Anda di halaman 1dari 11

6

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Anatomi

2.1.1 Anatomi Vertebrae

Vertebrae atau tulang belakang adalah bagian dari rangka aksial

manusia yang berfungsi sebagai penyangga utama tubuh sehingga manusia

dapat berdiri tegak, membungkuk dan menggeliat. Tulang belakang tersusun

oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. Ke-33 tulang tersebut

terbagi dalam 5 bagian yaitu, 7 vertebrae cervicalis, 12 vertebrae

thoracalis, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sacrum dan 4 vertebrae coccyx

(Kirnantoro, 2016).

Gambar 2.1 columna vertebrae (Putz, 2007)


7

2.1.2 Vertebra cervical

Vertebra cervical terbagi menjadi 7 ruas, yang dimulai dari bawah

cranium dan berakhir diatas tulang thorakalis. Vertebrae cervical memiliki

backward “c” dengan kurva lordotik dan jauh lebih mobile dari vertebra

thoracal dan lumbal (Pearce, 2008).

Gambar 2.2 vertebrae cervical (Putz, 2007)

2.1.3 Vertebrae thoracal

Vertebrae thoracal terbagi menjadi 12 buah, pada vertebrae thoracal

processus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa

gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai tulang

punggung dorsal dalam konteks manusia (Kirnantoro, 2016).


8

Gambar 2.3 vertebrae thoracalis (Putz, 2007)

2.1.4 Vertebrae lumbal

Vertebrae lumbal terbagi menjadi 5 buah, memiliki corpus lebih besar

dibanding vertebra lainnya. Bentuknya lebar dan padat serta berbentuk bulat

seperi telur. Foramen vertebralis berbentuk segitiga sedikit lebih besar

daripada thorakalis tetapi lebih kecil dari vertebra cervikalis. Prosesus

artikulairs superior mengarah ke atas sedangkan prosesus artikularis

inferior mengarah kebawah. Zhygaphofisial joint membentuk sudut 30-500

terhadap MSP.

Foramen intervertebralis pada lumbal dapat terlihat pada posisi

lateral sedangkan zygoaphofisial joint terlihat pada posisi oblique baik

anterior atau posterior oblique (Syaifuddin, 2006).


9

Gambar 2.4 vertebrae Lumbalis (Putz, 2007)

2.1.5 Vertebrae sacrum

Os sacrum merupakan vertebrae yang menjadi satu, bagian atas

bersendi dengan vertebrae lumbal dan bagian lateral bersendi dengan

illiaca, dan bagian bawah dengan coccyx, Os sacrum terdiri dari 5 ruas

(Pearce, 2008)
10

Gambar 2.5, Vertebrae Sacrum (Putz, 2007)

2.1.6 Vertebare Coccyx

Vertebrae coccyx merupakan ujung bawah dari vertebrae yang dimana

Os coccyx memiliki jumlah 4 ruas (Pearce, 2008).

Gambar 2.6 Vertebrae Coccygx (Putz, 2007)

Thoracolumbal adalah bagian dari tulang belakang yang dibatasi oleh

vertebra cervical dibagian proximal dan vertebra sacrum di bagian distal.

Thoracolumbal merupakan bagian vertebrae yang terdiri dari vertebrae

thoracalais atau ruas tulang punggung. Ciri khas vertebrae thoracalis

adalah badannya berbentuk lebar-lonjong (berbentuk jantung). vertebrae

lumbalis atau tulang pingang merupakan bagian dari columna vertebralis

dengan ciri khusus yaitu, korpusnya besar dan tebal dan berbentuk oval.

Mempunyai pedikel yang pendek dan tebal, foramen intervertebralis nya

kecil dan bentuknya menyerupai segitiga, processus spinosus nya tebal dan

luas serta arahnya agak horizontal (Putz, 2016).

Adapun kelainan patologi yang sering terjadi di bagian thoracolumbal

adalah kifosis. Kifosis merupakan suatu kelainan melengkungnya tulang


11

belakang abnormal kearah depan yang dapat terjadi thoracolumbal.

2.2 kifosis

Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung. Punggung

penderita kifosis melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di

masyarakat awam sering di sebut bungkuk. Kifosis terjadi jika lengkung tubuh

lebih dari 40 derajat. Jika lebih dari 50 derajat dianggap tidak normal. Kifosis bisa

terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis

ringan mungkin tidak disadari karena nyaris tidak menimbulkan keluhan, kecuali

rasa lelah, punggung nyeri dan kaku yang awalnya di anggap wajar akibat

kegiatan sehari-hari (Iskandar Ali, 2010)

2.3 Teknik Radiografi

Teknik pemeriksaan radiografi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata

cara pemotretan dengan menggunakan sinar-x untuk menghasilkan suatu

gambaran radiografi yang baik dan bagus, serta memberikan informasi sebanyak-

banyaknya untuk membantu seorang dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit

yang diderita pasien (Rasad, 2005).

2.4 Proteksi Radiasi

Dalam pemeriksaan radiografi perlu diperhatikan mengenai proteksi radiasi

dimana pengaruh radiasi terhadap organ tubuh manusia dapat bermacam-macam

tergantung pada jumlah dosis dan luas lapangan radiasi yang diterima (Rasad,

2005).
12

Pada tahun 1950 Komisi Internasional untuk perlindungan terhadap

penyinaran menetapkan bahwa pengaruh sinar X adalah sebagai berikut :

1. Luka permukaan yang dangkal

2. Kerusakan hemopoetik

3. Induksi keganasan (induction of malignancy)

4. Berkurangnya kemungkinan hidup (reduction of life span)

5. Aberasi genetik

Upaya pencegahan atau proteksi radiasi bertujuan terhadap pasien yaitu

dosis radiasi yang diberikan harus sekecil mungkin sesuai keharusan klinis. Pada

personil, dosis radiasi yang diterima harus ditekan serendah mungkin dan dalam

keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi dosis maksimum yang

diperkenankan (Rasad, 2005).

Untuk mengendalikan bahaya radiasi dapat mengunakan 3 (tiga) azas

proteksi radiasi, yaitu sebagai berikut :

a. Justifikasi

Justifikasi adalah suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika

menghasilkan keuntungan bagi satu atau banyak individu dan bagi

masyarakat, untuk mengimbangi kerusakan radiasi yang ditimbulkannya

(Hiswara, 2015).

b. Optimisasi

Optimisasi adalah dalam kaitan dengan pajanan dari suatu sumber

tertentu dalam pemanfaatan, proteksi dan keselamatan harus

dioptimisasikan agar besar dosis individu, jumlah orang terpajan, dan


13

kemungkinan terjadinya pajanan ditekan serendah mungkin (ALARA, as

low as reasonably achievable), dengan memperhitungkan faktor ekonomi

dan sosial (Hiswara, 2015).

c. Limitasi

Limitasi adalah pembatasan dosis. Nilai batas dosis dapat memberikan

batasan yang jelas untuk prosedur yang lebih subjektif dan juga mencegah

kerugian individu yang berlebihan, yang dapat timbul akibat kombinasi

pemanfaatan (Hiswara, 2015).

1. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thoracolumbal Dengan Proyeksi

AP

Posisi pasien : Pasien dalam posisi erect dengan ditribusi

berat badan tubuh pada kedua kaki pada

posisi erect.

Posisi objek : Atur MSP pada CR dan Mid Line, atur Mid

Coronal Plane tubuh pada CR dan Mid Line,

letakkan lower margin min 3-5 cm dibawah

crista iliacha.

Central Ray : Tegak lurus dengan bidang film.

Central Point : Tegak lurus pertengahan kaset.

FFD : 90 - 100 Cm.

Kaset : 30 x 40 Cm.

Kriteria gambar : Tampak Vertebra, Thoracal dan Lumbal.


14

2. Teknik Pemeriksaan Radiografi Thoracolumbal Dengan Proyeksi


Lateral

Posisi pasien : Lateral Erect dengan kedua lengan di angkat.

Posisi objek : Letakkan pelvis dan tarsal dalam posisi

Lateral, Atur Mid Coronal Plane pada tubu

pada CR dan Mid Line, Lower margin

minilam 3-5 Cm dibawah setinggi Crista

Iliacha.

Central Ray : Tegak lurus dengan bidang film.

Central Point : Tegak lurus pertengahan kaset.

FFD : 90 - 100 Cm.

Kaset : 30 x 40 Cm.

Kriteria gambar : Tampak Vertebra, Thoracal dan Lumbal

dalam posisi Lateral.

3 Proyeksi bending kanan dan bending kiri

Tujuan :untuk menilai jarak pergerakan collum

vertebrae

Posisi pasie : pasien erect atau recumbent, tangan berada di

samping tubuh
15

Gambar 2.20 Proyeksi Bending Kanan dan Kiri Vertebrae Scoliosis Series PA e
rect (Bontrager, dalam Wijaksono, 2019)
1. Posisi objek

Tubuh pasien dilateral fleksikan kekanan untuk bending kanan dan ke

kiri untuk bending kiri semaksimal mungkir

2. Sinar :

CP : Tegak lurus kaset

CR : pada pertengahan Kaset atau IR

FFD : 102-153 cm

3. Kriteria :

Vertebrae thoracal dan vertebrae lumbal, spinal columb sejajar

dengan kaset ditandai dengan terbukanya foramen intervertebrata dan

intervertebrata joint space.

Gambar 2.21 Radiograf Bending Kanan dan Kiri (Bontrager, dalam


Wijaksono, 2019).
16

Anda mungkin juga menyukai