Anda di halaman 1dari 21

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

(SOP)
PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN MILIK PEMERINTAH DAERAH
PADA BIDANG JASA KONSTRUKSI

DINAS TATA BANGUNAN DAN PEMUKIMAN


KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2015

A. PENDAHULUAN

Di dalam organisasi publik (pemerintah), visi yang diemban adalah tercapainya


kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pelayanan yang prima kepada masyarakat
sebagai pemilik/pemangku kepentingan, baik pelayanan yang bersifat langsung diberikan
maupun pelayanan yang dinikmati masyarakat secara tidak langsung. Salah satu penunjang
meningkatnya pelayanan kepada masyarakat adalah melalui kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Untuk membuat kebijakan yang baik harus ditopang oleh suatu ketentuan yang
baku, terinci dan berpihak pada kepentingan masyarakat secara luas.

Dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur bangunan terdapat banyak dinamika yang


berkembang baik di masyarakat maupun dalam pemerintahan itu sendiri. Hal ini memang
selalu terjadi, karena dinamika perubahan selalu terjadi pada setiap sendi kehidupan.
Perkembangan teknologi tentang bahan atau material ke-teknik sipil-an, metode pelaksanaan
atau peralatan merupakan suatu dinamika yang harus diantisipasi. Demikian juga dengan
peraturan-peraturan atau produk hukum yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
infrastruktur.

Perubahan tersebut, jika tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan gejolak-
gejolak yang kurang baik di masyarakat. Hal ini akan berujung pada pelayanan kepada
masyarakat yang kurang optimal. Jika terjadi terus menerus dan berulang-ulang tentu akan
memberikan dampak yang negatif kepada masyarakat. Kondisi tersebut tentu tidak akan
dibiarkan terus berlangsung. Oleh karena itu upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem
pengelolaan pemenuhan kebutuhan infrastruktur terus dilakukan melalui berbagai kebijakan
yang mendorong kearah perbaikan penyelenggaraan pemerintahan.

Pemerintah telah mencanangkan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan


yang baik (good governance). Proses penyusunan standar pengelolaan haruslah diketahui
secara pasti prosedurnya. Dengan prosedur yang jelas, akan lebih mudah diketahui tahapan
apa yang harus ditempuh, waktu yang dibutuhkan, siapa saja yang terlibat, serta persyaratan
apa saja yang harus dipenuhi.

Untuk memenuhi perihal diatas dan meningkatkan efisiensi, efektifitas dan


kesinambungan pemenuhan kebutuhan infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi, serta untuk
memantapkan sistem pengelolaannya, maka diperlukan Standar Operasional Prosedur
(SOP) pada pelaksanaan kegiatan penanganan bangunan pada bidang jasa kontruksi Dinas
Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor.

B. TUJUAN

Standard Operasional Prosedur merupakan suatu standar/ pedoman tertulis yang


dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Atau dengan kata lain, SOP adalah tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja.

Tujuan SOP pelaksanaan kegiatan penanganan bangunan adalah untuk


meminimalisasi keragaman dari output sistem pengelolaan data yang dihasilkan, baik dari
segi pelaporan, jenis berkas yang dikumpulkan, hingga tata cara pengumpulannya. Selain itu
penggunaan dan pengembangan SOP juga akan meningkatkan kualitas output dari sistem
pengelolaannya dikarenakan konsistensi dari pengimplementasian proses atau prosedur yang
dilakukan. Penggunaan SOP juga memudahkan pelaksanaan suatu proses eksekusi
pengambilan keputusan saat terjadi pergantian personil. Pelaksanaan SOP diharapkan akan
mengurangi peluang terjadinya perbedaan jenis pelaporan dan kesalahan persepsi antar
pengguna SOP yaitu penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi.

C. MANFAAT

Manfaat teknis dari pembuatan dan penggunaan SOP Pelaksanaan Kegiatan


Penanganan Bangunan adalah sebagai berikut :
1. Adanya standarisasi interpretasi kebijakan, peraturan, dan keluaran terkait tentang
tata kelola pelaksanaan kegiatan penanganan infrastruktur bangunan, misalnya
Perpres 54 th 2010 jo Perpres 70/2012 dan Perpres 4/2015, perka LKPP th 2012,
Permendagri, Perda , dll.
2. Adanya standarisasi pelaksanaan setiap prosedur operasional standar mengenai tata
kelola pelaksanaan kegiatan penanganan infrastruktur bangunan yang telah
ditetapkan menjadi pedoman baku.
3. Adanya standarisasi sistem administrasi dari kegiatan Tata Kelola Data. Sistem
administrasi menjadi jaminan adanya upaya untuk mendokumentasikan secara
sistematis setiap event atau kejadian yang terjadi pada waktu pelaksanaan kegiatan.
4. Adanya standarisasi untuk kegiatan validasi data.
5. Adanya standarisasi pelaporan.
6. Adanya standarisasi untuk kegiatan pengawasan pelaksanaan kegiatan. Penerapan
pengawasan pelaksanaan kegiatan bukan hanya mengenai kuantitas dan kualitas
pekerjaan, tetapi juga pengimplementasian komponen pengawasan secara
keseluruhan.
7. Adanya standarisasi untuk pelaksanaan evaluasi dan penilaian pelaksanaan kegiatan.
8. Adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di antara beberapa SOP yang
ada dalam pelaksanaan kegiatan penanganan infrastruktur bangunan dengan SOP lain
yang ada dalam Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman dalam konteks pencapaian
tujuan kegiatan secara keseluruhan. Penyajian yang terintegrasi dalam konsep,
konteks, dan terapan sangat penting untuk menghindari terjadinya duplikasi dalam
keputusan maupun tindakan yang pada akhirnya menghasilkan ketidakefektifan dan
ketidakefisienan dalam pelaksanaan kegiatan.
9. Adanya acuan yang formal bagi direksi/owner dan penyedia jasa, untuk menjalankan
kewajiban di dalam prosedur operasional standar. SOP pada dasarnya disusun untuk
menjadi pedoman baku bagi pihak-pihak yang tercantum dalam kontrak dalam
menjalankan kegiatan, baik dalam mengambil keputusan maupun tindakan.
10. Adanya acuan yang formal untuk setiap perbaikan serta pengembangan prosedur-
prosedur operasional standar mengenai pelaksanaan kegiatan di masa datang. SOP ini
dapat berubah serta berkembang sesuai perubahan dan perkembangan yang terjadi
dalam pengelolaan pelaksanaan kegiatan. SOP dengan penyajian yang efektif akan
memudahkan saat dilakukan perubahan atau perbaikan di masa yang akan datang.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari buku ini mencakup penjelasan terhadap beberapa SOP yang ada dalam
lingkup pelaksanaan kegiatan penanganan infrastruktur bangunan pada bidang Jasa
Konstruksi guna mendukung pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan di Dinas Tata
Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor.

DASAR :
- PERPRES 54/2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
- PERPRES 70/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERPRES 54/2010
- PERMENDAGRI 13/2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
- PERMENDAGRI 21/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERMENDAGRI 13/2006
- PERKA LKPP NO 14/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERPRES 70/2012
- PERATURAN DAERAH/LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 1 TAHUN
2013 TANGGAL 10 JANUARI 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH

DIREKSI TEKNIS TERDIRI DARI :


- PENGGUNA ANGGARAN
- KUASA PENGGUNA ANGGARAN
- PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
- PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN
- PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN
- PANITIA PENELITI PELAKSANAAN KONTRAK
- PENGAWAS

TUGAS PENGGUNA ANGGARAN (PA)


- MENETAPKAN RENCANA UMUM PENGADAAN
- MENETAPKAN PPK
- MENETAPKAN PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN
- MENETAPKAN PANITIA PENELITI PELAKSANAAN KONTRAK
- MENETAPKAN PENGAWAS

TUGAS KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)


- MENANDA TANGANI KONTRAK DAN ADDENDUM KONTRAK DENGAN PENYEDIA JASA
- MENANDA TANGANI BERITA ACARA SERAH TERIMA PERTAMA DAN KEDUA
- MENANDA TANGANI SPP-LS
- MENANDA TANGANI SPM

TUGAS PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


- MENETAPKAN HPS
- MEMBUAT RANCANGAN KONTRAK
- MENERBITKAN SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA JASA
- MENANDA TANGANI PAKTA INTEGRITAS
- MENANDA TANGANI KONTRAK DAN ADDENDUM KONTRAK DENGAN PENYEDIA JASA
- MENANDA TANGANI BERITA ACARA REALISASI FISIK PER SERTIFIKAT BULANAN ATAU
TERMIN
- MELAPORKAN KEMAJUAN PEKERJAAN TERMASUK PENYERAPAN ANGGARAN PER
TRIWULAN KE PA/KPA
- MENYIMPAN DAN MENJAGA KEUTUHAN SELURUH DOKUMEN PELAKSANAAN
PENGADAAN DAN DOKUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN
TUGAS PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN
- MENGENDALIKAN PELAKSANAAN KEGIATAN SECARA KESELURUHAN MENGENAI Fisik
DAN KEUANGANNYA
- MEMPERSIAPKAN BERKAS-BERKAS PENAGIHAN UANG MUKA/MC/TERMIN

TUGAS PANITIA PENELITI PELAKSANAAN PEKERJAAN (PANITIA FE)


- MEMERIKSA DAN MENANDA TANGANI BERKAS-BERKAS PEMERIKSAAN LAPANGAN
BERSAMA/FIELD ENGINEERING(FE)

TUGAS PENGAWAS
- MENGAWASI PEKERJAAN SESUAI KETENTUAN DALAM KONTRAK
- MEMERIKSA DAN MENANDA TANGANI SERTIFIKAT BULANAN (MC) / MC TERMIN
BESERTA BACK UP KUANTITAS-NYA
- MEMERIKSA DAN MENANDA TANGANI LAPORAN HARIAN, MINGGUAN, BULANAN,
SHOP DRAWING DAN AS BUILT DRAWING

TUGAS PANITIA PENERIMA HASIL PEKERJAAN (PPHP)


- MELAKUKAN PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN PENGADAAN BARANG/JASA SESUAI
DENGAN KETENTUAN YANG TERCANTUM DALAM KONTRAK
- MENERIMA HASIL PENGADAAN BARANG/JASA SETELAH MELALUI
PEMERIKSAAN/PENGUJIAN
- MEMBUAT DAN MENANDATANGANI BERITA ACARA SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN
- MENANDA TANGANI PAKTA INTEGRITAS
E. JAMINAN JAMINAN

Pada pelaksanaan kontrak ini, ada beberapa jaminan yang harus dipersiapkan oleh penyedia
jasa, yaitu:
1. Jaminan Pelaksanaan
a. Besar jaminan ini adalah 5% dari nilai kontrak
b. Jaminan ini dikeluarkan oleh Bank
c. Jaminan ini bisa dicairkan jika terjadi wanprestasi dari penyedia jasa
d. Jaminan ini adalah salah satu syarat penandatangan kontrak
e. Dasar dari jaminan ini adalah SPPJ
2. Jaminan Uang Muka
a. Besar jaminan ini adalah senilai uang muka yang diberikan
b. Jaminan ini dikeluarkan oleh Bank
c. Jaminan ini bersifat unconditionally, artinya bisa dicairkan sewaktu-waktu
tanpa syarat, jika terjadi wanprestasi dari pihak penyedia jasa
d. Jaminan ini adalah salah satu syarat pengajuan uang muka
3. Jaminan Pemeliharaan
a. Besar jaminan ini adalah 5% dari nilai kontrak
b. Jaminan ini dikeluarkan oleh Bank
c. Jaminan ini bisa dicairkan jika terjadi wanprestasi dari penyedia jasa
d. Jaminan ini adalah salah satu syarat dalam proses serah terima pertama
pekerjaan
e. Dasar pembuatan jaminan ini adalah Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
F. DAFTAR SOP

Adapun daftar SOP yang disusun adalah sebagai berikut :


1. SOP Penanda tanganan Kontrak
2. SOP PCM (Pre Construction Meeting / Pertemuan Pra Pelaksanaan)
3. SOP FE/PLB (Field Engineering/Pemeriksaan Lapangan Bersama) dan Addendum
Tambah Kurang
4. SOP Addendum Perpanjangan Waktu
5. SOP Pengendalian Pelaksanaan Kontrak
6. SOP Pengajuan Uang Muka/MC/Termin
7. SOP Pemeriksaan/Pengujian Fisik
8. SOP Serah Terima Pertama
9. SOP Serah Terima Kedua
BAGAN ALUR KEGIATAN SECARA UMUM

PERIODE KONTRAK FISIK

PERIODE PELAKSANAAN PERIODE PEMELIHARAAN

SOP
KONTRAK/SPMK 2
SOP
4 PEMERIKSAAN FISIK AKHIR KONTRAK AKHIR PEMELIHARAAN
FE/PLB

PCM

SOP SOP
SOP SOP SOP SOP SOP
3 5
1 6 7 8 9
KETERANGAN :
SOP 1 = SOP Penanda tanganan Kontrak
SOP 2 = SOP PCM (Pre Construction Meeting)
SOP 3 = SOP FE/PLB dan Addendum Tambah Kurang
SOP 4 = SOP Addendum Perpanjangan Waktu
SOP 5 = SOP Pengajuan Uang Muka/MC/Termin
SOP 6 = SOP Pengendalian Pelaksanaan Kontrak
SOP 7 = SOP Pemeriksaan Fisik
SOP 8 = SOP Serah Terima Pertama
SOP 9 = SOP Serah Terima Kedua

1. SOP/TATA CARA PENANDATANGAN KONTRAK

Tata cara penandatanganan kontrak adalah sebagai berikut:


a. Setelah ada penetapan pemenang dari ULP dan masa sanggah terlampaui, maka ULP
segera mengirimkan fotokopi berkas-berkas pelelangan berupa berita acara
pelelangan sampai dengan berita acara habis masa sanggah dan berkas penawaran
pemenang.
b. Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ) diterbitkan oleh PPK kepada Penyedia Jasa
segera setelah berkas-berkas pelelangan dan penawaran diverifikasi dan dinyatakan
lengkap (tidak ada kesalahan dan tidak ada tanda tangan yang tertinggal)
c. Pengambilan SPPJ oleh direktur atau yang dikuasakan (ada dalam akta pendirian)
d. Jaminan Pelaksanaan dibuat penyedia jasa dengan dasar SPPJ dari PPK
e. Jaminan Pelaksanaan harus dari Bank yang berdomisili di Kota Bogor atau Kabupaten
Bogor
f. Penanda tanganan kontrak dilakukan setelah jaminan pelaksanaan diverifikasi oleh
Dinas
g. Penandatanganan kontrak dilakukan berhadapan langsung antara Pihak I (Pejabat
Pembuat Komitmen) dan Pihak II (Penyedia Jasa)

2. SOP/TATA CARA PCM (PRE CONSTRUCTION MEETING)

Definisi
Pre Construction Meeting atau Pertemuan sebelum pelaksanaan konstruksi adalah
pertemuan yang dihadiri oleh pihak penyedia jasa dengan pihak owner/direksi teknis dan
pengawas lapangan. Pertemuan ini dilaksanakan segera setelah PPK dan penyedia jasa
menandatangani kontrak.
Tujuan
a. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menyatukan langkah dan pandangan dalam
menyelesaikan kontrak sesuai dengan tujuan bersama
b. Memastikan bersama hak dan kewajiban antara masing-masing penyedia jasa dengan
pengguna jasa
c. Memastikan bersama secara detail teknis tentang tata cara pelaksanaan kontrak (SOP)

Tata Cara
a. Penyedia jasa yang hadir dalam pertemuan ini harus direktur atau yang mewakilinya
harus ada dalam akta pendirian perusahaan dengan menyertakan surat kuasa dan
akta pendiriannya
b. Materi dari PCM ini adalah SOP (Standar Operasional Prosedur) Pelaksanaan Kegiatan
yang sudah disiapkan oleh pengguna jasa/direksi teknis. Materi sudah diberikan
sebelumnya kepada penyedia jasa pada waktu penanda tanganan kontrak.
c. Penyedia jasa bisa memberi masukan terhadap SOP dengan persetujuan bersama
d. Hasil dari pertemuan ini dituangkan dalam Berita Acara PCM yang ditandatangani
antara penyedia jasa dengan PPK.

3. SOP/TATA CARA FE/PLB

Tata Cara Pemeriksaan Lapangan Bersama/Field Engineering adalah sebagai berikut:


a. Penyedia Jasa mengajukan surat permohonan pemeriksaan lapangan bersama ke PPK
dengan melampirkan bukti setoran jamsostek, struktur organisasi pelaksanaan
kegiatan dan Time Schedule
b. PPK menyetujui surat permohonan tersebut dan meminta panitia peneliti kontrak
untuk ke lapangan.
c. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan
Lapangan dengan ditanda tangani oleh Penyedia Jasa, Pengawas, dan Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
d. Lampiran dari Berita Acara tersebut adalah Tabel Balance Budget dan Backup Data
e. Apabila ada perubahan dari volume kontrak, maka harus dibuat justifikasi teknis dan
dituangkan dalam addendum kontrak.
f. Setelah addendum kontrak ditandatangani, penyedia jasa harus membuat revisi time
schedule dan Shop Drawing (Gambar Pelaksanaan)
g. Persyaratan Addendum Kontrak (tambah kurang) adalah sebagai berikut: (urutan
kronologis)
i. Surat Permohonan Pemeriksaan Lapangan Bersama dari Penyedia Jasa ke PPK
ii. Surat Balasan agar melakukan Pemeriksaan Lapangan Bersama dari PPK ke
Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak
iii. Surat Permohonan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari Penyedia Jasa ke
PPK
iv. Surat Persetujuan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari PPK yang berisi
permintaan kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak untuk mengundang
pihak terkait
v. Surat Undangan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak ke Penyedia Jasa dan Pengawas
vi. Hasil Pembahasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Draft
Justifikasi Teknis, diikuti dengan Lembar Pengesahan Kajian Teknis
vii. Surat permohonan perubahan kontrak dari Panitia Peneliti Pelaksanaan
Kontrak ke PPK
viii. PPK membuat surat permohonan perubahan kontrak ke KPA
ix. KPA membuat perintah perubahan kontrak
x. KPA dan Penyedia Jasa menandatangani Addendum Kontrak
4. SOP/TATA CARA ADDENDUM PERPANJANGAN WAKTU

Tata Cara Addendum Perpanjangan Waktu adalah sebagai berikut:


a. Penyedia Jasa mengajukan surat permohonan perpanjangan waktu ke PPK dengan
melampirkan berkas-berkas pendukungnya
b. PPK menyetujui surat permohonan tersebut dan meminta panitia peneliti
pelaksanaan kontrak untuk meneliti berkas yang diajukan.
c. Persetujuan permohonan perpanjangan waktu dari penyedia jasa harus dilampiri
justifikasi teknis
d. Persyaratan Addendum Kontrak (perpanjangan waktu) adalah sebagai berikut:
(urutan kronologis)
i. Surat Permohonan Perpanjangan Waktu dari Penyedia Jasa ke PPK
ii. Surat Balasan agar melakukan kajian teknis terhadap permohonan tersebut
dari PPK ke Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak
iii. Surat Permohonan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari Penyedia Jasa ke
PPK
iv. Surat Persetujuan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari PPK yang berisi
permintaan kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak untuk mengundang
pihak terkait
v. Surat Undangan Pembahasan Draft Justifikasi Teknis dari Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak ke Penyedia Jasa dan Pengawas
vi. Hasil Pembahasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Draft
Justifikasi Teknis, diikuti dengan Lembar Pengesahan Kajian Teknis
vii. Surat permohonan perubahan kontrak dari Panitia Peneliti Pelaksanaan
Kontrak ke PPK
viii. PPK membuat surat permohonan perubahan kontrak ke KPA
ix. KPA membuat perintah perubahan kontrak

5. SOP/TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN KONTRAK

Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Kontrak adalah sebagai berikut:


a. Penyedia Jasa segera melakukan pekerjaan setelah penandatangan kontrak atau
setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari KPA
b. Penyedia Jasa segera melakukan penyetoran iuran jamsostek sebelum pekerjaan
dimulai dan setelah SPMK
c. Apabila penyedia jasa belum melakukan pekerjaan setelah satu minggu dari SPMK,
maka akan dilayangkan Surat Teguran 1 dari PPK
d. Untuk kontrak dengan metode pembayaran sertifikat Bulanan (monthly certificate),
penyedia jasa wajib membuat MC per tanggal 25 pada setiap bulanannya, walaupun
tidak melakukan penagihan. Setiap pembuatan MC harus dilampirkan back up data
dan laporan harian mingguan
e. MC ditandatangani penyedia jasa, pengawas dan PPK
f. Pengawas membuat laporan kemajuan fisik mingguan dari hari senin ke hari minggu
untuk dilaporkan di hari senin ke PPK
g. Rekap laporan kemajuan fisik mingguan dihimpun oleh masing-masing kepala bidang
yang bersangkutan untuk dilaporkan ke Kepala Dinas.
h. Surat Teguran dari PPK ke penyedia jasa dilakukan, jika terjadi deviasi
minus/terlambat 15 %
i. Surat teguran selanjutnya dilayangkan ke penyedia jasa jika tidak ada perubahan yang
signifikan di lapangan (deviasi negatif masih tinggi, diatas 15%)
j. Jika sudah dilakukan 2 kali surat teguran, maka yang ketiga adalah surat peringatan
k. Jika sudah 2 kali surat teguran dan 1 kali surat peringatan, tetap tidak ada perubahan
yang positif di lapangan (deviasi masih diatas minus 15%), maka dilakukan Show Cause
Meeting I/Rapat Pembuktian I/SCM 1. Pada SCM 1 dilakukan test case 1, artinya
penyedia jasa diberikan waktu yang disepakati untuk melakukan langkah-langkah
yang diperlukan sehingga deviasi menjadi nol. Lamanya waktu dan langkah-langkah
yang akan dilakukan penyedia jasa dituangkan dalam Berita Acara SCM 1 yang ditanda
tangani antara Penyedia Jasa, Pengawas, Konsultan MK dan PPK.
l. Jika sampai dengan waktu yang telah disepakati tidak ada perubahan positif, maka
dilakukan SCM 2. Pada SCM 2 ini dilakukan test case 2 dan hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara SCM 2 yang ditanda tangani antara Penyedia Jasa, Pengawas, Konsultan
MK dan KPA.
m. Jika sampai dengan waktu yang telah disepakati tidak ada perubahan positif, maka
dilakukan SCM 3. Pada SCM 2 ini dilakukan test case 3 dan hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara SCM 3 yang ditanda tangani antara Penyedia Jasa, Pengawas, Konsultan
MK dan PA.
n. Jika sampai tiga kali SCM (ditambah 2 kali surat teguran dan satu kali surat peringatan)
tidak ada perubahan positif, maka dilakukan Putus Kontrak.

6. SOP/TATA CARA PENGAJUAN UANG MUKA/MC/TERMIN

Tata Cara Pengajuan Uang Muka/MC/Termin adalah sebagai berikut:


a. Penyedia Jasa mengajukan permohonan pengajuan Uang Muka/MC/Termin kepada
PPK/KPA
b. Persyaratan pengajuan Uang Muka adalah sebagai berikut:
i. KONTRAK/DRAFT KONTRAK (SURAT PERJANJIAN, SPMK&SPL, SPPBJ, SURAT
KESANGGUPAN MELAKSANAKAN PEKERJAAN (MATERAI Rp. 6.000,-), JAMINAN
PELAKSANAAN, DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA)
ii. SURAT PERMOHONAN UANG MUKA
iii. JAMINAN UANG MUKA
iv. BERITA ACARA PEMERIKSAAN LAPANGAN BERSAMA DILAMPIRI TABEL
BALANCE BUDGET DAN BACKUP FE
v. TIME SCHEDULE (RENCANA)
vi. GAMBAR RENCANA
vii. FOTO FISIK 0%
viii. FOTO PAPAN NAMA KEGIATAN TERPASANG
ix. RINCIAN PENGGUNAAN UANG MUKA
x. STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN
xi. BUKTI IURAN JAMSOSTEK
c. Persyaratan pengajuan MC/Termin adalah sebagai berikut:
i. KONTRAK (SURAT PERJANJIAN, SPMK,SPL, BASTL, DKH, JAMINAN
PELAKSANAAN
ii. SSP DISERTAI FAKTUR PAJAK (PPN&PPH) YANG DITANDATANGANI PENYEDIA
JASA
iii. ADDENDUM KONTRAK 1 (BILA ADA)
iv. ADDENDUM KONTRAK 2 (BILA ADA)
v. SURAT PERMOHONAN PEMBAYARAN
vi. SHOP DRAWING/GAMBAR PELAKSANAAN
vii. AS BUILT DRAWING/GAMBAR TERLAKSANA (UNTUK MC/SB TERAKHIR)
viii. TIME SCHEDULE (RENCANA DAN REALISASI TERAKHIR)
ix. BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN REALISASI FISIK I (UNTUK MC/SB 1)
x. BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN REALISASI FISIK II (UNTUK MC/SB 2)
xi. BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN REALISASI FISIK III (UNTUK MC/SB 3), DST
xii. BERITA ACARA TAGIHAN I + MC/SB 1
xiii. BERITA ACARA TAGIHAN II + MC/SB 2
xiv. BERITA ACARA TAGIHAN III + MC/SB 3, DST
xv. LAPORAN HARIAN MINGGUAN SESUAI MC/SB
xvi. HASIL UJI LAB (DISESUAIKAN DENGAN JENIS ITEM PEMBAYARAN YANG ADA DI
RAB/DKH)
xvii. JOB MIX, SONDIR, CORE DRILL, MUTU BETON KUAT TEKAN, MUTU BAHAN,
BETON MIX DESIGN (K-225, K-250, K-300, K-350, K-500, K-600))
xviii. BACK UP DATA SESUAI MC/SB/TERMIN
xix. FOTO DOKUMENTASI SESUAI MC/SB/TERMIN

Catatan:
1. Foto Dokumentasi harus menunjukkan item pekerjaan yang ada dalam back up MC,
misalnya item galian tanah ditunjukkan dengan foto galian tanah , item pasangan batu
ditunjukkan dengan foto pasangan batu, dst…
2. Dalam foto dokumentasi harus ditunjukkan ukuran sesuai back up dengan
memperlihatkan alat ukurnya. Contoh : Kedalaman pondasi misalna 60 cm,
ditunjukkan dengan penggaris/alat ukur pada hasil galian dan diperlihatkan bahwa
kedalaman 60 cm dengan menunjukkan angka 60 pada penggaris/alat ukurnya
3. Untuk Gambar Teknis seperti As Built Drawing atau Shop Drawing, minimal mengikuti
tata cara atau kaidah seperti berikut:
a. Urutan Gambar setidaknya adalah:
i. Denah Lokasi (skala 1:1000 atau 1:500)
ii. Denah Konstruksi (skala 1:100 atau 1:200)
iii. Gambar Potongan (skala 1:100 atau 1:200)
iv. Gambar Detail (skala 1:50 atau 1:20 atau 1:10)
b. Gambar harus skalatis
c. Shop Drawing boleh menampilkan gambar standar konstruksi
d. As Built Drawing tidak boleh menampilkan gambar standar konstruksi
e. Untuk Shop Drawing dan Time Schedule, dibuat 3 (tiga) rangkap untuk berkas
asli tanda tangan dengan ketentuan:
 Dibuat oleh Penyedia Jasa
 Disetujui Pengawas
 Mengetahui PPTK
f. Untuk As Built Drawing, dibuat 3 (tiga) rangkap untuk berkas asli tanda tangan
dengan ketentuan:
 Dibuat oleh Penyedia Jasa
 Disetujui Pengawas
 Mengetahui PPK
7. SOP/TATA CARA PEMERIKSAAN/PENGUJIAN FISIK

Pemeriksaan/Pengujian Fisik di lapangan dilakukan untuk mengecek apakah pekerjaan sesuai


spesifikasi seperti tercantum dalam kontrak.

Mekanismenya adalah sebagai berikut:


1. Penyedia Jasa mengajukan surat permohonan kepada pengawas lapangan.
2. Surat permohonan tersebut ditembuskan ke KPA dan PPK Bidang Jasa Konstruksi.
3. Pihak-pihak yang hadir dalam Pemeriksaan/Pengujian Fisik ini adalah Penyedia Jasa,
Pengawas lapangan, PPK (atau yang mewakili), Petugas Monitoring.
4. Pemeriksaan/pengujian fisik dilakukan dengan mengukur dimensi dan mutu sesuai
ketentuan spesifikasi teknis.
5. Hasil pengujian fisik saat itu juga dituangkan dalam Berita Acara Lapangan dan
ditandatangani pihak-pihak yang hadir
6. Bila diperlukan dilakukan uji/test mutu beton oleh instansi Laboratorium Teknik Sipil
dan dibuatkan Berita Acara hasil pemeriksaan lapangan.

8. SOP/TATA CARA PHO (SERAH TERIMA PERTAMA)

MEKANISME:

1. Mekanisme Serah Terima Pekerjaan, dimulai dengan Surat Permohonan dilakukan


PHO oleh penyedia Jasa kepada KPA/PPK, setelah pekerjaan selesai 100% dengan
dilampiri :
a. Surat Rekomendasi pengawas bahwa pekerjaan telah selesai 100% fisik dan
administrasi
b. Surat Pernyataan Selesai 100% bermaterai dari Penyedia Jasa.

2. Berdasarkan Surat Permohonan tersebut, KPA/PPK meminta kepada Panitia Penerima


Hasil Pekerjaan untuk melakukan PHO

3. Berdasarkan Surat Permintaan dari KPA/PPK tersebut, Panitia Penerima Hasil


Pekerjaan melakukan peninjauan lapangan dan penilaian terhadap hasil pekerjaan
yang telah diselesaikan.
Adapun checklist penilaian panitia penerima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan visual hasil pekerjaan, seperti pengukuran kembali dimensi dari
panjang dan lebar dari beberapa item pekerjaan yang terlihat
b. Memeriksa Kuantitas pekerjaan untuk tiap item pekerjaan berdasarkan back
up data dan as-built drawing yang sudah disahkan (ditanda tangani pengawas,
penyedia jasa dan PPK)
c. Memeriksa Kualitas pekerjaan untuk tiap item pekerjaan tertentu (seperti
hasil mutu beton pekerjaan beton) berdasarkan laporan Laboratorium Teknik
Sipil yang ditunjuk.

4. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menerima pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak, baik secara visual, kuantitas dan
kualitas dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan dan
menanda tanganinya bersama pihak penyedia jasa.

5. Apabila terdapat kekurangan volume dalam pemeriksaan hasil pekerjaaan, penyedia


jasa yang bersangkutan harus segera memperbaiki dan melengkapi kekurangan
pekerjaan yang ditemukan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. Hasil Perbaikan
dituangkan dalam Berita Acara Perbaikan Pekerjaan.

6. Tahapan selanjutnya setelah Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan antara Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan, maka selanjutnya dilakukan Berita Acara Serah Terima
Pertama antara Kuasa Pengguna Anggaran dengan Penyedia Jasa

7. Jaminan Pemeliharaan dibuat berdasarkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
(BASTHP) dan ditujukan ke PPK dengan masa waktu 6 bulan sejak tanggal ditanda
tangani BA Serah Terima Hasil Pekerjaan.

8. Pekerjaan dianggap selesai 100% jika sudah berfungsi dan terjadi serah terima
pertama antara PPK dan penyedia jasa, artinya tanggal di Berita Acara Serah Terima
Pertama adalah tanggal selesainya pekerjaan.

9. Dalam kondisi dimana tanggal serah terima diluar masa kontrak :


a. Dikenakan denda, jika terdapat temuan kekurangan volume pada waktu
pemeriksaan PHO
b. Tidak dikenakan denda, jika tanggal surat rekomendasi dari pengawas yang
menyatakan selesai 100% fisik dan administrasi masih dalam masa kontrak dan
pada waktu pemeriksaan PHO tidak diketemukan kekurangan volume.
9. SOP/TATA CARA FHO (SERAH TERIMA KEDUA)

MEKANISME:

1. Selama masa pemeliharaan, penyedia jasa masih bertanggung jawab terhadap


pekerjaan, sedangkan monitoring dilakukan oleh Dinas. Dinas melayangkan surat
teguran kepada penyedia jasa bila terjadi kerusakan pada masa pemeliharaan tetapi
tidak segera ditindak lanjuti oleh penyedia jasa. Pihak Dinas bisa mencairkan jaminan
pemeliharaan bila penyedia jasa tidak kooperatif dalam penanganan kerusakan pada
masa pemeliharaan.

2. PPK membuat surat pemberitahuan kepada penyedia jasa untuk segera melakukan
serah terima kedua dua minggu sebelum masa pemeliharaan berakhir.

3. Mekanisme Serah Terima Kedua, dimulai dengan Surat Permohonan untuk dilakukan
FHO oleh penyedia Jasa kepada PPK, satu minggu sebelum masa pemeliharaan selesai.

4. Berdasarkan Surat Permohonan tersebut, PPK memerintahkan kepada Panitia


Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan FHO

5. Berdasarkan Surat Perintah dari PPK tersebut, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
melakukan peninjauan lapangan dan penilaian terhadap hasil pemeliharaan
pekerjaan.

6. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan menerima pekerjaan setelah kondisi pekerjaan pada
waktu serah terima kedua sama pada waktu serah terima pertama. Foto-foto pada
waktu pelaksanaan pemeliharaan dan setelah dilaksnakan pemeliharaan harus
dilampirkan.

7. Hasil Penilaian dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan, dan
ditanda tangani antara Panitia Penerima Hasil Pekerjaan dengan Penyedia Jasa.

8. Tahapan selanjutnya adalah Berita Acara Serah Terima Kedua antara Kuasa Pengguna
Anggaran dengan Penyedia Jasa

9. Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres 54/2010 pasal 95, maka penyedia jasa yang
tidak melakukan serah terima kedua, maka akan dikenakan blacklist.

Anda mungkin juga menyukai