Anda di halaman 1dari 12

Studi Kerentanan Polusi Airtanah Berbasis SIG dengan Metode DRASTIC di

Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Irfan Ulumuddin Aziz, Moh. Sholichin, Emma Yuliani


Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email: ulumuddin_irfan@yahoo.co.id

ABSTRACT

Groundwater vulnerability is determined using hydrogeology characteristics which affect the


transport of contaminants to the water table. The DRASTIC model was developed by the EPA to be a
standardized system for evaluating ground water pollution potential.
The aim of this research is to evaluate the Lowokwaru District aquifer vulnerability using Depth
to water, net Recharge, Aquifer media, Soil media, Topography, Impact of vadose zone, and hydraulic
Conductivity (DRASTIC). To determine the vulnerability level is by summing score value of each used
parameters to obtain the DRASTIC Index. Data analysis were all performed using Geographic
Information System (ArcGIS 9), and by overlying DRASTIC parameter has result a groundwater
vulnerability map.
The result in this research show that groundwater vulnerability level in Lowokwaru District
divided into three classes from total 24,52 km2 an area about 11,31 km2 are in the low vulnerable zone
with DRASTIC Index range between 1 and 100, about 13,03 km2 are in the moderate vulnerable zone with
DRASTIC Index ranging between 101 and 140, and about 1,73 km2 are in the high vulnerable zone with
DRASTIC Index ranging between 141 and 200. This means that more than 50% of the Lowokwaru
District’s groundwater is at medium risk in terms of pollution potential.
Keyword: groundwater, vulnerability, DRASTIC, GIS

ABSTRAK

Kerentanan airtanah ditentukan menggunakan faktor hidrogeologi terntentu yang mempengaruhi


pergerakan polutan masuk mencapai airtanah. Metode DRASTIC yang dikembangkan oleh EPA
merupakan sistem standar yang digunakan untuk mengevaluasi potensi polusi airtanah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kerentanan airtanah yang menggunakan parameter
kedalaman airtanah, curah hujan, media akuifer, tekstur tanah, kemiringan lereng, pengaruh zona tak
jenuh dan konduktifitas hidraulik (DRASTIC). Tingkat kerentanan airtanah dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai rating dari tiap parameter setelah dikalikan dengan nilai pemberat masing-masing
sehingga dihasilkan suatu nilai yang disebut DRASTIC Index. Analisa data dilakukan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (ArcGIS 9), dan dari overlay tiap parameter menghasilkan peta tingkat
kerentanan airtanah.
Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan airtanah airtanah
terhadap polusi di Kecamatan Lowokwaru dibagi menjadi tiga kelas, dimana dari total luas 24,52 km2,
area seluas 11,31 km2 memiliki tingkat kerentanan rendah dengan nilai DRASTIC Index antara 1 hingga
100, sekitar 13,03 km2 memiliki tingkat kerentanan sedang dengan nilai DRASTIC Index berkisar 101-140.
Area dengan tingkat kerentanan tinggi memiliki luas 1,73 km2 dengan nilai DRASTIC Index berkisar
antara 141-200. Hal ini berarti lebih dari separuh Kecamatan Lowokwaru memiliki potensi polusi sedang
terhadap airtanahnya.
Kata kunci : airtanah, tingkat kerentanan, DRASTIC, SIG

PENDAHULUAN Keberadaannya yang sangat penting itu


Airtanah merupakan salah satu air jika tidak ditunjang dengan pengelolaan
baku yang banyak dimanfaatkan oleh yang benar akan menyebabkan
manusia guna menunjang kebutuhan baik penurunan kualitas airtanah atau
untuk keperluan rumah tangga (domestik), pencemaran. Untuk menghindari ataupun
industri, jasa maupun pertanian. mengetahui apakah airtanah di suatu
daerah mempunyai potensi polusi, perlu merupakan akronim dari 7 faktor
dilakukan pemetaan tingkat kerentanan hodrogeologi yang mempengaruhi
airtanah terhadap polusi yang dalam studi kerentanan airtanah. Tujuh parameter
ini mengambil lokasi di Kecamatan tersebut adalah (Aller et al., 1987):
Lowokwaru. 1. Depth to watertable (kedalaman
Metode DRASTIC dipilih karena airtanah),
metode ini dapat mengevaluasi Menggambarkan kedalaman
kerentanan suatu area terhadap polusi permukaan air di bawah tanah dari
airtanah berdasarkan informasi-informasi permukaan topografis dan
yang telah ada secara sistematis. merupakan jarak minimum yang
DRASTIC berpusat pada faktor harus ditempuh oleh polutan untuk
hidrogeologi yang mempengaruhi mencapai zona jenuh (saturated
pergerakan airtanah. Metode ini terdiri zone). Suatu area dengan
dari 2 unsur utama yaitu pembuatan unit- kedalaman airtanah yang semakin
unit pemetaan berdasarkan hydrogeology dekat dengan permukaan tanah
setting dan penggabungan parameter- memiliki kerentanan yang semakin
parameter untuk mengontrol penyebab tinggi untuk terkena polusi. Sumber
terjadinya polusi airtanah. Metode ini data untuk parameter ini bisa
memiliki 3 bagian penting yaitu weight, didapatkan dari data sumur
ranges dan rating. pengujian akuifer atau laporan
Penelitian ini bertujuan untuk hidrogeologi.
mengetahui tingkat kerentanan airtanah 2. Recharge (curah hujan)
terhadap pencemaran ynag dapat dilihat Recharge adalah total jumlah air
dari penjumlahan nilai skor masing- yang masuk dari permukaan tanah
masing parameter DRASTIC yang kedalam lapisan akuifer sehingga
menghasilkan nilai DRASTIC Index. menjadi jenuh air (Radig, 1997).Air
Untuk mengetahui faktor dominan yang hujan berkaitan dengan banyaknya
menetukan potensi polusi airtanah air yang dapat melarutkan dan
dengan cara overlay peta skor masing- mengangkut bahan pencemar
masing parameter pada ArcGIS 9 yang (polutan). Semakin besar curah
kemudian diklasifikasikan kembali untuk hujan maka semakin besar pula
mengetahui tingkat kerentanannya. potensi polusi airtanahnya. Sumber
Diharapkan hasil penelitian yang data untuk parameter ini didapatkan
diperoleh dapat dijadikan bahan dari laporan sumber daya air yang
pertimbangan dan masukan bagi peneliti digabungkan dengan data curah
maupun pihak terkait dikembangkannya hujan dari badan klimatologi untuk
rencana perlindungan airtanah secara kemudian dicari nilai infiltrasinya.
berkelanjutan yang berwawasan 3. Aquifer media (media akuifer)
konservasi lahan. Media akuifer mengacu pada
lapisan batuan yang bertindak
METODE PENELITIAN sebagai suatu akuifer. Semakin
Metode yang digunakan adalah besar ukuran butiran batuan yang
suatu sistem yang dikembangkan oleh ada dalam akuifer, semakin tinggi
U.S. Environmental Protection Agency kemampuan permeabilitasnya
(EPA) tahun 1980 untuk memetakan sehingga semakin besar pula
kerentanan suatu akuifer yang terkena kemungkinannya untuk terkena
polusi menurut kondisi hidrogeologi yang polusi. Sumber data untuk
mempengaruhi pergerakan air dari parameter ini biasanya diperoleh
permukaan menuju akuifer pada suatu dari laporan hidrogeologi dan
daerah. Metode DRASTIC yang geologi yang dipublikasikan.
4. Soil media (tekstur tanah) yang mungkin akan masuk ke
Tekstur tanah memiliki suatu airtanah.
dampak yang penting terhadap Tiap parameter DRASTIC sejak
jumlah limpasan air hujan yang awal telah dievaluasi untuk menentukan
dapat meresap kedalam lapisan pentingnya satu faktor dengan faktor
tanah. Sumber data untuk yang lain, yang diwakilkan dengan nilai
parameter ini diperoleh dari peta pemberat (weight) yang telah ditetapkan
jenis tanah. nilai pemberatnya yaitu 1 – 5.
5. Topography (kemiringan lereng) Tabel 1. Weight of DRASTIC Parameters
Topografi membantu
mengendalikan kemungkinan suatu
polutan akan melimpas dan
meresap ke dalam lapisan tanah.
Prosentase kemiringan tanah dapat
dilihat dari kontur pada peta dan
kemiringan yang paling sesuai agar
suatu area bisa dipilih untuk
menentukan nilai faktor pengali Sumber: Aller et al. (1987:19)
pada metode DRASTIC. Sumber Masing-masing parameter
data untuk parameter ini dapat DRASTIC dibagi berdasarkan nilai range
diperoleh dari peta topografi yang (tingkatan) atau berbagai tipe media yang
dipublikasikan badan pemerintah berpengaruh dalam potensi polusi yang
berwenang. akan terjadi dan telah ditetapkan nilai
6. Impact of the vadose zone bobot (rating) yang berkisar antara 1 – 10.
(pengaruh zona tak jenuh) Tingkat kerentanan airtanah dihitung
Vadose Zone (unsaturated zone) dengan cara menjumlahkan nilai rating
digambarkan sebagai zona yang tak dari tiap parameter setelah dikalikan
jenuh di atas muka airtanah pada dengan nilai pemberat masing-masing
zona jenuh. Dalam metode sehingga dihasilkan suatu nilai yang
DRASTIC, harus dipilih media di disebut DRASTIC Index dengan
lapisan vadose zone yang persamaan (1):
berpotensi mempengaruhi DI = DrDw + RrRw + ArAw +
terjadinya polusi. Sumber data SrSw + TrTw + IrIw + CrCw
untuk parameter ini diperoleh dari Semakin tinggi nilai DRASTIC
laporan geologi yang Index, semakin besar kerentanan suatu
dipublikasikan. area untuk terkena polusi. Setelah
7. Conductivity hydraulic of the didapatkan nilai DRASTIC Index dalam
aquifer (konduktivitas hidraulik) tugas akhir ini tingkat kerentanan
konduktivitas hidraulik/koefisien ditampilkan dalam bentuk peta skor
kelulusan air (K) adalah menggunakan program Sistem Informasi
kemampuan dari suatu media Geografis yaitu ArcView 3.3.
akuifer untuk meluluskan air di
dalam rongga-rongga batuan, yang HASIL DAN PEMBAHASAN
akan mengendalikan tingkat 1. Analisa Parameter DRASTIC pada
gradien aliran airtanah. Nilai K Kecamatan Lowokwaru
yang paling akurat dihitung dari Untuk menentukan batas daerah
pengujian pompa untuk akuifer. studi ini menggunakan batas administrasi
Semakin tinggi tingkat kelolosan Kecamatan Lowokwaru dalam software
airnya, semakin banyak polutan ArcGIS 9. Keadaan bawah permukaan
atau sebaran akuifer secara vertikal dapat
diketahui melalui data hasil pengamatan Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr
sumur penduduk dan mencocokkan
DINOYO Pemukiman 0.007 1
contoh tanah dengan hasil pengeboran
DINOYO Pemukiman 6.013 1
pada tiap sumur bor yang dalam studi ini
JATIMULYO Sungai 0.000 1
dilakukan terpisah pada studi lain. Hasil
dari pengujian ini digunakan untuk JATIMULYO Sungai 0.000 1

menentukan rating dari parameter JATIMULYO Pemukiman 0.000 1


kedalaman airtanah, media akuifer, JATIMULYO Pemukiman 3.139 1
pengaruh zona tak jenuh dan
JATIMULYO Tanah Terbuka 3.312 1
konduktifitas hidraulik.
JATIMULYO Pemukiman 7.355 1
Untuk parameter curah hujan
ditentukan dari data curah hujan Stasiun JATIMULYO Tanah Terbuka 7.567 1

Lowokwaru tahun 2002-2011 dan JATIMULYO Persawahan 8.513 1


perhitungan nilai infiltrasi menggunakan KETAWANGGEDE Sungai 0.000 1
Metode SCS. Berdasarkan peta jenis KETAWANGGEDE Pemukiman 1.149 1
tanah diketahui bahwa jenis tanah di KETAWANGGEDE Pemukiman 2.628 1
Kecamatan Lowokwaru termasuk jenis
LOWOKWARU Sungai 0.000 1
alluvial dengan tekstur liat berpasir dan
LOWOKWARU Pemukiman 3.641 1
andosol dengan tekstur agregat lempung.
MERJOSARI Tanah Terbuka 6.496 1
Untuk parameter topography ditentukan
dari penggambaran peta kelas kemiringan MERJOSARI Persawahan 6.852 1

lereng yang dilakukan pada ArcView 3.3. MERJOSARI Pemukiman 11.257 1


1.1. Penentuan Rating Masing-masing MERJOSARI Perkebunan 48.424 1
Parameter DRASTIC MERJOSARI Pemukiman 88.423 3
Dari pengolahan data dan hasil MERJOSARI Tanah Terbuka 88.423 3
perhitungan pada pembahasan subbab MERJOSARI Perkebunan 108.126 6
sebelumnya didapatkan Rating dari tiap –
MOJOLANGU Tanah Terbuka 2.300 1
tiap parameter DRASTIC yang disajikan
MOJOLANGU Pemukiman 3.762 1
pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 8.
MOJOLANGU Persawahan 5.259 1

Tabel 2. Nilai rating kedalaman airtanah MOJOLANGU Pemukiman 5.957 1


Depth Rating Depth Weight Skor MOJOLANGU Tanah Terbuka Hijau 10.297 1
Sumur Depth
(Dr) (Dw) (DrDw) MOJOLANGU Tanah Terbuka 57.706 3

H. Syaiful 12 5 5 25 SUMBERSARI Persawahan 1.302 1

Perikanan 13 5 5 25 SUMBERSARI Pemukiman 1.616 1

Al Hikam 15 5 5 25 SUMBERSARI Tanah Terbuka 2.335 1

Tasikmadu 10 5 5 25 SUMBERSARI Pemukiman 16.479 1

Polinema 19 3 5 15 SUMBERSARI Tanah Terbuka Hijau 17.759 1

Perum Tidar 40 1 5 5 SUMBERSARI Tanah Terbuka Hijau 137.032 6

UNISMA 15 5 5 25 TANJUNGSEKAR Tanah Terbuka 0.036 1


TANJUNGSEKAR Pemukiman 0.877 1
Tabel 3. Nilai rating Recharge Tahun TANJUNGSEKAR Persawahan 2.704 1
2002 TANJUNGSEKAR Pemukiman 2.896 1
Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr TANJUNGSEKAR Perkebunan 3.731 1
DINOYO Sungai 0.000 1 TANJUNGSEKAR Perkebunan 5.833 1
DINOYO Pemukiman 0.000 1 TASIKMADU Pemukiman 0.428 1
DINOYO Tanah Terbuka 0.001 1 TASIKMADU Persawahan 4.764 1
DINOYO Persawahan 0.005 1 TASIKMADU Pemukiman 8.330 1
Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr

TASIKMADU Perkebunan 24.019 1 DINOYO Sungai 0.000 1


TASIKMADU Perkebunan 47.780 1 DINOYO Pemukiman 0.000 1
TLOGOMAS Sungai 0.000 1 DINOYO Tanah Terbuka 0.001 1
TLOGOMAS Perkebunan 6.001 1 DINOYO Persawahan 0.005 1
TLOGOMAS Perkebunan 6.135 1 DINOYO Pemukiman 0.007 1
TLOGOMAS Pemukiman 18.120 1 DINOYO Pemukiman 5.986 1
TULUSREJO Pemukiman 0.363 1 JATIMULYO Sungai 0.000 1
TULUSREJO Pemukiman 2.693 1 JATIMULYO Sungai 0.000 1
TULUSREJO Tanah Terbuka Hijau 9.160 1 JATIMULYO Pemukiman 0.000 1
TULUSREJO Tanah Terbuka 9.466 1 JATIMULYO Pemukiman 3.136 1
TUNGGULWULUNG Sungai 0.000 1
JATIMULYO Tanah Terbuka 3.298 1
TUNGGULWULUNG Pemukiman 0.000 1
JATIMULYO Pemukiman 7.323 1
TUNGGULWULUNG Perkebunan 8.057 1
JATIMULYO Tanah Terbuka 7.559 1
TUNGGULWULUNG Pemukiman 11.045 1
JATIMULYO Persawahan 8.490 1
TUNGGULWULUNG Tanah Terbuka 18.538 1
KETAWANGGEDE Sungai 0.000 1
TUNGGULWULUNG Persawahan 23.464 1
KETAWANGGEDE Pemukiman 1.148 1
KETAWANGGEDE Pemukiman 2.616 1
Tabel 4. Nilai rating Recharge Tahun
LOWOKWARU Sungai 0.000 1
2002
LOWOKWARU Pemukiman 3.638 1
Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr
MERJOSARI Tanah Terbuka 6.467 1
DINOYO Sungai 0.000 1
MERJOSARI Persawahan 6.834 1
DINOYO Pemukiman 0.000 1
MERJOSARI Pemukiman 11.206 1
DINOYO Tanah Terbuka 0.001 1
MERJOSARI Perkebunan 48.146 1
DINOYO Persawahan 0.005 1
MERJOSARI Pemukiman 88.030 3
DINOYO Pemukiman 0.007 1
MERJOSARI Tanah Terbuka 88.030 3
DINOYO Pemukiman 5.986 1
MERJOSARI Perkebunan 107.506 6
JATIMULYO Sungai 0.000 1
MOJOLANGU Tanah Terbuka 2.298 1
JATIMULYO Sungai 0.000 1
MOJOLANGU Pemukiman 3.758 1
JATIMULYO Pemukiman 0.000 1 MOJOLANGU Persawahan 5.245 1
JATIMULYO Pemukiman 3.136 1 MOJOLANGU Pemukiman 5.930 1
JATIMULYO Tanah Terbuka 3.298 1 MOJOLANGU Tanah Terbuka Hijau 10.278 1
JATIMULYO Pemukiman 7.323 1 MOJOLANGU Tanah Terbuka 57.449 3
JATIMULYO Tanah Terbuka 7.559 1 SUMBERSARI Persawahan 1.298 1
JATIMULYO Persawahan 8.490 1 SUMBERSARI Pemukiman 1.615 1
KETAWANGGEDE Sungai 0.000 1 SUMBERSARI Tanah Terbuka 2.325 1
KETAWANGGEDE Pemukiman 1.148 1 SUMBERSARI Pemukiman 16.406 1
KETAWANGGEDE Pemukiman 2.616 1 SUMBERSARI Tanah Terbuka Hijau 17.725 1
LOWOKWARU Sungai 0.000 1 SUMBERSARI Tanah Terbuka Hijau 136.088 6
LOWOKWARU Pemukiman 3.638 1 TANJUNGSEKAR Tanah Terbuka 0.035 1
MERJOSARI Tanah Terbuka 6.467 1 TANJUNGSEKAR Pemukiman 0.873 1
MERJOSARI Persawahan 6.834 1 TANJUNGSEKAR Persawahan 2.697 1
MERJOSARI Pemukiman 11.206 1 TANJUNGSEKAR Pemukiman 2.893 1
MERJOSARI Perkebunan 48.146 1 TANJUNGSEKAR Perkebunan 3.709 1
Kelurahan Tataguna Lahan Recharge Rr Tabel 5. Nilai rating media akuifer
Aquifer Aquifer
Skor
DINOYO Sungai 0.000 1 Rating Weight
Jenis Aquifer
DINOYO Pemukiman 0.000 1 (ArA
(Ar) (Aw)
w)
DINOYO Tanah Terbuka 0.001 1 Batu berpasir
6 3 18
menengah
DINOYO Persawahan 0.005 1
Batu pasir halus 6 3 18
DINOYO Pemukiman 0.007 1
Pasir halus 8 3 24
DINOYO Pemukiman 5.986 1
Batuan 3 3 9
JATIMULYO Sungai 0.000 1
JATIMULYO Sungai 0.000 1 Tuffa 6 3 18

JATIMULYO Pemukiman 0.000 1 Pasir menengah 8 3 24

JATIMULYO Pemukiman 3.136 1

JATIMULYO Tanah Terbuka 3.298 1


Tabel 6. Nilai rating tekstur tanah
Soil Rating Soil Weight Skor
JATIMULYO Pemukiman 7.323 1 Soil Media
(Sr) (Sw) (SrSw)
JATIMULYO Tanah Terbuka 7.559 1
Endapan Liat 3 2 6
JATIMULYO Persawahan 8.490 1
Pasir 9 2 18
KETAWANGGEDE Sungai 0.000 1
Tuffa 9 2 18
KETAWANGGEDE Pemukiman 1.148 1
KETAWANGGEDE Pemukiman 2.616 1
Tabel 7. Nilai rating kemiringan lereng
LOWOKWARU Sungai 0.000 1
Kemiringan Lereng Bobot (Rating) Weight Skor
LOWOKWARU Pemukiman 3.638 1
% Tr Tw TwTr
MERJOSARI Tanah Terbuka 6.467 1
0-2 10 1 10
MERJOSARI Persawahan 6.834 1
2-6 9 1 9
MERJOSARI Pemukiman 11.206 1
6-12 5 1 5
MERJOSARI Perkebunan 48.146 1
TANJUNGSEKAR Perkebunan 5.824 1 12-18 3 1 3

TASIKMADU Pemukiman 0.428 1 + 18 1 1 1

TASIKMADU Persawahan 4.751 1


TASIKMADU Pemukiman 8.293 1 Tabel 8. Nilai rating zona tak jenuh
TASIKMADU Perkebunan 23.983 1 Vad. Rating Vad. Weight Skor
Impact Of Vadose Zone
TASIKMADU Perkebunan 47.506 1 (Ir) (Iw) (IrIw)
TLOGOMAS Sungai 0.000 1 Batuan 3 5 15
TLOGOMAS Perkebunan 5.967 1
Tuffa 6 5 30
TLOGOMAS Perkebunan 6.100 1
TLOGOMAS Pemukiman 18.040 1
Tabel 9. Nilai rating konduktivitas hidraulik
TULUSREJO Pemukiman 0.361 1 Cond. Cond.
Skor
Hidraulic Conductivity Rating Weight
TULUSREJO Pemukiman 2.691 1 (m/hari)
(Cr) (Cw) (CrCw)
TULUSREJO Tanah Terbuka Hijau 9.143 1
TULUSREJO Tanah Terbuka 9.457 1 2.299 2 3 6

TUNGGULWULUNG Sungai 0.000 1 1.446 2 3 6

TUNGGULWULUNG Pemukiman 0.000 1 0.429 1 3 3

TUNGGULWULUNG Perkebunan 8.011 1 0.2 2 3 6

TUNGGULWULUNG Pemukiman 10.996 1 10.573 8 3 24


TUNGGULWULUNG Tanah Terbuka 18.456 1 34.073 10 3 30
TUNGGULWULUNG Persawahan 23.402 1 0.039 1 3 3
Gambar 1. Peta skor kedalaman airtanah Gambar 5. Peta skor tekstur tanah

Gambar 2. Peta skor recharge tahun 2002 Gambar 6. Peta skor kemiringan lereng

Gambar 7. Peta skor pengaruh zona tak


Gambar 3. Peta skor recharge tahun 2003 jenuh

Gambar 4. Peta skor media akuifer Gambar 8. Peta skor konduktifitas


hidraulik
2. Perhitungan DRASTIC Index dan Al-Hikam dan H. Syaiful menjadi
Penyajian Peta DRASTIC perwakilan untuk daerah pemukiman.
Setelah memperoleh nilai skor
pada masing–masing parameter
DRASTIC selanjutnya melakukan
penghitungan nilai DRASTIC Index
dengan menggunakan Persamaan (1).
Dari nilai DRASTIC Index tersebut akan
ditetapkan rentang tingkat kerentanan
airtanah terhadap polusi dengan cara
mengklasifikasikan kembali menjadi tiga
kelas yang membagi kelas tersebut
menjadi tingkat kerentanan rendah, Gambar 10. Kandungan besi
tingkat kerentanan sedang dan tingkat
kerentanan tinggi. Hasil klasifikasi
tersebut disajikan pada Tabel 16.
Penyajian peta DRASTIC
dilakukan dengan cara menggabungkan
(overlay) peta skor tiap parameter yang
telah dibuat sebelumnya. Tampilan peta
skor DRASTIC Index di Kecamatan
Lowokwaru disajikan pada Gambar 9

Gambar 11. Kandungan nitrit

Gambar 9. Peta Kerentanan Airtanah

3. Persebaran Tingkatan Polutan pada


Kecamatan Lowokwaru Gambar 12. Kandungan nitrat
Dalam studi ini parameter pencemaran
oleh polutan hanya mengambil 5 kategori
yang diantaranya unsur nitrit (NO2-),
nitrat (NO3-), besi (Fe), mangan (Mg) dan
klorida (Cr) dengan mengambil 5 tempat
pengambilan sempel air yang tiap-tiap
tempat mewakili karakteristik tipe
penggunaan lahan dan daerah sekitarnya.
Di titik Merjosari menjadi perwakilan
untuk daerah perkebunan. Di titik Dinoyo
mengambil pada sumur pabrik keramik Gambar 13. Kandungan mangan
dengan perwakilan sebagai daerah
industri. Di titik Tunggulwulung menjadi
perwakilan daerah persawahan dan untuk
tinggi adalah karena nilai konduktifitas
hidrauliknya yang tinggi. Namun faktor
utama yang berpengaruh adalah
dalamnya muka airtanah. Faktor inilah
yang memberikan nilai keamanan akan
kerentanan cukup tinggi baik secara
pemberian bobot nilai DRASTIC.
Sebagai hasil tambahan untuk
melihat kadar polusi airtanah ini juga
dilakukan uji laboratorium untuk 5 unsur
Gambar 14. Kandungan klorida bahan pencemar, antara lain adalah NO3-,
NO2-, Fe, Cl, dan Mn. Hal ini dapat
4. Pembahasan dan Rekomendasi dilihat dari persebaran bahan pencemar
Jika dilihat dari hasil overlay dan air hanya besi (Fe) dan Nitrat (NO3-)
peta skor DRASTIC selama kurun waktu yang banyak tersebar di daerah
10 tahun tidak ada perubahan untuk Kecamatan Lowokwaru yang berkadar
tinggkat kerentanan polusi airtanah. tinggi sedangkan lainnya masih di bawah
Kecamatan Lowokwaru ini sebesar standart, namun perlu disadari bahwa
46,138 % wilayah dengan kerentanan dengan dapatnya airtanah tercemar oleh
yang rendah, sebesar 53,153 % memiliki kedua bahan pencemar ini dapat
potensi sedang akan kerentanan dan dimungkinkan bahan pencemar lainnya
sebesar 0,708 % memiliki potensi tingkat akan dapat ikut bertambah hal ini
kerentanan yang tinggi. dikarenakan karena topografi daerah
Jika dilihat dari parameternya, Kecamatan Lowokwaru yang relatif datar
kerentanan pada daerah Kecamatan dan karena zona tak jenuhnya juga adalah
Lowokwaru yang sebagian besar adalah tuffa.
sedang hal ini dipengaruhi karena faktor Namun dalam konsep konservasi,
dari jenis tanah dan daerah zona tak jenuh. DRASTIC memiliki konsep yang berbeda.
Dimana sebagian besar jenis tanah Menurut konsep konservasi, semakin
Kecamatan Lowokwaru adalah tuffa dan banyak air yang masuk ke dalam tanah
pasir dan untuk zona tak jenuhnya hampir untuk kembali mengisi jumlah air tanah
seluruhnya adalah tuffa. adalah baik, sedangkan DRASTIC
Pada dasarnya tingkat kerentanan menerapkan konsep bahwa air yang
tiap daerah memiliki faktor utama yang masuk ke dalam tanah semakin kecil
berbeda-beda, misalnya saja pada maka akan semakin kecil pula peluang
Kelurahan Dinoyo yang rata-rata polutan untuk ikut ke dalam airtanah.
memiliki jenis akuifer yang lebih mudah Tapi dengan sedikitnya air yang meresap
meloloskan air seperti batu pasir akan mengakibatkan limpasan permukaan
menengah ditambah dengan tingkat menjadi semakin besar dan dapat
kemiringan lereng yang rendah yaitu 0- dimungkinkan akan terjadinya banjir
6% dan daerah zona tak jenuh yang akan semakin besar.
terdiri dari tuffa dapat menyebabkan Peta kerentanan airtanah bisa
tingkat kerentanan yang tinggi karena diaplikasikan untuk semua polutan yang
dapat memberikan peluang polutan untuk mungkin berpengaruh pada air di
masuk ke dalam tanah dan mencapai permukaan (sebelum meresap ke dalam
muka airtanah. Namun karena kedalaman tanah) tetapi tidak memberikan
airtanahnya relatif dalam sehingga penjelasan tentang potensi polusi dari tiap
tingkat kerentanannya pun tidak terlalu jenis bahan kimia dan jumlah
tinggi. Ditambah lagi untuk daerah pengaruhnya terhadap polusi airtanah
Kelurahan Merjosari sampai berpotensi
tersebut. Hal ini merupakan batasan Adapun saran–saran yang
penting dalam studi ini. diberikan setelah menganalisa hasil
perhitungan skor DRASTIC Index dan
KESIMPULAN DAN SARAN pengklasifikasian tingkat kerentanan
Berdasarkan perhitungan adalah sebagai berikut:
DRASTIC Index pada Kecamatan 1. Dianjurkan dalam penggunaan
Lowokwaru diperoleh kesimpulan airtanah untuk keperluan air baku
sebagai berikut: digunakan airtanah dalam agar
1. Tingkat kerentanan airtanah dapat meminimalisir dari polutan
terhadap polusi di Kecamatan yang masuk akibat air permukaan
Lowokwaru yang disimpulkan dari yang meresap ke dalam tanah.
hasil pemetaan skor DRASTIC 2. Sangat diperlukan adanya
Index selama 10 tahun adalah perencanaan perlindungan airtanah
46,138% Kecamatan Lowokwaru secara berkelanjutan yang
berpotensi rendah terhadap polusi berwawasan konservasi lahan.
airtanah dan 53,153% berpotensi Hasil dari perhitungan DRASTIC
sedang dan sebesar 0,708% Index serta penyajian peta tingkat
berpotensi tinggi. kerentanan airtanah ini juga dapat
2. Faktor yang dominan digunakan sebagai acuan
mempengaruhi tingkat kerentanan perencanaan pengembangan
di Kecamatan Lowokwaru berbeda- infrastruktur daerah serta
beda, namun faktor yang paling pengembagan tataguna lahan.
dominan dari hasil pembahasan 3. Dalam studi ini masih terdapat
adalah zona tak jenuh yang terdiri banyak kekurangan, contohnya
dari tuffa, jenis tanah yang sebagian adalah keterbatasan data seperti
besar adalah pasir dan tuffa dan kurangnya titik-titik sumur bor di
nilai konduktifitas hidraulik yang Kecamatan Lowokwaru. Sehingga
sangat tinggi bernilai lebih dari diharapkan studi ini dapat
17,18 m/hari. dikembangkan lebih jauh pada studi
3. Dari 5 parameter pencemaran selanjutnya dengan menambahkan
airtanah, nitrit (NO2), nitrat (NO3), lokasi titik sumur bor yang lebih
besi (Fe), mangan (Mg) dan klorida rapat sehingga hasil yang
(Cr) hanya besi dan nitrat yang didapatkan lebih akurat.
kadarnya melebihi standart air kelas
1. Diseluruh Kecamatan DAFTAR PUSTAKA
Lowokwaru mengandung kadar Abduh, Moh. 2012. Studi Kapasitas
besi yang tinggi dan hanya daerah Operasi Debit Airtanah Pada
Kelurahan Dinoyo yang memiliki Akuifer Tertekan Di Kota Malang.
kadar nitrat yang tinggi, selebihnya Tesis tidak dipublikasikan.
dari 3 parameter lainnya masih bisa Malang : Program Magister Dan
diterima untuk standart air kelas 1. Doktor Fakultas Teknik
4. Dengan mengetahui tingkat Universitas Brawijaya
kerentanan airtanah terhadap polusi Alfiyan, Moekhamad. Pengembangan
di Kecamatan Lowokwaru terhadap Metode DRASTIC Untuk Analisis
kebutuhan air kelas 1 maka dapat Tingkat Kerentanan
menggunakan airtanah dalam (Vulnerability) Pencemaran
karena jauh dari permukaan yang Airtanah Calon Lokasi Landfill
penuh dengan bahan pencemar Tenorm. Prosiding Seminar
airtanah. Nasional Teknologi Pengelolaan
Limbah IX : Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Prahasta, Edy. 2007. Sistem Informasi
Tirtayasa. Geografi. Bandung : Informatika
Aller, L., Bennett, T., Lehr, J., Petty, R. 2007
and G, Hackett. 1987. DRASTIC: Radig, Scott. 1997. North Dakota
A Standardized System for Geographic Targeting System for
Evaluating Ground Water Groundwater Monitoring.
Pollution Potential Using http://www.ndhealth.gov/wq/gw/p
Hydrogeologic Settings. National ubs/GWT.HTM (akses online Mei
Water Well Association, Dublin 2012).
Ohio / EPA Ada, Oklahoma. Saeni, M S. 1989. Kimia Lingkungan.
EPA-600/2-87-035 PAU Ilmu Hayat IPB : Bogor.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Shahid, S., 2000. A Study of
Pengelolaan Daerah Aliran Groundwater Pollution
Sungai. Yogyakarta: Gadjah Vulnerabilityusing DRASTIC/GIS
Mada University Press. in West Bengal India. India :
Bisri, Muhammad. 1988. Aliran Airtanah. Journal of Environmental
Malang : UPT. Penerbit Fakultas Hydrology.
Teknik Universitas Brawijaya. http://www.hydroweb.com/jeh/jeh
Chow, Ven Te., David R. Maidment, 2000/shahid.pdf
Larry W. Mays. 1988. Applied Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Hydrology. New York. Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno. 1995.Hidrologi Aplikasi
Fianisya, Ayu Abriya. 2011. Studi
Metode Statistik untuk Analisa
Kerentanan Polusi Airtanah
Data Jilid I, Bandung: Nova.
Berbasis SIG Dengan Metode
DRASTIC Di Kecamatan Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi
Kedungkandang Kota Malang. Untuk Pengairan. Jakarta :
Skripsi tidak dipublikasikan. Pradnya Paramitha.
Malang : Jurusan Teknik Subarkah Imam. 1980. Hidrologi untuk
Pengairan FT Universitas Perencanaan Bangunan
Brawijaya. Air.Bandung: Idea Dharma.
Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. PT Suharyadi. 1984. Pengantar Geologi
Gramedia Teknik. Yogyakarta : Teknik Sipil
Kodoatie, Robert .J. 1996. Pengantar UGM
Hidrogeologi, Yogyakarta: Andi. Suripin. 2004. Sistem Drainase
Montarcih, Lily. 2008. Hidrologi Dasar, Perkotaan yang Berkelanjutan.
Malang: Tirta Media Andi. Yogyakarta.
Murtiono, Ugro Hari., 2008. Kajian Sutopo. 1995. Statistika Hidrologi.
Model Estimasi Volume Limpasan Bandung.
Permukaan, Debit Puncak Aliran, Syahputra, Benny. Penurunan Kadar Besi
dan Erosi Tanah Dengan Model (Fe) Pada Air Sumur Secara
Soil Conservation Service (SCS), Pneumatic System.
Rasional dan Modified Universal Todd, David Keith. 1980. Groundwater
Soil Loss Equation (MUSLE) Hydrology. New York: John
(Studi Kasus di DAS Wonogiri). Wiley and Sons.
Laporan Kelompok Peneliti U.S. Soil Conservation Service (US SCS),
Konservasi Tanah dan Air. Solo. 1972. SCS National Engineering
Prahasta, Edy. 2002. Sistem Informasi Handbook, Section 4: Hydrology.
Geografi. Bandung : Informatika
USDA, Washington D.C.
2002
Utama, Harry Wahyudhy. 2007.
Keracunan Nitrit Nitrat.
www.wordpress.com (akses
online 8 Januari 2013)
Widyastuti, M., Notosiswoyo, S.. dan
Anggayana, K. 2006.
Pengembangan Metode DRASTIC
untuk Prediksi Kerentanan
Airtanah Bebas Terhadap
Pencemaran di Sleman. http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/download.ph
p?dataId=1903 (akses online 2
Mei 2012).

Anda mungkin juga menyukai