Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin
absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,
protein, lemak (Billota,2012).
Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada
penderita diabetes bagian kaki. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti
penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya
kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit
pun berkurang.
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman
dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau
besar di tungkai.

2. Etiologi
Penyebab dari diabetes melitus adalah:
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pankreas.
2) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
e. Diabetes dengan Ulkus

3. Patofisiologi
Kaki diabetik terjadi diawali dengan adanya hiperglikemia yang menyebabkan
gangguan saraf dan gangguan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki, kerentanan terhadap infeksi
meluas sampai ke jaringan sekitarnya. Faktor aliran darah yang kurang membuat
luka sulit untuk sembuh dan jika terjadi ulkus, infeksi akan mudah sekali terjadi
dan meluas ke jaringan yang lebih dalam bahkan sampai ke tulang.
1) Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik adalah komplikasi kronis yang paling sering ditemukan
pada pasien diabetes melitus. Neuropati diabetik adalah gangguan
metabolisme syaraf sebagai akibat dari hiperglikemia kronis. Tipe
neuropati terbagi atas 3 (tiga) yaitu:
a. Neuropati sensorik
Kondisi pada neuropati sensorik yang terjadi adalah kerusakan saraf
sensoris pertama kali mengenai serabut akson yang paling panjang,
yang menyebabkan distribusi stocking dan gloves.
b. Neuropati motorik
Neuropati motorik terjadi karena demyelinisasi serabut saraf dan
kerusakan motor end plate. Serabut saraf motorik bagian distal yang
paling sering terkena dan menimbulkan atropi dan otot-otot intrinsik
kaki.
c. Neuropati otonom
Neuropati otonom menyebabkan keringat berkurang sehingga kaki
menjadi kering. Kaki yang kering sangat berisiko untuk pecah dan
terbentuk fisura pada kalus. Neuropati otonom juga menyebabkan
gangguan pada saraf-saraf yang mengontrol distribusi arteri-vena
sehingga menimbulkan arteriolar-venular shunting.
2) Kelainan Vaskuler
Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah salah satu komplikasi
makrovaskular dari diabetes melitus. Penyakit arteri perifer ini disebabkan
karena dinding arteri banyak menumpuk plaque yang terdiri dari deposit
platelet, sel-sel otot polos, lemak, kolesterol dan kalsium. Pasien diabetes
melitus yang mengalami penyempitan pembuluh darah biasanya ada
gejala, tetapi kadang juga tanpa gejala, sebagian lain dengan gejala
iskemik, yaitu :
a. Intermitten Caudication
Nyeri dan kram pada betis yang timbul saat berjalan dan hilang saat
berhenti berjalan, tanpa harus duduk. Gejala ini muncul jika Ankle-
Brachial Index < 0,75.
b. Kaki terasa dingin
c. Nyeri
Terjadi karena iskemi dari serabut saraf, diperberat dengan panas,
aktivitas, dan elevasi tungkai dan berkurang dengan berdiri ata u kaki
menggantung.
d. Nyeri iskemia nokturnal
Terjadi malam hari karena perfusi ke tungkai bawah berkurang
sehingga terjadi neuritis iskemik.
e. Pulsasi arteri tidak teraba
f. Pengisian vena yang terlambat setelah elevasi tungkai dan Capillary
Refilling Time (CRT) yang memanjang
g. Rambut di kaki dan ibu jari yang mulai menghilang
h. Kuku menebal, rapuh, sering dengan infeksi jamur
3) Infeksi
Infeksi dapat dibagi menjadi tiga yaitu superfisial dan lokal, selulitis
dan osteomyelitis. Infeksi akut pada penderita yang belum mendapatkan
antibiotik biasanya monomikrobial sedangkan pasien dengan ulkus kronis,
gangrene dan osteomyelitis bersifat polimikrobial. Kuman yang paling
sering dijumpai pada infeksi ringan adalah Staphylococcus aereus dan
streptococcal serta isolation of Methycillin-resstant Staphyalococcus
aereus (MRSA). Jika penderita sudah mendapat antibiotik sebelumnya
atau pada ulkus kronis, biasanya dijumpai juga bakteri batang gram negatif
(Enterobactericeae, enterococcus, dan pseudomonas aeruginosa).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes
bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
 Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
 Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
 Nyeri saat istirahat.
 Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Gambaran klinis dibedakan: neuropatik dan iskemik.
1) Gambaran neuropatik
 gangguan sensorik
 perubahan trofik kulit
 ulkus plantar
 atropati degeneratif (sendi Charcot)
 pulsasi sering teraba
 sepsis (bakteri/jamur)
2) Gambaran iskemik
 nyeri saat istirahat
 ulkus yang nyeri disekitar daerah yang tertekan
 riwayat klaudikasio intermiten
 pulsasi tidak teraba
 sepsis ( bakteri/jamur)

6. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai
akut dan kronik :
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2) Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

7. Penatalaksanaan Penunjang
Manajemen kaki diabetik dilakukan secara komprehensif melalui upaya;
mengatasi penyakit (commorbidity), menghilangkan / mengurangi tekanan
beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan
infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik,
kuratif atau emergensi.
1) Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus
kaki diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya
pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak
akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, kalus,
fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah
dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam
fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).
Tujuan debridemen bedah adalah untuk:
a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,
b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. Mengurangi risiko infeksi local

2) Mengurangi Beban Tekan (Off Loading)


Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang
besar. Pada penderita diabetes melitus yang mengalami neuropati
permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit
sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang
digunakan. Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak
mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah
mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).
Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi
kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki,
removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot
ambulatory. Total contact cast merupakan metode off loading yang
paling efektif dibandingkan metode yang lain.
3) Perawatan Luka
Perawatan luka moderen menekankan metode moist wound healing
atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Tindakan dressing
merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat
penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan
suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma
dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
dalam memilih dressing yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada
atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan
biaya. Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam
perawatan luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate,
foam, kompres anti mikroba, dan sebagainya.
a. Kompres harus mampu memberikan lingkungan luka yang lembab
b. Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres untuk luka luka
tertentu yang akan diobati
c. Kompres yang digunakan mampu untuk menjaga tepi luka tetap kering
selama sambil tetap mempertahankan luka bersifat lembab
d. Kompres yang dipilih dapat mengendalikan eksudat dan tidak
menyebabkan maserasi pada luka
e. Kompres yang dipilih bersifat mudah digunakan dan yang bersifat
tidak sering diganti
f. Dalam menggunakan dressing, kompres dapat menjangkau rongga luka
sehingga dapat meminimalisasi invasi bakteri
g. Semua kompres yang digunakan harus dipantau secara tepat
4) Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun
sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus
segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi.
Pada kaki diabetik ringan/sedang antibiotika yang diberikan di
fokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang berat
(limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial
(mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif
berbentuk batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat
broadspectrum, diberikan secara injeksi. Pada infeksi berat yang
bersifat limb threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif
antibiotika seperti: ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate,
piperacillin/tazobactam, Cefotaxime atau ceftazidime+clindamycin,
fluoroquinolone + clindamycin. Sementara pada infeksi berat yang
bersifat life threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif
antibiotika seperti berikut: ampicillin/sulbactam + aztreonam,
piperacillin/tazobactam + vancomycin, vancomycin + metronbidazole
+ ceftazidime, imipenem/cilastatin atau fluoroquinolone + vancomycin
+ metronidazole.
5) Revaskularisasi
Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh atau bahkan kemudian
hari akan menyerang tempat lain apabila penyempitan pembuluh darah
kaki tidak dilakukan revaskularisasi. Tindakan debridemen,
mengurangi beban, perawatan luka, tidak akan memberikan hasil
optimal apabila sumbatan di pembuluh darah tidak dihilangkan.
6) Tindakan Bedah
Jenis tindakan bedah pada kaki diabetik tergantung dari berat
ringannya ulkus diabetes melitus. Tindakan bedah dapat berupa insisi
dan drainage, debridemen, amputasi, bedah revaskularisasi, bedah
plastik atau bedah profilaktik.
Pada ulkus terinfeksi superfisial tindakan debridement dilakukan
dengan tujuan untuk: drainage pus, mengangkat jaringan nekrotik,
membersihkan jaringan yang menghambat pertumbuhan jaringan,
menilai luasnya lesi dan untuk mengambil sampel kultur kuman.
Tindakan amputasi dilakukan bila dijumpai adanya gas gangren,
jaringan terinfeksi, untuk menghentikan perluasan infeksi, mengangkat
bagian kaki yang mengalami ulkus berulang.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetic foot
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien
degan diabetic foot:
1) Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering,
merah, dan bola mata cekung.
3) Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4) Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
5) Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6) Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7) Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8) Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9) Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
4. Hipertermia berhubungan dengan respon trauma
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut behubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan 1. Keluhan nyeri sedang – Manajemen nyeri
tindakan cukup menurun (3-4) O:
keperawatan 2. Gelisah cukup menurun 1. Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam – menurun (4-5) karakteristik,
diharapkan nyeri 3. Kesulitan tidur cukup durasi, frekuensi,
berkurang menurun – menurun (4- kualitas, intesitas
5) nyeri
4. Frekuensi nadi cukup 2. Identifikasi skala
membaik – membaik (4- nyeri
5) 3. Identifikasi nyeri
5. Pola nafas cukup non verbal
membaik – membaik (4- T :
5) 4. Berikan teknik
nonfarmasi untuk
mengurangi rasa
nyeri
5. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur
E:
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
K:
9. Kolaborasi
pemberian
analgesic

2. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan neuropati perifer


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan 1. Kerusakan jaringan Perawatan Luka
tindakan sedang (3) O:
keperawatan 2. Nyeri sedang – 1. Monitor
selama 1x24 jam cukup menurun (3- karakteristik luka
diharapkan 4) 2. Monitor tanda-
3. Perdarahan sedang tanda infeksi
(3) T:
4. Kemerahan sedang 3. Lepaskan balutan
(3) dan plaster secara
5. Suhu kulit sedang – perlahan
cukup membaik (3- 4. Bersihkan dengan
4) NaCl
5. Bersihkan nekrotik
6. Berikan salep
7. Balut sesuai luka
E:
8. Jelaskan tanda –
tanda infeksi
K:
9. Kolaborasi
prosedur
debridement
10. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly. A. J (ed). 2011. Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan.
Jakarta : EGC. https://www.scribd.com/document/332776256/LP-Diabetic-Foot
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Laporan Nasional.
Black & Hawks, 2009. Medical Surgical Nursing, 7thed, St.Louis, Elsevier Saunders.
Bustan, M.N, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Cetakan Kedua, Edisi Revisi,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Kristianto, Heri. 2014. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Sistem Endokrin. Materi Kuliah.
Malang
PERKENI. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di
Indonesia 2011
Smeltzer& Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Soegondo, S, dkk., 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai