Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN HIPERTENSI

OLEH:

VEMY MAWAR

16 3145 105 072

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
T.A 2019/ 2020
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu: (Lany Gunawanan, 2001)
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Hipertensi primer terapat pada lebih dari 90%
penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering meneybabakan timbulnya
hhipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednisone, epineprin).
3. Tanda dan gejala
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi


meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien


yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran umum
4. Fatosisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
1) Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis
dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
2) Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
3) Asupan natrium (garam) berlebihan
4) Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
5) Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron
6) Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan
peptide natriuretik
7) Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang
mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
8) Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
9) Diabetes mellitus
10) Resistensi insulin
11) Obesitas
12) Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13) Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
14) Berubahnya transpor ion dalam sel
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE
ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a) Step 1
Obat pilihan pertama :
Diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c) Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh :
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
d) Step 4
Alternatif pemberian obatnya :
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri
dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti:
 Jantung
 Mata
 Ginjal
 Otak
 Pembuluh darah besar.
Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai
peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit
arteri perifer, dan gagal jantung.
8. Pathway

9. Proses keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas pasien (Nama, alamat dan umur)
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan:
- Riwyat kesehatan dahulu
- Alasan masuk rumah sakit
- Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat imunisasi
 Riwayat gizi
 Kondisi lingkungan
 Pola kebiasaan
 Pemeriksaan data penunjang
 Pemeriksaan fisik
b. Perumusahan diagnosa keperawatan
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
c. Rencana keperawatan dan rasionalisasi
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit
kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan
Rasional: Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
b. Beriakan tindakan non farmakologi unuk menghilangkan sakit
kepala misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan
leher, tenang, redupkanlampu kamar
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular
serebral
c. Batasi aktivitas vasokontriksi yang dapat mengakibatkan sakit
kepala; misalnya mengejan saat bab, batuk panjang dan
membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabakan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan
vaskuler serebral.

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan


dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Intervensi:
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat
Rasional: Perbandingan dari tekanan telah memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang
masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis , jugularis, radialis , femoralis
mungkin teramati/terpalpasi. Denyut tungkai mungkin
menurun mencerminkan effek dari vasokontriksi dan kongesti
vena.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Rasional: S4 umum nya terdengar pada pasien hipertensi berta
karena adanya hipertrofi atrium.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler
Rasional: Adaanya pucat , dingin ,kulit lembab , mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau membuktikan
dekompensasai atau penurunan curah jantung.
e. Catat edema umum
Rasional: Dapat mengidentifikasi gagal jantung , kerusakan
ginjal, atau vaskular.
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
Rasional: Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis,
meningkatakan relaksasi
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
tidur/kursi
Rasional: Menurunkan setres dan ketegangan yang
mempenagruhi tekanan darah dan perjalaan penyakit
hipertensi.
h. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan
leher
Rasional: mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsangan simpatis.
i. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stres , membuat efek tenang , sehingga menurunkan tekanan
darah.
j. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Rasional: Respon terhadap terapi obat “ stepped” yang terdiri
atas diuretik , inhibitor simpatis dan vasodilator ) tergantug
pada individu dan efek senoregis obat.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : Gramedia

Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
HIPERTENSI. 2006

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,


(Edisi

III), EGC, Jakarta.

Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical


Therapist. US : W. B. Saunders company

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem

KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press

Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet
Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai