Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI TEORI BUTLER

TUGAS MATA KULIAH


KEBIAJAKAN PARIWISATA
I KETUT BUDHI ARTHA
NIM. 20090150991
ABSEN 19

TAHUN 2019
PENERAPAN TEORI BUTLER PADA DESATINASI WISATA
1. Pendahuluan
Ada banyak tempat wisata yang sangat indah di temukan di Balu. Salah
satunya destinasi wisata Bukit Putung yang merupakan perpaduan antara
keindahan alam perbukitan, perkebunan, persawahan dan laut yang biru
dikejauhan. Bukit Putung terletak di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat,
Kabupaten Karangasem Bali.
Tempat wisata Bukti Putung ini mempunyai keindahan alam yang
mengagumkan dan memukau mata. Keindahan alam disini merupakan
kombinasi antara pegunungan yang hijau dengan laut yang biru dari
kejauhan. Hal ini disebabkan karena destinasi wisata Bukti Putung berada
di daerah pegunungan maka disini terdapat berbagai pohon yang
menghijau, pakis aji, pohon kelapa dan perkebunan salak milik warga
setempat. Tempat ini sangat cocok bagi yang menyukai suasana tenang dan
damai apalagi hawa udara ditempat ini sangat sejuk.
Dari tempat wisata ini dapat dilihat keindahan alam di Kecamatan Manggis
seperti keindahan laut dan garis pantai dengan dermaga, perahu tradisional
nelayan Bali sedang berlayar menangkap ikan, dan petak-petak sawah milik
penduduk di kecamatan Manggis. Selain itu, terlihat juga gugusan pulau
Nusa Penida yang berada ditengah lautan Indonesia. Dengan suasana
seperti itu tentunya kana membuat wisatawan berlama-lama menikmati
panorama Bukit Putung ini.
Tourism Area Life Cycle adalah siklus hidup suatu pariwisata di daerah
tertentu. Bila diartikan secara perkata Tourism memiliki arti pariwisata,
area memiliki arti wilayah, life dan cycle merupakan suatu kesatuan kata
yang dapat diartikan sebagai lingkaran atu siklus hidup.
TALC merupakan suatu konsep yang diterapkan atau digunakan dalam
pengembangan suatu daerah wisata. Kerangka ini merupakan konsep yang
diterapkan atau digunakan dalam pengembangan suatu daerah wisata.
Kerangka ini merupakan sebuah alur natural akan tetapi baru diteliti pada
awal 1980 oleh Butler. Meskipun pada awalnya sudah ada penelitian tentang
hal ini. TALC memberikan dampak besar bagi kehidupan pariwisata,
perkembangan industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh TALC. Teori ini
akan dipergunakan untuk mengidentifikasi level siklus hidup area wisata
yang sedang dialami oleh destinasi wisata Bukit Putung dusun Putung, Desa
Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali.

2. Implementasi Teori Butler (TALC) pada Destinasi wisata Bukit Putung


Tourism Area Life Cycle (TALC) diperkenalkan oleh Butler pada tahun 1980.
Menurut Butler (1980) sebuah area wisata pasti akan mengalami sebuah
siklus kehisupan area wisata yang terdiri dari empat bagian yaitu Discovery,
Local Control, Institutionalism dan Stagnation, Rejuvenation or Decline.
Namun, lebih lengkapnya TALC ini dibagi menjadi tujuh tahapan yang di
implementasikan pada destinasi wisata Bukit Putung, antara lain :
1. Tahap Eksplorasi (Exsploration).
Bukti putung pertama kali dirintis oleh I Gusti Lanang Rai BA yang
merupakan Camat Selat periode 1973-1978, dengan melihat keindahan
panorama yang dimiliki akan menjadikan Bukit Putung menjadi destinasi
wisata alam yang menarik banyak wisatawan yang disebabkan karena
Bukit Putung ini menyuguhkan keindahan alam dengan nuansa
perbukitan yang tenang dan asri dan seorang pelukis berkebangsaan
Italia bernama Christiano menuangkan keindahan panorama Bukit
Putung ke dalam lukisannya.

2. Keterlibatan (Involvement).
Christiano seorang pelukis yang menetap disana Bukit Putung
mengekksplor Bukit putung lewat lukisan yang menyebabkan Bukit
Putung menjadi semakin terkenal. Pemerintah kecamatan mulai merintis
dengan mendirikan bangunan tempat bersantai, bungalow dan restoran
untuk menambah kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Dan
merupakan destinasi lokal favorit yang dikunjungi oleh wisatawan
domestik saat liburan sekolah.

3. Pengembangan (Development)
Seiring dengan semakin terkenalnya daya tarik wisata Bukit Putung
menyebabkan pelonjakan jumlah wisatawan yang berkunjung, dan
menjadikan Bukit Putung menjadi Ikon Wisata Alam di Karangasem pada
Tahun 1980-an. Untuk mengembangkan destinasi wisata Bukit Putung
Pihak Pemerintah Kabupaten Karangasem mencoba mengundang
beberapa investor dalam upaya pengembangan destinasi wisata.
Pemerintah Kabupaten Karangasem juga membentuk kelompok-
kelompok pariwisata yang nantinya berfungsi sebagai media promosi
untuk meningkatkan minat investor dan memilih Bukit Putung sebagai
tujuan investasinya.

4. Konsolidasi (Consolidation)
Pemerintah Kabupaten Karangasem sudah melakukan investasi
pembangunan dan berupaya mengundang beberapa investor dalam
pengembangan destinasi wisata menyebabkan peran pemerintah desa
setempat berkurang karena sudah menjadi tanggung jawab kabupaten
dalam mengembangkan destisasi tersebut. Dengan keberadaan Bukit
Putung menjadi destinasi favorit dan menjadi ikon wisata alam di tahun
1980-an, menyebabkan banyak destinasi wisata alam yang baru yang
menjadi pesaing Bukit Putung tujuan destinasi wisatawan.
5. Stagnasi (Stagnation)
Keberadaan Bukit Putung sebagai salah satu destinasi wisata alam
dengan semakin banyak pengunjung mengalami fase stagnan disaat tidak
adanya investor yang masuk dalam pengembangan Bukit Putung.
Pemerintah Kabupaten Karangasem dengan keterbatasan anggaran yang
dimiliki jelas tidak mempunyai kemampuan dalam pengembangan
destinasi wisata ini, karena dengan munculnya persaingan dengan
munculnya destinasi wisata alam yang baru menyebabkan inovasi dan
terobosan diperlukan dalam pengembangan agar Bukit Putung.

6. Tahap Penurunan (Decline)


Tidak adanya pengembangan dan kurangnya minat investor
menyebabkan keberadaan destinasi ini mengalami penurunan yang
signifikan, selain itu mulai beralih fungsinya, hal ini disebabkan karena
tidak adanya pengembangan yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam
melakukan pemeliharaan dan perbaikan destinasi tersebut yang
mengakibatkan turunnya kunjungan wisatawan ke Bukit Putung.

7. Peremajaan (Rejuvenation)
Pemerintah Kabupaten Karangasem sudah melakukan beberapa upaya
dalam membangkitkan destinasi wisata Bukit Putung agar kembali
menjadi destinasi yang menarik minat wisatawan. Salah satunya adalah
dengan melakukan inovasi-inovasi diantaranya memusatkan kegiatan-
kegiatan pemda di Bukit Putung. Hal ini dilaksanakan adalah untuk
mengembalikan eksistensi daya tarik wisata yang sempat tidak terurus
dengan baik. Membangkitkan serta memperbaiki daya tarik wisata di
Kabupaten Karangasem agar sesuai dengan tujuan dari Pemerintah
Karangasem untuk mewujudkan “Karangasem The Spirit Of Bali.
Selain itu Pemerintah Kabupaten Karangasem sudah mengumumkan dan
membuka tender untuk pengelolaan daya tarik wisata Bukit Putung
dengan mitra kerja sama, dimana pemerintah menyediakan lahan dan
pihak swasta membangun fasilitasnya, yang nantinya akan menimbulkan
multiplayer effect baik bagi pemerintah daerah, pihak swasta dan
tentunya bagi masyarakat yang ada di sekita daya tarik wisata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai