Anda di halaman 1dari 26

1

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR


NOMOR 57TAHUN 2014

TENTANG

TATA CARA PENGADAAN BARANG/ JASA DI DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan


Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa;

b. bahwa untuk melaksanakan pengadaan barang/ jasa di Desa


yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) agar sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang
baik, sehingga hasil Pengadaan barang/jasa dapat bermanfaat
untuk memperlancar penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
memenuhi kebutuhan masyarakat, dipandang perlu pengaturan
mengenai tata cara pengadaan barang/jasa yang sederhana,
jelas dan komprehensip dengan tetap memenuhi prinsip-prinsip
efisien,efektif,transparan,pemberdayaan masyarakat, gotong-
royong dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b tersebut diatas, perlu diatur dan
ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kotawaringin Timur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan


Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
2
Republik Indonesia Nomor 5234);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001


tentangPenyelenggaraan Tugas Pembantuan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4106);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentangPedoman


Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4155);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Uang Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);

9.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pel
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 5539);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang


Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang


Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan ;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang


Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa ;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ;
3
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2014 tentang


Pembentukan Produk Hukum Daerah.

16. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 6


Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah yang
menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun
2008 Nomor 9);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGADAAN


BARANG/ JASA DI DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Timur.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagaiunsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Camat adalah Kepala Kecamatan sebagai Perangkat Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Timur.
4. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempatberdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Aparat Desameliputi semua orang yang terlibat dalam urusan
pemerintahan desa.
6. Perangkat Desaadalah Pembantu Kepala Desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa. Yang terdiri dari unsur pelayanan
seperti Sekretariat Desa dan/atau Tata Usaha, unsur Pelaksana Teknis
Lapangan dan unsur Pembantu Kepala Desa di wilayah bagian desa
seperti Kepala Dusun.
7. Pemerintah Desa atau Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Kesatuan Republik Indonesia.
9. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat
APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
11. Pengadaan barang/ jasa di Desa yang selanjutnya disebut dengan
Pengadaan barang/ jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan dengan cara swakelola maupun
melalui penyedia barang/jasa.
12. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau perorangan yang
menyediakan barang/jasa.
13. Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/ jasa dimana pekerjaanya
direncanakan, dikerjakan dan/atau di awasi sendiri oleh Tim Pengelola
Kegiatan.
14. Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah tim yang
ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan, terdiri dari unsur
Pemerintah Desa dan unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk
melaksanakanPengadaan Barang/Jasa.
15. Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan adalah pejabat atau panitia yang
ditetapkan oleh Kepala Desa yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
16. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), adalah aparat yang
melakukan pengawasan melaui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap penyelengaraan tugas dan fungsi
organisasi.
17. Keputusan Kepala Desa adalah Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa yang Bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan
Desa maupun Peraturan Kepala Desa.
18. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya
disebut PKPKDes adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.
19. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban desa tersebut.
5
20. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah
Desa dalam memberdayakan masyarakat.
21. Tim Pembina Pengelola Dana Desa adalahtim yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati untuk melakukan Pembinaan Pengelolaan Dana Desa
22. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk
mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam
Pengadaan Barang/Jasa.
23. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak,yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
24. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik
lainnya.
25. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Tim
Pelaksana Kegiatan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus
ditaati oleh para pihak dalam proses pengadaan barang/jasa.
26. Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut
Surat Perjanjian adalah perjanjian tertulis antara TPK dengan Penyedia
Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
6
BAB II

MAKSUD TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Tata Cara Pengadaan barang/ jasa di Desa dimaksudkan untuk


memberikan pedoman bagi Pemerintahan Desa dalam melaksanakan
pengadaan barang/ jasa di desa yang dibiayai dari APBDes.
(2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Bupati ini adalah agar pengadaan
barang/ jasa di desa yang dibiayai dari APBDes dilakukan sesuai dengan
tata kelola pengadaan barang/ jasa yang baik serta sesuai prinsip-prinsip
pengadaan barang/ jasa yang telah diamanatkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini meliputi pengadaan barang/ jasa
yangdiatur dalam peraturan ini meliputi seluruh proses pengadaan barang/
jasa yang sumber dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa di Kabupaten Kotawaringin Timur.
a. Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa di Desa dilakukan dengan cara :
1) Swakelola, dan/atau;
2) Penyedia Barang/Jasa.
b. Pengadaan barang/ jasa Desa dalam Peraturan Bupati ini meliputi:
1) Barang;
2) Pekerjaan Konstruksi;
3) Jasa Konsultansi; dan
4) Jasa Lainnya.

BAB III
PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN BARANG / JASA

Bagian Kesatu
Prinsip-Prinsip Pengadaan barang/ jasa

Pasal 3

Pengadaan barang/ jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


a. Efisien, berarti pengadaan barang/ jasa harus sesuai dengan kebutuhan
dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang
telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum;
b. Efektif, berarti Pengadaan barang/ jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya;
7
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasai mengenai pengadaan
barang/ jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh masyarakat
desa dan penyedia barang/jasa yang berminat;
d. Pemberdayaan masyarakat, berarti pengadaan barang/ jasa harus dijadikan
sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk dapat mengelola
pembangunan desanya;
e. Gotong royong, berarti penyediaan tenaga kerja secara cuma-cuma oleh
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa; dan
f. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan pengadaan barang/ jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian Kedua
Etika Pengadaan

Pasal 4
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di desa
harus mematuhi etika sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawabuntuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainyatujuan pengadaan
barang/ jasa desa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta mencegah
terjadinyapenyimpangan dalam pengadaan barang/ jasa desa;
c. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yangditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak terkait;
d. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangankepentingan para pihak
yang terkait, baik secara langsungmaupun tidak langsung dalam proses
pengadaan barang/ jasa desa;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dankebocoran anggaran
keuangan Desa dalam pengadaan barang/ jasa desa;
f. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenangdan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,golongan atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan
g. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikanuntuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabatdan berupa apa saja dari
atau kepada siapapun yang diketahuiatau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan barang/ jasa .
8
BAB IV
PIHAK-PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/ JASA DI DESA

Bagian Kesatu
Tim Pengelola Kegiatan

Pembentukan Tim Pengelola Kegiatan


Pasal 5

(1) Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah tim yang
diangkat oleh Kepala Desa dengan Surat Keputusan, terdiri dari Unsur
Aparatur Desa dan Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa serta
Masyarakat Desa untuk melaksanakanpengadaan barang/ jasa di desa.

(2) TPKharus berjumlah ganjil, terdiri lima atau tujuh orang, hanya bertugas
untuk 1 (satu) tahun anggaran, dengan ketentuan antara lain sebagai
berikut :
a. Ketua, berasal dari Kaur Pembangunan Desa;
b. Sekretaris, berasal dari Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa atau Masyarakat Desa yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam bidang tata kelola administrasi; dan
c. Anggota diluar Ketua dan Sekretaris, berjumlah 3 (tiga) atau 5 (lima)
orang disesuaikan kebutuhan dan kemampuan desa, diprioritaskan
berasal dari Unsur Masyarakat Desa yang memiliki kemampuan dan
pengalaman yang memadai terkait pelaksanaan proses pengadaan
barang/ jasa di desa.

(3) Persyaratan untuk bisa menjadi Sekretaris atau Anggota TPK antara lain :
a. memiliki integritas, disiplin, dan bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugas;
b. mampu mengambil keputusan, serta tidak pernah terlibat Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme;
c. menandatangani Pakta Integritas;
d. tidak memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga dengan Pejabat
yang mengangkat TPK, dalam hal ini Kepala Desa.

(4) TPK tidak boleh dijabat oleh Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Bendahara
di PemerintahanDesa.
(5) Pemerintah Desa menyediakan biaya pendukung kepada TPK, PPHP dan
Tenaga Teknis dari SKPD terkait berupa honorarium dan keperluan biaya
lainnya sepanjang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang/ jasa
dimaksud, dengan ketentuan besaran honorarium TPK, PPHP dan Tenaga
Teknis dari SKPD terkait, yang besaran nilainya disesuaikan dengan
Peraturan yang berlaku.
9
Pasal 6
Tugas dan Wewenang Tim Pengelola Kegiatan

(1) Dalam menyusun rencana pelaksanaan pengadaan barang/ jasa TPK


memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai sebagai berikut:
a. Menyusun dan menetapkan Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang
terdiri dari :
1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
2. Rencana penggunaan tenaga kerja, kebutuhan bahan, dan
peralatan;
3. Gambar rencana kerja (untuk pekerjaan konstruksi);
4. Spesifikasi teknis (apabila diperlukan); dan
5. Perkiraan biayayang mengacu pada standard harga yang dapat
dipertanggungjawabkan (Rencana Anggaran Biaya/RAB);
b. Melaksanakan dan mengoordinir proses pengadaan barang/ jasa
melalui swakelola mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan,
pengawasan, penyerahan, pelaporan sampai dengan pertanggung
jawaban hasil pekerjaan;
c. Melaksanakan proses pengadaan barang/ jasa melalui penyedia
barang/jasa;
d. Melaksanakan proses Seleksi, Negosiasi, dan Menetapkan Pemenang
terhadap Penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan dengan nilai lebih dari
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
e. Menandatangani (diwakili oleh Ketua Tim) bukti perjanjian / transaksi
berupa nota, faktur, kwitansi dan surat perjanjian (kontrak);
f. Mengusulkan kepada Kepala Desa untuk meminta Bantuan Tenaga
Teknis kepada instansi terkait untuk membantu pelaksanaan tugas;
g. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen administrasi
proses pengadaan barang/jasa;
h. Melaporkan seluruh kegiatan dan menyerahkan hasil pengadaan
barang/ jasa kepada Kepala Desa.

(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas, TPK dapat menggunakan tenaga


ahli/teknis yang berasal dari Instansi Pemerintah terkait atau Swasta
sesuai dengan keahlian dibidangnya.

(3) TPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Surat


Perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia
anggaran.

Bagian Kedua
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
10
Pasal 8

(1) Kepala Desa menunjukPejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang


selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(2) Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan terdiri dari 1 (satu) orang yang diyakini
memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik,
sedangkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan terdiri atas 3 (tiga) orang, yang
diyakini memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

(3) Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan


sebagai berikut:
a. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b. tidak menjabat sebagai Kepala Desa, Sekretaris Desa, TPK dan
Bendaharadi Pemerintah Desa;
c. memiliki pemahaman terhadap kontrak yang terkait tugasnya sebagai
pemeriksa hasil pekerjaan.

(4) Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas pokok dan


kewenangan untuk:
a. melakukan pemeriksaan terhadap seluruh hasil pekerjaan pengadaan
barang/ jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Dokumen Surat Perjanjian; dan
b. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan Hasil
Pekerjaan.

(5) Dalam hal keanggotaan Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan tidak


turut serta menandatangani Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan,
wajib memberikan penjelasan tertulis.

(6) Penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan.

Bagian Ketiga
Penyedia Barang/Jasa

Pasal 9

(1) Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa Desa yang tidak dapat dilakukan
secara swakelola oleh TPK, dapat ditunjuk melalui penyedia barang/jasa
dengan ketentuan :
a. Khusus pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan
berat, tidak dapat dilaksanakan cara swakelola;
b. Pengadaan barang yang merupakan bahan baku untuk pelaksanaan
secara swakelola;
c. Pengadaan barang/ jasa penunjang kegiatan desa.
(2) Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa desa
11
wajib memenuhi persyaratan :
a. Memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan
kegiatan usaha;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan managerial
untuk menyediakan barang/jasa;
c. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas yang
diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;
d. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan
usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil;
e. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
kontrak untuk pekerjaan diatas 200 juta rupiah;
f. Tidak masuk dalam daftar hitam;
g. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman; dan
h. Menandatangani Fakta Integritas.

BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PENGADAAN

Pasal 10

(1) Rencana Pelaksanaan Pengadaan ditetapkan oleh TPK yang merupakan


penjabaran teknis terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam
hal Anggaran yang alokasi pelaksanaannya melalui proses pengadaan
barang/ jasa didesa.
(2) Perincian Rencana Pelaksanaan Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Rencana Anggaran Biaya pekerjaan yang sudah memperhitungkan
seluruh biaya yang akan dipergunakan termasuk ongkos kirim/biaya
angkut, pajak, dimana harga yang dipakai dapat diperoleh dari :
1. Harga Pasar setempat;
2. Harga Pasar terdekat (kecamatan); atau
3. Harga Satuan Barang/Jasa yang diterbitkan berdasarkan
Keputusan Bupati.
b. Rencana penggunaan tenaga kerja, kebutuhan bahan, dan peralatan
supaya dapat memperoleh hasil perencanaan yang tepat guna,
maksimal, efektif dan efisien, maka dalam penyusunan rencana TPK
dapat melaksanakan :
1. Survey Lapangan atau Survey Pasar;
2. Konsultasi dan koordinasi dengan pihak yang berkompeten; atau
3. Bermusyawarah dengan warga desa yang akan merasakan dampak
langsung dari pekerjaan.
12
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan, supaya proses pelaksanaan pengadaan
barang/ jasa di desa dapat berjalan dengan baik, maka TPK dapat
melaksanakan hal-hal antara lain :
1. Membagi jadwal pelaksanaan kegiatan dalam triwulan, dengan
mempertimbangkan prioritas dan prediksi waktu penyelesaian
pekerjaan; dan
2. Konsultasi dan koordinasi dengan pihak yang berkompeten.
d. Spesifikasi teknis, diharapkan TPK agar dalam menyusun spesifikasi
teknis dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Lebih berorientasi kepada fungsi dan manfaat, bukan kepada
kemewahan atau estetika;
2. Menggambarkan pemahaman terhadap kualitas teknis barang/
jasa yang akan dibeli;
e. Gambar, baik itu pekerjaan Konstruksi, maupun Pengadaan Barang,
dapat menyertakan gambar sebagai visualisasi dari rencana pengadaan
barang/ jasa. gambar dapat berupa :
1. Sketsa, sebagai gambaran global produk pengadaan barang/ jasa
yang ingin diperoleh;
2. Brosur, berupa gambar yang disertai informasi teknis dan
kelebihan barang/Jasa;
3. Gambar Teknis, yakni gambar detail yang sudah dibuat dengan
skala yang tepat dan bentuk yang sudah jelas atau pasti.
(3) Baik Pekerjaan yang dilaksanakan melalui swakelola, maupun proses
pengadaannya melalui penyedia barang/ jasa, harus dibuat perincian
Rencana Pelaksanaan Pengadaan sebagai dasar untuk dilaksanakannya
proses Pengadaan Barang Jasa di Desa.
(4) RPP bersifat terbuka dan transparan sehingga setelah ditetapkan wajib
diumumkan pada papan pengumuman desa atau media lain yang dapat
dilihat langsung(misalnya : pos ronda/kamling, pos RT/RW, pos Karang
Taruna dan sejenisnya) oleh seluruh warga Desa, dimana materi yang
diumumkan minimal meliputi :
a. Nama, Jenis (swakelola atau melalui Penyedia), dan lokasi pekerjaan;
b. Besaran anggaran yang akan dikucurkan; dan
c. Perkiraan jadwal pelaksanaan kegiatan.
(5) RPP bersifat tidak tetap, sehingga dapat mengalami perubahan apabila
setelah ditinjau ulang, terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi
nyata dilapangan.
13
Pasal 11

(1) Dalam melaksanakan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengadaan,


apabila ternyata TPK mengalami kendala atau kesulitan, dapat melakukan
konsultasi dan koordinasi dengan pihak-pihak antara lain :
a. Bagian Layanan Pengadaan;
b. Instansi Teknis terkait; dan
c. Tukang atau Mandor yang berpengalaman.

BAB VI

KEGIATAN SWAKELOLA

Bagian Kesatu
Ketentuan Umum Swakelola

Pasal 12

(1) Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan barang/ jasa dimana


pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi oleh Tim
Pengelola Kegiatandengan menggunakan partisipasi masyarakat desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran berjalan;
(2) Pekerjaan yang termasuk dala kategori pekerjaan Swakelola mencakup :
a. Pekerjaan Konstruksi;
b. Pengadaan Barang; dan
c. Jasa lainnya
(3) Pelaksanaan proses pengadaan barang/ jasa secara swakelola oleh TPK
meliputi antara lain :
a. Persiapan;
b. Pelaksanaan;
c. Pengawasan;
d. Penyerahan;
e. Pelaporan; dan
f. Pertanggung jawaban hasil pekerjaan;
(4) Khusus pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan TenagaAhli, tidak dapat dilaksanakan
dengan cara swakelola;
(5) Pada prinsipnya,kegiatan pengadaan barang/ jasa desa dilaksanakan
dengan cara swakelola, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Swakelola dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa melalui swakelola;
b. Kebutuhan barang/jasa termasuk didalamnya bahan/material untuk
mendukung kegiatan swakelola yang tidak dapat disediakan dengan
cara swadaya, dilakukan oleh penyedia barang/jasa yang dianggap
mampu oleh TPK;
14

c. Khusus untuk pekerjaan konstruksi:


1). Ditunjuk satu orang penanggung jawab teknis pelaksanaan
pekerjaan dari anggota TPK yang dianggap mampu atau
mengetahui teknis kegiatan/pekerjaan;
2). Dapat dibantu oleh personil yang ditunjuk dari dinas teknis terkait;
dan/atau
3). Dapat dibantu oleh pekerja (tenaga tukang dan/atau mandor).

Bagian Kedua
Perencanaan dan PersiapanSwakelola

Pasal 13

(1) TPK menyusun dan menetapkan perencanaan proses pengadaan barang/


jasa secara swakelola sebagaimana terdapat dalam pasal 6 ayat (1) huruf
a;
(2) Dalam tahap persiapan, TPK mengadakan musyawarah dengan pihak
terkait, terutama warga desa yang akan ikut serta dalam proses
pelaksanaan swakelola;
(3) TPK wajib menyampaikan secara jelas Rencana Pelaksanaan Pengadaan
secara swakelola kepada pihak yang hadir dalam kegiatan musyawarah
persiapan pelaksanaan Swakelola;
(4) Dalam musyawarah, TPK dapat mengundang Pihak dari instansi terkait
yang dinilai mampu dan memiliki kompetensi untuk membantu
memberikan penjelasan terkait pekerjaan yang akan dilaksanakan;
(5) Musyawarah harus diakhiri dengan kata mufakat, dan apabila hasil
musyawarah tersebut menghasilkan perubahan terhadap Rencana
Pelaksanaan Pengadaan awal, maka TPK membuat Berita Acara Perincian
Perubahan Pekerjaan.
.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan, Pengawasan dan Pelaporan Swakelola

Pasal 14

(1) Pengadaan barang/ jasa melalui swakelola dilaksanakan oleh TPK;


(2) Proses Pengadaan barang/ jasa melalui swakelola harus melibatkan peran
serta masyarakat setempat dan dikoordinir sepenuhnya oleh TPK;
(3) Pengadaan material dan peralatan yang harus diadakan terkait
pelaksanaan wakelola, proses Pengadaannya dilakukan oleh TPK;
(4) TPK wajib melaporkan secara tertulis disertai dokumentasi, perihal
kemajuan, hambatan, dan permasalahan terkait pelaksanaan Swakelola
kepada Kepala Desa;
(5) TPK wajib mengawasi dan mengusahakan pelaksanaan Swakelola
berlangsung tepat waktu, dan sesuai secara teknis seperti yang sudah
tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pekerjaan;
15
(6) TPK berhak untuk mengganti pelaksana pekerjaan apabila dinilai tidak
cakap atau tindakannya dinilai dapat merugikan atau mengakibatkan
hasil pekerjaan menjadi tidak maksimal;
(7) Apabila pada saat pelaksanaan Swakelola dianggap perlu
melakukanperubahan pelaksanaan pekerjaan,dilaksanakan musyawarah
antara pihak terkait, dan apabila disepakati dilakukan perubahan maka
TPK membuat Berita Acara Perincian Perubahan Pekerjaan.

Bagian Keempat
Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan

Pasal 15

(1) Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan dapat terjadi pada saat


tahap persiapan dalam musyawarah persiapan atau pada saat
Pelaksanaan Pekerjaan;
(2) Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan tidak boleh merubah
kegiatan pokok pekerjaan swakelola dan tidak boleh merubah nilai total
Rencana Anggaran Biaya awal. Perubahan sifatnya hanya merupakan
pekerjaan tambah kurang yang besarannya tidak lebih dari 10% (sepuluh
persen) dari nilai Rencana Anggaran Biaya awal;
(3) Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan hanya dapat dilakukan 1
(satu) kali, apabila sudah dilakukan Perubahan Rencana Pelaksanaan
Pengadaan pada tahap Persiapan, maka dalam tahap pelaksanaan tidak
diperbolehkan Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan;
(4) Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan tidak boleh dijadikan dasar
untuk merubah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
(5) Apabila dalam proses pelaksanaan swakelola terjadi perubahan
pelaksanaan pekerjaan, maka TPK membuat Berita Acara Perincian
Perubahan Pekerjaan yang isinya antara lain :
a. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan awal (sebagai pembanding);
b. Perincian Detail Perubahan Pekerjaan;
c. Alasan terjadinya perubahan;
d. Dokumentasi kondisi lapangan;
e. Daftar Hadir dan Hasil Kesepakatan Musyawarah secara tertulis;
(6) Berita Acara disampaikan kepada Kepala Desa untuk diminta
persetujuan;
(7) Perubahan Rencana Pelaksanaan Pengadaan baru bisa dilaksanakan
apabila mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Desa.
16

Bagian Kelima
Serah Terima dan Pertanggungjawaban

Pasal 16

(1) Segala sesuatu yang terjadi terkait hasil pekerjaan Swakelola merupakan
tanggung jawab penuh dari TPK;
(2) Apabila pekerjaan telah diselesaikan, TPK mengajukan Surat
Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dengan dilampiri bukti
dokumentasi selesai pekerjaan kepada Pejabat/Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan untuk memeriksa hasil pelaksanaan Pekerjaan Swakelola;
(3) Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan, yang kesimpulannya menyatakan pekerjaan
sesuai atau tidak sesuai dengan target Rencana Pekerjaan Swakelola,
disertai dengan alasan apabila tidak sesuai;
(4) Apabila dinyatakan sesuai, maka TPK membuat Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan yang ditujukan Kepala Desa sebagai
pertanggungjawaban akhir;
(5) Apabila dinyatakan tidak sesuai, maka TPK harus menyelesaikan
pekerjaan yang dinilai belum sesuai tersebut, dan mengajukan Surat
Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan ulang;
(6) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan, disertai dengan kelengkapan
laporan sebagai berikut :
a. Surat Permohonan Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dari TPK kepada
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan;
b. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Pekerjaan dari Pejabat/Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan;
c. Bukti dokumentasi pekerjaan telah selesai;

BAB VII

PENGADAAN BARANG/ JASA MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA

Bagian Kesatu
Ketentuan Umum

Pasal 17

(1) Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa Desa yang tidak dapat dilakukan
secara swakelola oleh TPK, dapat menunjuk Penyedia Barang/Jasa;
(2) Khusus pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan tenaga ahli dan/atau peralatan berat,
tidak dapat dilaksanakan cara Swakelola;
(3) Pengadaan barang/ jasa melalui Penyedia Barang/Jasa juga
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dalam rangka
17
mendukung pelaksanaan swakelola maupun memenuhi kebutuhan
barang/jasa secara langsung di desa.
(4) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu dalam pelaksanaan
pengadaan barang/ jasa harus memenuhi persyaratan memiliki
tempat/lokasi usaha, kecuali untuk tukang batu, tukang kayu dan
sejenisnya.
(5) Dalam hal TPK melakukan proses pengadaan barang/ jasa di desa
melalui Penyedia Barang/Jasa harus mengutamakan bagi Penyedia
Barang/Jasa yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. memiliki usaha yang masih aktif dengan alamat tetap dan jelas serta
dapat dijangkau dengan jasa pengiriman;
b. bersedia menandatangani fakta integritas;
c. pernyataan kebenaran usaha;dan
d. untuk pekerjaan konstruksi, mampu menyediakan tenaga ahli
dan/atau peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(6) Tidak boleh menggunakan pihak ketiga (orang atau badan yang bukan
toko/penyedia/individu) sebagai calo penyedia bahan/alat/tenaga kerja
yang dibutuhkan.

Bagian Kedua
Perencanaan

Pasal 18

(1) Dalam perencanaan sebagaimana yang tertuang didalam Rencana


Pelaksanaan Pengadaan, TPK harus mempertimbangkan :
a. kondisi/keadaan yang sebenarnya di lokasi/lapangan;
b. kepentingan masyarakat setempat;
c. jenis, sifat dan nilai barang/jasa serta jumlah penyedia barang/ jasa
yang ada; dan
d. kebutuhan barang/bahan.

Bagian Ketiga
Jenis Pengadaan barang/ jasa dengan menggunakan Penyedia
Pasal 19

(1) Pengadaan barang/ jasa di desa berdasarkan nilainya dibedakan menjadi:


a. Pengadaan barang/ jasa dengan nilai sampai dengan Rp.50.000.000
(lima puluh juta rupiah);
b. Pengadaan barang/ jasa dengan nilai di atas 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah);dan
c. Pengadaan barang/ jasa dengan nilai diatas Rp.200.000.000 (dua ratus
juta rupiah).
18

(2) Pengadaan barang/ jasa di desa berdasarkan jumlah penyedia dalam proses
pemilihannya dibedakan menjadi:
a. Pengadaan barang/ jasa dengan memilih 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa
langsung; dan
b. Pengadaan barang/ jasa dengan seleksi terhadap 2 (dua) Penyedia
Barang/Jasa.

Bagian Keempat
Pengadaan barang/ jasa dengan 1 (satu) Penyedia

Pasal 20

(1) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai sampai dengan Rp.50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) memiliki prosedur sebagai berikut :
a. TPK membeli Barang/Jasa secara langsung kepada 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa;
b. Pembelian dilakukan tanpa permintaan penawaran tertulis dari TPK dan
tanpa penawaran tertulis dari Penyedia Barang/Jasa;
c. TPK melakukan negosasi (tawar menawar) secara langsung di tempat
kepada penyedia Barang/Jasa;dan
d. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK.

(2) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai di atas 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan nilai Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah)
memiliki prosedur sebagai berikut :
a. TPK membeli barang/jasa kepada 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa;
b. TPK melakukan permintaan penawaran secara tertulis dari Penyedia
Barang/Jasa dengan dilampiri daftar barang/jasa (rincian barang/jasa
atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan);
c. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran tertulis pada form
yang telah disediakan oleh TPK yang berisikan daftar barang/jasa (
rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan)
dan harga;
d. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) dengan penyedia barang/ jasa
untuk memperoleh harga yang lebih murah tetapi tidak mengurangi
jumlah dan kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak
memperpanjang masa penyerahan barang atau penyelesaian pekerjaan,
bukti negosiasi (tawar menawar) berupa berita acara hasil negosiasi;
e. Penyedia Barang/Jasa memberikan bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, atau kuitansi untuk dan atas nama TPK;
19

Bagian Kelima
Pengadaan barang/ jasa dengan seleksi 2 (dua) Penyedia

Pasal 21

(1) Pengadaan barang/ jasa dengan nilai diatas Rp.200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) memiliki prosedur sebagai berikut:
a. TPK mengundang dan meminta 2 (dua) penawaran secara tertulis dari 2
(dua) Penyedia Barang/Jasa yang berbeda dilampiri dengan daftar
barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume,
dan satuan) dan spesifikasi teknis barang/jasa;
b. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran secara tertulis yang
berisi daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup
pekerjaan, volume, dan satuan) dan harga;
c. TPK menilai pemenuhan spesifikasi teknis barang/jasa terhadap kedua
Penyedia Barang/Jasa yang memasukan penawaran;
d. Apabila spesifikasi teknis barang/jasa yang ditawarkan :
1) dipenuhi oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan dengan
proses negosiasi secara bersamaan;
2) apabila dipenuhi oleh salah satu Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
tetap melanjutkan negosiasi kepada Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi spesifikasi teknis tersebut;
3) jika tidak dipenuhinya oleh kedua Penyedia Barang/Jasa, maka TPK
membatalkan proses pengadaan.
e. Apabila spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 3
tidak terpenuhi, maka TPK melaksanakan kembali proses pengadaan
sebagaimanadimaksud pada huruf a kepada penyedia barang/jasa yang
lain.
f. TPK melakukan negosiasi (tawar menawar) untuk memperoleh harga
yang lebih murah di antara kedua Penyedia Barang/Jasa tetapi tidak
mengurangi jumlah dan kualitas barang/jasa yang diadakan serta tidak
memperpanjang masa penyerahan barang atau penyelesaian pekerjaan
bukti negosiasi (tawar menawar) berupa Berita Acara Hasil Negosiasi;
g. Ketua TPK dan Penyedia Barang/Jasa menandatangani surat perjanjian
yang berisi sekurang-kurangnya:
1) tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian para pihak;
2) ruang lingkup pekerjaan;
3) nilai pekerjaan;
4) hak dan kewajiban para pihak;
5) ketentuan sertifikat garansi yang diterbitkan oleh produsen atau
pihakyang ditunjuk secara sah oleh produsen(khusus pengadaan
barang, apabila diperlukan);
20
6) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
7) ketentuan keadaan kahar; dan
8) sanksi, termasuk denda keterlambatan.

h. Pihak Penyedia Barang/Jasa yang berwenang menandatangi Surat


Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf g, adalah Pemilik toko,
Pemilik Usaha Dagang, Direksi dan/atau Pihak lain yang bukan
Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar sepanjang pihak tersebut
pengurus/karyawanperusahaan yang berstatus sebagai tenaga
kerja tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang
yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta
Pendirian/Anggaran Dasar;

(5) Dokumen pengadaan barang/ jasa di desa sebagaimana tercantum dalam


lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan
ini.

Bagian Kelima
Perubahan Ruang Lingkup Pekerjaan

Pasal 22

(1) Apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan maka TPK dapat
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan.

(2) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan;
b. mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis; dan/atau
d. melaksanakan pekerjaan tambah/ kurang.
(3) Untuk perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c dan d, Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran
tertulis kepada TPK.
(4) Untuk nilai Pengadan Barang/Jasa di atas Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah), dilakukan addendum surat perjanjian yang memuat perubahan
ruang lingkup dan total nilai pekerjaan yang disepakati.
(5) Perubahan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), untuk menambah pekerjaan dan/atau melaksanakan pekerjaan
tambahan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan
ketersedianya anggaran.
21

Bagian Kelima
Pembayaran Prestasi Kerja

Pasal 21

(1) Pembayaran atas prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia


Barang/Jasa setelah pekerjaan dinyatakan selesai sesuai ketentuan
tahapan pembayaran;
(2) Pembayaran atas prestasi pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa setelah TPKmengajukan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan;
(3) Setiap pengeluaran pembayaran belanja atas beban APBDes harus
didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
(4) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapat persetujuan
oleh Sekretaris Desa untuk keabsahan penggunaan bukti dimaksud;
(5) Pembayaran terakhir atas prestasi pekerjaan dibayarkan setelah dikurangi
dengan denda keterlambatan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa
sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak
untuk setiap hari keterlambatan (apabila terjadi keterlambatan);
(6) Denda keterlambatan berlaku maksimal sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaandan jumlah
denda keseluruhan tidak melampaui besarnya Jaminan Pelaksanaan (atau
setinggi tingginya 5% ).
Bagian Keenam
Keadaan Kahar

Pasal 22

(1) Keadaan kahar merupakan salah satu keadaan yang terjadi diluar
kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,sehingga
kewajiban yang ditentukan dalam Surat Perjanjian menjadi tidak dapat
dipenuhi.

(2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar dalam Surat Perjanjian
Pengadaan barang/ jasa di Desa meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya yang dinyatakan oleh pemerintah atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi.
22
(3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa
memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada TPK secara
tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak
terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan asli pernyataan
Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pemerintah/instansi yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Hal–hal merugikan dalam pengadaan barang/ jasa yang disebabkan oleh
perbuatan atau kelalaian para Penyedia Barang tidak termasuk katagori
Keadaan Kahar.

(5) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya


Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi.

(6) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan


kesepakatan kembali, dan selanjutnya dituangkan dalam perubahan
SuratPerjanjian Kerja.

Bagian Ketujuh
Pemutusan Surat Perjanjian

Pasal 23

TPK secara sepihak dapat melakukan pemutusan Surat Perjanjian Kerja


apabila :
a. Waktu keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibatkesalahan Penyedia
Barang/Jasa sudah melampauimaksimal 50 hari kalender dan tidak
melampaui tahun anggaran berjalan;
b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam
melaksanakankewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh TPK;dan
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan Korupsi Kolusi Nepotisme,
kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang
diputuskan oleh instansi yang berwenang.

Bagian Kedelapan
Penyelesaian Perselisihan

Pasal 24

(1) Perselisihan antara TPK dan Penyedia Barang/Jasa terlebih dahulu


menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat
yang dipimpin langsung oleh Kepala Desa.
(2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak tercapai kata mufakat, dapat dilakukan melalui Kantor Pengadilan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
23

Bagian Kesembilan
Pelaporan dan Serah Terima Pekerjaan

Pasal 25

(1) Kemajuan pelaksanaan pengadaan barang/ jasa baik swakelola maupun


melalui Penyedia Barang/Jasa harus dilaporkan oleh TPK kepada Kepala
Desa minimal 2 kali selama pelaksanaan pekerjaan;
(2) Pada pekerjaan yang bersifat konstruksi, laporan pertama dilakukan pada
saat akan dimulainya pekerjaan, dan dilaporkan kedua kali pada saat
kemajuan pekerjaan sudah lebih dari lima puluh persen;
(3) Laporan disampaikan secara tertulis dan disertai bukti dokumentasi
pekerjaan oleh TPK kepada Kepala Desa, dengan format Surat Laporan
Kemajuan Pekerjaan seperti terdapat pada Lampiran Peraturan ini;
(4) Setelah pelaksanaan pengadaan barang / jasa selesai 100 % (sasaran
akhir pekerjaan telah tercapai) TPK mengajukan permohonan kepada
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan Pemeriksaan
Hasil Pekerjaan.
(5) Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan, yang kesimpulannya menyatakan pekerjaan
sesuai atau tidak sesuai dengan target Rencana Pekerjaan Swakelola,
disertai dengan alasan apabila tidak sesuai.
(6) Apabila dinyatakan sesuai, maka TPK membuat Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan yang ditujukan Kepala Desa sebagai pertanggungjawaban
akhir.
(7) Apabila dinyatakan tidak sesuai, maka TPK harus meminta Penyedia
Barang/Jasa untukmenyelesaikan pekerjaan yang dinilai belum sesuai
tersebut, dan mengajukan Surat Permohonan Pemeriksaan Hasil
Pekerjaan ulang.
(8) Penyedia Barang/Jasa dapat mengajukan permintaan pembayaran secara
tertulis kepada Kepala Desa melalui TPK setelah pekerjaan selesai 100%
(seratus perseratus) dengan dilampiri Berita Acara Pemeriksaan Hasil
Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

BAB VIII
PENGAWASAN DAN SANKSI
Bagian Kesatu
Pengawasan

Pasal 26

(1) Bupati wajib melakukan pengawasan Pengadaan barang/ jasa di Desa


24
melalui Camat.

(2) Inspektorat Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai Aparat Pengawas


Internal Pemerintah (APIP) wajib melakukan pengawasan terhadap proses
Pengadaan barang/ jasa di Desa.

(3) Setiap pengaduan tentang pengadaan barang/ jasa di Desa wajib


ditindaklanjuti oleh Camat dan Inspektorat.
.
(4) Pihak Pengawas, Camat beserta aparatnya, dapat melakukan pengawasan
dengan melakukan pengecekan atau pemeriksaan langsung dilapangan

(5) Pihak kecamatan mendapat tembusan Surat Laporan Kemajuan Pekerjaan


sebagai bukti pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan.

Bagian Kedua
Sanksi

Pasal 27

(1) Penyedia Barang/Jasa dapat diberikan sanksi jika terbuktimelakukan


dengan sengaja perbuatan atau tindakan sebagai berikut:
a. berusaha mempengaruhi TPK atau pihak lain yang berwenang dalam
bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna
memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan
prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Perjanjian Kerja,
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Barang/Jasa lain untuk
mengatur Harga Penawaran diluar prosedur Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa, sehingga mengurangi/menghambat memperkecil dan/atau
meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan orang lain;
c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain
yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan
Barang/Jasa;
d. mengundurkan diri dari pelaksanaan Perjanjian Kerja dengan alasan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima
oleh TPK;
e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian
Kerja.

(2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif, berupa peringatan/teguran tertulis;
b. gugatan secara perdata; dan/atau
c. pelaporan secara pidana kepada pihak yang berwenang.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c,
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
25
(4) Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan
Penyedia Barang/Jasa, dikenakan sanksipembatalan sebagai calon
pemenang.

(5) Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan dalam proses Pengadaan


Barang/Jasa, maka TPK:
a. dikenakan sanksi administrasi;
b. dituntut ganti rugi; dan/atau
c. dilaporkan secara pidana.

(6) Untuk PPHP berlaku pula ketentuan seperti pada ayat (5) kecuali huruf b.

(7) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a berupa
teguran/peringatan tertulis dan apabila terjadi pelanggaran dan/atau
kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh anggota TPK dan PPHP
dalam proses Pengadaan barang/ jasa di Desa maka dapat diberhentikan
sebagai anggota TPK dan PPHP.

BAB IX
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM ORGANISASI PENGADAAN
Pelatihan
Pasal 28

(1) Dalam rangka pemenuhan dan peningkatan Sumber Daya Manusia


terhadap aparatur Desa, TPK dan PPHP dilakukan pelatihan Tata Cara
Pengadaan barang/ jasa di Desa.

(2) Program peningkatan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), difasilitasi oleh Tim Pembina Pengelola Dana Desa.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 30

Pengadaan Barang /Jasa sebagaimana diatur dalam peraturan ini tidak


termasuk pengadaan tanahuntuk keperluan desa.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31

(1) Pengadaan barang/ jasa yang telah dilaksanakan sebelum berlakunya


26
Peraturan Bupati ini, tetap sah.
(2) Pengadaan barang/ jasa yang sedang dilaksanakan pada saat mulai
berlakunya Peraturan Bupati ini tetap dapat dilanjutkan dengan mengikuti
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur.

Ditetapkan di Sampit
pada tanggal Desember 2014

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,

SUPIAN HADI

Diundangkan di Sampit
pada tanggal 30Desember2014

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,

PUTU SUDARSANA

BERITA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2014 NOMOR 57

Anda mungkin juga menyukai