Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

REVOLUSI MENTAL

A. Pengantar Revolusi Mental

Pendidikan Memiliki peran penting dalam pembentukan pribadi manusia.


Amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional sesuai pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandarin, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Karakter bangsa merupakan indikasi penting kualitas pembangunan
SDM, karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas karakter bangsa.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk ditanamkan sejak dini serta
berkesinambungan dan berkelanjutan. Amanah Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bukan hanya membentuk insan
Indonesia yang cerdas, namun juga berkarakter dan memiliki kepribadian,
dengan tujuan untuk membentuk generasi yang tumbuh berkembang dengan
karakter yang sesuai dengan nilai luhur bangsa dan agama masing-masing. Oleh
karena itu, tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya adalah melahirkan insan
yang cerdas dan berkarakter.
Perilaku pelajar dan mahasiswa indonesia seperti tawuran antar
pelajar/antar mahasiswa, tawuran antar kampus, perilaku seks bebas,
penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, budaya tak tahu malu, tata
karma, sopan santun dan norma yang semakin merosot tidak hanya daerah di
perkotaan tapi sudah merambah ke pedesaan. Atribut sekolah tampaknya
belum mampu membuat anak didik betul-betul terpelajar dan
memperhatikan etika dalam berperilaku. Disinilah peran dan fungsi
pendidikan bagi masyarakat mulai dipertanyakan keberadaanya.
Jika kita tlihat secara empiris sampai detik ini sistem pendidikan di
indonesia masih memandang bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar dan
mendapatkan kepintaran. Masyarakat masih memandang bahwa nilai angka
yang tinggi adalah hasil yang sangat penting untuk dikejar dalam proses
pendidikannya. Tetapi pada dasarnya sekolah atau lembaga pendidikan
bukan hanya sekedar tempat transfer of knowledge saja. Sekolah merupakan
lembaga yang upaya dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai
(value oriented enterprise). Selama ini masyarakat memandang bahwa
pendidikan sebagai lahan untuk mendapatkan kepintaran, nilai ujian berupa
angka yang tinggi, dan perolehan selembar ijazah. Bergesernya prespektif
masyarakat akan peran dan fungsi pendidikan yang telah ada saat ini akan
berimplikasi terhadap mutu lulusan atau output dari pendidikan.
Saat ini dapat kita saksikan bahwa banyak orang memiliki tingkat
pendidikan tinggi tidak mencerminkan perilaku yang seimbang atau bahkan
sangat jauh dengan gambaran perilaku yang digadang-gadang pasti dimiliki
oleh orang yang berpendidikan tinggi. Perilaku insan-insan yang cerdas
secara intelektual, melainkan insan yang anggun secara moral, beradab dan
bermartabat dan insan yang berkarakter.
Lalu muncul pertanyaan, dimulai darimanakah perubahan kondisi
seperti saat seperti ini. Revolusi seperti apakah yang harus dipikirkan dan
diterapkan. Jawabannya akan kita kembalikan lagi pada pendidikan kita.
Perubahan yang paling mendasar harus dimulai dari pandangan akan
pendidikan dan segala sistem yang mengikatnya. Perubahan yang tidak hanya
perubahan sistem tetapi perubahan pandangan dan keyakinan yang harus
dilakukan secara serempak, konsisten, komitmen dan berkelanjutan. Namun
bagaimana caranya? Bagaimana kita membangun kesadaran semua
stakeholder pendidikan ini untuk dapat mengembalikan esensi pendidikan
dalam menegakkan karakter berbasis etika dan moral?
Revolusi Mental berasal dari dua suku kata, yaitu ‘revolusi dan
mental’. Arti kata Revolusi adalah sebuah perubahan yang dilakukan dengan
cepat dan biasanya menuju kearah lebih baik. Berbeda dengan kata evolusi,
perubahannya berlangsung lambat. Sedangkan mental
Revolusi sebagai semangat perubahan, sebenarnya bisa dijumpai dan
telah terjadi hampir pada semua di belahan dunia, adanya revolusi politik
karena ada gejolak pada sistem pemerintahan (negara), revolusi akibat
imprealisme serta revolusi sosial, bahkan revolusi Agama. Pada revolusi
industri yang diperkenalkan di Inggris sekitar tahun 1760 dan di sebagian
Eropa merupakan perubahan secara revolusioner (cepat) di sektor ekonomi
dari cara tradisonal menuju industrilisasi.
B. Revolusi Mental dalam pendidikan
Salah satu gagasan yang cukup menarik dari presiden terpilih Joko
Widodo pada saat melakukan kampanye calon presiden 2014 adalah akan
dilakukannya Revolusi Mental jika beliau terpilih. Walaupun sebenarnya
bukan gagasan baru. Karena Presiden Sukarno juga pernah menyampaikan
gagasan yang sama pada pidato peringatan hari ulang tahun kemerdekaan
Republik Indonesia ke-11 tahun 1956.
Gaung dan semangat revolusi sudah ada sejak dulu, sejak Bung Karno
(pemimpin tertinggi revolusi) menanamkan revolusi untuk merebut dan
mempertahankan kemerdekaan. Kesuksesan awal dari revolusi di Indonesia
adalah tercapainya kemerdekaan dan perlawanan dalam mengusir
penjajahan. Esensi dari revolusi mental ala Bung Karno ini adalah perubahan
mindset atau cara berpikir, cara kerja berjuang, dan cara hidup agar selaras
dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi nasional. Ini adalah satu
gerakan untuk menjadikan manusia Indonesia agar menjadi manusia baru,
bmemiliki keinginan yang kuat sekuat baja, bersemangat elang-rajawali,
berjiwa api yang mengelora.
Lalu, bagaimana dengan revolusi mental yang saat ini digaungkan oleh
Presiden dan jajaran Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo? Gagasan revolusi
mental telah membuat menjadi harapan baru sebagian banyak orang.
Revolusi mental dibutuhkan untuk membumihanguskan mentalitas, pola
piker (mindset), dan segala bentuk praktik buruk yang sudah menakar dalam
diri dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia
melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan proses reformasi
yang sudah berjalan. Tetapi, dengan mencanangkan revolusi mental untuk
menciptakan paradigma baru, budaya pendidikan, dan pendekatan education
building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya kebangsan,
bersahaja, yang berkelanjutan dan berkesinambungan
di tengah krisis yang mendera mental kultural bangsa berupa korupsi,
SARA, individualisme, isu kesenjangan, krisis sosial lain, seperti hilangnya
karakter dan lunturnya nilai gotong royong, revolusi mental sangat perlu
dihidupkan kembali sebagai suatu terobosan menjawab segala krisis
karakter bangsa, dan menuntut respond an keteladanan para pemimpin
bangsa.
Penegakan kembali pendidikan karakter secara holistic dan integral
sangatlah mendesak untuk dilakukan. Mengingat bahwa pendidikan
merupakan pilar pembangunan bangsa, bersamaan dengan ekonomi,
pendidikan merupakan salah satu indikator bagi negara untuk menentukan
indeks perkembangannya. Pembangunan karakter merupakan upaya
perwujudan amanat pancasila dan pembukaan Undand-undang Dasar 1945.
Pembinaan karate harus terus menerus dilakukan secara integral dari semua
lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan amsayarakat.
Perubahan mendasar yang perlu segera dilakukan dalam menegakkan
kembali pendidikan karakter bagi bangsa ini adalah memperluas paradigma
masyarakat terkait dengan pendidikan. Saatnya bangsa kita melakukan
tindakan korektif, dengan tidak menghentikan proses reformasi yang sudah
berjalan saat ini, namun dengan mencanangkan revolusi mental,
Revolusi Mental merupakan gerakan nasional untuk mengubah cara
pandang, mindset atau pola pikir, sikap, nilai-nilai, dan perilaku bangsa
Indonesia untuk mewujudkan indonesia yang berdaulat, memiliki
kemandirian dan berkepribadian. Revolusi Mental bertumpu pada tiga nilai-
nilai dasar : Integritas, Etos kerja dan Gotong Royong

Gambar
Nilai-nilai Dasar Revolusi Mental

Revolusi mental harus dimulai dari lembaga pendidikan, hal ini


mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam pembentukan mental
anak bangsa. Pembentukan dan penanaman karakter bangsa dapat
diwujudkan dalam ranak pendidikan.
Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan
asassi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang berakarakter dan
jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara dielogis pembangunan karakter
merupakan dalam upaya untuk mewujudkan ideology pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan secara normatif, pembangunan
karakter bangsa merupakan wujud nyata langka dalam mencapai tujuan
bangsa.
Oleh sebab itu, lembaga pendidikan, selain menerapkan dan
melaksanakan pendidikan yang efektif dan efisen, tetapi juga melaksanakan
pengelolaan dan peningkatan kualitas lulusan, terutama yang berkorelasi
dengan pendidikan karakter yang efektif dilembaga pendidikan sehingga
implementasi internalisasi pendidikan karakter dapat maksimal.
Mutu atau kualitas lulusan yang dimaksud adalah kualitas nilai moral
yang tinggi (high moral values) sebagaimana diungkapkan Edward Sallis:
“….Outstanding teacher, high moral Value, excellent examination
result, the support parents, business and local community, plentiful
resources, the application of the lates technology, strong and
purposeful leadership, the care and concern for pupils and student a
well-balanced and challenging curriculum. ( penentu mutu adalah
guru yang berprestasi, nilai-nilai moral yang tinggi, hasil pemeriksaan
yang baik, dukungan orang tua, bisnis dan masayarakat setempat,
sumber daya yang berlimpah, penerapan teknologi baru,
kepemimpinan yang kuat dan memiliki tujuan, perhataian pada siswa,
kurikulum yang seimbang dan menantang)

Berdasarkan definisi diatas, salah satu titik mutu adalah nilai moral
yang tinggi dan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusannya bermanfaat sesuai
dengan harapan dan dapat diandalkan di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai