Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Kata “LOGIKA” mengacu pada suatu metode atau cara yang sistematis dalam
berpikir (reasoning), dan terdapat dua sistem khusus yaitu : suatu metode dasar yang
disebut dengan Kalkulus Proposisi (Propositional Calculus) dan suatu bentuk yang
lebih lanjut yang disebut dengan Kalkulus Predikat (Predicate Calculus).
Kalkulus adalah seperangkat aturan-aturan untuk mengkalkulasi dengan
menggunakan simbol-simbol. Misalnya Kalkulus Diferensial, yang mempunyai
aturan untuk mengkalkulasi kelandaian suatu kurva dengan memanipulasi ekspresi
aljabar. Kalkulus Proposisi pun mempunyai seperangkat aturan-aturan dimana
digunakan untuk menentukan benar atau salahnya suatu kombinasi-kombinasi dari
proposisi-proposisi.
Dengan Kalkulus diharapkan dapat mengurangi tindakan menebak, sehingga
dapat menyelesaikan suatu permasalah dengan suatu jawaban yang dikerjakan
dengan cara sistematis. Diutamakan proposisi-prosisi yang ada kaitannya dengan
pembicaraan sehari-hari sehingga dengan pertolongan kalkulus diharapkan dapat
bekerja dengan pemikiran dasar (basic reasoning).
Dengan dasar kalkulus untuk cara berpikir (reasoning) maka ia (cara berpikir)
dapat dijadikan program dan dilaksanakan oleh komputer, sehingga dengan alasan ini
komputer dapat melakukan kemampuan “berpikir”, walupun secara sederhana. Jika
Kalkulus ini dikembangkan menjadi Kalkulus Predikat maka akan dapat mendasari
pemrogramn dengan Prolog yaitu suatu bahasa pemrograman logika.
Dalam diktat ini dimulai dengan, bagaimana membentuk proposisi logis
dengan menggunakan penghubung (operator) “and”, “or”, “not”, “if-the”,”if-and-
only-if”, dan „if-then-else”. Selanjutnya untuk penghubung “and”, ”or” dan “not” ,
sesuai dengan ungkapan numerik (ilmu hitung) biasa, digunakan untuk membentuk
proposisi majemuk atau kalimat dengan cara mengkombinasi kan proposisi-
proposisi, yang selanjutnya dapat dievaluasi atau disederhana kan, atau diselesaikan
menjadi bentuk yang lebih sederhana- dengan menggu nakan Aljabar Boole.
Himpunan dan relasinya serta penyajiannya juga dibi carakan beserta aplikasi
sederhananya.

1
2. Logika Proposisi Lanjut

Apakah p q q ?
Untuk dapat menjawabnya, dibuat table kebenaran dari kedua implikasi tersebut.
Jika kita perhatikan,

Tabel 1 Nilai kebenaran p q dan q


p q p q q
B B B B
B S S B
S B B S
S S B B

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p → q = q → p.

Contoh 1:

Jika Microsoft Word maka Windows system operasinya adalah implikasi yang benar,
berdasarkan implikasi di atas maka:

Konversennya : jika windows system operasinya maka microsoft word aplikatifnya.

Inversenya : Jika bukan Microsoft word maka buka windows system operasinya.

Kontraposisipnya : Jika bukan windows system operasinya maka bukan Microsoft word
aplikatifnya.

Maka dapat dinotasikan sebagai berikut:

Implikasi : p→q

Konvers : q→p

Invers :~p →~q

Kontraposisi : ~ q → ~ p

2
Table 2: kebenaran:

p Q ~p ~q p→q ~q → ~p q→p ~p → ~q
B B S S B B B B
B S S B S S B B
S B B S B B S S
S S B B B B B B

Setara Setara

Jadi dapat disimpulkan bahwa proposisi yang saling kontra positif mempunyai nilai kebanaran
yang sama (ekuivalen).Bisa juga dinotasikan sebagai berikut:

p→q≡ ~q →~p

q→p ≡ ~p →~q

Contoh 2:

Bukti bahwa:

Jika x2 bilangan genap, maka x juga bilangan genap dapat ditulis : x2 = genap → x = genap

Jawab :

Kontraposisi dari implikasi diatas adalah :

Jika x adalah bilangan genap maka x2 juga bilangan genap.

Dapat ditulis :

Jika x = ganjil maka x2 = ganjil

Setiap bilangan bulat bukan genap adalah ganjil, sehingga x ganjil ditulis x = 2k + 1, k bilangan
bulat, akibatnya :

X2 = (2k+1)2 karena k bilangan bulat maka :

3
=4k2+4k+1 k2 juga bilangan bulat

=2(2k2+2k)+1 2k juga bilangan genap

2k2 + 2k juga bilangan genap

Sehingga x2 = bilangan ganjil, karena bilngan genap ditambah 1 sama dengn bilangan ganjil.

Jadi kontrapositipnya benar akibatnya implikasinya juga benar.

Contoh 3 :

• Implikasi :jika memakai microsoft word maka windows adalah system operasinya.

• Konvers : jika windows system operasinya maka microsoft word aplikatifnya

• Invers : Jika bukan Microsoft word maka buka windows system opesarinya.

• Kontraposisi : Jika bukan windows system operasinya maka bukan Microsoft word
aplikatifnya.

Biimplikasi

Jika kita gabungkan dua implikasi, yaitu (p → q) ∧ (q → p), maka kita


akan memperoleh biimplikasi dan cukup kita nyatakan sebagai p ↔ q.
Biimplikasi p ↔ q dibaca “p jika dan hanya jika q” atau “p adalah syarat
perlu dan syarat cukup untuk q”. Jadi, jika p dan q keduanya bernilai benar
atau keduanya bernilai salah, maka biimplikasinya bernilai benar. Kita cek
nilai kebenaran biimplikasi pada tabel kebenaran berikut.

4
Tabel 3 : Nilai Kebenaran Biimplikasi

P q p→q q→p (p → q) ∧ (q → p)

B B B B B

B S S B S

S B B S S

S S B B B

Catatan penting tentang cara menyatakan biimplikasi p ↔ q, yaitu:

(1) p ekuivalen q.
(2) p jika dan hanya jika q.
(3) p adalah syarat perlu dan syarat cukup untuk q.
(4) p mengimplikasikan q dan q mengimplikasikan p.
(5) Jika p, maka q dan jika q, maka p.

Selanjutnya kita cek negasi dari pernyataan majemuk. Beberapa hal peting
yang harus diperhatikan:

(1) ~ p ∧ q =∽ (p ∧ q) =∽p ∨ ∽q.

(2) ~ (p → q) = p ∧ ∽q.

(3) ∽ (p ⇔ q) = (p ∧ ∽q) ∧ (q ∧ ∽p).

(4) ∽ (p ∨ q) =∽ p ∧ ∽ q.

(5) ∽ p ∧ ∽ q =∽ (p ∧ q) =∽ p ∨ ∽ q.

5
(6) p atau q, tetapi tidak keduanya (∽ (p ∨ q)).

(7) p tetapi tidak q (p∧ ∽ q).

(8) p kecuali jika q (∽ q → p).

Contoh 2.2.3. Tentukan table kebenaran dari ∽((∽p → q) → (∽q∨ r))

Jawab. Untuk menentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk, kita harus teliti dan
cek nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan penyusunnya.

Table 2.8: Nilai kebenaran ∽((∽p → q) → (∽q∨ r))

p q R ∽p ∽q ∽p → q (∽q∨ r) [(∽p → q) → (∽q∨ r)]=X ∽X

B B B S S B B B S

B B S S S B S S B

B S B S B B B B S

B S S S B B B B S

S B B B S B B B S

S B S B S B S S B

S S B B B S B B S

S S S B B S B B S

Aturan Pengurutan
Ekspres-ekspresi logika yang bersifat majemuk yang memiliki banyak
subekspresi akan memiliki banyak tanda kurung biasa karena berbentuk fpe (A∧ B),
sehingga memungkinkan fpe tersebut sulit dibaca.
Berkaitan dengan perangkai, urutan ekspresi logika yang bersifat majemuk
berdasarkan hirarki tertinggi seperti berikut:

6
(1) ∽ (negasi)
(2) ∧ (konjungsi)
(3) ∨ (disjungsi)
(4) → (implikasi)
(5) ⇔ (biimplikasi)

Contoh:
(a) (~A∧ B),harus dibaca ((~A)∧ B), bukan (~(A∧ B))
(b) A∧ B∨ C, harus dibaca ((A∧ B)∨ C), bukan ((A∧ (B∨ C))
(c) A→B∧ C, harus dibaca (A→(B∧ C)), bukan ((A→B)∧ C)
(d) A⇔ B→C, harus dibaca (A⇔ (B→C)), bukan ((A⇔ B) →C)

Aturan tambahan: jika menjumpai lebih dari satu perangkai pada hirarki yang sama,
maka akan dikerjakan mulai dari yang kiri.

Contoh:

A→B→C

Jadi, harus dibaca: (A→B) →C, bukan A→(B→C)

A. Tautologi
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan
nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang
memuat pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah
suatu pernyataan Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan
menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut
Tautologi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan
menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh:

7
Lihat pada argumen berikut:
Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Tini pergi
kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi
kulah.

Diubah ke variabel proposional:


A Tono pergi kuliah
B Tini pergi kuliah
C Siska tidur
Diubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis dan kesimpilan.
Ekspresi logika 1 dan 2 adalah premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah
kesimpulan.

(1) A → B (Premis)
(2) C → B (Premis)
(3) (A V C) → B (Kesimpulan)

Maka sekarang dapat ditulis: ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B)

A B C A→B C→B (A → B) ʌ (C → B) A V C (A V C) Hasil akhir


→B dari kalimat
majekmuk
B B B B B B B B B
B B S B B B B B B
B S B S S S B S B
B S S S B S B S B
S B B B B B B B B
S B S B B B S B B
S S B B S S B S B
S S S B B B S B B

Dari tabel kebenaran diatas menunjukkan bahwa pernyataan majemuk :


((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua benar (Tautologi)[2].

8
Contoh tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran:
1. (p ʌ ~q) p

Pembahasan:

P Q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q) p
B B S S B
B S B B B
S B S S B
S S B S B

Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua
pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan
majemuk (p ʌ ~q) p selalu benar.

2. [(p q) ʌ p] p q

Pembahasan:

P Q (p q) (p q) ʌ p [(p q) ʌ p] p q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
(1) (2) (3) (4) (5)

Berdasrkan tabel diatas pada kolom 5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu
adalah adalah BBBB. Dengan perkataan lain, pernyataan majemuk [(p q) ʌ
p] p q selalu benar

9
Pembuktian dengan cara kedua yaitu dengan penjabaran atau penurunan dengan
menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum ekuivalensi logika.

Contoh:
a. (p ʌ q) q
Penyelesaian:
(p ʌ q) q ~(p ʌ q) v q
~p v ~q v q
~p v T
T .............(Tautologi)[3]
Dari pembuktian diatas telah nampaklah bahwa pernyataan majemuk dari (p ʌ q) q
adalah tautologi karena hasilnya T (true) atau benar.

Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran dari pernyataan


majemuk (p ʌ q) q yaitu:

P q (p ʌ q) (p ʌ q) q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B
Pada tabel diatas nampaklah bahwa kalimat majemuk (p ʌ q) q merupakan
Tautologi.

b. q (p v q)
penyelesaian:
q (p v q) ~q v (p v q)
~q v (q v p)
Tvp
T ............(Tautologi)

10
B. Kontradiksi
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang
hanya mempunyai contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang
salah dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-
komponennya. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka
ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran,
yaitu jika semua pilihan bernilai F atau salah maka disebut kontradiksi, dan cara kedua
yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari
12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.[4]

Contoh dari Kontradiksi:

1. (A ʌ ~A)

Pembahasan:

A ~A (A ʌ ~A)
B S S
S B S

Dari tabel kebenaran diatas dapatlah disimpulkan bahwa pernyataan majemuk


(A ʌ ~A) selalu salah.
2. P ʌ (~p ʌ q)

Pembahasan:

P Q ~p (~p ʌ q) P ʌ (~p ʌ q)
B B S S S
B S S S S
S B B B S
S S B S S

11
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan kontradiksi dengan alasan yaitu
semua pernyataan bernilai salah (F).

C. Contingent
Jikaseuanilai kebenaran mengahasilkan nilai B dan S maka terjadi contingent
atau formula campuran (mix formulae).
Contoh : ((A ʌ B) →C) →A

Tabel kebenaran sebagai beriku:


A B C A ʌB (A ʌB) →C ((A ʌ B) →C) →A
B B B B B B
B B S B S B
B S B S B B
B S S S B B
S B B S B S
S B S S B S
S S B S B S
S S S S B S

Definsi: Suatu ekspresi logika yang mempunyai nilai benar dan salah di dalam
kebenaannya, tanpa mempedulikan nilai kebenaran dari proposisi-proposisi yang berada
didalamnya, disebut kontingen.

12
Contoh
Perhatikan ekspresi logika brikut ini:
((A → B) ʌ (~B→C)) →(~C→A) →(~C→A)
((A → B) ʌ (~B→C))

((A → B) ʌ (~B→C)) →(~C→A) →(~C→A)

A B C ~B ~C A→B ~B→C ~C→A


B B B S S B B B B B
B B S S B B B B B B
B S B B S S B B S B
B S S B B S S B S B
S B B S S B B B B B
S B S S B B B S B S
S S B B S B B B B B
S S S B B B S S S B

D. Ekuivalensi Logika
Dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran sama disebut
ekuivalensi logika dengan notasi “ dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen,
jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua
kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponen-komponennya.

Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika:


1. Hukum komutatif:
p ʌ q = q ʌ p,
pvq=qvp

13
2. Hukum asosiatif:
(p ʌ q) ʌ r = p ʌ (q ʌ r)
(p v q) v r = p v (q v r)

3. Hukum distributif:
p ʌ (q v r) = (p ʌ q) v (p ʌ r)
p v (q ʌ r) = (p v q) ʌ (p v r)

4. Hukum identitas:
pʌB=p
pvS=p
5. Hukum ikatan (dominasi):
pvB=B
pvS=S

6. Hukum negasi:
p v ~p = B
p ʌ ~p = S

7. Hukum negasi ganda (involusi):


~(~p) = p

8. Hukum idempoten:
p ʌ p = p,
pvp=p

9. Hukum de morgan:
~( p ʌ q) = ~p v ~q
~(p v q) = ~p ʌ ~q

10. Hukum penyerapan (absorpsi):


p v (p ʌ q) = p
p ʌ (p v q) = p

14
11. Hukum B dan S:
~B = S
~S = B

12. Hukum implikasi ke and/or:


p q ~p v q

Dengan adanya hukum-hukum diatas, penyelesaian soal-soal baik yang bersifat


tautologi, kontradiksi dan ekuivalensi logika tidak hanya menggunakan tabel kebenaran
namun juga bisa dengan menggunakan jalan penurunan yaitu dengan memanfaatkan 12
(dua belas) hukum-hukum ekuivalensi logika tersebut.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, maka kalimat-kalimat yang
kompleks dapat disederhanakan, seperti contoh berikut:

1. Buktikan ekuivalensi berikut: ~(p v ~q) v (~p ʌ ~q) ~p


Jawab:
~(p v ~q) v (~p ʌ ~q) (~p ʌ q) v (~p ʌ ~q)
~p ʌ (q v ~q)
~p ʌ B
~p ...........(terbukti)

2. Tunjukkan bahwa: ~(p v q) (~p ʌ ~q)

Tabel kebenaran ~(p v q) dan (~p ʌ ~q) yaitu:

p q ~p ~q pvq ~(p v q) (~p ʌ ~q)


B B S S B S S
B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15
Dari tabel diatas pada kolomk (6) dan (7), jelas bahwa ~(p v q) dan (~p ʌ ~q).
Jadi, ~(p v q) ʌ (~p ʌ ~q).

E.Penarikan Kesimpulan
Penarika kesimpulan dilakukan dari beberapa pernyataan yang diketahui nilai
kebenarannya yang disebut premis. Kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip
yang ada diperoleh pernyataan yang baru yang disebut kesimpulan/konklusi yang
diturunkan dari premis yang ada. Penarikan kesimpulan seperti itu sering disebut
dengan argumentasi. Suatu argumentasi dikatakan sah Jika premis-premisnya benar
maka konklusinya juga benar. Terdapat 3 metode dalam penarikan kesimpulan, yaitu :

1 Modus ponens

premis 1 : p →q

premis 2 : p ( modus ponens)

__________________

Kesimpulan: q

Arti Modus Ponens adalah “jika diketahui p → q dan p, maka bisa ditarik kesimpulan
q“. sebagai contoh :

premis 1 : Jika bapak datang maka adik akan senang

premis 2 : bapak datang

__________________

Kesimpulan: Adik senang

8.2 Modus Tollens

premis 1 : p →q

16
premis 2 : ~q ( modus tollens)

__________________

Kesimpulan: ~p

Modus Tollens berarti “jika diketahu p → q dan ~q, maka bisa ditarik kesimpulan ~p“.
sebagai contoh :

premis 1 : Jika hari hujan, maka adik memakai payung

premis 2 : Adik tidak memakai payung

___________________

Kesimpulan : Hari tidak hujan

8.3 Silogisme

premis 1 : p→q

premis 2 : q → r ( silogisme)
_________________

Kesimpulan: p →r

Silogisme berarti “jika diketahu p → q dan q→r, maka bisa ditarik kesimpulan p→r“.
sebagai contoh :

Premis 1 : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik.

Premis 2 : Jika harga bahan pokok naik maka semua orang tidak senang.

__________________________________________________

Kesimpulan: Jika harga BBM naik, maka semua orang tidak senang.

17
DAFTAR PUSTAKA

F.Soesianto dan Djonidwijono.2003.Logika Proporsional.Yogyakarta:Andi.

Marsudi.2010.Logika dan Teori Himpunan.Malang:Universitas Brawijaya Press (UB


Press).

http://martblogmathematic.wordpress.com/penarikan-kesimpulan/JAM 12.00 WIB

18
19

Anda mungkin juga menyukai