18081646
R33F
Dari beberapa artikel yang saya baca mengenai, mungkin termasuk dalam sejarah
metode penanganan gangguan jiwa di indonesia, saya mendapatkan sebuah
penjelasan bahwa Pengobatan tradisional dan alternatif di Indonesia lebih
mendekati unsur-unsur asli budaya Melayu (proto-Malay) yang akhirnya
dipengaruhi oleh agama Hindu, Muslim, beberapa aspek dari budaya Cina, dan
Kristen. Unsur-unsur semua tadi merupakan gabungan dan diserap oleh strata
budaya Indonesia. Bedasarkan kenyataan saat itu, terapi pelayanan kesehatan
penderita gangguan jiwa di Indonesia belum optimal, dan pada saat itu Indonesia
adalah salah satu negara di dunia yang memiliki rasio terendah psikiater.
Dikarenakan kualitas pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit juga belum optimal
dan ideal di Indonesia sehingga masyarakat saat itu, yang memiliki keluarga
cenderung membawa penderita gangguan jiwa ke dukun, pemimpin agama, atau
yang terkait dengan jenis lain dari pengobatan tradisional dan alternatif.
Kemungkinan juga ada faktor yang mempengaruhi seperti keluarga dengan
ekonomi menengah kebawah yang kesulitan untuk kepelayanan kesehatan dan
lebih memilih untuk berkonsultasi pada berbagai pengobatan alternatif seperti
dukun dan ahli agama. Banyak warga yang beragama islam di Indonesia
menganggap kiyai memiliki peringkat lebih tinggi dari ustadz karena kiyai yang
menjalankan pesantren sendiri dan kadang memiliki kemampuan mistis. Selain
itu, pendeta agama kristen juga yang di percaya dapat menyembuhkan keluhan
gangguan jiwa yang dipersepsi sebagai kerasukan
Yang menjadi topik penting ialah di Indonesia, banyak masyarakat yang masih
percaya pada hal-hal supranatural dan kerasukan seperti setan, hantu, roh dan
sihir sehingga penderita gangguan jiwa sering dibawa ke pengobatan alternatif,
orang pintar atau dukun. Pengobatan ini adalah pilihan pertama pasien jiwa dan
keluarga mereka.
Pendapat saya tentang masalah ini, di karena kan masyarakat Indonesia itu masih
kental dengan budaya leluhur dan masih ada yang percaya dengan hal-hal
spiritual maka pada saat ini masih ada di berbagai tempat masyarakat Indonesia
yang berpersepsi bahwa gangguan jiwa itu kerasukan dan demikian jika ada
kasus seperti itu di bawa ke orang pintar.
Kesimpulan yang saya dapatkan ialah Masih banyak penderita gangguan jiwa
berat yang tidak mendapat penanganan secara medis, disebabkan oleh faktor-
faktor seperti kekurangan biaya, rendahnya pengetahuan keluarga dan
masyarakat sekitar tentang gejala gangguan jiwa ringan maupun berat, dan
sebagainya. Sehingga masih banyak penderita gangguan jiwa yang dipasung
oleh anggota keluarganya, agar tidak mencederai dirinya dan/atau menyakiti
orang lain di sekitarnya.