Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYAKIT GBS

DISUSUN OLEH :
SARTIKA YULANDARI
IB

PRODI S1 KEPERAWATAN PROGRAM A


STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU
T.A 2013/2014
DAFTAR ISI

Kata penghantar ……………………………………………………………………………….


Daftar isi ……………………………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah ………………………………………………………….
B. Rumusan masalah …………………………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………………………….
BAB II Pembahasan
A. Teori ……………………………………………………………………………..
B. Pengertian ……………………………………………………………………………
C. Penyebab ……………………………………………………………………………
D. Fakta …………………………………………………………………………….
E. Perawatan …………………………………………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul Penyakit GBS (Guillain Bare’ Syndrom)

Makalah ini berisikan tentang pengertian penyakit GBS atau yang lebih khususnya
membahas penyebab, fakta, serta perawatannya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang penyakit GBS ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, April 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah


Guillain Bare’ Syndrom ( SGB/GBS) Adalah syndrom klinis yang ditunjukkan oleh awutan
akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup
demielinasi dan degenasi selaput myelin dari saratf perifer dan kranial. Etiologinya tidak
diketahui, tetapi respon alergi atau respon auto imun sangat mungkin sekali. Beberapa peneliti
berkeyakinan bahwa syindrom tersebut menpunyai asal virus, tetapi tidak ada virus yang dapat
diisolasi sampai sejauh ini. Guillain Bare’ tyerjadi dengan frekwensi yang sama pada kedua jenis
kelamin dan pada semua ras. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun,
tetapi mungkin bisa berkembang pada setiap golongan usia. Sekitar setengah dari korban
mempunyai penyalit febris ringan 2 sampai 3 minggu sebelum awitan, infeksi febris biasanya
berasal dari pernapasan atau gastrointestinal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menarik beberapa masalah yaitu:

1. Apa itu Penyakit GBS ?


2. Bagaimana penyakit GBS bisa terjangkit ?
3. Bagaimana cara penyembuhannya ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam pembuatan makalah ini saya bertujuan untuk menyelesaikan tugas kuliah saya
tentang Guillain-Barre Syndrome ( GBS ) yang mana bisa membuat kami mengerti tentang
macam,pengertian dan cara penganan pada penyakit ini kalau nanti menemukannya di daerah
dimana kami praktek ataupun sudah kerja nanti.
2. Tujuan Khusus
 Dapat memahami proses penyakit ini menyebar kedalam tubuh
 Dapat mengetahui organ – organ yang diserang
 Dapat mengetahui komplikasi penyakit yang disebabkan oleh syndrome ini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori
Pada tahun 1859, seorang neurolog Perancis, Jean-Baptiste Landry pertama kali menulis
tentang penyakit ini, sedangkan istilah landry ascending paralysis diperkenalkan oleh Westphal.
Osler menyatakan terdapatnya hubungan SGB dengan kejadian infeksi akut. Pada tahun 1916,
Guillain, Barre dan Strohl menjelaskan tentang adanya perubahan khas berupa peninggian
protein cairan serebrospinal (CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. Keadaan ini disebut
sebagai disosiasi sitoalbuminik. Nama SGB dipopulerkan oleh Draganescu dan Claudian.
Menurut Lambert dan Murder mengatakan bahwa untuk menegakkan diagnosa SGB selain
berdasarkan gejala klinis,pemeriksaan CSS, juga adanya kelainan pada pemeriksaan EMG dapat
membantu menegakkan diagnosa. Terdapat perlambatan kecepatan hantar saraf pada EMG.

Perjalanan penyakit GBS ada 3 fase :


1. Fase progresif.
Umumnya berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai gejala menetap,
dikenal sebagai ‘titik nadir’. Pada fase ini akan timbul nyeri, kelemahan progresif dan gangguan
sensorik; derajat keparahan gejala bervariasi tergantung seberapa berat serangan pada penderita.
Kasus GBS yang ringan mencapai nadir klinis pada waktu yang sama dengan GBS yang lebih
berat. Terapi secepatnya akan mempersingkat transisi menuju fase penyembuhan, dan
mengurangi resiko kerusakan fisik yang permanen. Terapi berfokus pada pengurangan nyeri
serta gejala.

2. Fase plateau.
Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil, dimana tidak didapati baik
perburukan ataupun perbaikan gejala. Serangan telah berhenti, namun derajat kelemahan tetap
ada sampai dimulai fase penyembuhan. Terapi ditujukan terutama dalam memperbaiki fungsi
yang hilang atau mempertahankan fungsi yang masih ada. Perlu dilakukan monitoring tekanan
darah, irama jantung, pernafasan, nutrisi, keseimbangan cairan, serta status generalis.
Imunoterapi dapat dimulai di fase ini. Penderita umumnya sangat lemah dan membutuhkan
istirahat, perawatan khusus, serta fisioterapi. Pada pasien biasanya didapati nyeri hebat akibat
saraf yang meradang serta kekakuan otot dan sendi; namun nyeri ini akan hilang begitu proses
penyembuhan dimulai. Lama fase ini tidak dapat diprediksikan; beberapa pasien langsung
mencapai fase penyembuhan setelah fase infeksi, sementara pasien lain mungkin bertahan di fase
plateau selama beberapa bulan, sebelum dimulainya fase penyembuhan.

3. Fase penyembuhan
Akhirnya, fase penyembuhan yang ditunggu terjadi, dengan perbaikan dan penyembuhan
spontan. Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang menghancurkan myelin, dan gejala
berangsur-angsur menghilang, penyembuhan saraf mulai terjadi. Terapi pada fase ini ditujukan
terutama pada terapi fisik, untuk membentuk otot pasien dan mendapatkan kekuatan dan
pergerakan otot yang normal, serta mengajarkan penderita untuk menggunakan otot-ototnya
secara optimal. Kadang masih didapati nyeri, yang berasal dari sel-sel saraf yang beregenerasi.
Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat muncul relaps. Kebanyakan penderita mampu bekerja
kembali dalam 3-6 bulan, namun pasien lainnya tetap menunjukkan gejala ringan samapi waktu
yang lama setelah penyembuhan. Derajat penyembuhan tergantung dari derajat kerusakan saraf
yang terjadi pada fase infeksi.

B. Pengertian
GBS adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan
yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. GBS
mengambil nama dari dua ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan Barré (baca Barre) yang
menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian
sembuh setelah menerima perawatan medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40.000 orang tiap
tahunnya. Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa, jarang
ditemukan pada manula, lebih sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit turunan, tidak
dapat menular lewat kelahiran, terinfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS.
Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.

Suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai
3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang
ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

Pengertian GBS (Guillain Bare’ Syndrom) menurut beberapa ahli :


1. Guillain Bare’ Syndrom ( SGB/GBS) Adalah syndrom klinis yang ditunjukkan oleh
awitan akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses
penyakit mencakup demielinasi dan degenasi selaput myelin dari saraf perifer dan
kranial yang Etiologinya tidak diketahui. ( Hudak & Gallo: 287)
2. Guillain Bare’ Syndrom adalah Gangguan degeneratif terkomplikasi yang sifatnya
dapat akut atau kronis. Etiologi belum jelas, meskipun gangguan ini mempunyai
kaitan dengan mekanisme autoimun sel dan humoral beberapa hari sampai 3 minggu
setelah infeksi saluaran pernapasan atas ringan. (Lynda Juall C: 298)
3. Guillain Bare’ Syndrom adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang
memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi
biasanya paralisis sementara. ( Doenges:369)

C. Penyebab
Penyebab penyakit GBS adalah kelainan autoimun.Kondisi yang khas adalah adanya
kelumpuhan yang simetris secara cepat yang terjadi pada ekstremitas yang pada banyak kasus
sering disebabkan oleh infeksi viral. Penyebab penyakit GBS yang pasti sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi viral. Virus yang paling
sering menyebabkan penyakit ini adalah Cytomegalovirus (CMV), HIV, Measles dan Herpes
Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab bakteri paling sering oleh Campylobacter jejuni.
Lebih dari 60% kasus mempunyai faktor predisposisi antara satu sampai beberapa minggu
sebelum onset, antara lain :

 Peradangan saluran napas bagian atas


 Vaksinasi
 Diare
 Kelelahan
 Peradangan masa nifas
 Tindakan bedah
 Demam yang tidak terlalu tinggi
 Infeksi
 Pembedahan
 Penyakit sistematik:
 Keganasan
 Systemic lupus erythematosus
 Tiroiditis
 Penyakit addison
 Kehamilan atau dalam masa nifas

SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB
yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum
gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.

D. Fakta
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim. Dowling dkk
mendapatkan frekwensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugur dimana terjadi
peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxun didapatkan bahwa penyakit ini
hampir terjadi pada setiap saat dari setiap bulan dalam setahun, sekalipun demikian tampak
bahwa 60% kasus terjadi antara bulan Juli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan musim
gugur.Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per 100.000
orang pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan penelitian
mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang.Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35
tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah
dilaporkan adalah 3 bulan dan paling tua usia 95 tahun. Laki-laki dan wanita sama jumlahnya.
Dari pengelompokan ras didapatkan bahwa 83% penderita adalah kulit putih, 7% kulit hitam, 5%
Hispanic, 1% Asia dan 4% pada kelompok ras yang tidak spesifik. Data di Indonesia mengenai
gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian Chandra menyebutkan bahwa insidensi
terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II,III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita
laki-laki dan wanita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa
perbandingan laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada
bulan Aprils/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.

E. Perawatan
Terapi Pasien GBS
Diagnosis GBS ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis, pemeriksaan elektrodiagnostik
yang tersedia di beberapa Rumaah Sakit (RS).“RSCM sebagai Pusat rujukan nasional memiliki
sarana yang lengkap dan didukung oleh tenaga ahli dengan kompetensi subspesialis sehingga
berpengalaman dalam menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang komprehensif
terutama untuk kasus-kasus sulit,” kata dr. Diatri, SpS(K), Kepala Departemen Neurologi
RSCM.

Pemulihan, perbaikan dan outcome pasien GBS ditentukan oleh kecepatan dalam
memberikan terapi, sehingga perlu menegakkan diagnosis sedini mungkin. Jenis terapi yang
direkomendasikan saat ini adalah dengan pemberian Intra Vena Imunoglobulin (IvIG) dan
plasmapharesis (pengambilan Antibodi yang merusak dengan jalan penggantian plasma darah).
“Oleh sebab itu, dalam rangka untuk meningkatkan akses kepada pasien GBS perlu adanya
kemudahan akses terhadap obat-obatan untuk pasien GBS dan MG untuk mendapatkan terapi
yang standart. Dukungan infrastruktur pelayanan kesehatan hingga ke daerah-daerah juga sangat
diharapkan sehingga tatalaksana pasien GBS dan MG sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran mutakhir,” pungkas dr.Dharma [mdr]

Pengobatan pasien GBS

Obatnya hanya ada 1 macam yaitu GAMAMUNE (Imuno globuline) yang harganya 4jt – 4,5
jt rupiah /botol biasanya obat ini diinfuskan ke pasien dengan jumlah yang dihitung dari berat
badan, untuk lebih jelasnya tanya ke dokter, contoh kasus yang dialami Bunga dengan berat
badan pada saat sakit 58 kg Bunga menghabiskan obat ini sebanyak 20 botol, (5 botol / hari).

Namun demikian, Anda dapat menggunakan cara alami dengan menggunakan Susu
Kolostrum (dengan kandungan Immunoglobuline G Plus 150mg) yang harganya hanya Rp.
300.000/kotak untuk 10 hari sampai 20 hari.
Perawatan Khusus

Pasien biasanya akan melemah dalam waktu beberapa minggu, maka dari itu perawatan
intensive sangat diperlukan di tahap-tahap dimana GBS mulai terdeteksi. Sesuai dengan tahap
dan tingkat kelumpuihan pasien maka dokter akan menentukan apa pasien memerlukan
perawatan di ruang ICU atau tidak. Sekitar 25% pasien GBS akan mengalami kesulitan di:

 Bernafas
 Kemampuan menelan
 Susah batuk

Dalam kondisi tersebut , biasanya pasien akan diberikan bantuan alat ventilator untuk membantu
pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA

Bahan-bahan dari internet

Anda mungkin juga menyukai