Disusun oleh : Nama : HENGKI HARIADI NPM : E1D011056 Dosen :Ir. Hasanudin Co-Ass : ATRI PUSPITAJAYANTI ENDRI GUNAWAN
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2012 BAB I PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konduktivitas hidrolika tanah jenuh merupakan kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi, yaitu pada saat pori-pori terisi oleh air (tanah jenuh) dan ketika hanya sebagian pori-pori yang terisi oleh air (tanah tak jenuh). Dalam hal ini, laju hidrolika tanah jenuh (K-sat) selalu lebih tinggi dari laju konduktivitas tanah tak jenuh (K-unsa). Hal ini disebabkan oleh dua factor utama, pertama pada tanah jenuh pengaruh gaya gravitasi jauh lebih dominan dibandingkan pada tanah tak jenuh. Kedua, ukuran pori-pori sebagai media K-satjauh lebih besar dari ukuran pori-pori untuk K-unsat. Penetapan K-sat sangat penting dalam memprediksi dan mengevaluasi berbagai proses yang berkaitan dengan pengolahan tanah dan air. Di sektor pertanian dan kehutanan, nilai K-sat suatu jenis tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah tersebut menghasilkan aliran permukaan ( run off ) atau tergenang kalau turun hujan. Bila nilai K-sat lebih rendah dari intensitas hujan maka tanah tersebut cenderung akian mengalami run off dan tererosi bila lahannya miring dan tergenang, bila lahannya datar atau cekung.pengukuran K-sat juga penting dalam menentukan laju kehilangan air dari tubuh tanah melalui perembesan, seperti yang ditemui pada saluran irigasi dan petakan-petakan sawah. Oleh karena itu penetapan K-sat sangat penting dilakukan di daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Konduktivitas hidrolika tanah jenuh ( K-sat ) pada prinsipnya ditetapkan dengan menggunakan tinggi genangan yang tetap, yang lebih dikenal sebagai Constant Head Method ( Klute and Ditkson, 1986 ). Lawan dari prinsip tersebut adalah Falling Head Method, dimana permukaan air didalam alat pengukurandibiarkan turun pada saat pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat dihitung berdasarkandua pendekatan : ( i ) di lapangan, dengan menghitung jumlah air yang masuk ke profil tanah persatuan waktu, dan ( ii ) di laboratorium, dengan cara menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah persatuan waktu. Penetapan K-sat dapat dilakukan secara langsung di lapangan, atau di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah utuh. Beberapa metode yang sudah dikenal dalam mengukur K-sat di lapangan anatara lain adalah dengan menggunakan Guelph Permeameter dan Disc Permeameter. Pengukuran K-sat dengan Guelph Permeameter ( dikembangkan di Kanada ) merupakan prinsip Falling Head, sedangkan Disc Permeameter ( dikembangkan di Australia ) merupakan prinsip Constant Head. Pengukuran K-sat di laboratorium umunya dengan pengambilan contoh tanah utuh dengan menggunakan ring sampel yang terbuat dari tenbaga atau stenless. Dengan demikian, contoh tanah yang digunakan untuk penetapan K,-sat dapt pula digunakan untuk menetapkan sifat-sifat fisik yang lain, seperti berat volume, porositas, serta kadar legas tanah jenuh dan kapasitas lapangan. Selanjutnya pengukuran pada contoh tanah utuh tersebut dapat menerapkan salah satu dari dua metode diatas Guelph Permeameter dan Disc Permeameter. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui tatcara pengukuran laju konduktivitas hidrolika tanah jenuh. 2. Menetapkan laju konduktivitas hidrolika berbagai contoh tanah dalam keadaan jenuh. 3. Membandingkan laju konduktivitas hidrolika dari beberapa contoh tanah yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konduktivitas hidrolika tanah jenuh ( K-sat ) pada prinsipnya ditetapkan dengan menggunakan tinggi genangan yang tetap, yang lebih dikenal sebagai Constant Head Method ( Klute and Ditkson, 1986 ). Lawan dari prinsip tersebut adalah Falling Head Method, dimana permukaan air didalam alat pengukurandibiarkan turun pada saat pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat dihitung berdasarkandua pendekatan : ( i ) di lapangan, dengan menghitung jumlah air yang masuk ke profil tanah persatuan waktu, dan ( ii ) di laboratorium, dengan cara menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah persatuan waktu. Sifat hidrolika tanah mempengaruhi perilaku aliran air dalam tanah, sifat hidrolika tanah tidak jenuh pada dasarnya digambarkan oleh konduktivitas hidrolika dan kurva retensi tanah, konduktivitas hidrolika menggambarkan kemampuan tanah mengalirkan air sedangkan kurva retensi air tanah menggambarkan kemampuan tanah menyimpan air (Klute 1986). Menurut Hillel (1998) Konduktivitas hidrolika (K) adalah rasio fluks dengan gradien potensial, konduktivitas hidrolika ada dua yaitu konduktivitas hidrolika tanah jenuh (Ks) dan konduktivitas hidrolika tidak jenuh K(). Dalam tanah jenuh dengan struktur yang mantap atau dalam media berpori yang kaku seperti pasir, konduktivitas hidrolika tanah mendekati konstan, nilainya berkisar antara 10-4 sampai 10-6 meter/detik untuk tanah berpasir dan 10-6 sampai 10-9 meter/detik untuk tanah berliat. Perbedaan paling penting antara aliran jenuh dan tidak jenuh adalah konduktivitas hidrolikanya, ketika tanah jenuh hampir semua pori tanah terisi, aliran air terus terjadi dan konduktivitas bernilai maksimal, ketika tanah tidak jenuh beberapa pori terisi oleh udara dan aliran air berkurang, selanjutnya pori yang kosong oleh air tegangannya meningkat dan lebih konduktif. ( Klute dan Dirksen 1986). Penetapan Ks di lapangan juga menggunakan prinsip hukum Darcy, metode yang digunakan diantaranya adalah metode auger hole dan metode piezometer (Departemen Pertanian 2006 ). Penetapan konduktivitas tanah tidak jenuh (K-sat) dapat ditentukan menggunakan metode laboratorium ( Prediksi ). dengan menggunakan model retensi air tanah dan pengukuran in situ di lapangan, Ada beberapa cara penentuan (K-sat)di lapangan, antara lain: a) Metode fluks berubah (unsteady drainage flux atau instantaneous profile method), yaitu dengan pengukuran kadar air tanah pada kedalaman dan waktu tertentu secara periodik dan potensial matriks di kedalaman dan waktu tertentu secara periodik. b) Metode fluks tetap (steady flux method) yang kontras dengan metode sebelumnya yang mana aliran air ke bawah dihitung dengan menggunakan hukum kekekalan massa sebagai keberlangsungan pengairan (Green et al. 1986). Konduktivitas hidrolika sangat dipengaruhi oleh struktur dan tekstur, nilainya meningkat jika tanah mempunyai pori yang besar, mempunyai retakan dan beragregat. Konduktivitas hidrolika tidak hanya dipengaruhi oleh porositas total akan tetapi juga oleh ukuran pori , sebagai contoh tanah berpasir mempunyai pori yang besar mempunyai konduktivitas yang lebih besar dibanding tanah berliat yang mempunyai pori yang kecil, walaupun porositas total tanah berliat lebih besar dibanding tanah berpasir. Retakan, lubang cacing dan saluran akar yang membusuk yang ada di tanah berdampak terhadap aliran air dengan cara yang berbeda, tergantung arah dan kondisi proses aliran. Konduktivitas hidrolika bukan satu-satunya kekhasan tanah, lebih dari itu tergantung oleh gabungan sifat tanah dan cairannya. Karakteristik tanah yang mempengaruhi K adalah porositas total, distribusi ukuran pori dan tourtoisity dan geometri pori tanah. Karakteristik cairan yang mempengaruhi K adalah density dan viskositas (Hillel 1998). Hubungan antara kadar air tanah dan potensial matriks adalah bagian dasar dari sifat hidrolika tanah, Fungsi tersebut biasanya diukur secara eksperimen dan digambarkan dalam sebuah kurva dalam literatur hubungan tersebut dikenal dengan berbagai nama mencakup fungsi retensi air, karakteristik kelembaban tanah dan kurva pF. Fungsi tersebut mengacu kepada faktor kapasitas yaitu kadar air dan faktor intensitas yaitu energi dalam air (Klute 1986) . Penetapan kurva retensi air tanah bisa didapat dengan metode langsung dan tidak langsung, metode langsung dilakukan di lapangan yaitu dengan mengukur kadar air di lapangan pada berbagai potensial matriks dengan menggunakan tensiometer sedangkan metode laboratorium menggunakan pressure plate apparatus dimana tanah diberikan tekanan tertentu (misal pF 1,0; pF 2,0 pF 2,54 dan pF 4,2) menggunakan alat tersebut dan dihitung kadar airnya (Departemen Pertanian 2006).