Studi Kerentanan Polusi Airtanah Berbasis SIG dengan Metode DRASTIC di
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Irfan Ulumuddin Aziz, Moh. Sholichin, Emma Yuliani
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: ulumuddin_irfan@yahoo.co.id
ABSTRACT
Groundwater vulnerability is determined using hydrogeology characteristics which affect the
transport of contaminants to the water table. The DRASTIC model was developed by the EPA to be a standardized system for evaluating ground water pollution potential. The aim of this research is to evaluate the Lowokwaru District aquifer vulnerability using Depth to water, net Recharge, Aquifer media, Soil media, Topography, Impact of vadose zone, and hydraulic Conductivity (DRASTIC). To determine the vulnerability level is by summing score value of each used parameters to obtain the DRASTIC Index. Data analysis were all performed using Geographic Information System (ArcGIS 9), and by overlying DRASTIC parameter has result a groundwater vulnerability map. The result in this research show that groundwater vulnerability level in Lowokwaru District divided into three classes from total 24,52 km2 an area about 11,31 km2 are in the low vulnerable zone with DRASTIC Index range between 1 and 100, about 13,03 km2 are in the moderate vulnerable zone with DRASTIC Index ranging between 101 and 140, and about 1,73 km2 are in the high vulnerable zone with DRASTIC Index ranging between 141 and 200. This means that more than 50% of the Lowokwaru District’s groundwater is at medium risk in terms of pollution potential. Keyword: groundwater, vulnerability, DRASTIC, GIS
ABSTRAK
Kerentanan airtanah ditentukan menggunakan faktor hidrogeologi terntentu yang mempengaruhi
pergerakan polutan masuk mencapai airtanah. Metode DRASTIC yang dikembangkan oleh EPA merupakan sistem standar yang digunakan untuk mengevaluasi potensi polusi airtanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kerentanan airtanah yang menggunakan parameter kedalaman airtanah, curah hujan, media akuifer, tekstur tanah, kemiringan lereng, pengaruh zona tak jenuh dan konduktifitas hidraulik (DRASTIC). Tingkat kerentanan airtanah dihitung dengan cara menjumlahkan nilai rating dari tiap parameter setelah dikalikan dengan nilai pemberat masing-masing sehingga dihasilkan suatu nilai yang disebut DRASTIC Index. Analisa data dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis (ArcGIS 9), dan dari overlay tiap parameter menghasilkan peta tingkat kerentanan airtanah. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan airtanah airtanah terhadap polusi di Kecamatan Lowokwaru dibagi menjadi tiga kelas, dimana dari total luas 24,52 km2, area seluas 11,31 km2 memiliki tingkat kerentanan rendah dengan nilai DRASTIC Index antara 1 hingga 100, sekitar 13,03 km2 memiliki tingkat kerentanan sedang dengan nilai DRASTIC Index berkisar 101-140. Area dengan tingkat kerentanan tinggi memiliki luas 1,73 km2 dengan nilai DRASTIC Index berkisar antara 141-200. Hal ini berarti lebih dari separuh Kecamatan Lowokwaru memiliki potensi polusi sedang terhadap airtanahnya. Kata kunci : airtanah, tingkat kerentanan, DRASTIC, SIG
PENDAHULUAN Keberadaannya yang sangat penting itu
Airtanah merupakan salah satu air jika tidak ditunjang dengan pengelolaan baku yang banyak dimanfaatkan oleh yang benar akan menyebabkan manusia guna menunjang kebutuhan baik penurunan kualitas airtanah atau untuk keperluan rumah tangga (domestik), pencemaran. Untuk menghindari ataupun industri, jasa maupun pertanian. mengetahui apakah airtanah di suatu daerah mempunyai potensi polusi, perlu merupakan akronim dari 7 faktor dilakukan pemetaan tingkat kerentanan hodrogeologi yang mempengaruhi airtanah terhadap polusi yang dalam studi kerentanan airtanah. Tujuh parameter ini mengambil lokasi di Kecamatan tersebut adalah (Aller et al., 1987): Lowokwaru. 1. Depth to watertable (kedalaman Metode DRASTIC dipilih karena airtanah), metode ini dapat mengevaluasi Menggambarkan kedalaman kerentanan suatu area terhadap polusi permukaan air di bawah tanah dari airtanah berdasarkan informasi-informasi permukaan topografis dan yang telah ada secara sistematis. merupakan jarak minimum yang DRASTIC berpusat pada faktor harus ditempuh oleh polutan untuk hidrogeologi yang mempengaruhi mencapai zona jenuh (saturated pergerakan airtanah. Metode ini terdiri zone). Suatu area dengan dari 2 unsur utama yaitu pembuatan unit- kedalaman airtanah yang semakin unit pemetaan berdasarkan hydrogeology dekat dengan permukaan tanah setting dan penggabungan parameter- memiliki kerentanan yang semakin parameter untuk mengontrol penyebab tinggi untuk terkena polusi. Sumber terjadinya polusi airtanah. Metode ini data untuk parameter ini bisa memiliki 3 bagian penting yaitu weight, didapatkan dari data sumur ranges dan rating. pengujian akuifer atau laporan Penelitian ini bertujuan untuk hidrogeologi. mengetahui tingkat kerentanan airtanah 2. Recharge (curah hujan) terhadap pencemaran ynag dapat dilihat Recharge adalah total jumlah air dari penjumlahan nilai skor masing- yang masuk dari permukaan tanah masing parameter DRASTIC yang kedalam lapisan akuifer sehingga menghasilkan nilai DRASTIC Index. menjadi jenuh air (Radig, 1997).Air Untuk mengetahui faktor dominan yang hujan berkaitan dengan banyaknya menetukan potensi polusi airtanah air yang dapat melarutkan dan dengan cara overlay peta skor masing- mengangkut bahan pencemar masing parameter pada ArcGIS 9 yang (polutan). Semakin besar curah kemudian diklasifikasikan kembali untuk hujan maka semakin besar pula mengetahui tingkat kerentanannya. potensi polusi airtanahnya. Sumber Diharapkan hasil penelitian yang data untuk parameter ini didapatkan diperoleh dapat dijadikan bahan dari laporan sumber daya air yang pertimbangan dan masukan bagi peneliti digabungkan dengan data curah maupun pihak terkait dikembangkannya hujan dari badan klimatologi untuk rencana perlindungan airtanah secara kemudian dicari nilai infiltrasinya. berkelanjutan yang berwawasan 3. Aquifer media (media akuifer) konservasi lahan. Media akuifer mengacu pada lapisan batuan yang bertindak METODE PENELITIAN sebagai suatu akuifer. Semakin Metode yang digunakan adalah besar ukuran butiran batuan yang suatu sistem yang dikembangkan oleh ada dalam akuifer, semakin tinggi U.S. Environmental Protection Agency kemampuan permeabilitasnya (EPA) tahun 1980 untuk memetakan sehingga semakin besar pula kerentanan suatu akuifer yang terkena kemungkinannya untuk terkena polusi menurut kondisi hidrogeologi yang polusi. Sumber data untuk mempengaruhi pergerakan air dari parameter ini biasanya diperoleh permukaan menuju akuifer pada suatu dari laporan hidrogeologi dan daerah. Metode DRASTIC yang geologi yang dipublikasikan. 4. Soil media (tekstur tanah) yang mungkin akan masuk ke Tekstur tanah memiliki suatu airtanah. dampak yang penting terhadap Tiap parameter DRASTIC sejak jumlah limpasan air hujan yang awal telah dievaluasi untuk menentukan dapat meresap kedalam lapisan pentingnya satu faktor dengan faktor tanah. Sumber data untuk yang lain, yang diwakilkan dengan nilai parameter ini diperoleh dari peta pemberat (weight) yang telah ditetapkan jenis tanah. nilai pemberatnya yaitu 1 – 5. 5. Topography (kemiringan lereng) Tabel 1. Weight of DRASTIC Parameters Topografi membantu mengendalikan kemungkinan suatu polutan akan melimpas dan meresap ke dalam lapisan tanah. Prosentase kemiringan tanah dapat dilihat dari kontur pada peta dan kemiringan yang paling sesuai agar suatu area bisa dipilih untuk menentukan nilai faktor pengali Sumber: Aller et al. (1987:19) pada metode DRASTIC. Sumber Masing-masing parameter data untuk parameter ini dapat DRASTIC dibagi berdasarkan nilai range diperoleh dari peta topografi yang (tingkatan) atau berbagai tipe media yang dipublikasikan badan pemerintah berpengaruh dalam potensi polusi yang berwenang. akan terjadi dan telah ditetapkan nilai 6. Impact of the vadose zone bobot (rating) yang berkisar antara 1 – 10. (pengaruh zona tak jenuh) Tingkat kerentanan airtanah dihitung Vadose Zone (unsaturated zone) dengan cara menjumlahkan nilai rating digambarkan sebagai zona yang tak dari tiap parameter setelah dikalikan jenuh di atas muka airtanah pada dengan nilai pemberat masing-masing zona jenuh. Dalam metode sehingga dihasilkan suatu nilai yang DRASTIC, harus dipilih media di disebut DRASTIC Index dengan lapisan vadose zone yang persamaan (1): berpotensi mempengaruhi DI = DrDw + RrRw + ArAw + terjadinya polusi. Sumber data SrSw + TrTw + IrIw + CrCw untuk parameter ini diperoleh dari Semakin tinggi nilai DRASTIC laporan geologi yang Index, semakin besar kerentanan suatu dipublikasikan. area untuk terkena polusi. Setelah 7. Conductivity hydraulic of the didapatkan nilai DRASTIC Index dalam aquifer (konduktivitas hidraulik) tugas akhir ini tingkat kerentanan konduktivitas hidraulik/koefisien ditampilkan dalam bentuk peta skor kelulusan air (K) adalah menggunakan program Sistem Informasi kemampuan dari suatu media Geografis yaitu ArcView 3.3. akuifer untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan, yang HASIL DAN PEMBAHASAN akan mengendalikan tingkat 1. Analisa Parameter DRASTIC pada gradien aliran airtanah. Nilai K Kecamatan Lowokwaru yang paling akurat dihitung dari Untuk menentukan batas daerah pengujian pompa untuk akuifer. studi ini menggunakan batas administrasi Semakin tinggi tingkat kelolosan Kecamatan Lowokwaru dalam software airnya, semakin banyak polutan ArcGIS 9. Keadaan bawah permukaan atau sebaran akuifer secara vertikal dapat diketahui melalui data hasil pengamatan Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr sumur penduduk dan mencocokkan DINOYO Pemukiman 0.007 1 contoh tanah dengan hasil pengeboran DINOYO Pemukiman 6.013 1 pada tiap sumur bor yang dalam studi ini JATIMULYO Sungai 0.000 1 dilakukan terpisah pada studi lain. Hasil dari pengujian ini digunakan untuk JATIMULYO Sungai 0.000 1
menentukan rating dari parameter JATIMULYO Pemukiman 0.000 1
kedalaman airtanah, media akuifer, JATIMULYO Pemukiman 3.139 1 pengaruh zona tak jenuh dan JATIMULYO Tanah Terbuka 3.312 1 konduktifitas hidraulik. JATIMULYO Pemukiman 7.355 1 Untuk parameter curah hujan ditentukan dari data curah hujan Stasiun JATIMULYO Tanah Terbuka 7.567 1
Lowokwaru tahun 2002-2011 dan JATIMULYO Persawahan 8.513 1
perhitungan nilai infiltrasi menggunakan KETAWANGGEDE Sungai 0.000 1 Metode SCS. Berdasarkan peta jenis KETAWANGGEDE Pemukiman 1.149 1 tanah diketahui bahwa jenis tanah di KETAWANGGEDE Pemukiman 2.628 1 Kecamatan Lowokwaru termasuk jenis LOWOKWARU Sungai 0.000 1 alluvial dengan tekstur liat berpasir dan LOWOKWARU Pemukiman 3.641 1 andosol dengan tekstur agregat lempung. MERJOSARI Tanah Terbuka 6.496 1 Untuk parameter topography ditentukan dari penggambaran peta kelas kemiringan MERJOSARI Persawahan 6.852 1
lereng yang dilakukan pada ArcView 3.3. MERJOSARI Pemukiman 11.257 1
1.1. Penentuan Rating Masing-masing MERJOSARI Perkebunan 48.424 1 Parameter DRASTIC MERJOSARI Pemukiman 88.423 3 Dari pengolahan data dan hasil MERJOSARI Tanah Terbuka 88.423 3 perhitungan pada pembahasan subbab MERJOSARI Perkebunan 108.126 6 sebelumnya didapatkan Rating dari tiap – MOJOLANGU Tanah Terbuka 2.300 1 tiap parameter DRASTIC yang disajikan MOJOLANGU Pemukiman 3.762 1 pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 8. MOJOLANGU Persawahan 5.259 1
Tabel 2. Nilai rating kedalaman airtanah MOJOLANGU Pemukiman 5.957 1
TASIKMADU Pemukiman 8.293 1 Tabel 8. Nilai rating zona tak jenuh TASIKMADU Perkebunan 23.983 1 Vad. Rating Vad. Weight Skor Impact Of Vadose Zone TASIKMADU Perkebunan 47.506 1 (Ir) (Iw) (IrIw) TLOGOMAS Sungai 0.000 1 Batuan 3 5 15 TLOGOMAS Perkebunan 5.967 1 Tuffa 6 5 30 TLOGOMAS Perkebunan 6.100 1 TLOGOMAS Pemukiman 18.040 1 Tabel 9. Nilai rating konduktivitas hidraulik TULUSREJO Pemukiman 0.361 1 Cond. Cond. Skor Hidraulic Conductivity Rating Weight TULUSREJO Pemukiman 2.691 1 (m/hari) (Cr) (Cw) (CrCw) TULUSREJO Tanah Terbuka Hijau 9.143 1 TULUSREJO Tanah Terbuka 9.457 1 2.299 2 3 6
TUNGGULWULUNG Sungai 0.000 1 1.446 2 3 6
TUNGGULWULUNG Pemukiman 0.000 1 0.429 1 3 3
TUNGGULWULUNG Perkebunan 8.011 1 0.2 2 3 6
TUNGGULWULUNG Pemukiman 10.996 1 10.573 8 3 24
TUNGGULWULUNG Tanah Terbuka 18.456 1 34.073 10 3 30 TUNGGULWULUNG Persawahan 23.402 1 0.039 1 3 3 Gambar 1. Peta skor kedalaman airtanah Gambar 5. Peta skor tekstur tanah
Gambar 2. Peta skor recharge tahun 2002 Gambar 6. Peta skor kemiringan lereng
Gambar 7. Peta skor pengaruh zona tak
Gambar 3. Peta skor recharge tahun 2003 jenuh
Gambar 4. Peta skor media akuifer Gambar 8. Peta skor konduktifitas
hidraulik 2. Perhitungan DRASTIC Index dan Al-Hikam dan H. Syaiful menjadi Penyajian Peta DRASTIC perwakilan untuk daerah pemukiman. Setelah memperoleh nilai skor pada masing–masing parameter DRASTIC selanjutnya melakukan penghitungan nilai DRASTIC Index dengan menggunakan Persamaan (1). Dari nilai DRASTIC Index tersebut akan ditetapkan rentang tingkat kerentanan airtanah terhadap polusi dengan cara mengklasifikasikan kembali menjadi tiga kelas yang membagi kelas tersebut menjadi tingkat kerentanan rendah, Gambar 10. Kandungan besi tingkat kerentanan sedang dan tingkat kerentanan tinggi. Hasil klasifikasi tersebut disajikan pada Tabel 16. Penyajian peta DRASTIC dilakukan dengan cara menggabungkan (overlay) peta skor tiap parameter yang telah dibuat sebelumnya. Tampilan peta skor DRASTIC Index di Kecamatan Lowokwaru disajikan pada Gambar 9
Gambar 11. Kandungan nitrit
Gambar 9. Peta Kerentanan Airtanah
3. Persebaran Tingkatan Polutan pada
Kecamatan Lowokwaru Gambar 12. Kandungan nitrat Dalam studi ini parameter pencemaran oleh polutan hanya mengambil 5 kategori yang diantaranya unsur nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), besi (Fe), mangan (Mg) dan klorida (Cr) dengan mengambil 5 tempat pengambilan sempel air yang tiap-tiap tempat mewakili karakteristik tipe penggunaan lahan dan daerah sekitarnya. Di titik Merjosari menjadi perwakilan untuk daerah perkebunan. Di titik Dinoyo mengambil pada sumur pabrik keramik Gambar 13. Kandungan mangan dengan perwakilan sebagai daerah industri. Di titik Tunggulwulung menjadi perwakilan daerah persawahan dan untuk tinggi adalah karena nilai konduktifitas hidrauliknya yang tinggi. Namun faktor utama yang berpengaruh adalah dalamnya muka airtanah. Faktor inilah yang memberikan nilai keamanan akan kerentanan cukup tinggi baik secara pemberian bobot nilai DRASTIC. Sebagai hasil tambahan untuk melihat kadar polusi airtanah ini juga dilakukan uji laboratorium untuk 5 unsur Gambar 14. Kandungan klorida bahan pencemar, antara lain adalah NO3-, NO2-, Fe, Cl, dan Mn. Hal ini dapat 4. Pembahasan dan Rekomendasi dilihat dari persebaran bahan pencemar Jika dilihat dari hasil overlay dan air hanya besi (Fe) dan Nitrat (NO3-) peta skor DRASTIC selama kurun waktu yang banyak tersebar di daerah 10 tahun tidak ada perubahan untuk Kecamatan Lowokwaru yang berkadar tinggkat kerentanan polusi airtanah. tinggi sedangkan lainnya masih di bawah Kecamatan Lowokwaru ini sebesar standart, namun perlu disadari bahwa 46,138 % wilayah dengan kerentanan dengan dapatnya airtanah tercemar oleh yang rendah, sebesar 53,153 % memiliki kedua bahan pencemar ini dapat potensi sedang akan kerentanan dan dimungkinkan bahan pencemar lainnya sebesar 0,708 % memiliki potensi tingkat akan dapat ikut bertambah hal ini kerentanan yang tinggi. dikarenakan karena topografi daerah Jika dilihat dari parameternya, Kecamatan Lowokwaru yang relatif datar kerentanan pada daerah Kecamatan dan karena zona tak jenuhnya juga adalah Lowokwaru yang sebagian besar adalah tuffa. sedang hal ini dipengaruhi karena faktor Namun dalam konsep konservasi, dari jenis tanah dan daerah zona tak jenuh. DRASTIC memiliki konsep yang berbeda. Dimana sebagian besar jenis tanah Menurut konsep konservasi, semakin Kecamatan Lowokwaru adalah tuffa dan banyak air yang masuk ke dalam tanah pasir dan untuk zona tak jenuhnya hampir untuk kembali mengisi jumlah air tanah seluruhnya adalah tuffa. adalah baik, sedangkan DRASTIC Pada dasarnya tingkat kerentanan menerapkan konsep bahwa air yang tiap daerah memiliki faktor utama yang masuk ke dalam tanah semakin kecil berbeda-beda, misalnya saja pada maka akan semakin kecil pula peluang Kelurahan Dinoyo yang rata-rata polutan untuk ikut ke dalam airtanah. memiliki jenis akuifer yang lebih mudah Tapi dengan sedikitnya air yang meresap meloloskan air seperti batu pasir akan mengakibatkan limpasan permukaan menengah ditambah dengan tingkat menjadi semakin besar dan dapat kemiringan lereng yang rendah yaitu 0- dimungkinkan akan terjadinya banjir 6% dan daerah zona tak jenuh yang akan semakin besar. terdiri dari tuffa dapat menyebabkan Peta kerentanan airtanah bisa tingkat kerentanan yang tinggi karena diaplikasikan untuk semua polutan yang dapat memberikan peluang polutan untuk mungkin berpengaruh pada air di masuk ke dalam tanah dan mencapai permukaan (sebelum meresap ke dalam muka airtanah. Namun karena kedalaman tanah) tetapi tidak memberikan airtanahnya relatif dalam sehingga penjelasan tentang potensi polusi dari tiap tingkat kerentanannya pun tidak terlalu jenis bahan kimia dan jumlah tinggi. Ditambah lagi untuk daerah pengaruhnya terhadap polusi airtanah Kelurahan Merjosari sampai berpotensi tersebut. Hal ini merupakan batasan Adapun saran–saran yang penting dalam studi ini. diberikan setelah menganalisa hasil perhitungan skor DRASTIC Index dan KESIMPULAN DAN SARAN pengklasifikasian tingkat kerentanan Berdasarkan perhitungan adalah sebagai berikut: DRASTIC Index pada Kecamatan 1. Dianjurkan dalam penggunaan Lowokwaru diperoleh kesimpulan airtanah untuk keperluan air baku sebagai berikut: digunakan airtanah dalam agar 1. Tingkat kerentanan airtanah dapat meminimalisir dari polutan terhadap polusi di Kecamatan yang masuk akibat air permukaan Lowokwaru yang disimpulkan dari yang meresap ke dalam tanah. hasil pemetaan skor DRASTIC 2. Sangat diperlukan adanya Index selama 10 tahun adalah perencanaan perlindungan airtanah 46,138% Kecamatan Lowokwaru secara berkelanjutan yang berpotensi rendah terhadap polusi berwawasan konservasi lahan. airtanah dan 53,153% berpotensi Hasil dari perhitungan DRASTIC sedang dan sebesar 0,708% Index serta penyajian peta tingkat berpotensi tinggi. kerentanan airtanah ini juga dapat 2. Faktor yang dominan digunakan sebagai acuan mempengaruhi tingkat kerentanan perencanaan pengembangan di Kecamatan Lowokwaru berbeda- infrastruktur daerah serta beda, namun faktor yang paling pengembagan tataguna lahan. dominan dari hasil pembahasan 3. Dalam studi ini masih terdapat adalah zona tak jenuh yang terdiri banyak kekurangan, contohnya dari tuffa, jenis tanah yang sebagian adalah keterbatasan data seperti besar adalah pasir dan tuffa dan kurangnya titik-titik sumur bor di nilai konduktifitas hidraulik yang Kecamatan Lowokwaru. Sehingga sangat tinggi bernilai lebih dari diharapkan studi ini dapat 17,18 m/hari. dikembangkan lebih jauh pada studi 3. Dari 5 parameter pencemaran selanjutnya dengan menambahkan airtanah, nitrit (NO2), nitrat (NO3), lokasi titik sumur bor yang lebih besi (Fe), mangan (Mg) dan klorida rapat sehingga hasil yang (Cr) hanya besi dan nitrat yang didapatkan lebih akurat. kadarnya melebihi standart air kelas 1. Diseluruh Kecamatan DAFTAR PUSTAKA Lowokwaru mengandung kadar Abduh, Moh. 2012. Studi Kapasitas besi yang tinggi dan hanya daerah Operasi Debit Airtanah Pada Kelurahan Dinoyo yang memiliki Akuifer Tertekan Di Kota Malang. kadar nitrat yang tinggi, selebihnya Tesis tidak dipublikasikan. dari 3 parameter lainnya masih bisa Malang : Program Magister Dan diterima untuk standart air kelas 1. Doktor Fakultas Teknik 4. Dengan mengetahui tingkat Universitas Brawijaya kerentanan airtanah terhadap polusi Alfiyan, Moekhamad. Pengembangan di Kecamatan Lowokwaru terhadap Metode DRASTIC Untuk Analisis kebutuhan air kelas 1 maka dapat Tingkat Kerentanan menggunakan airtanah dalam (Vulnerability) Pencemaran karena jauh dari permukaan yang Airtanah Calon Lokasi Landfill penuh dengan bahan pencemar Tenorm. Prosiding Seminar airtanah. Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX : Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Prahasta, Edy. 2007. Sistem Informasi Tirtayasa. Geografi. Bandung : Informatika Aller, L., Bennett, T., Lehr, J., Petty, R. 2007 and G, Hackett. 1987. DRASTIC: Radig, Scott. 1997. North Dakota A Standardized System for Geographic Targeting System for Evaluating Ground Water Groundwater Monitoring. Pollution Potential Using http://www.ndhealth.gov/wq/gw/p Hydrogeologic Settings. National ubs/GWT.HTM (akses online Mei Water Well Association, Dublin 2012). Ohio / EPA Ada, Oklahoma. Saeni, M S. 1989. Kimia Lingkungan. EPA-600/2-87-035 PAU Ilmu Hayat IPB : Bogor. Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Shahid, S., 2000. A Study of Pengelolaan Daerah Aliran Groundwater Pollution Sungai. Yogyakarta: Gadjah Vulnerabilityusing DRASTIC/GIS Mada University Press. in West Bengal India. India : Bisri, Muhammad. 1988. Aliran Airtanah. Journal of Environmental Malang : UPT. Penerbit Fakultas Hydrology. Teknik Universitas Brawijaya. http://www.hydroweb.com/jeh/jeh Chow, Ven Te., David R. Maidment, 2000/shahid.pdf Larry W. Mays. 1988. Applied Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Hydrology. New York. Surabaya: Usaha Nasional. Soewarno. 1995.Hidrologi Aplikasi Fianisya, Ayu Abriya. 2011. Studi Metode Statistik untuk Analisa Kerentanan Polusi Airtanah Data Jilid I, Bandung: Nova. Berbasis SIG Dengan Metode DRASTIC Di Kecamatan Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi Kedungkandang Kota Malang. Untuk Pengairan. Jakarta : Skripsi tidak dipublikasikan. Pradnya Paramitha. Malang : Jurusan Teknik Subarkah Imam. 1980. Hidrologi untuk Pengairan FT Universitas Perencanaan Bangunan Brawijaya. Air.Bandung: Idea Dharma. Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. PT Suharyadi. 1984. Pengantar Geologi Gramedia Teknik. Yogyakarta : Teknik Sipil Kodoatie, Robert .J. 1996. Pengantar UGM Hidrogeologi, Yogyakarta: Andi. Suripin. 2004. Sistem Drainase Montarcih, Lily. 2008. Hidrologi Dasar, Perkotaan yang Berkelanjutan. Malang: Tirta Media Andi. Yogyakarta. Murtiono, Ugro Hari., 2008. Kajian Sutopo. 1995. Statistika Hidrologi. Model Estimasi Volume Limpasan Bandung. Permukaan, Debit Puncak Aliran, Syahputra, Benny. Penurunan Kadar Besi dan Erosi Tanah Dengan Model (Fe) Pada Air Sumur Secara Soil Conservation Service (SCS), Pneumatic System. Rasional dan Modified Universal Todd, David Keith. 1980. Groundwater Soil Loss Equation (MUSLE) Hydrology. New York: John (Studi Kasus di DAS Wonogiri). Wiley and Sons. Laporan Kelompok Peneliti U.S. Soil Conservation Service (US SCS), Konservasi Tanah dan Air. Solo. 1972. SCS National Engineering Prahasta, Edy. 2002. Sistem Informasi Handbook, Section 4: Hydrology. Geografi. Bandung : Informatika USDA, Washington D.C. 2002 Utama, Harry Wahyudhy. 2007. Keracunan Nitrit Nitrat. www.wordpress.com (akses online 8 Januari 2013) Widyastuti, M., Notosiswoyo, S.. dan Anggayana, K. 2006. Pengembangan Metode DRASTIC untuk Prediksi Kerentanan Airtanah Bebas Terhadap Pencemaran di Sleman. http://i- lib.ugm.ac.id/jurnal/download.ph p?dataId=1903 (akses online 2 Mei 2012).