Yana Mustia (1840028) - Aksel D - Tugas Komen
Yana Mustia (1840028) - Aksel D - Tugas Komen
Laporan Magang dan Praktik Kerja Lapang Commented [ym2]: Seharusnya bukan Praktik kerja
lapang, namun laporan Praktik Kerja Industri
Diajukan Guna Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma Tiga
Program Studi Analisis Kimia
Oleh:
MUHAMMAD TAUFIK PUTRA
NIM : 1617654
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
hidayah dan karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporang magang dan praktik kerja lapang (PKL) yang berjudul “Validasi Metode
Uji Penetapan Bilangan Iod Metode Wijs dalam Minyak Goreng Sawit Merk
A Secara Iodometri di PT SMART Tbk Marunda” dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan program Diploma
Tiga di Politeknik AKA Bogor. Bersamaan dengan selesainya penulisan laporan
magang dan praktik kerja lapang ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Udin Asrorudin, M.Si., selaku dosen Pembimbing I di Politeknik AKA
Bogor yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan motivasi kepada penulis
selama melaksanakan magang dan praktik kerja lapang serta dalam penyusunan
laporan ini.
3. Bapak Ir. Maman Sukiman, M.Si., selaku direktur Politeknik AKA Bogor yang
telah memberikan arahan dan bekal ilmu pengetahuan.
4. Ibu Nur Indah Riswati, S.S, selaku dosen wali yang telah memberikan arahan,
saran, penguatan dan nasehat sampai akhir akademis.
5. Bapak Fery, Ibu Rani, Bapak Syafrizal, dan Bapak Sandi, selaku Head
Departement dan Head Section di PT SMART Tbk Marunda, atas bimbingan dan
kesempatan untuk melakukan praktik kerja lapang di PT SMART Tbk Marunda. Commented [ym4]: Seharusnya praktik kerja industri
10. Rekan-rekan LDK KMA, BEM IMAKA, dan IMAKA, yang telah memberikan
semangat, dukungan, dan banyak pengalaman yang akan selalu dikenang selama
kuliah sampai menyelesaikan praktik kerja lapang.
11. Sahabat Dalton Academy, yang merupakan teman seperjuangan selama kuliah
dan melaksanakan praktik kerja lapang.
12. Pihak lain yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Commented [ym7]: Tidak perlu dibuat sampai 12 nomor,
sebaiknya hanya sampai 7 nomor saja sehingga prakata
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan hanya menampilkan 1 halaman saja
laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat dalam memperluas pengetahuan penulis Commented [ym8]: Paragraf nya menjorok dengan 10
space atau 2 tab, seharusnya konsisten dengan paragraph
dan semua pihak yang membutuhkan yang diatas yaitu 5 space atau 1 tab
Commented [ym9]: Seharusnya diberi tanda titik (.)
untuk mengakhiri kalimat.
Commented [ym10]: Jarak antara baris terakhir dengan
Bogor, Agustus 2019 bulan penulisan hanya 2 spasi, seharusnya berjarak 3 spasi
Commented [ym11]: Jarak antara baris terakhir dengan
bulan penulisan hanya 2 spasi, seharusnya jaraknya 3 spasi
Commented [ym12]: Seharusnya jaraknya 3 spasi
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA…………………………………...............................………………………………....... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………….................................……... vii Commented [ym13]: Jarak antara judul “daftar isi”
dengan isinya seharusnya 3 spasi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………................................... ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………................................. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………................................. xi
PENDAHULUAN……………………………………………………………................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………............................... 3 Commented [ym14]: Seharusnya ada judul “BAB I.
PENDAHULUAN”
Lemak dan Minyak..………...………………………………………………….......................... 3
Commented [ym15]: Seharusnya tidak ada bab tinjauan
Pengertian Lemak dan Minyak………………….…………………..…................... 3 pustaka
vii
viii
Nomor Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data Hasil Pengujian Bilangan Iod Metode Wijs Dalam Minyak
Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri dan Syarat Keberterimaan
Perusahaan ................................................................................................................... 29
2. Data Hasil Pengujian Presisi Penetapan Bilangan Iod Metode Wijs
dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri ............................... 30
Nomor Halaman
1. Ringkasan Kegiatan Magang-PKL ............................................................40
2. Pembuatan Larutan dan Pereaksi ...............................................................67
3. Data dan Contoh Perhitungan Presisi Penetapan Bilangan Iod Metode Wijs Commented [ym21]: Judul lampirannya terlalu rapat ke
halaman, seharusnya dibuat ke baris selanjutnya
dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri...........................68
Commented [ym22]: Jarak antar baris judulnya
seharusnya 1 spasi
4. Data dan Contoh Perhitungan Akurasi Penetapan Bilangan Iod Metode
Wijs dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri ..................70
5. Data dan Contoh Perhitungan Ketegaran Metode (Robustness)
Penetapan Bilangan Iod Metode Wijs dalam Minyak Goreng Sawit
Merk A Secara Iodometri ..........................................................................73
6. Diagram Alir Estimasi Ketidakpastian Penetapan Bilangan Iod dalam
Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri .....................................76
7. Perhitungan Estimasi Ketidakpastian Penetapan Bilangan Iod Metode
Wijs dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri ..................77
PENDAHULUAN Commented [ym23]: Seharusnya diberi judul bab untuk
pendahuluan dengan angka romawi yaitu “BAB I.
PENDAHULUAN”
PT SMART Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor Commented [ym24]: Seharusnya hanya 1 tab atau 5-7
ketukan untuk memulai paragraf
agribisnis dan pangan. Perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit
yang berfokus pada produksi minyak kelapa sawit. Pengolahan minyak kelapa sawit Commented [ym25]: Seharusnya abis tanda titik (.)
kemudian utnuk memulai kalimat baru, diberi 2 ketukan
diproses hingga menghasilkan produk industri dan konsumen seperti minyak
goreng, margarin, shortening, biodiesel, dan oleokimia. Minyak sawit terutama
dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk
menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin, dan minyak makan lainnya
(AMANG, 1996). Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah
rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. (WINARNO 2004). Commented [ym26]: Seharusnya untuk kutipan, setelah
nama penulis diberi tanda koma (,)
Commented [ym27]: Seharusnya jarak antar paragraf
Penetapan bilangan iod merupakan salah satu cara untuk menentukan konsisten dengan 1.5 spasi
tingkat ketidakjenuhan minyak. Semakin tinggi bilangan iod minyak maka semakin
tinggi tingkat ketidakjenuhan minyak. Semakin tinggi tingkat ketidakjenuhannya
maka semakin baik dikonsumsi oleh tubuh, karena minyak yang tinggi kandungan
lemak tak jenuhnya tidak meningkatkan kolesterol tubuh. Berdasarkan syarat
keberterimaan perusahaan nilai bilangan iod untuk merk A yang diperbolehkan
yaitu minimal 60 g iod/100 g minyak.
Salah satu analisis rutin di PT SMART Tbk Marunda yang dilakukan adalah
penetapan bilangan iod dengan metode wijs. Metode ini dikembangkan melalui
penambahan larutan magnesium asetat 5% sebanyak 10 mL. Penentuannya
berdasarkan atas prinsip reaksi oksidasi yang terjadi pada minyak. Larutan wijs
sebagai oksidator yang membutuhkan waktu satu jam untuk mengoksidasi minyak
jika ditambahkan larutan magnesium asetat 5% hanya membutuhkan waktu selama
lima menit. Hal ini terjadi karena sifat magnesium asetat 5% sebagai katalis, karena
sifat dari logam yang dapat mengoksidasi minyak ataupun lemak.
Percobaan ini bertujuan membuktikan bahwa metode baku yang
dikembangkan memiliki unjuk kerja yang sesuai dan dapat digunakan untuk analisis
rutin. Hasil yang diperoleh dari hasil validasi dibandingkan dengan syarat
1
2
3
TINJAUAN PUSTAKA Commented [ym29]: Seharusnya tidak ada tinjauan
pustaka pada laporan praktik kerja industri.
Lemak dan Minyak adalah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut daam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar. (HERLINA, 2002). Menurut
KUSNANDAR (2010), lemak dan minyak merupakan kelompok lipid sederhana
dari ester gliserol yang disusun oleh asam lemak dan gliserin. Dalam struktur lemak
dan minyak, molekul gliserin mengikat tiga rantai asam lemak dan membentuk
senyawa ester yang bersifat non polar.
Perbedaan antara lemak dan minyak yaitu didasarkan pada titik leburnya
yang menyebabkan wujud lemak dan minyak dalam suhu kamar berbeda. Lemak
berwujud padat pada suhu kamar disebabkan tingginya kandungan asam lemak
jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap sehingga lemak
mempunyai titik lebur yang tinggi, sedangkan minyak pada suhu kamar berwujud
cair disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya asam lemak
tidak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara karbon-karbonnya
sehingga minyak mempunyai titik lebur yang rendah. Lemak dalam bahan pangan
disebut sebagai lemak netral atau trigliserida yaitu molekulnya terdiri atas satu
molekul gliserol (gliserin) dan tiga molekul asam lemak. Gliserol mempunyai tiga
gugusan hidroksil yang masing- masing gugus akan mengikat satu molekul asam
lemak. Berikut struktur kimia trigliserida:
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mempunyai ikatan tunggal
atom karbon yang akan berikatan dengan atom hidrogen. Asam lemak jenuh yang
4
paling banyak ditemukan adalah asam palmitat. Asam lemak tidak jenuh merupakan
asam lemak yang mengandung minimal satu ikatan rangkap, contohnya adalah
asam lemak linoleat.
panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut. Semakin banyak cabang pada
senyawaan maka titik didih senyawa tersebut juga semakin tinggi.
5. Bobot jenis
Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur 25 °C.
Bobot jenis (ρ) menurun jika berat molekul minyak/lemak atau derajat kejenuhan
lemak/minyak meningkat.
6. Indeks bias
Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak. Menurut WINARNO (1997), indeks refraksi/indeks
bias meningkat dengan makin panjangnya rantai C, derajat ketidakjenuhan, dan
suhu yang semakin tinggi. Indeks refraksi ini berhubungan erat dengan bilangan iod
suatu lemak dan karena itu dapat digunakan untuk mengendalikan proses
hidrogenasi.
7. Titik asap, titik nyala dan titik api
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap tipis
yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat
campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Titik api adalah temperatur
pada saat dihasilkan pembakaran yang terus-menerus.
8. Shot melting point
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak
atau lemak. Semakin panjang rantai karbon dari asam lemak, maka titik cairnya pun
akan semakin tinggi.
Panas
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.
Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim – enzim. Dalam teknologi
makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat
pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan
diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%. Hidrolisis dapat
menurunkan mutu minyak goreng (WINARNO, 1997).
2. Hidrogenasi
Reaksi hidrogenasi adalah reaksi adisi hidrogen ke dalam rantai asam lemak tidak
jenuh pada sisi karbon yang mengandung ikatan rangkap. Reaksi hidrogenasi
mengubah lemak tidak jenuh menjadi lemak jenuh. Reaksi hidrogenasi akan
dipercepat dengan proses pemanasan dan adanya katalisator metal, misalnya nikel.
Berikut reaksi hidrogenasi lemak.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam
lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
3. Penyabunan
Reaksi penyabunan terjadi apabila lemak dipanaskan dengan adanya alkali (sodium
hidroksida) yang dapat menyebabkan ester gliserin terkonversi menjadi garam Na-
palmitat (sabun) dan gliserin. Berikut contoh reaksi penyabunan
7
lemak/minyak:
4. Oksidasi
Ikatan rangkap asam lemak yang terikat pada struktur lemak/minyak mudah
teroksidasi oleh oksigen. Reaksi oksidasi ini akan memicu pembentukan produk
primer, sekunder, dan tersier yang bersifat volatil sehingga menyebabkan lemak
atau produk yang mengandung lemak menjadi berbau tengik dan tidak layak untuk
dikonsumsi. Berikut reaksi oksidasi lemak:
Asam lemak tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang
diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan
iod dinyatakan sebagai jumlah (gram) iod yang diserap oleh 100 g minyak atau
lemak. Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung
pada macam halogen dan struktur asam lemak. Dalam urutan iod > brom > flour >
8
warna biru gelap dari komplek iodin-amilum sehingga indikator ini bertindak
sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin. Penambahan indikator amilum
harus menunggu hingga titrasi mendekati semp urna, hal ini disebabkan bila
pemberian indikator terlalu awal maka ikatan antara ion dan amilum sangat kuat,
amilum akan membungkus iod sehingga iod sukar lepas, akibatnya warna biru
sukar hilang dan titik akhir titrasi tidak kelihatan tajam lagi. Titik akhir titrasi
dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan yang dititrasi ( HARJADI,
1990).
Minyak Goreng
Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak
pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin,
dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali,
sehingga mudah dibentuk menjadi produk untuk berbagai keperluan. Minyak sawit
mengandung kadar karoten yang tinggi dan merupakan sumber provitamin A yang
murah dibanding bahan baku lainnya. Minyak sawit paling banyak digunakan
sebagai bahan baku industri pangan yang meiputi sekitar
10
12 macam bahan dari kelapa sawit, seperti karoten, tokoferol, asam lemak, olein,
mentega, sabun, dan sebagainya.
Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi bagian kulit atau sabut buah
yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO). Proses ekstraksi minyak kelapa
dilanjutkan dengan proses bleaching (pemutihan) dan deodorizing (penghilangan
bau) agar minyak tersebut menjadi jernih, bening, dan tak berbau atau biasa disebut
refined bleached and deodorized palm oil (RBDPO) (AMANG, 1996). Proses
setelah ekstraksi adalah fraksinasi yang menghasilka olein (minyak goreng) dan
stearin (bahan utama margarin).
Presisi
Akurasi
HADI (2010), Uji Grubbs merupakan teori seleksi data yang digunakan untuk
mengetahui apakah sekumpulan data yang dihasilkan dari pengulangan pengujian
merupakan data yang seragam atau mengandung data pencilan (outliers). Berikut
tipe sekumpulan data yang memiliki kemungkinan mengandung data pencilan yang
dapat dievaluasi dengan uji Grubbs:
1. Uji Grubbs Tipe 1
Uji Grubbs tipe 1 diterapkan jika sekumpulan data hasil pengulangan pengujian
memiliki satu data yang diduga pencilan berada pada nilai tertinggi atau terendah.
Uji Grubbs tipe 1 dirumuskan sebagai berikut:
Data analisis duplo hasil uji banding yang dikirimkan oleh setiap laboratorium
dihitung dengan metode statistika menggunakan perhitungan Robust Z-score. Nilai
Robust Z-score didapatkan dengan cara menghitung selisih dari data hasil uji
banding yang telah diseleksi dengan uji Grubbs dengan rata-rata hasil uji kemudian
dibagi dengan nilai simpangan baku.
Jika model hanya mencakup perkalian atau pembagian dari besaran yang
berbeda, misalnya y = p.q.r atau y = p/(q.r….)
15
(KAN, 2003).
b. Evaluasi ketidakpastian baku tipe B
Evaluasi ketidakpastian baku tipe B diperoleh dengan cara selain analisis statistika
dari serangkaian pengamatan yang biasanya didasarkan pada pertimbangan ilmiah
menggunakan semua informasi relevan yang tersedia meliputi :
1. Data pengukuran terdahulu.
2. Pengalaman dengan/atau pengetahuan umum dari perilaku dan sifat bahan
dan peralatan yang relevan.
3. Spesifikasi pabrik.
4. Data yang diberikan dalam laporan kalibrasi dan laporan lain.
5. Ketidakpastian yang ditetapkan pada data acuan yang diambil dari buku data.
Sebagai contoh yang paling sederhana untuk evaluasi tipe B adalah
menggunakan ketidakpastian yang dilaporkan dalam sertifikat kalibrasi alat. Untuk
mengetahui ketidakpastian baku maka ketidakpastian bentangan dibagi dengan
faktor cakupan yang diberikan pada sertifikat (KAN, 2003).
Analisis Titrimetri
c. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekuivalen tercapai.
Harus tersedia beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat
menghentikan penambahan dari titran.
d. Diharapkan reaksi berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dalam
beberapa menit.
Iodometri
Iodometri adalah suatu proses tidak langsung yang melibatkan iod. Ion
iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksida, sehingga membebaskan
iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Pada prinsipnya iodometri
merupakan reaksi oksidasi-reduksi karena terjadi perubahan bilangan oksidasi
(biloks) dari zat – zat yang terlibat dalam reaksi, dalam hal ini transfer elektron dari
pasangan pereduksi ke pasangan teroksidasi. Oksidasi adalah pelepasan satu atau
lebih elektron dari suatu atom, ion, atau molekul. Sedangkan reduksi adalah
penangkapan satu atau lebih elektron.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah
natrium tiosulfat. Umumnya garam ini digunakan dalam bentuk pentahidrat
(Na2S2O3.5H2O) larutan tidak boleh distandarkan berdasarkan penimbangan
langsung, melainkan harus distandarkan terhadap standar primer. Sejumlah zat
18
dapat digunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat. Iod murni paling
jelas sebagai standar, namun jarang digunakan zat pengoksid kuat yang akan
membebaskan iod dari iodida.
Berikut beberapa standar primer yang biasa digunakan :
1. Kalium Dikromat
Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Bobot
ekuivalennya cukup tinggi yaitu seperenam bobot molekulnya (49,03 g/eq), tidak
higroskopik, padat, serta larutannya sangat stabil. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
Reaksi iodat berjalan cukup cepat, reaksi ini juga hanya membutuhkan sedikit
kelebihan ion hidrogen untuk melengkapi reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih
lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion
hidrogen. Biasanya sejumlah amonium molibdat ditambahkan sebagai katalis.
Kekurangan utama garam ini sebagai standar primer adalah bahwa bobot
ekuivalennya rendah.
Dalam setiap kasus bobot ekuivalen adalah seperenam bobot molekul. Ion
iodat memperoleh lima elektron dalam reaksi dengan ion iodida dan karena itu
bobot ekuivalen dalam reaksi ini adalah seperlima dari bobot molekulnya. Akan
tetapi reaksi yang terlibat dalam titrasi adalah reaksi antara iod dan tiosulfat. Karena
1 mmol iodat menghasilkan 3 mmol atau maksimal 6 meq iod, bobot ekuivalen iodat
untuk proses yang lengkap adalah seperenam bobot molekul. Bobot ekuivalen KIO 3
adalah 35,67 g/eq dan KBrO3 adalah 27,84 g/eq. Garam kalium hidrogen iodat
KIO3.HIO3, dapat juga digunakan sebagai standar primer, namun bobot
ekuivalennya juga kecil, seperduabelas bobot molekul atau 32,49 g/eq (DAY &
UNDERWOOD, 2002).
.
PERCOBAAN Commented [ym30]: Seharusnya diberi judul bab dengan
angka romawi dan yang seharusnya adalah “BAB II.
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI”
Percobaan ini bertujuan membuktikan bahwa metode baku yang Commented [ym31]: Seharusnya jarak antara judul bab
dengan isi yaitu 3 spasi
dikembangkan memiliki unjuk kerja yan sesuai dan dapat dogunakan untuk analisis
rutin. Hasil yang diperoleh dari hasil validasi dibandingkan dengan syarat
keberterimaan dari perusahaan. Metode yang divalidasi dapat digunakan secara
rutin jika hasil validasi yang meliputi uji presisi, akurasi, uji ketegaran (robustness),
dan estimasi ketidakpastian memenuhi persyaratan. Metode yang digunakan untuk
penentuan bilangan iod mengacu pada AOCS Cd 1b-87 tentang penentuan bilangan Commented [ym32]: Seahrusnya untuk AOCS diberi
kepanjangan nya terlebih dahulu karena baru muncul di bab
iod dari lemak dan minyak metode sikloheksana. ini
Bahan dan Alat Commented [ym37]: Untuk sub bab seharusnya diberi
angka arab dan tidak di garis bawah serta dengan margin
kiri
Bahan
Commented [ym38]: Jarak antara judul sub bab ke anak
sub bab seharusnya 2 spasi, bukan 1 spasi
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan bahan
Commented [ym39]: Untuk anak sub bab seharusnya
kimia. Bahan uji yang digunakan adalah minyak goreng sawit merk A. Bahan kimia diberi angka arab dan tidak di garis bawahi
yang digunakan meliputi sikloheksana, larutan wijs, magnesium asetat 5%, kalium
Commented [ym40]: Jarak antara judul anak bab ke
iodida 15%, natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N, indikator kanji 1%, kalium isinya seharusnya 2 spasi, bukan 1 spasi
dikromat, HCl 4 N dan akuades. Pembuatan pereaksi dapat dilihat pada Lampiran2 Commented [ym41]: Seharusnya diberi spasi 1 ketukan,
sehingga menjadi Lampiran 2
19
Alat Commented [ym42]: Untuk anak sub bab seharusnya
diberi angka arab dan tidak di garis bawahi
Alat yang digunakan dalam percobaan terdiri atas neraca analitik Mettler
Commented [ym43]: Jarak antara judul anak bab ke
Toledo AB204-S, Titrette 50 mL, erlenmeyer asah 500 mL, Dispensette (1 - 10 mL, isinya seharusnya 2 spasi, bukan 1 spasi
2,5 - 25 mL, dan 5 – 50 mL), pipet volumetri (25 mL dan 10 mL), gelas piala 250
mL, pipet tetes, dan stopwatch.
Na2S2O3 dilakukan dengan cara padatan K2Cr2O7 ditimbang sebanyak 0,10 g ke Commented [ym47]: Untuk anak sub bab seharusnya
erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan akuades untuk melarutkan. Larutan tersebut diberi angka arab dan tidak di garis bawahi
larutan berubah menjadi hijau muda. Volume yang dihasilkan dicatat dan dihitung
sebagai normalitas Na2S2O3 0,1 N.
Commented [ym49]: Seharusnya huruf nya dihitamkan
Tahap Pengujian Commented [ym50]: Untuk anak sub bab seharusnya
diberi angka arab dan tidak di garis bawahi
Uji presisi dilakukan dengan menetapkan bilangan iod dalam sampel uji
sebanyak tujuh kali ulangan. Presisi dinyatakan dalam simpangan baku relatif
(%SBR). Nilai %SBR<2/3 CV Horwitz menyatakan bahwa metode memiliki Commented [ym55]: Seharusnya sebelum dan sesudah
symbol “<” diberi 1 ketukan
ketelitian yang tinggi.
Uji akurasi dilakukan dengan uji banding laboratorium ek sternal seperti Commented [ym57]: Seharusnya tidak ada spasi antara
“ek” dengan “sternal” menjadi eksternal
yang tercantum pada jaminan mutu laboratorium perusahaan tersebut. Prosedur uji
banding laboratorium yaitu sampel minyak goreng sawit merk A disiapkan dalam
botol polivinil klorida (PVC) yang dikemas sesuai jumlah laboratorium yang akan
dilakukan uji banding (dua laboratorium). Sampel dikirim ke laboratorium
eksternal kemudian data yang diperoleh dari laboratorium eksternal dikumpulkan,
apabila data yang diperoleh tidak seragam maka kumpulan data harus diseleksi
terlebih dahulu dengan menggunakan uji Grubbs, kemudian data yang terseleksi
dapat diolah menggunakan metode Robust Z-Score. Hasil uji banding dapat dilihat
pada rekaman jaminan mutu menunjukkan bahwa hasil pengukuran laboratorium
perusahaan tersebut memiliki nilai -3<Z-score<3 bila dibandingkan dengan Commented [ym58]: Seharusnya sebelum dan sesudah
symbol “<” diberi 1 ketukan
laboratorium lain.
Ketegaran Metode (Robustness) Commented [ym59]: Untuk cucu sub bab seharusnya
diberi angka arab
Ketegaran metode pada penetapan bilangan iod dilakukan terhadap variasi
penambahan katalis. Uji ketegaran metode dapat dilakukan dengan menambahkan
larutan magnesium asetat 5% 10 mL dan membandingkannya dengan metode baku. Commented [ym60]: 1 paragraf seharusnya terdiri dari
minimal 3 alamat
Tahap Pengolahan Data Commented [ym61]: Untuk anak sub bab seharusnya
diberi angka arab dan tidak di garis bawahi
Data yang diperoleh dari hasil pengujian kemudian diolah secara statistika
menggunakan Microsoft Office Excel. Rumus-rumus yang digunakan dalam
pengolahan data antara lain:
Keterangan:
Vblk : volume larutan Na2S2O3 0,1 N
untuk blangko (mL) Commented [ym62]: Seharusnya dijadikan 1 baris saja
Rata-rata ( X)
SB
SBR
2/3 CV Horwitz
Keterangan:
Xi : nilai bilangan iod ke-i (g/100g
minyak) Commented [ym64]: Seharusnya dijadikan 1 baris saja
n : banyaknya pengulangan
i : pengulangan ke-i, i=1,2,......,i
SB : simpangan baku minyak goreng
sawit (g/100g minyak) Commented [ym66]: Seharusnya dijadikan 1 baris saja
SBR : simpangan baku relatif (%)
C : fraksi kadar analit
CV : coefficient of variation Commented [ym67]: Seharusnya dihitamkan saja tulisan
nya
Uji Grubbs
Uji Grubbs dilakukan dengan cara mengurutkan data dari yang terkecil
hingga terbesar, menotasikan data terkecil sebagai X1 hingga data terbesar (data ke
n) sebagai Xn kemudian melakukan evaluasi data yang terkecil dan yang terbesar
menggunakan rumus Ghitung yang sesuai dan dibandingkan terhadap nilai Gtabel.
Data pencilan dapat dibuang jika Ghitung > Gtabel. Jika terdapat data pencilan, maka
data tersebut dibuang dan data yang tersisa dilakukan kembali perhitungan
Ghitung dan Gtabel sesuai rumus hingga tidak terdapat data pencilan.
Rumus Ghitung:
Ghitung
Keterangan:
Xi : data ke-i, i=1,2,......,n
X : nilai rata-rata hasil penetapan
bilangan iod
SB : simpangan baku
Robust Z-Score
Data duplo hasil analisis yang dikirimkan oleh setiap laboratorium dihitung
secara statistika menggunakan metode perhitungan statistika Robust Zscore.
Robust Z-Score
Keterangan:
Xi : data ke-i, i=1,2,......,n
Alga mean : rata-rata hasil uji
Alga standar : 1,134 x Simpangan baku
Persyaratan:
1. Laboratorium yang termasuk dalam kategori “pencilan” diberi simbol $$, yaitu
apabila laboratorium tersebut memperoleh nilai Z-Score yang bukan terletak
diantara -3 dan +3. |Z-Score| > 3 berarti antara hasil duplo analisisnya (data I
dan data II) terdapat perbedaan yang cukup besar.
Ketegaran Metode (Robustness) Commented [ym70]: Untuk cucu sub bab seharusnya
diberi angka arab
Hipotesis : H 0 : σ1 = σ 2
H1 : σ 1 ≠ σ 2
Fhitung
Keterangan:
SB : simpangan baku
Dasar pengambilan keputusan :
• Jika nilai Fhitung < Ftabel, maka terima Ho. Artinya ragam penambahan katalis sama
atau tidak berbeda nyata dengan metode baku, dilanjutkan dengan uji t formula
1.
• Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho. Artinya ragam penambahan katalis tidak
sama atau berbeda nyata dengan metode baku, dilanjutkan dengan uji t formula
2.
dengan:
X1 = rata-rata populasi 1
X2 = rata-rata populasi 2
S1 = simpangan baku populasi 1
S2 = simpangan baku populasi 2
n1 = jumlah data populasi 1
n2 = jumlah data populasi 2
• Jika nilai thitung > ttabel, maka tolak Ho. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan
pada kondisi penambahan katalis.
alir penetapan bilangan iod metode wijs dalam minyak goreng sawit merk A secara
iodometri, menentukan spesifikasi kuantitas yang diukur dengan formula
persamaan matematis, mengidentifikasi sumber ketidakpastian, mengkuantitaskan
masing–masing komponen ketidakpastian yaitu nilai yang dikontribusikan oleh
masing–masing sumber ketidakpastian, menggabungkan semua komponen
ketidakpastian baku (µc), dan ketidakpastian diperluas yang kemudian dilaporkan
dalam suatu format pelaporan hasil uji yakni, nilai pengujian diikuti
ketidakpastiannya (Y ± U) disertai dengan tingkat kepercayaan yang digunakan.
Ketidakpastian baku:
Tipe A : µ(x) =
Tipe B : µ(x) =
Ketidakpastian gabungan:
a. Fungsi penjumlahan atau pengurangan:
µc =
b. Fungsi perkalian atau pembagian:
µc
Keterangan:
µ(x) = ketidakpastian baku
µc = ketidakpastian gabungan
Qu = quoted uncertainty (nilai ketidakpastian tertera) k Commented [ym75]: Seharusnya keterangan “k” dienter
kebawah sehingga tidak membingungkan pembaca
= faktor cakupan
SB = simpangan baku
HASIL DAN PEMBAHASAN Commented [ym76]: Seharusnya diberi judul bab yaitu
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diikat oleh 100 g
minyak atau lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh
akan bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iodin dalam jumlah besar. Pada
penetapan bilangan iod dengan metode wijs, penambahan larutan iodin
monoklorida dalam campuran asam asetat bereaksi dengan ikatan yang ada pada
minyak yang telah dilarutkan dengan sikloheksana. Setelah waktu standar untuk
reaksi, penentuan dari hallogen yang berlebih dengan penambahan larutan KI dan
iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat yang telah
distandardisasi.
28
29
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Bilangan Iod Metode Wijs Dalam Minyak Goreng
Sawit Merk A Secara Iodometri dan Syarat Keberterimaan Perusahaan
Parameter Uji Hasil Uji Syarat Keterangan Acuan Commented [ym78R77]: Ukuran huruf didalam table
Keberterimaan tidak konsisten, seharusnya seragam
Presisi
a. %SBR 0,18% %SBR < 2/3CV Memenuhi AOAC,2016
b. 2/3CV Horwitz Syarat
Horwitz 1,41%
Akurasi
a
. Z-score -0,78 -3 < Z-Score < 3 Memenuhi ISO 17043,2010
Syarat
ISO 13528,2015
Ketegaran Metode
(Robustness)
Fhitung
1,44
Ftabel
5,82 Fhitung < Ftabel Memenuhi Nata,2013
Thitung
Syarat
Ttabel 1,68
2,18 thitung < ttabel
Estimasi
Ketidakpastian
(60,33 ± - -
a. Pelaporan 0,30) g
Eurachem,2014
iod/100 g
minyak
Commented [ym77]: Seharusnya posisi table tidak sejajar
dengan margin teks, namun 5 ketukan dari magin kiri dan
kanan atau sejajar dengan judul Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 menjelaskan bahwa hasil pengujian validasi metode uji
penetapan bilangan iod metode wijs dalam minyak goreng sawit merk A secara
iodometri meliputi parameter uji presisi, akurasi, ketegaran metode (robustness),
dan estimasi ketidakpastian memenuhi syarat keberterimaan perusahaan dan dapat
dijelaskan sebagai berikut: Commented [ym79]: Seharusnya bersambung dengan
kalimat selanjutnya
30
60,44
2
60,25
3
60,27
4
60,18
5
60,27
6
%SBR< 2/3 CV
60,44 Horwitz
7
60,33
Rerata
0,11
SB
0,18
%SBR
2,16
%CV Horwitz
1,41
%2/3 CV Horwitz
Commented [ym83]: Tabelnya diperkecil lagi, agar
memuat hanya dalam satu halaman saja
%SBR < 2/3 CV Horwitz. Hasil uji presisi memenuhi syarat keberterimaan yang
ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem operasional alat dan
analis menghasilkan nilai ripitabilitas yang baik terhadap metode dengan respon
yang relatif konstan, sehingga hasil pengukuran memiliki nilai presisi yang
memenuhi persyaratan.
Faktor yang dapat mempengaruhi presisi dalam penetapan bilangan iod
adalah penambahan KI 15% dan larutan wijs yang ditambahkan secara
kuantitatif serta kondisi pada saat penambahan indikator kanji dalam penentuan
titik akhir titrasi. Larutan KI akan bereaksi dengan ikatan rangkap yang ada pada
minyak sehingga sangat mempengaruhi besarnya jumlah gram iod yang dapat
diikat oleh 100 g lemak/minyak. Penambahan indikator kanji harus menuggu
hingga akhir titrasi mendekati sempurna, hal ini disebabkan apabila pemberian
indikator terlalu awal, maka ikatan antara ion dan kanji sangat kuat sehingga
akan mengikat iod dan sukar lepas, akibatnya warna biru sukar hilang dan titrasi
sukar terlihat. Perhitungan Presisi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengujian akurasi dilakukan untuk mengetahui hasil uji yang diperoleh suatu
metode atau menunjukkan kedekatan antara hasil yang benar secara teoritis dengan
hasil yang diperoleh (HARMITA, 2004). Akurasi yang biasa dilakukan
menggunakan CRM atau standar analit yang diketahui konsentrasinya. Dalam
penentuan akurasi untuk penetapan bilangan iod metode wijs dalam minyak goreng
sawit merk A secara iodometri yang dilakukan di perusahaan menggunakan uji
banding antar laboratorium. Uji banding antar laboratorium diikuti oleh dua
laboratorium eksternal yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN). Data yang diperoleh dilakukan uji seleksi data menggunakan uji Grubbs
terlebih dahulu kemudian dilakukan uji Robust Z-score. Hasil dari uji Grubbs dan
uji Robust Z-Score dapat dilihat pada Tabel 3.
32
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Akurasi Penetapan Bilangan Iod Metode Wijs dalam
Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri Commented [ym86]: Seharusnya judul table baris kedua
sejajar dengan judul table baris pertama
Uji Akurasi Commented [ym87]: Judul table seharusnya 5 ketukan
dari margin kiri dan margin kanan, tidak sejajar dengan
Kode Lab G1hitung G1tabel Z-Score margin teks
Perhitungan uji akurasi metode antar laboratorium meliputi uji Grubbs dan
Robust Z-score dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji Grubbs merupakan teori seleksi
data yang digunakan jika profil data memiliki nilai ekstrim yang jauh dari rata-rata
kelompok data. Setelah data diseleksi kemudian diuji dengan Robust Z-Score untuk
mengetahui apakah hasil uji laboratorium internal masuk dalam syarat
keberterimaan perusahaan dan apakah termasuk kategori perusahaan yang
dipencilkan, diperingatkan atau kompeten. Hasil pengujian akurasi laboratorium
internal didapatkan hasil G1hitung sebesar 0,78 dan G1tabel sebesar 1,15. Hal ini
menunjukkan data dari laboratorium internal (kode lab 1) tidak dipencilkan,
kemudian diuji dengan Robust Z-Score. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan
nilai Z-Score sebesar -0,78 yang menunjukkan hasil tersebut memenuhi syarat
keberterimaan perusahaan -3<Z score<3 dan termasuk kategori laboratorium yang
kompeten karena nilai |Z-Score|<2 sehingga hasil uji akurasi penetapan bilangan iod
metode wijs dalam minyak goreng sawit merk A secara iodometri menghasilkan
data yang akurat. Pengujian akurasi pada sampel minyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat mempercepat oksidasi. Faktor–faktor yang dapat mempercepat
oksidasi pada minyak adalah suhu, cahaya atau penyinaran, tersedianya oksigen dan
adanya logam-logam yang bersifat sebagai katalisator proses oksidasi (KETAREN,
2005), oleh karena itu minyak harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang Commented [ym89]: Seharusnya kutipan dibuat
”menurut Ketaren (2005) factor-faktor yang dapat
mempercepat okisdasi pada minyak adalah...” sehingga
tidak ambigu kutipannya dari kalimat yang mana.
sesuai dan bebas dari pengaruh logam dan harus dilindungi dari kemungkinan
oksigen bebas, cahaya serta temperatur.
33
Ketegaran Metode (Robustness) Commented [ym90]: Untuk sub bab seharusnya diberi
angka arab dan tidak di garis bawah serta dengan margin
kiri
Fhitung 1,44
Ftabel 5,82
thitung 1,68
ttabel 2,18 Commented [ym92]: Table seharusnya sejajar dengan
judul tabelnya
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengujian terhadap penambahan larutan
magnesium asetat 5% 10 mL diperoleh nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel,
hal ini menunjukkan bahwa keterulangan hasil penambahan larutan magnesium
asetat 5% 10 mL memiliki ragam penyebaran data yang tidak berbeda nyata dengan
tanpa penambahan larutan magnesium asetat 5% 10 mL pada rentang kepercayaan
95%. Selain uji F diperlukan juga uji t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil Commented [ym93]: Seharusnya bersambung dengan
kalimat selanjutnya
34
Estimasi Ketidakpastian
Commented [ym94]: Untuk sub bab seharusnya diberi
angka arab dan tidak di garis bawah serta dengan margin
kiri
Ketidakpastian didefinisikan sebagai sebaran yang secara layak dapat
dikaitkan dengan nilai terukur, yang memberikan rentang dan terpusat pada nilai
terukur, dimana didalam rentang tersebut terletak nilai benar dengan kemungkinan
tertentu (KAN, 2003). Estimasi ketidakpastian penetapan bilangan iod dilakukan
dengan membuat diagram alir untuk melihat sumber–sumber ketidakpastian yang
dapat dilihat pada Lampiran 6, kemudian ditentukan formula atau rumus matematis
untuk penentuan bilangan iod. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi
sumber – sumber ketidakpastian. Commented [ym95]: Seharunya kata pengulangan tidak
menggunakan spasi, sehingga menjadi sumber-sumber
Dimana masing–masing komponen ketidakpastian tersebut di estimasi
dengan tipe B (dengan spesifikasi pabrik dan data yang diperoleh dari laporan
kalibrasi). Setelah dihitung estimasinya, kemudian menggabungkan semua
komponen ketidakpastian baku menjadi ketidakpastian gabungan atau kombinasi
(µc) serta menghitung ketidakpastian bentangan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Perhitungan estimasi ketidakpastian dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari
estimasi ketidakpasstian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Batang Hasil Ketidakpastian Baku Penetapan Bilangan Iod
Metode Wijs dalam Minyak oreng Sawit Merk A Secara Iodometri Commented [ym96]: Judul gambar seharusnya 5 ketukan
dari margin kiri dan margin kanan, tidak sejajar dengan
margin teks, kemudian judul gambar baris kedua sejajar
0,0018 dengan baris pertama.
Ketidakpastian
0,0020
Realtif (U/xi)
0,0015
Commented [ym97]: Seharusnya judul gambar terletak
0,0008 0,0005 0,000 dibawah gambar, bukan diatas gambar
0,0010 0,0005 5
Nilai
Berdasarkan hasil percobaan dan pengolahan data dengan parameter uji presisi
(ripitabilitas), akurasi, ketegaran metode (robustness), dan estimasi ketidakpastian
maka dapat disimpulkan bahwa metode penetapan bilangan iod dalam minyak goreng
sawit secara iodometri telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Oleh karena itu, metode tersebut valid dan dapat digunakan untuk analisis rutin di
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA Commented [ym100]: Margin teks seharusnya dengan
ukuran 3,4,3,3
Commented [ym101]: Seharusnya jarak antara judul BAB
AMANG. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press. Bandung. dengan isi berjarak 3 spasi
Commented [ym102]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
AMERICAN OIL CHEMIST SOCIETY. 2012. AOCS Cd 1b-87 Tentang Cara Uji Bilangan
Iod Minyak dan Lemak Metode Sikloheksana. American Oil Chemist Society.
America. Commented [ym103R102]: Tidak ada kutipan mya
didalam isi laporan, maka dihilangkan saja
ASSOCIATION OF OFFICIAL AGRICULTURAL CHEMISTS. 2016.
Official Methods of Analysis. Association of Official Agricultural Chemist. Editor Commented [ym104]: Seharusnya jarak antar referensi
1,5 spasi, bukan 1 spasi
:Horwitz, W., and G. W, Latimer, Jr. Published by
AOAC International, 18th Edition. USA Commented [ym105]: Seharusnya jarak antar referensi
1,5 spasi
BADAN STANDARDISASI NASIONAL. 2013. Standar Nasional Indonesia 01-3741-2013 Commented [ym106]: Seharusnya jarak antar dapus 2
Tentang Minyak Goreng. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta spasi
Commented [ym107]: Seharusnya jarak antar referensi
BARWICK, V., P. P. M. BRAVO, S. L. R. ELLISON, J. ENGMAN, E. L. 1,5 spasi
F. GJENGEDAL, U. O. LUND, B. MAGNUSSON, H. T. MILLER, M.
PATRIARCA, B. POHL, P. ROBOUCH, L. P.
SIBBESEN, E. THEODORSSON, F. VANSTAPEL, I. VERCRUYSSE, A.
YILMAZ, P Y. MEROGLU & U. RNEMARK.
2014. Eurachem Guide: The Fitness for Purpose of Analytical Methodes – A
Laboratory Guide to Method Validation and Related Topics. Ed. ke2. Eurachem. Commented [ym108]: Karena diaturan baru tidak ada
tinjauan pustaka, maka kutipan yang terdapat pada tinjauan
DAY, R. A. JR & A. L. UNDERWOOD. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam. pustaka juga dihapuskan
Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Erlangga. Jakarta. Commented [ym109]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
EURACHEM/CITAC GUIDE CG 4. 2012. Quantifying Uncertainty in Analytical
Measurement Thrid Edition. Editor S. L. R. Ellson, M. Rosslein. A. Williams. UK
Departement of Trade and Industry as Part of The National Measurment System Valid
Analytical Measurement (VAM) Programme.
GANDJAR, I. G. & A. ROHMAN. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Commented [ym110]: Seharusnya referensi yang
HADI, A. 2007. Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025:2005. Gramedia Pustaka Utama. digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
Jakarta.
Commented [ym111]: Jika ada penulis yang sama
HADI, A. 2010. Pedoman Verifikasi Metode Pengujian Parameter Kualitas Lingkungan. dengan judul yang sama, maka seharusnya salah satu saja
Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. yang digunakan yaitu yang terbaru
Commented [ym112R111]: Seharusnya referensi yang
HARJADI, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta. digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
Commented [ym113]: Karena diaturan baru tidak ada
HARJADI, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta. tinjauan pustaka, maka kutipan yang terdapat pada tinjauan
pustaka juga dihapuskan
HARMITA. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi dan Cara Perhitungannya. Jurnal Farmasi
UI1:117-135. Commented [ym114]: Volume jurnal seharusnya dibold
Commented [ym115]: Seharusnya judul jurnal tidak
dicetak miring dan nama jurnal dicetak miring
Commented [ym116R115]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO). 2010.
ISO/IEC 17043, General Requirements for Proficiency Testing. ISO. Switzerland.
INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION (ISO). 2015. ISO
13528, Statistical Methods for Use in Proficiency Testing by Interlaboratory
Comparison. ISO. Switzerland.
IRAWAN, CANDRA. 2009. Pengantar Kimia Organik II. Politeknik AKA Bogor. Bogor.
KETAREN, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. Commented [ym119]: Jika ada penulis yang sama
dengan judul yang sama, maka seharusnya salah satu saja
KOMITE AKREDITASI NASIONAL (KAN). 2003. Pedoman Evaluasi dan Pelaporan yang digunakan yaitu yang terbaru
Ketidakpastian Pengukuran. KAN. Jakarta. Commented [ym120R119]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
KUSNANDAR, F. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro. Dian Rakyat. Commented [ym121]: Seharusnya referensi yang
Jakarta. digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
MUHAYATUN. 2007. Uji Profisiensi: Diklat Pelatihan Validasi Metode Analisis Aktivasi
Neutron Kₒ. Pusdiklat Batan. Jakarta Commented [ym122]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
NATA. 2013. Guidelines for The Validation and Verification of Quantitative and
Qualitative Test Methods. Australia
PUDJAATMAKA, A. H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka. Jakarta. Commented [ym123]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
RIYANTO. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji. Deepublish. Yogyakarta.
SUDARMAJI, S., S. HARYONO., & B. SUHARDI. 1996. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Commented [ym124]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
SUMARDI. 2002. Validasi Metoda Pengujian. Pusat Standardisasi dan Akreditasi Sekjen
Deptan. Jakarta. Commented [ym125]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
WINARNO, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
WINARNO, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press. Bogor. Commented [ym126]: Seharusnya referensi yang
digunakan yaitu referensi 10 tahun dari tahun ini
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. (Lanjutan)
42
Lampiran 1. (Lanjutan)
43
Lampiran 1. (Lanjutan)
44
Lampiran 1. (Lanjutan)
45
Lampiran 1. (Lanjutan)
46
Lampiran 1. (Lanjutan)
47
Lampiran 1. (Lanjutan)
48
Lampiran 1. (Lanjutan)
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
50
Lampiran 1. (Lanjutan)
51
Lampiran 1. (Lanjutan)
52
Lampiran 1. (Lanjutan)
53
Lampiran 1. (Lanjutan)
54
Lampiran 1. (Lanjutan)
55
Lampiran 1. (Lanjutan)
56
Lampiran 1. (Lanjutan)
57
Lampiran 1. (Lanjutan)
58
Lampiran 1. (Lanjutan)
59
Lampiran 1. (Lanjutan)
60
Lampiran 1. (Lanjutan)
61
Lampiran 1. (Lanjutan)
62
Lampiran 1. (Lanjutan)
63
Lampiran 1. (Lanjutan)
64
Lampiran 1. (Lanjutan)
65
Lampiran 1. (Lanjutan)
66
Lampiran 1. (Lanjutan)
67
sebanyak 0,3000 g kegelas piala 100 mL, kemudian dilarutkan kelabu takar
1000 mL. Larutan tersebut ditera dengan akuades dan dihomogenkan.
Metode Wijs dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri Commented [ym127]: Jarak antara judul lampiran ke
table seharusnya 2 spasi
Bobot Minyak Volume Volume BilanganIod
Normalitas
No. goreng sawit Penitar Blangko (g I2/100 g
merk A (g) (mL) (mL) Na2S2O3(N) minyak)
1 0,4992 21,94 45,34 0,1016 60,44
2 0,5158 21,16 45,34 0,1016 60,44
3 0,5072 21,64 45,34 0,1016 60,25
4 0,5070 21,64 45,34 0,1016 60,27
5 0,4840 22,75 45,34 0,1016 60,18
6 0,5183 21,11 45,34 0,1016 60,27
7 0,5160 21,15 45,34 0,1016 60,44
Rata-rata 60,33
SB 0,11
%SBR 0,18
%CV Horwitz 2,16
%2/3 CV Horwitz 1,44
Keterangan:
Vblk : Volume larutan Na2S2O30,1 N untuk blangko (mL)
Rata-rata (
= 60,33 (g iod/100g minyak)
69 Commented [ym129]: Seharusnya jenis tulisan nya times
new roman dengan ukuran 12, agar konsisten
Lampiran 3. (Lanjutan) Commented [ym130]: Jarak antara judul lampiran ke
isinya seharusnya 2 spasi
Simpangan baku (s) =
Metode Wijs dalam Minyak Goreng Sawit Merk A Secara Iodometri Commented [ym131]: Jarak antara judul lampiran ke
table seharusnya 2 spasi
Kode Lab Pengulangan 1 Pengulangan 2 Rata-rata
(g iod/100 g (g iod/100 g (g iod/100 g
minyak) minyak) minyak)
I. Uji Grubbs
1 60,33
3 60,43
2 60,78
Hasil
Kode Lab (g iod/100 g G1hit ung G1t abel Kesimpulan
minyak)
N 3
60,51
X
SB 0,24
71
Lampiran 4. (Lanjutan)
Commented [ym132]: Jarak antara judul lampiran ke
Contoh perhitungan uji Grubbs untuk data kode lab 1(n=3) isinya seharusnya 2 spasi
Ghitung
0,24
5. 0,78
Keterangan:
2. : rata-rata hasil
SB : simpangan baku
Tabel Nilai Kritis untuk Uji Grubbs 1 pada Tingkat Kepercayaan 95%
Hasil
Bilangan iod
Kode Lab Z-Score Simpulan
(g iod/100 g
minyak)
N 3
AlgA-mean 60,51
AlgA-Std 0,27
SB 0,24
4. -0,78
73
Lampiran5. Data dan Contoh Perhitungan Ketegaran Metode (Robustness) Commented [ym134]: Jarak antara judul lampiran ke
tabel seharusnya 2 spasi
Penambahan Tanpa penambahan
magnesium asetat 5% magnesium asetat 5%
10 mL 10 mL
Ulangan
Bilangan Iod (g Bilangan Iod (g
iod/100g lemak) iod/100g lemak)
1 60,44 60,56
2 60,44 60,55
3 60,25 60,39
4 60,27 60,17
5 60,18 60,47
6 60,27 60,48
7 60,44 60,41
SB 0,11 0,13
Ft abel 5,82
tt abel 2,18
74
Fhitung
= 1,44
thitung
=1,68
Dengan s
= 0,12
Dengan selang kepercayaan 95%, maka:
ttabel (α/2;db)(0,025; 12) = 2,18
75
Lampiran 6. Diagram Alir Estimasi Ketidakpastian Penetapan Bilangan Iod dalam Minyak Goreng
Sawit Secara Iodometri Commented [ym137]: Jarak antara judul lampiran ke
isinya seharusnya 2 spasi
a. Penetapan Bilangan Iod b. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
Penetapan Bilangan
Iod (Bil. Iod)
Keterangan :
Diagram Fishbone
85
Lampiran 7. (Lanjutan)
Sumber Ketidakpastian
Satuan
Simbol Sumber Nilai
g iod/100 g
Presisi Presisi metode 60,33
minyak
Lampiran 7. (Lanjutan)
µ ET = (TIPE B)
mL
µ VT1 = ( µ kal ) 2 + ( µ ET ) 2
= 0,0116 mL
(TIPE B)
mL
µ VT2 = ( µ kal ) 2 + ( µ ET ) 2
= 0,0225 mL
Lampiran 7. (Lanjutan)
µ kal = mL (TIPE B) µ ET =
(TIPE B)
mL
µ VT3 = ( µ kal ) 2 + ( µ ET ) 2
= 0,0116 mL
Makaµ BM Iodin
= 3,46 x 10-5mg/mgrek
Lampiran 7. (Lanjutan)
i. Ketidakpastian Baku Gabungan Penetapan Bilangan Iod (µc)
Ketidakpastian
No. Sumber Nilai (x) Satuan Baku (μ) Ketidakpastia (μ/x)²
n relatif (μ/x)
Bobot
minyak 3,29x10^-
1 0,5068 g 9,19x10^-05 0,0002
goreng sawit 08
merk A
Bobot 7,17x10^-
2 0,1085 g 9,19x10^-05 0,0008
K2Cr2O7 07
Volume
2,88x10^-
3 titrasi 21,63 mL 0,011620669 0,0005
07
sampel
Volume
2,47x10^-
4 titrasi 45,34 mL 0,02255004 0,0005
07
blangko
Volume
2,87x10^-
5 titrasi 21,80 mL 0,011695146 0,0005
07
standardisasi
6 BE iodin 12,69 mg/mgrek 0,0000346 2,72x10^-06 7,43x10^-
12
7 BE K2Cr2O7 49,0308 0,0014 2,85x10^-05 8,15x10^-
10
mg/mgrek
Presisi g iod/100 3,37x10^-
8 60,33 0,11 0,0018
Metode g minyak 06
Jumlah 4,94x10^-
06
μc = bilangan iod x √(Jumlah) 0,1
U = μc x 2 0,3
= 0,13 g/100 g
89
Lampiran 7. (Lanjutan)
Keterangan:
C = nilai
µc = nilai ketidakpastian
90
Lampiran 7. (Lanjutan)
j. Nilai Ketidakpastian Diperluas
Nilai ketidakpastian diperluas dengan tingkat kepercayaan 95% (k = 2)
U = µ bilangan iod x 2
= 0,13 g iod/100 g minyak x 2
= 0,26 g iod/100 g minyak = 0,30 g iod/100 g minyak
Sumber Ketidakpastian
Lampiran 7. (Lanjutan)
c. Ketidakpastian Baku Asal Volume Titrasi Sampel (µ VT1)
Lampiran 7. (Lanjutan)
79
Lampiran 7. (Lanjutan)
Vol . Na ₂S₂O₃ x Variasi suhu x Koef . muai air
µ ET = (TIPE B)
3
0,0116 mL
µ kal = Qu
= 0,01
= 0,005 mL (TIPE B)
k 2
0,0225 mL
µ kal = Qu
= 0,01
= 0,005 mL (TIPE B)
k 2
(TIPE B)
3
Lampiran 7. (Lanjutan)
80
Lampiran 7. (Lanjutan)
µ VT3 = (µ kal)2 + (µ ET)2
= (0,005 mL)2 + (0,0105mL)2
= 0,0116 mL
= 3,46 x 10-5mg/mgrek
= 0,0014 mg/mgrek
h. Ketidakpastian Baku AsalPresisi (µ PM)
Ketidakpastian Baku asal presisi metode sama dengan simpangan baku pada uji
presisi yaitu 0,11 g iod/100 g minyak
94
Lampiran 7. (Lanjutan)
81
Lampiran 7. (Lanjutan)
Lampiran 7. (Lanjutan)
45,34 21,80 12 ,69 mg 49 ,0308
mL mL /mgrek mg/mgrek
= 0,13 g/100 g
Keterangan:
C = nilai
µc = nilai ketidakpastian
96
Lampiran 7. (Lanjutan)
82
Bilangan iod dalam minyak goreng sawit merk A adalah 60,33 g iod/100 g minyak
dengan nilai ketidakpastian ± 0,30 g iod/100 g minyak. Pengolahan data
ketidakpastian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
97
Lampiran 7. (Lanjutan)
98
Lampiran 7. (Lanjutan)
99
Lampiran 7. (Lanjutan)
100
Lampiran 7. (Lanjutan)