Anda di halaman 1dari 1

Materi CoC Nasional

Senin, 21 Oktober 2019

PEDULI PAJAK, PEDULI LIKUIDITAS PERUSAHAAN


Oleh : Alfath Cordea Imalutha – EVP DIV AKT (Divisi Akuntansi)

Pajak… sebuah kata yang memiliki banyak intepretasi dan memantik diskusi. Untuk memahami
kewajiban perpajakan, terlebih dahulu kita harus mampu membedakan kewajiban secara subjektif dan
kewajiban objektif.

Kewajiban yang melekat pada diri seseorang atau badan usaha dinamakan kewajiban subjektif. Adapun
kewajiban yang melekat pada objeknya dikatagorikan sebagai kewajiban objektif. Kedua jenis kewajiban ini
dipandang perlu untuk di ketahui oleh setiap individu atau badan usaha agar dapat memahami ketentuan
Pajak terutang.

Kewajiban pajak subjektif adalah kewajiban pajak yang berorientasi pada subjeknya yaitu setiap orang yang
menghuni wilayah di Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar pajak.

Kewajiban yang melekat pada objek pajak adalah kewajiban pajak yang berorientasi pada objeknya yaitu jika
penghasilan yang dimiliki sudah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Apabila individu atau badan usaha hanya memiliki syarat kewajiban subjektif tetapi tidak memiliki syarat
kewajiban objektif maka ketentuan tersebut tidak memenuhi syarat untuk terutang Pajak. Pajak baru terutang
apabila memenuhi kedua syarat sebagai kewajiban subjektif dan objektif secara sekaligus.

Selanjutnya agar individu dan badan usaha yang sudah memiliki kewajiban subjektif dan objektif secara
sekaligus dan dalam hal ini terutang Pajak maka dalam mengatur, membayar dan melaporkan pajak
terutangnya telah diatur lebih lanjut dalam Ketentuan Umum Perpajakan dan peraturan perpajakan
lainnya.

Selanjutnya menjadi penting untuk memaknai seluruh peraturan perpajakan yang dimanifestasikan dalam
seluruh tindakan korporasi dan model bisnis yang ada agar tidak menghasilkan sebuah dispute pajak
dikemudian hari.

Secara nature, PLN yang adalah Badan Usaha Milik Negara tentunya adalah wajib pajak yang akan patuh
dan taat pada regulasi perpajakan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Namun menyikapi temuan-temuan pajak dari tahun ke tahun tampaknya pekerjaan rumah bagi kita masih
besar. Pajak yang seharusnya sebagai kewajiban dan kontribusi wajib pajak kepada negara menjadi
layaknya “dementor” (monster dalam film Harry Potter) yang mengejar kejar harta wajib pajak yaitu laba
dan likuiditas perusahaan dan menyerap habis sumber daya perusahaan.

Perusahaan beberapa tahun terakhir bergelut dengan dispute pajak terkait transaksi kontrak EPC,
pembelian energi primer (gas, panas bumi, batu bara), PPN Pemungutan dan Transaksi dengan Anak
Perusahaan. Jumlah sengketa pajak setelah tax amnesty (kurun waktu tahun 2016 s.d 2018) dalam bilangan
triliyun rupiah. Belum lagi jika terdapat sanksi administrasi akibat keterlambatan
pemungutan/pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas kewajiban perpajakan.

Dampak dispute dan sanksi administrasi tersebut pada akhirnya dapat menjadi tambahan beban
operasional dan menggerus likuiditas perusahaan.

Pada akhirnya, idealnya pemahaman, kesadaran dan kepedulian perpajakan tidak hanya harus dimiliki oleh SDM
pengelola pajak, namun juga harus dimiliki oleh seluruh individu disetiap peran jabatan pada badan usaha.
Kepedulian dan kesadaran pentingnya perpajakan diperlukan dalam pengelolaan setiap transaksi yang terjadi di
perusahaan agar PLN dapat membayar kewajiban pajak dengan optimal.

Pengelola Perpajakan telah bekerja sama dengan Pusdiklat dan Lembaga Perguruan Tinggi Negeri untuk
menyelenggarakan pelatihan perpajakan terpadu dan workshop yang dilaksanakan secara reguler di
beberapa Udiklat guna memberikan pemahaman perpajakan secara komprehensif kepada seluruh pegawai
PLN.

Mari kenali pajak,


Mari belajar pajak
Dan ingat …Apapun transaksinya, ingat pajaknya ya…

Anda mungkin juga menyukai