidak
melekat rapat pada saat penyinaran, garis atau gambar hasilnya dapat
kabur dan tidak tegas/tajam.
Selanjutnya dapat dilakukan penyinaran, apabila akan memanfaatkan
Sinar Matahari, usahakan jatuhnya sinar tegak lurus pada Screen. Selain
itu lama waktu penyinaran pun perlu diperhatikan, sinar Matahari saat
terik/cerah, berawan atau mendung tentu berbeda lama waktu
penyinarannya.

99
Demikan juga apabila memanfaatkan sinar lampu/listrik, karena votase di
tempat kita masing-masing belum tentu sama. Menggunakan lampu yang
berkekuatan 100 watt misalnya, apabila voltasenya tidak mencapai 200
volt saja, tentu kekuatan sinarnya akan berbeda dengan yang voltasenya
stabil 220 volt. Menggunakan sebuah lampu pijar berkekuatan 100 Watt,
lama waktu penyinarannya tentu akan berbeda dengan 4 X 100 Watt
(lihat gambar), demikian juga Emulsi Peka Cahaya pun masing-masing
memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Jadi sebenarnya tidak ada
standard waktu yang benar-benar tepat tentang lama waktu penyinaran,
kalaupun ada sebenarnya itupun hanya sekedar patokan untuk perkiraan
yang harus dicoba dan diuji pada kenyataan prakteknya. Secara
keseluruhan ketepatan lamanya waktu penyinaran akan diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman dan ujicoba dalam praktek .

Memanfaatkan Menggunakan Lampu Pijar /


Sinar Matahari Listrik 100 Watt

Gambar 78. Penyinaran/Pencahayaan

100
Engsel

Kacxa Bening / Susu


0,5 cm.

Bingkai Kayu Jati

Handel /
Pegangan

Lampu Neon (TL–Daylight)


4 X 20 Watt

Gambar 79. Meja Penyinaran yang juga berfungsi sebagai Meja Draft

Keterangan Gambar
Keseluruhan meja terbuat dari kayu kecuali daun meja, hanya bingkainya
terbuat dari kayu, selebihnya kaca bening / susu dengan ketebalan 0,5 cm.
Daun Meja dapat dibuka / tutup untuk memperbaiki lampu kalau
diperlukan.
Keempat sisi (dinding) dan alas bagian bawah terbuat dari kayu, tebal 1 cm.
Dinding kiri dan kanan dibuat berlubang-lubang dengan bor untuk ventilasi.
Dinding bagian bawah diberi lubang sesuai dengan ukuran Fan Hisap yang
dipasang untuk menghisap / membuang udara panas dari dalam.
Keempat Lampu Neon (TL) dikendalikan dengan satu Skaklaar / Switch dan
Fan Hisap satu Skaklaar / Switch sendiri.

3.3.2. Mewujudkan gambar pada Screen (Image Developing)


Sesudah dilakukan penyinaran, maka terlihat bahwa bagian yang terkena
sinar (pada screen) akan berwarna lebih tua dibanding bagian tidak
terkena sinar. Selanjutnya sesegera mungkin screen disiram atau
disemprot dengan air agar emulsi peka cahayanya tidak bereaksi lagi.

101
Akan lebih baik kalau menggunakan Semprotan Tangan dengan tekanan
yang agak tinggi, terutama pada bagian-bagian yang seharusnya
“berlubang” pada screen.

Disemprot dengan
selang langsung
dari kran air atau
alat semprot

Dibasahi / disiram air agar emulsi


Peka cahayanya tidak bereaksi lagi

Emulsi peka cahaya tertentu (seperti


Chromatine, mis.) perlu disiram dengan Setelah selesai, keringkan dengan
air panas agar cepat ‘berlubang’) kain lap bersih dari kedua sisinya.

Gambar 80. Mewujudkan gambar (Image Developing) Proses “merontokkan” emulsi


peka cahaya di bagian-bagian yang seharusnya “berlubang” pada
screen .

102
3.3.3. Menusir dan memberi penguat Screen
Pengertiannya adalah memperbaiki/menyempurnakan image yang ada
pada screen. Kalau ada yang berlubang pada bagian yang seharusnya
tertutup (buntu) penutupan dapat dilakukan dengan sisa emulsi peka
cahaya tanpa diproses lagi, hanya menunggu/dibiarkan hingga kering.
Sebaliknya pada bagian yang seharusnya terbuka tetapi tertutup (buntu)
karena emulsi peka cahaya tidak “rontok” dalam proses pencucian, maka
bagian tersebut dibersihkan menggunakan cairan pembersih screen
dengan kwas yang besar/kecilnya disesuai kebutuhan.
Apabila proses tusir sudah selesai/kering, khususnya apabila screen
tersebut akan digunakan mencetak/memproduksi banyak, maka seluruh
permukaan screen sebaiknya dilapisi Screen Lack (Lapisan Penguat), agar
image pada screen lebih awet/kuat dan tidak mudah rusak dalam proses
pencetakan.
Sesudah itu pada bagian luar, tepi di sekeliling screen ditutup Lackband
yang basis perekatnya berlawanan dengan cat yang akan digunakan
untuk mencetak, menjaga kemungkinan terjadinya rembesan cat dari
bagian belakang screen.

Gambar 81. Melapisi screen dengan Screen Lack Bagian depan dahulu,
tunggu kering, setelah kering, bersihkan bagian yang
seharusnya berlubang dari bagian dalam screen, demikian
juga kebalikannya ketika melapisi bagian dalam screen.

103
Gambar 82. Pemasangan Lackband di tepi sekeliling screen bagian luar.

7.2. Negative Block-out Method.

Disebut juga Direct Method, atau Metode Menggambar Langsung, atau dengan
kata lain pemembuatan acuannya dilakukan dengan cara menutup (langsung)
bagian-bagian pada screen yang seharusnya “tertutup’. Metode ini selain
mudah dan artistik, juga sangat memungkinkan untuk berekspresi
menampilkan kesan tekstur, brush-stroke,
- Kesan tekstur (misalnya), dapat dilakukan dengan cara :

1. Tempatkan lem secukupnya pada permukaan selembar kaca, selanjutnya


ratakan dengan Roll.
2. Gunakan sponge (spons), penampang lintang kayu, atau kertas yang diremas
sebagai stempel.
3. Dengan lem pada kaca yang sudah diratakan (dengan roll) sebagai
bantalannya, capkan spons, potongan penampang lintang kayu atau kertas
yang diremas tadi, pada permukaan screen yang dikehendaki “tertutup”

- Kesan brush-stroke akan tampak dengan sendirinya, apabila pada saat


mengoleskan lem pada screen (sebagai bahan penutupnya) dilakukan
dengan menggunakan kwas.

104
- Dengan cara “menyemprotkan” bahan penutup screen, akan menampilkan
efek - efek yang menarik juga.
- Tonal Effect juga dapat ditampilkan dengan cara membasahi screen
terlebih dahulu dengan air, sebelum diolesi lem (sebagai bahan penutup
screen). Pada pengerjaan yang cermat teknik ini dapat menghasilkan
tingkatan / gradasi wana gelap terang, atau warna sembur yang menarik
pada hasil cetakan.
- Dalam hal menggunakan bahan penutup screen yang transparan seperti
lem, vernish atau semacamnya, bahan untuk menutup screen tesebut
dapat dicampuri bahan / pigmen warna secukupnya untuk memudahkan
dalam pengerjaannya.

Proses pelaksanaan Negative Block-out Method (Direct Method = Metode


Menutup Langsung) adalah sebagai berikut :

1. Letakkan master sketch (desain gambar / tulisan) di bawah screen.


2. Dengan menggunakan pensil yang lunak, jiplak atau “pindahkan” master
sketch (desain gambar / tulisan) tersebut pada screen dengan cermat.
3. Selanjutnya, kecuali gambar / tulisan (garis / arsir atau blocking) yang
sudah terjiplak pada screen, maka keseluruhan permukaan screen ditutup
dengan Lem atau Vernish, atau bahan lain disesuaikan dengan basis cat
yang akan digunakan untuk mencetak nantinya.
4. Setelah kering benar periksa hasil “penutupan” tadi, apakah bagian yang
seharusnya tertutup sudah benar-benar tetutup, dan bagian-bagian yang
seharusnya terbuka sudah benar-benar terbuka, bila perlu dapat
dilakukan perbaikan/penyempurnaan (retusir).
5. Bila sudah dianggap cukup, dan bahan penutup screen sudah benar-benar
kering, selanjutnya dapat dilakukan pencetakan.

105
Gambar 83. “ Cili “Cetak Saring Berwarna Negative Glue Block-out

7.3. Tusche Wash-out and Glue Positive Stencil Method.

Tusche sebenarnya adalah semacam cat sintetis khusus untuk plastik/mika/


film. Dalam pelaksanaannya dapat diganti dengan cat sintetis biasa (untuk
kayu/besi), vernish, lilin, lemak, atau Pastel Colour/Crayon (yang mengandung
minyak/lemak).
Pada prinsipnya,Tusche, Cat Sintetis, Crayon dan semacamnya yang berbasis
minyak akan dapat hilang, larut dan dibersihkan dengan minyak (minyak tanah,
bensin, thinner, dll.). Sedangkan lem (yang berbasis air) tidak akan menyatu
(campur) dengan cat sintetis, atau larut dalam pembersih/pencair minyaknya.
Proses pelaksanaan Metode Menghapus Cat dan Bagian Positif Dengan Lem ;
1. Letakkan master sketch di bawah screen, kemudian “jiplak” gambar/desain
tersebut dengan cermat dan teliti.
2. Sapukan cat yang berbasis minyak pada gambar/desain (hasil jiplakan tadi)
yang ada di permukaan screen. Gunakan kwas-kwas yang ukurannya
disesuaikan dengan kebutuhan, dan lakukan dengan lebih cermat daripada
ketika menjiplak master sketchnya. Setelah selesai, diamkan beberapa saat
hingga cat tersebut benar-benar kering.

106
3. Selanjutnya oleskan pada seluruh permukaan screen (berlawanan dengan
permukaan ketika menyapukan cat sintetis, butir 2) lem yang berbasis air
dengan menggunakan kwas besar yang halus. Apabila diperlukan
pengolesan lem yang berbasis air ini dapat dilakukan dua kali untuk
mendapatkan hasil yang baik, setelah menunggu beberapa saat setelah
olesan yang pertama benar-benar kering.
4. Setelah lapisan lem benar-benar kering, bersihkan cat yang berbasis minyak
tersebut dari bagian permukaan screen ketika menyapukan cat sintetis (lihat
butir 2) dengan bahan pelarut cat sintetis (minyak tanah, bensin, thinner),
hingga bersih dan “terbuka”.
5. Apabila sudah bersih, kering dan bagian screen yang dikehendaki terbuka
sudah benar-benar terbuka, maka screen dapat digunakan untuk mencetak.
Dengan metode ini dapat ditampilkan efek garis-garis yang tajam dan lembut
semacam arsir. Selain itu Textural Effects dapat juga dibuat dengan
menempatkan screen di atas suatu permukaan yang bertekstur (sebelum di
“gores”) seperti kertas gosok, kayu, kain / kanvas dll.
Penggunaan Pastel Colour yang cermat, akan diperoleh hasil cetakan yang
seolah-olah hasil goresan yang dilakukan dengan menggunakan Pastel Colour
itu sendiri secara langsung.

Gambar 84. “ Daun-daun “


Berwarna Crayon Wash-out &
Glue Positive Sensill Method

107
7.4. Glue Wash-out and Lacquer Positive Stencil Method.
Proses pelaksanaan Metode Menghapus Lem dan Bagian Positif Dengan
Lacquer ini, pada prinsipnya hampir sama dengan butir B di atas,
perbedaannya terletak pada bahan yang dipakai menutup keseluruhan
permukaan screen.
1. Dalam proses ini, setelah master sketch dijiplak pada screen, sapukanlah
Lem yang berbasis air (dengan menggunakan kwas yang disesuaikan
kebutuhan) pada desain/gambar hasil jiplakan tadi dengan cermat.
2. Setelah sempurna dan kering, sapukanlah pada keseluruhan permukaan
screen Lacquer dengan menggunakan kwas besar (pada permukaan yang
berlawanan dengan permukaan ketika menyapukan lem yang berbasis air,
butir 1).
Lacquer adalah semacam Vernish, atau dapat diganti dengan Cat Sintetis
dan semacamnya yang berbasis minyak.
3. Apabila sapuan Lacquer (atau semacamnya) sudah dirasa cukup dan benar-
benar kering, maka sapuan Lem (pada desain/gambar hasil jiplakan master
sketch) dapat dibersihkan dengan menggunakan air, hingga benar-benar
bersih. Hingga yang tertinggal hanya bahan penutup screen (Lacquer atau
semacamnya) yang berbasis minyak. Dengan demikian karena bahan
penutup screennya berbasis minyak, maka cat yang digunakan mencetak
haruslah cat yang berbasis air.
7.5. Paper Cut Negative Method
Metode membuat acuan (negatif) dengan potongan kertas ini, menggunakan
potongan -potongan kertas sebagai bahan untuk “menutup” screen.
Berbagai macam kertas dapat digunakan untuk tujuan ini, baik yang besifat non
absorbent (tidak menghisap/menyerap) maupun yang bersifat absorbent
(menghisap/menyerap). Jenis kertas yang tipis dan transparan (tembus
pandang) dianjurkan untuk digunakan, karena di dalam pelaksanaannya akan
memudahkan, khususnya pada saat menjiplak atau memindahkan master
sketch dan pencetakan.

108
Untuk memotong kertas, pergunakan alat potong yang runcing, pipih dan
tajam (Stencil Knife, Cutter, Silet dan semacamnya) untuk memperoleh hasil
yang maksimal.
Kesan “ekspresif” dapat diperoleh dengan cara merobek kertas secara langsung
tanpa alat, dan “merekatkannya” pada screen tanpa membuat gambar/desain
(master sketch) terlebih dahulu.

Cara pelaksanaannya :
1. Pindah/jiplakkan gambar/desain (master sketch) pada kertas (misal, Kertas
Minyak/Kalkir), yang ukurannya dilebihkan 1 - 2 cm. dari ukuran screen
frame. Kemudian letakkan kertas tersebut di atas permukaan kaca, untuk
mempermudah pemotongannya.

Kertas

Huruf /
Tulisan

Gambar 85. Paper cut negative method

2. Potong bagian yang dikehendaki dengan alat yang tajam. Perlu diingat
bahwa kertas pada bagian yang akan dilepas / dibuang, nantinya adalah
bagian screen yang “berlubang” tempat cat cetak “ lewat” pada saat
pencetakan. Akan tetapi potongan bagian-bagian kertas yang akan dibuang
tersebut jangan dilepas / dibuang terlebih dahulu.

109
Memotong bagian sudut
yang runcing agak dilebihkan
sedikit agar sudutnya ‘bersih’

Melepaskan bagian-bagian
yang akan “dilewati” cat
dengan hati-hati

Gambar 86. Memotong dan melepaskan bagian-bagian image (gambar/


tulisan) yang akan “dilewati” cat saat pencetakan

Pada saat memotong bagian-bagian yang nantinya akan dilepas / dibuang,


dapat dilakukan improvisasi untuk “memperindah” hasil cetakan dengan
cara merobek langsung, atau memotong bagian yang besar menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil.
Potongan-potongan yang berbentuk “pulau-pulau”, seperti pada (misalnya)
huruf A, B, D, O dll. yang sekiranya penting, tetapi tidak dapat melekat
dengan baik / tepat dapat dibantu lekatnya dengan menggunakan lem.
3. Tanpa memindahkan kertas (hasil jiplakan yang sudah dipotong), letakkan
screen di atasnya. Selanjutnya kelebihan kertas (1 - 2 cm.) dilipat ke atas
(tepi luar screen) dan “dikancing” dengan Selophan Tape (Plack Band).
4. Tuang cat cetak secukupnya pada bagian dalam (reservoir) screen, dan
sapukan rata dengan Rakel. Setelah rata dan kertas sudah meleket dengan
baik pada permukaan screen, kurangi cat cetak yang ada di eservoir
semaksimal mungkin, dan balikkan screen tersebut.

110
Ambil/lepaskan bagian-bagian kertas yang seharusnya dilepas (tempat
resapan cat pada saat pencetakan), jika ada bagian/potongan/”pulau” yang
tidak dapat melekat dengan baik, dapat dilekatkan dengan lem.

Gambar 87. Penataan screen dan media cetak

5. Lakukan pemeriksaan akhir dengan cermat, dan selanjutnya dapat dilakukan


pencetakan.
Catatan :
Kecuali memang dikehendaki, pada metode ini pencetakan sebaiknya tidak
menggunakan cat yang berbasis air. Pada pencetakan yang berjumlah
banyak, sifat kertas yang absorbent (menyerap air) sangat kurang
menguntungkan. Karena setelah dicetakkan beberapa kali, pada kertas
“penutup screen” akan terjadi kerutan-kerutan disebabkan oleh air yang
terserap kertas penutup screen tersebut, sehingga garis-garis pada hasil
cetakan menjadi tidak tegas, kabur dan tidak lurus lagi. Bagaimanapun
setiap teknik / proses apabila didalami, pasti akan ditemui kejutan – kajutan
yang dalam berolah seni akan memberi arti sebagai suatu kepuasan ketika
“menemukan sesuatu” sebagai hasil dalam berekspresi. Karena “sesuatu”
yang ditemukam itu mungkin satu-satunya, yang sebelumnya belum pernah
ada di dunia ini.

111
C. PENCETAKAN

1. Perlengkapan Cetak

1.1. Meja Cetak


Khususnya untuk mencetak berwarna dan sasaran cetak yang tidak tembus
pandang, keberadaan Meja Cetak sangat vital. Kegunaan utamanya adalah
untuk menepatkan presisi antara setiap bagian / warna yang akan dicetakkan
pada posisi yang tepat pada sasaran cetak. Periksa benar keadaan engsel
penjepitnya agar tidak goyah, sehingga dapat dipastikan presisinya baik ketika
diarahkan pada sasaran cetak.

1.2. R a k e l (Squeegee)
Pastikan dalam keadaan baik dan siap pakai, apabila ‘mata’-nya sudah aus
perbaiki dan sempurnakan agar hasil cetakan maksimal.

1.3. Selain alat-alat yang memang penting dan digunakan dalam proses cetak, alat
lain seperti Cutter, Gunting, Hairdryer dll. disiapkan di dekat / sekitar tempat
kerja.
1.4. Selain alat, bahan seperti Minyak Pencair / Pembersih, Kain Lap, dll. sebaiknya
disiapkan di dekat / sekitar tempat kerja.
2. Proses Pencetakan

2.1. Mencetak Satu Warna


2.1.1. Persiapan :
Tempatkan screen pada Meja Cetak, pasang framenya pada penjepit / catok,
sesuaikan penempatannya pada sasaran yang akan dibubuhi cetakan.
Kencangkan baut penjepitnya agar screen frame posisinya pas, dan tidak
bergeser dalam proses pencetakan.
2.1.2. Percobaan Pencetakan :
Dalam proses ini selain untuk mengetahui hasil akhir / sesungguhnya image pada
screen dari proses sebelumnya, juga untuk mengetahui apakah screen sudah
benar-benar siap digunakan untuk mencetak.

112
Letakkan selembar kertas yang akan dibubuhi cetakan di bawah screen,
kemudfian posisikan screen tepat pada kertas tersebut, tuangkan cat cetak
dengan kekentalan yang benar pada screen bagian belakang, di tepi / sisi tempat
catok screen secukupnya.

Catok

Bagian Belakang Screen


Tempat menuang cat cetak

Bagian Depan
Screen

Arah Menarik cat cetak ke depan Arah Mendorong cat cetak ke belakang
pada saat mencetak

Gambar 88. Rakel/Squeegee pada screen membentuk sudut + 60º – 75º


saat Menarik/Mendorong cat cetak

Menggunakan rakel yang sesuai, dengan tekanan yang cukup, tarik rata cat cetak
ke bagian depan screen. Selanjutnya dengan tekanan yang ringan dorong cat
cetak ke belakang, kemudian tarik kembali dengan tekanan cukup cat cetak ke
bagian depan screen, dan image tercetak pada kertas. Buka screen perhatikan
dan cermati haslnya, apabila masih terdapat kebocoran atau ada bagian yang
masih perlu diperbaiki, bersihkan screen lakukan retusir seperlunya. Kalau sudah
benar - benar yakin baik, maka tahapan selanjutnya adalah persiapan untuk
produksi.

113
2.1.3. Produksi :
Lakukan pencetakan seperti pada percobaan tadi langsung pada permukaan
kaca meja cetak tanpa kertas. Image / hasilnya biarkan kering atau untuk lebih
mempercepat kering, taburi image tersebut dengan Talkum Powder / Tepung
Kanji secukupnya, setelah kering kaca meja cetak tersebut dibersihkan.
Tanda / Patokan Pembatas (Anleg / Regristration Guide)

A B
A1. Cetak image pada kaca meja cetak, hasilnya tunggu hingga kering.
A2. Tumpangkan di atasnya kertas / mika transparan, ukuran = kertas yang
akan dibubuhi cetakan, lekatkan dengan Adhesive Tape dibeberapa tempat.
B. Tempelkan pada meja cetak dengan doble tape di sudut kanan atas dan
samping kanan atas tandabatas (Anleg / Regristration Guide), agar presisi
penempatan kertas-kertas yang akan dibubuhi cetakan (nantinya) akan
selalu tepat (posisinya).
Gambar 89. Persiapan Mencetak

Tempatkan sehelai kertas transparant (Mika Tipis / Kertas Minyak / Roti atau
semacamnya) sesuai ukuran kertas sesungguhnya yang akan dibubuhi cetakan,
dan posisikan image pada tempat yang dikehendaki. Bila sudah benar posisinya,
rekatkan kertas transparant tadi dengan Double Tape / Adhesive Tape pada kaca
meja cetak. Apabila sudah yakin akan ‘hasilnya’ bisa juga dicetakkan langsung
pada kaca daun meja cetak, setelah hasil cetakan pada kaca tersebut kering /
dikeringkan di atas hasil cetakan tersebut ditumpangkan sehelai kertas / mika
transparan sesuai ukuran yang dikehendaki

114
Selanjutnya pada bagian tepi atas dan samping kertas transparant diberi batas
(Anleg / Regristration Guides) dengan potongan karton tipis (ukuran + P = 5 – 10
; L = 2 – 3 cm.), direkatkan pada kaca meja cetak dengan Double Tape, sebagai
batas presisi pempatan kertas-kertas yang akan dibubuhi cetakan nantinya.
Agar dalam proses mencetak kertas tidak terbawa / melekat pada screen, beri
semacam Ganjal tepat di bawah jatuhnya bingkai panjang screen, rekatkan
karton (P & L + = P & L bingkaii sisi panjang screen) pada meja cetak dengan
double tape, selanjutnya pencetakan produk dapat dilakukan sesuai jumlah yang
dikehendaki.
Screen Frame
Meja Cetak

Pemberian Ganjal agar Kertas tidak melekat


pada screen pada saat pencetakan

Gambar 90. Posisi Screen pada meja cetak

2.2. Mencetak Dua Warna atau lebih


Pada dasarnya mencetak berwarna lebih membutuhkan kecermatan dan
ketelitian yang lebih dibandingkan dengan mencetak dengan satu warna.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencetak lebih dari satu warna
adalah :
- Perlu adanya sebuah desain jadi, lengkap dengan rencana pembagian dan
penempatan warna – warnanya.
- Pada prinsipnya pencetakan untuk setiap warna dibutuhkan satu screen,
walaupun dalam pelaksanaannya dapat disiasati dengan berbagai cara.
- Pencetakan dimulai dari warna paling muda dan berangsur warna agak tua,
lebih tua dan terakhir warna yang paling tua (gelap / pekat).

115
2.2.1. Mencetak beberapa warna dengan satu screen
Misalkan akan mencetak desain berikut ini dalam tiga warna dalam 1 (satu)
screen, sebagai berikut :

SR warna Merah

DG warna Biru Cobalt

Pelipit warna Hitam


Desain di Copy menjadi Film Diapositif, selanjutnya diafdruk pada satu screen.

A
Jadinya seperti pada gambar 107A terlihat dari bagian
dalam / belakang screen. Cetak terlebih dahulu huruf
SR (Merah), dalam proses ini huruf DG dan pelipit
ditutup dengan Lackband yang basis perekatnya
berlawanan dengan cat yang digunakan mencetak.
Demikian juga ketika mencetak huruf DG, maupun
pelipitnya. Perlu kecermatan dan ketelitian pada saat
mengatur presisi sasaran cetak pada saat pencetakan.

Gambar 91. Posisi warna yang berbeda dalam screen

B C D

Gambar 92. Mencetak lebih dari satu warna

116
Dalam pencetakan berwarna yang warna - warnanya terpisah / tidak berdekatan
seperti dalam proses ini, maka urutan pencetakan warna yang seharusnya
dimulai dari yang termuda dahulu, dapat diabaikan.
Penutupan bidang – bidang selain dapat menggunakan Lackband yang basis
perekatnya berlawanan dengan cat yang digunakan mencetak, dapat juga
menggunakan lem atau semacamnya.
Kunci ketepatan / presisi pada saat mencetak terletak pada Patokan Pembatas
(Anleg / Regristration Guide), dan kecermatan saat menempatkan sasaran yang
akan dibubuhi cetakan pada Patokan Pembatas tersebut. Hal tersebut akan lebih
penting pada saat akan mencetak pada permukaan benda-benda yang tidak
dapat ditembus sinar, seperti karton, tripleks / kayu, logam dan semacamnya.
Dengan demikian maka untuk mencetak berwarna / benda-benda yang tidak
tembus pandang dan sangat membutuhkan presisi / kecermatan, keberadaan
Meja Cetak yang representatif mutlak / sangat dibutuhkan, untuk mendapatkan
hasil yang maksimal .

Gambar 93. Meja Cetak

117
D. Rangkuman
Pada prinsipnya cetak saring adalah salah satu teknik pembuatan karya seni
garafis dengan acuan cetak berupa saringan. Sehingga bagian yang berpola tinta
menembus saringan, sedangkan yang tidak berpola tinta tidak dapat menembus
saringan dikarenakan bagian saringan/acuan cetaknya ditutup dengan teknik tertentu.
Secara garis besar pembuatan karya cetak saring dibagi menjadi tiga bagian, yakni
tahap pembuatan desain, afdruk, dan pencetakan.
Pada tahap pembuatan desain yang perlu menjadi pertimbangan adalah hasil
akhir suatu proses cetak diawali dari desain yang secara keseluruhan baik. Oleh karena
itu pembuatan desain harus didasari oleh pengertian yang benar tentang Cetak Saring,
bagaimana Acuannya, akan dicetak menggunakan berapa warna dan hasil cetakan
bagaimana yang diinginkan. Akan mencetak satu warna atau berwarna, desain pun
harus dibuat lengkap sesuai dengan berapa warna yang akan digunakan mencetak,
sehingga dapat direncanakan pula jumlah acuan yang akan digunakan.
Pada tahap afdruk prinsipnya adalah memindahkan mentransfer/mengafdruk
desain pada screen frame pada dasarnyan dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu
teknik fotografi, atau teknik lainnya (non fotografi). Pemilihan salah satu dari dua cara
tersebut didasari pertimbangan : (1) berapa warna yang akan digunakan untuk
mencetak, (2) berapa buah acuan yang akan digunakan, dan (3) kesan visual
bagaimana / apa yang ingin ditampilkan.
Sedangkan pada tahap mencetak yang perlu dipertimbangkan adalah waktu dan
acuan cetak. Jumlah acuan untuk mencetak tergantung pada jumlah warna yang akan
digunakan, prinsipnya satu warna satu acuan. Akan tetapi dalam pelaksanaan (dengan
perencanaan/perhitungan yang matang, dan last but not least dengan banyak
pengalaman praktek) ada beberapa trik untuk mengurangi, sehingga tidak harus satu
acuan untuk satu warna. Khususnya yang lebih mengutamakan / bertujuan
menggunakan cetak saring sebagai media untuk mengekspresikan rasa seninya, dan
tidak untuk diproduksi secara masal.

118
E. Latihan
Buatlah acuan cetak dengan teknik sederhana dengan memanfaatkan kertas, lalu
lakukan berbagai macam uji coba untuk membuat karya cetak saring dengan
menggunakan tinta yang anda miliki, dan media cetak berupa kertas..

F. Evaluasi
a. Tes Tulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
1. Jelaskan yang dimaksud cetak saring!
2. Sebutkan dan jelaskan alat dan bahan yang diperlukan dalam cetak saring
3. Jelaskan urutan proses afdruk dengan teknik fotografi,kemudian jelaskan dengan
gambar urutan menata perlengkapan afdruk.
4. Jelaskan tahapan cetak saring mulai dari membuat desain hingga mencetak
dengan membuat gambar skema.
5. Jelaskan perkembangan cetak saring saat ini jika dihubungkan dengan kebutuhan
hidup manusia.

b. Praktik
Buatlah karya seni grafis dengan teknik cetak saring (silk screen printing)
menerapkan teknik fotografi dalam proses afdruknya pada media kain (t-shirt).
Sajikan karya yang anda buat dalam kemasan yang menarik.

G. Daftar Bacaan
Ann d'Arcy Hughes, Hebe Vernon-Morris. 2008. The Printmaking Bible: The Complete
Guide to Materials and Techniques. Chronicle Books.

Bernard Toale. 1992. Basic Printmaking Techniques. Davis Pubns.

Bill Fick, Beth Grabowski. 2009. Printmaking: A Complete Guide to Materials and
Processes. Laurence King.

Judy Martin. 1993. The Encyclopedia of Printmaking Techniques. Running Pr

Mardikanto, 2005, Buku Ajar Seni Grafis. Surabaya : Unesa University Press

Marianto, D, 1988, Seni Cetak Cukil Kayu, Kanisius, Yokyakarta

Scheder, Georg, 1985, Perihal Cetak Mencetak, Yogyakarta : Kanisius

119
GLOSARIUM

Acuan : baca : acuan cetak, yaitu model untuk mencetak yang


dikenai tinta dan dipindahkan ke acuan cetak
Anleg : regristration guide/pembatas acuan cetak
Aquatint : salah satu teknik pembuatan acuan cetak dalam
dengan teknik etching
Artist Proof : tulisan tambahan yang diletakkan di sebelah tanda
tangan seniman pada karyanya
Basis tinta : bahan tinta/dasar tinta
Batu Litho : acuan cetak datar berupa batu litho
Catok : alat untuk menahan/mengunci acuan cetak
Drypoint : teknik pembuatan acuan cetak dalam dengan teknik
kering/gores/gravur
Emulsi : campuran obat afdruk pada acuan cetak saring
Engraving : teknik cukil kayu dengan serat kayu memotong
Etching Press Machine : alat untuk pres saat cetak dalam dengan teknik etsa
Grafika : ilmu yang berkaitan dengan cetak-mencetak dua
dimensi
Gravure : istilah pada cetak dalam
Hard Ground : penutup acuan cetak dalam sebelum etsa
Intaglio : istilah pada cetak dalam
Lift Ground : bahan untuk membuat pola pada acuan cetak dalam
sebelum proses etsa
Media Cetak : media untuk mencetak, misalnya kertas dsb.
Mesh : ukuran kerapatan screen dalam cetak saring
Mesin press : alat untuk press saat mencetak berupa silinder
Monoprint : cetak tunggal, istilah dalam planography
Peka Cahaya : bahan cetak yang sensitif terhadap cahaya
Planography : istilah dalam cetak datar
Pointilistik : image atau gambar berupa titik-titik/raster
Pola (Image) : gambar acuan
Proses Cetak : tahapan dalam mencetak
Rakel : alat untuk menyaput tinta dalam cetak saring
Roll Karet (Brayer) : rol karet untuk memindahkan/meratakan tinta
Sablon : istilah dalam cetak saring
Screen Printing : cetak saring
Seng Sari : lembaran logam untuk acuan cetak dalam
Seni Grafis : karya seni dua dimensi yang dibuat dengan mencetak
Seriegraph : istilah dari cetak saring
Squeegee : baca: rakel

120
Stencil : teknik cetak acuan tembus
Teknik Cetak : cara mencetak
Tinta Cetak : pewarna untuk mencetak dan menghasilkan image
Tusir : memperbaiki kerusakan pada acuan cetak

121

Anda mungkin juga menyukai