TENTANG
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pel
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 5539);
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
BAB III
PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN BARANG / JASA
Bagian Kesatu
Prinsip-Prinsip Pengadaan barang/ jasa
Pasal 3
Bagian Kedua
Etika Pengadaan
Pasal 4
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di desa
harus mematuhi etika sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawabuntuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainyatujuan pengadaan
barang/ jasa desa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta mencegah
terjadinyapenyimpangan dalam pengadaan barang/ jasa desa;
c. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yangditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak terkait;
d. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangankepentingan para pihak
yang terkait, baik secara langsungmaupun tidak langsung dalam proses
pengadaan barang/ jasa desa;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dankebocoran anggaran
keuangan Desa dalam pengadaan barang/ jasa desa;
f. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenangdan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,golongan atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan
g. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikanuntuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabatdan berupa apa saja dari
atau kepada siapapun yang diketahuiatau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan barang/ jasa .
8
BAB IV
PIHAK-PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/ JASA DI DESA
Bagian Kesatu
Tim Pengelola Kegiatan
(1) Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah tim yang
diangkat oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan, terdiri dari Unsur
Aparatur Desa dan Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa serta
Masyarakat Desa untuk melaksanakanpengadaan barang/ jasa di desa.
(2) TPKharus berjumlah ganjil, terdiri lima atau tujuh orang, hanya bertugas
untuk 1 (satu) tahun anggaran, dengan ketentuan antara lain sebagai
berikut :
a. Ketua, berasal dari Kaur Pembangunan Desa;
b. Sekretaris, berasal dari Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa atau Masyarakat Desa yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam bidang tata kelola administrasi; dan
c. Anggota diluar Ketua dan Sekretaris, berjumlah 3 (tiga) atau 5 (lima)
orang disesuaikan kebutuhan dan kemampuan desa, diprioritaskan
berasal dari Unsur Masyarakat Desa yang memiliki kemampuan dan
pengalaman yang memadai terkait pelaksanaan proses pengadaan
barang/ jasa di desa.
(3) Persyaratan untuk bisa menjadi Sekretaris atau Anggota TPK antara lain :
a. memiliki integritas, disiplin, dan bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugas;
b. mampu mengambil keputusan, serta tidak pernah terlibat Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme;
c. menandatangani Pakta Integritas;
d. tidak memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga dengan Pejabat
yang mengangkat TPK, dalam hal ini Kepala Desa.
(4) TPK tidak boleh dijabat oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Bendahara
di PemerintahanDesa.
(5) Pemerintah Desa menyediakan biaya pendukung kepada TPK, PPHP dan
Tenaga Teknis dari SKPD terkait berupa honorarium dan keperluan biaya
lainnya sepanjang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang/ jasa
dimaksud, dengan ketentuan besaran honorarium TPK, PPHP dan Tenaga
Teknis dari SKPD terkait, yang besaran nilainya disesuaikan dengan
Peraturan yang berlaku.
9
Pasal 6
Tugas dan Wewenang Tim Pengelola Kegiatan
Bagian Kedua
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
10
Pasal 8
(2) Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan terdiri dari 1 (satu) orang yang diyakini
memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik,
sedangkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan terdiri atas 3 (tiga) orang, yang
diyakini memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
(6) Penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.
Bagian Ketiga
Penyedia Barang/Jasa
Pasal 9
(1) Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa Desa yang tidak dapat dilakukan
secara swakelola oleh TPK, dapat ditunjuk melalui penyedia barang/jasa
dengan ketentuan :
a. Khusus pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan
berat, tidak dapat dilaksanakan cara swakelola;
b. Pengadaan barang yang merupakan bahan baku untuk pelaksanaan
secara swakelola;
c. Pengadaan barang/ jasa penunjang kegiatan desa.
(2) Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa desa
11
wajib memenuhi persyaratan :
a. Memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan
kegiatan usaha;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan managerial
untuk menyediakan barang/jasa;
c. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas yang
diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;
d. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan
usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil;
e. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
kontrak untuk pekerjaan diatas 200 juta rupiah;
f. Tidak masuk dalam daftar hitam;
g. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman; dan
h. Menandatangani Fakta Integritas.
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN
Pasal 10
BAB VI
KEGIATAN SWAKELOLA
Bagian Kesatu
Ketentuan Umum Swakelola
Pasal 12
Bagian Kedua
Perencanaan dan PersiapanSwakelola
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Keempat
Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan
Pasal 15
Bagian Kelima
Serah Terima dan Pertanggungjawaban
Pasal 16
(1) Segala sesuatu yang terjadi terkait hasil pekerjaan Swakelola merupakan
tanggung jawab penuh dari TPK;
(2) Apabila pekerjaan telah diselesaikan, TPK mengajukan Surat
Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dengan dilampiri bukti
dokumentasi selesai pekerjaan kepada Pejabat/Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan untuk memeriksa hasil pelaksanaan Pekerjaan Swakelola;
(3) Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan, yang kesimpulannya menyatakan pekerjaan
sesuai atau tidak sesuai dengan target Rencana Pekerjaan Swakelola,
disertai dengan alasan apabila tidak sesuai;
(4) Apabila dinyatakan sesuai, maka TPK membuat Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan yang ditujukan Kepala Desa sebagai
pertanggungjawaban akhir;
(5) Apabila dinyatakan tidak sesuai, maka TPK harus menyelesaikan
pekerjaan yang dinilai belum sesuai tersebut, dan mengajukan Surat
Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan ulang;
(6) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan, disertai dengan kelengkapan
laporan sebagai berikut :
a. Surat Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dari TPK kepada
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan;
b. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan dari Pejabat/Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan;
c. Bukti dokumentasi pekerjaan telah selesai;
BAB VII
Bagian Kesatu
Ketentuan Umum
Pasal 17
(1) Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa Desa yang tidak dapat dilakukan
secara swakelola oleh TPK, dapat menunjuk Penyedia Barang/Jasa;
(2) Khusus pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan berat,
tidak dapat dilaksanakan cara Swakelola;
(3) Pengadaan barang/ jasa melalui Penyedia Barang/Jasa juga
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka
17
mendukung pelaksanaan swakelola maupun memenuhi kebutuhan
barang/jasa secara langsung di desa.
(4) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa harus memenuhi persyaratan memiliki
tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang kayu dan
sejenisnya.
(5) Dalam hal TPK melakukan proses pengadaan barang/ jasa di desa
melalui Penyedia Barang/Jasa harus mengutamakan bagi Penyedia
Barang/Jasa yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. memiliki usaha yang masih aktif dengan alamat tetap dan jelas serta
dapat dijangkau dengan jasa pengiriman;
b. bersedia menandatangani fakta integritas;
c. pernyataan kebenaran usaha;dan
d. untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli
dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(6) Tidak boleh menggunakan pihak ketiga (orang atau badan yang bukan
toko/penyedia/individu) sebagai calo penyedia bahan/alat/tenaga kerja
yang dibutuhkan.
Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 18
Bagian Ketiga
Jenis Pengadaan barang/ jasa dengan menggunakan Penyedia
Pasal 19
(2) Pengadaan barang/ jasa di desa berdasarkan jumlah penyedia dalam proses
pemilihannya dibedakan menjadi:
a. Pengadaan barang/ jasa dengan memilih 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa
langsung; dan
b. Pengadaan barang/ jasa dengan seleksi terhadap 2 (dua) Penyedia
Barang/Jasa.
Bagian Keempat
Pengadaan barang/ jasa dengan 1 (satu) Penyedia
Pasal 20
(1) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai sampai dengan Rp.50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) memiliki prosedur sebagai berikut :
a. TPK membeli Barang/Jasa secara langsung kepada 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa;
b. Pembelian dilakukan tanpa permintaan penawaran tertulis dari TPK dan
tanpa penawaran tertulis dari Penyedia Barang/Jasa;
c. TPK melakukan negosasi (tawar menawar) secara langsung di tempat
kepada penyedia Barang/Jasa;dan
d. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK.
(2) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai di atas 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan nilai Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah)
memiliki prosedur sebagai berikut :
a. TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa;
b. TPK melakukan permintaan penawaran secara tertulis dari Penyedia
Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian barang/jasa
atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan);
c. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran tertulis pada form
yang telah disediakan oleh TPK yang berisikan daftar barang/jasa (
rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan)
dan harga;
d. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) dengan penyedia barang/ jasa
untuk memperoleh harga yang lebih murah tetapi tidak mengurangi
jumlah dan kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak
memperpanjang masa penyerahan barang atau penyelesaian pekerjaan,
bukti negosiasi (tawar menawar) berupa berita acara hasil negosiasi;
e. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK;
19
Bagian Kelima
Pengadaan barang/ jasa dengan seleksi 2 (dua) Penyedia
Pasal 21
(1) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai diatas Rp.200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) memiliki prosedur sebagai berikut:
a. TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2
(dua) Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar
barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume,
dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa;
b. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran secara tertulis yang
berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup
pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga;
c. TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua
Penyedia Barang/Jasa yang memasukan penawaran;
d. Apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan :
1) dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan dengan
proses negosiasi secara bersamaan;
2) apabila dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
tetap melanjutkan negosiasi kepada Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi spesifikasi teknis tersebut;
3) jika tidak dipenuhinya oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
membatalkan proses pengadaan.
e. Apabila spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 3
tidak terpenuhi, maka TPK melaksanakan kembali proses pengadaan
sebagaimanadimaksud pada huruf a kepada penyedia barang/jasa yang
lain.
f. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) untuk memperoleh harga
yang lebih murah di antara kedua Penyedia Barang/Jasa tetapi tidak
mengurangi jumlah dan kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak
memperpanjang masa penyerahan barang atau penyelesaian pekerjaan
bukti negosiasi (tawar menawar) berupa Berita Acara Hasil Negosiasi;
g. Ketua TPK dan Penyedia Barang/Jasa menandatangani surat perjanjian
yang berisi sekurang-kurangnya:
1) tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian para pihak;
2) ruang lingkup pekerjaan;
3) nilai pekerjaan;
4) hak dan kewajiban para pihak;
5) ketentuan sertifikat garansi yang diterbitkan oleh produsen atau
pihakyang ditunjuk secara sah oleh produsen(khusus pengadaan
barang, apabila diperlukan);
20
6) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
7) ketentuan keadaan kahar; dan
8) sanksi, termasuk denda keterlambatan.
Bagian Kelima
Perubahan Ruang Lingkup Pekerjaan
Pasal 22
(1) Apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan maka TPK dapat
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan.
(2) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan;
b. mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis; dan/atau
d. melaksanakan pekerjaan tambah/ kurang.
(3) Untuk perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c dan d, Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran
tertulis kepada TPK.
(4) Untuk nilai Pengadan Barang/Jasa di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah), dilakukan addendum surat perjanjian yang memuat perubahan
ruang lingkup dan total nilai pekerjaan yang disepakati.
(5) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), untuk menambah pekerjaan dan/atau melaksanakan pekerjaan
tambahan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan
ketersedianya anggaran.
21
Bagian Kelima
Pembayaran Prestasi Kerja
Pasal 21
Pasal 22
(1) Keadaan kahar merupakan salah satu keadaan yang terjadi diluar
kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,sehingga
kewajiban yang ditentukan dalam Surat Perjanjian menjadi tidak dapat
dipenuhi.
(2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar dalam Surat Perjanjian
Pengadaan barang/ jasa di Desa meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya yang dinyatakan oleh pemerintah atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi.
22
(3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa
memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada TPK secara
tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak
terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan asli pernyataan
Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pemerintah/instansi yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hal–hal merugikan dalam pengadaan barang/ jasa yang disebabkan oleh
perbuatan atau kelalaian para Penyedia Barang tidak termasuk katagori
Keadaan Kahar.
Bagian Ketujuh
Pemutusan Surat Perjanjian
Pasal 23
Bagian Kedelapan
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 24
Bagian Kesembilan
Pelaporan dan Serah Terima Pekerjaan
Pasal 25
BAB VIII
PENGAWASAN DAN SANKSI
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 26
Bagian Kedua
Sanksi
Pasal 27
(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif, berupa peringatan/teguran tertulis;
b. gugatan secara perdata; dan/atau
c. pelaporan secara pidana kepada pihak yang berwenang.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c,
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
25
(4) Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan
Penyedia Barang/Jasa, dikenakan sanksipembatalan sebagai calon
pemenang.
(6) Untuk PPHP berlaku pula ketentuan seperti pada ayat (5) kecuali huruf b.
(7) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a berupa
teguran/peringatan tertulis dan apabila terjadi pelanggaran dan/atau
kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh anggota TPK dan PPHP
dalam proses Pengadaan barang/ jasa di Desa maka dapat diberhentikan
sebagai anggota TPK dan PPHP.
BAB IX
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM ORGANISASI PENGADAAN
Pelatihan
Pasal 28
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 30
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Ditetapkan di Sampit
pada tanggal Desember 2014
SUPIAN HADI
Diundangkan di Sampit
pada tanggal 30Desember2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,
PUTU SUDARSANA