Anda di halaman 1dari 41

ASKEP MENINGIOMA

1. Definisi Pengertian
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar
patofisiologi)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna),
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor
otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

2.1. Epidemiologi dan Insidensi


Tumor ini mewakili 20% dari semua neoplasma intrakranial dan 12 % dari semua tumor medulla
spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor ini lebih sering
ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak tertutup
kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut.Paling banyak
meningioma tergolong jinak (benign) dan 10 % malignan. Meningioma malignant dapat terjadi
pada wanita dan laki-laki,meningioma benign lebih banyak terjadi pada wanita.
2.2. Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah diteliti
dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya
meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul
meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal
pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12,
ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-
NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma .
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak
diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor
pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin
memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah
payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan
meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka
dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma memiliki reseptor yang berinteraksi
dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor
dilihat paling sering pada meningioma yang jinak, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini
belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati
pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu
meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan,
peneliti telah mengamati bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada
saat kehamilan.2,3
2.3. Anatomi
Meningen adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dan medulla spinalis.
Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari superficial ke
profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening.4

Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina meningialis
dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding
kanalis vertebralis, menjadi endosteum (periosteum), sehingga di antara lamina meningialis dan
lamina endostealis terdapat spatium extraduralis (spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat
longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid terdapat spatium subdurale
yang berisi cairan limfe. Pada enchepalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan
interior kranium, terutama pada sutura, basis krania dan tepi foramen occipitale magnum.
Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan
membentuk empat buah septa, yaitu:4
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae
Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeningens. Kedua lapisan ini
dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae. Arachniod adalah suatu selubung tipis,
membentuk spatium subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat
spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis
serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan
transparant. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea,
masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior.4
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia cerebri.
Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut reticularis dan elastic,
ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis
seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi semua
permukaan otak dan medulla spinalis.
2.4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler
primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi
dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus
medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti
pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

2.5. Klasifikasi
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui, termasuk
meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di
bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.7
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat, jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik. Jika tumor semakin
berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah
dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan
observasi yang berkelanjutan. 7

b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan juga mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade II biasanya
membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.7
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignan atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian
meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuti dengan
terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.7
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor8 :
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang
terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung
pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata.
Banyak terjadi pada wanita.
d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan
otak dengan hidung.
e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar
tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40
dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan
spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling
dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata
cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian
otak.

2.6. Diagnosa
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak dan medulla
spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal dari bagian
khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma
tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti
· Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.
· Perubahan mental
· Kejang
· Mual muntah
· Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
· Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
· Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status
mental
· Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan,
dan penglihatan ganda.
· Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
· Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah,
berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
· Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
· Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
· Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
· Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing

2.7. Pemeriksaan Radiologi


Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan radiografi. Foto
polos kepala dapat memberikan gambaran kalsifikasi karena ada meningioma pada dasar tulang
kepala dengan bentuk yang konveks. Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis
yang tidak berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan meningioma
yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma masih memiliki derajat
kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang hyperostosis, dan bentuk
sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil false-negatif
pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat ditegakkan secara langsung
dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Foto polos
diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales,
kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx
menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada
20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

b. Computed Tomography (CT scan)


CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak meningioma.
Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan gambaran
peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran
komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan
jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi sepanjang dura serebri
sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang menyebabkan hiperostosis.
Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat
pada gambar-gambar berikut. The CT nature of the calcification may be nodular, fine and
punctate, or dense. Penelitian histologi membuktikan bahwa proses kalsifikasi > 45% adalah
meningioma.

Gambar 1.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media. Massa
kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan
punctata. Tidak terlihat adanya edema.
Gambar 2.
Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal. C,
D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogeny melekat
pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian posterior. Penyebab
kalsifikasi minor lain pada hemispere serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran
MRI potongan coronal T2 menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang dikelilingi
jaringan solid. Pada kasus ini tidak terlihat edema.
CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada perlekatan dura.
Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar berikut.

Gambar 3.
Meningioma otak. Gambaran CT-Scan tanpa zat kontras menunjukkan sebuah meningioma
maligna di lobus frontal yang muncul seperti massa dengan densitas tinggi. Kavitas kistik bisa
berupa nekrosis tumor, perdarahan yang lama, degenaratif kistik atau CSF yang terjebak. Edema
dan pergeseran Midline ke bagian kiri anterior juga dapat terlihat.

Gambar 4.
Meningioma otak. CT-Scan tanpa kontras menunjukkan meningioma maligna di lobus frontal.
Dapat terlihat peningkatan densitas dan massa yang homogen dan perselubungan yang berbentuk
cincin.
Brain meningioma.
Gambar 5.
Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal internal cerebri
dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang.
CT-scan dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh darah pada
kalvarium.
Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-33% adalah
meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak. Meningioma dapat
menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi perdarahan. Edema tidak terjadi pada
50% pasien karena pertumbuhan yang lambat, tetapi dapat meluas. Edema lebih dominan terjadi
di lapisan white matter, dan mengakibatkan penurunan densitas. Lihat gambar berikut.

Gambar 6.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan isodensitas sphenoid-wing meningioma.
Fissura Sylvii kiri kolaps sebagian.

Gambar 7.
Meningioma Otak. CT-scan menunjukkan meningioma isodensitas spenoid. Massa meningioma
terlihat setelah diberi injeksi zat kontras secara intravena.
Brain meningioma. CT scan shows an isoattenuating sphenoid-wing meningioma. The contrast-
enhancing mass is attached to the major sphenoid wing and was demonstrated only after the
intravenous injection of contrast material. Zat kontras pada CT-Scan akan menunjukkan tumor
dengan densitas sedang sampai kuat; dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah.

Gambar 8.
Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras menunjukkan
lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan massa pada bagian dura serebral,
sehingga adanya terlihat edema yang jelas pada otak.

ganbar 9
Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal media menunjukkan
adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat dapat di lihat di posterior dari massa.
Vena drainase tidak terlihat.Periperal kistik dapat mengakibatkan cairan serebrospinal
terperangkap yang dapat dilihat pada gambaran berikut.

Gambar 10.
Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal pada CT-scan
dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan peningkatan densitas di
sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal, edema subtle, `hemodensitas, dan
dilatasi ventrikel.
Komponen-kompenen kistik pada meningioma dapat terlihat di dalam tumor atau antara tumor
dengan jaringan otak, oleh karena itu disebut CSF yang terjebak.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi meningioma. MRI
memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada.9
Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma adalah resolusi 3 dimensi.
Kemampuan MRI untuk membedakan tipe dari jaringan ikat, kemampuan multiplanar, dan
rekonstruksi 3D. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 11.
Meningioma Parasagital. A. MRI nonkontras potongan sagital T1 menunjukkan massa dural
yang padat dengan invasi dan kompresi terhadap korteks parietal. B. MRI dengan zat kontras
potongan sagittal T1 menunujukkan perlekatan sebagian tumor. C. Potongan Koronal T2
menunjukkan massa padat yang menunjukkan jaringan padat. Gambaran ini menunjukkan
meningioma fibroblastik. D. MRI potongan axial T1 dengan zat kontras menujukkan
hiperintensitas yanr terletak di sumsum tulang.

Gambar 12.
A. Nonkontras angio-MRI lateral menunjukkan oklusi sinus sagital ssuperior akibat invasi oleh
meningioma. B. MRI rekonstruksi menunjukkan obstruksi vena-venas sagital dan
memperlihatkan tumor dalam 3D.
A. Noncontrast angio-MRI on lateral view demonstrates occluded superior sagittal sinus due to
meningioma invasion. B. MRI reconstruction shows sagittal venous obstruction and 3D
appearance of the tumor.

MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, dan invasi sinus venos, dan
hubungan antara tumor dengan dengan sekeliilingnya.Kelebihan lain dapat melihat area
juxtasellar dan fossa posterior dan kadang dapat menunjukkan hubungan penyebaran penyakit
melalui CSF. Kemampuan multiplanar adalah kemampuan untuk memvisualisasikan kontak
tumor dengan meningen, kapsul tumor, dan kontras pada meningeal dapat memperjelas
tumor.11,12,13 Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gamabr 13.
Meningioma otak. MRI nonkontras menunjukkan meningioma parasagital. Gambaran homogen
menunjukkan massa yang bulat dengan kapsul tipis. Tumor terletak pada dura sagitalis kiri.
Massa tampak mendorong trigonum ventrikel.

Gambar 14.
Meningioma otak. MRI nonkontras potongan axial menunjukkan paarasagital meningioma.
Gambar T1 menunjukkan homogenitas, panjang T1 dan massa dilapisi kapsul. Tumor melekat
pada falx serebri bagian kiri. Massa terlihat disepanjang girus serebri.

Gambar 15.
Meningioma multiple: A. Sagittal T1 menunjukkan fossa posterior dan meningioma parietal. B
Gadolinium pada Sagittal T1 menunjukkan pengkontrasan massa. C. T2 coronal menunjukkan
penampilan intensitas rendah dari massa posterior setelah embolisasi endovaskular.

Gambar 16
Maligna dan multiple meningioma. Seorang lelaki kulit putih, 47 tahun dibedah dengan Gamma
Knife karena meningioma conveks, diikuti dengan pembedahan micro untuk mengangkat tumor
pada tahun 2001. A, B. 4 tahun yang lalu -Desember 2005- MRI menunjukkan sebuah massa sisa
di paretal dan occipital. Sinus sigmoid kiri tersumbat. C, D. Sebuah meningioma kecil pada
frontal kanan juga dioperasi radiologi pada waktu yang sama. Edema dan peningkatan intensitas
setelah injeksi gadolinium.

d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat memberikan gambaran lokasi dari intratumoral hemorrhage, perubahan
kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor, kalsifikasi, invasi parenkim oleh
meningioma malignan, dan massa lobus atau multi lobules yang hanya dapat digambarkan
dengan ultrasonografi.

e. Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan gambaran “spoke
wheel appearance”. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang
homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon.

Magnetic resonance angiography (MRA and MRV) merupakan pemeriksaan penunjang yang
berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan ini merupakan alat diagnostik yang
kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan untuk operasi. Agiografi masih bisa
digunakan jika terjadi embolisasi akibat tumor.
Meningioma mendapat asupan makanan oleh meningeal branches dari arteri carotid internal dan
external. Basal meningiomas pada anterior dan fossa cranial media dan meningioma pada tulang
sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri carotid interna. Meningioma supratentorial
divaskularisasikan dari arteri carotid interna dan eksternal.
Angiografi dapat menunjukkan peta distribusi arterial yang berguna untuk persiapan preoperasi
embolisasi. Lihat gambar berikut.

Gambar 17.
Meningioma Otak. Parasellar meningioma. Angiograpi proyeksi lateral dari arteri carotid
menunjukkan mutipel tumor yang opak dengan dikelilingi pembuluh darah. Terlihat carotid
supraclinoid sirkumferensial.

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:


1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan
gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau
halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia,
objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan
serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-
anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil
udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya
merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :

a. Gangguan fisik neurologist


b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri. Terapi
meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang
mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi,
vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah
berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat
seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian
rekurensi.12
Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan,
deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi
dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien
untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas
terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob)
ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal,
telinga, atau mastoid.

Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial12 :


· Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
· Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
· Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura atau mungkin
perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang hiperostotik)
· Grade IV : Reseksi parsial tumor
· Grade V : Dekompresi sederhana (biopsy)

2.9. Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak dipakai untuk terapi.
External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi
operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi
sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi
yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi,
external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir
menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma
yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum banyak
dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan komplikasi yang
ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan
akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun
nekrosis akibat radioterapi 12.
Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960an
menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini
semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui
teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co
gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium)
dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi,
terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm 12. Steiner dan koleganya menganalisa
pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka
menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-
kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 % kasus.
Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien yang diikuti selama
5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan
61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan
stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.

Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya
untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren
meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi
menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine
(DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),
walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan
vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.
Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel
pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa
sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini
memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat
direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi
pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas
dibanding pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan meningioma.
Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan mifepristone (anti progesteron).
Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah
digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit
dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi
sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga
pasien.12

Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg perhari selama 2
hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14 pasien menunjukkan perbaikan
secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada empat pasien dan satu pasien
gangguan lapang pandangnya membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor;
terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari
kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor
berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada
tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang
lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur
tetap untuk terapi pada tumor ini.
2.10. Prognosis

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna
akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya relatif lebih
tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-
anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat
besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan
mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya mudah dapat
diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada invasi dan kerusakan tulang tumor
tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada jaringan otak. Angka kematian (mortalitas)
meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman
operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka
kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966)
adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan
dan edema otak.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian

Data Subjektif
Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Bahasa
Suku bangsa
Dx Medis
Sumber biaya
Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan genogram
Status kesehatan

Status kesehatan saat ini


- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Status kesehatan masa lalu


- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat
- Alergi
- Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)

Riwayat penyakit keluarga


Diagnosa Medis dan Therapi

Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :

Bernafas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi
rate.

Makan

Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien
mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

Minum

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih
banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).

Eliminasi (BAB / BAK)

Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

Gerak dan aktifitas

Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat


menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat
menjalani perawatan di RS.

Rasa Nyaman

Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien
merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)

Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS

Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya,
dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.

Sosial dan komunikasi

Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar
(termasuk terhadap pasien lainnya).

Pengetahuan

Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang
akan diberikan untuk kesembuhannya.

Rekreasi

Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

Spiritual

Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya
adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
- Tingkat kesadaran CCS

Tanda-tanda vital

Keadaan fisik

Kepala dan leher

Dada

Payudara dan ketiak

Abdomen
Genitalia

Integument

Ekstremitas

Pemeriksaan neurologist
Pengkajian saraf cranial

Olfaktori(penciuman )

Optic (penglihatan )

Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)

Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)

Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)

Abdusens(gerakan bola mata menyamping)

Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)

Auditori(pendengaran)

Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)

Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

Hipoglosal(posisi lidah)
Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF
Pemeriksaan Penunjang

Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan
cisterna.

CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.

Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.

Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.


Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.

Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal
zat radioaktif

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan

Nyeri akut berhubungan dengan

Resiko cidera berhungan dengan

Gangguan mobilitas fisik berhubungan

Ansietas berhubungan dengan

Resiko kekurangan nutrisi


3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan

Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang dirasakan pasien
berkurang dengan ,kriteria hasil:

Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,

Wajah pasien tidak meringis

Intervensi :

mandiri

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.

R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.

3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.

4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi


Kolaborsi

Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.


R/ : menurunkan nyeri
Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan perfusi jaringan
berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:

Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi


motorik/sensorik

Tanda-tanda vita stabil

Intervensi :

mandiri

1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan
penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat

2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart

R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial adanya peningkatan
TIK

3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana

R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan

4. Pantau tekanan darah

R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat fluktasi
tekanan darah sistemik

5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan
kabur

R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak
,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan mempengaruhi intervensi

5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi


R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan terjadi peningkatan
TIK

6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi


R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan

7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai

R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK

8.Hindari /batasi penggunaan restein

R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan meningkatkan TIK

9. tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi

R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi kongesti dan

edema atau resiko terjadi peningkatan TIK


Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi
dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:

-Nutrisi klien terpenuhi

- Mual berkurang sampai dengan hilang.

Intervensi

mandiri

1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.

R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.

2. Kaji kebiasaan makan klien.

R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.

3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.


R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.

4. Timbang berat badan bila memungkinkan.

R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

Kolaborasi

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR OTAK

FEBRUARY 15, 2010 ~ RASTITI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. 1. Definisi Pengertian
 Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
 Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku
ajar patofisiologi)
 Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis).Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ;
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.
1. 2. Epidemiologi
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26
persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri
dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135
penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya
(26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperableatau
tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis,
cerebellum, brainstem,cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma(39,26 persen), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
1. 3. Penyebab
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

 Herediter
— Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
 Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.

 Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

 Virus
— – Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.

 Substansi-substansi Karsinogenik
— – Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

 Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
1. 4. Klasifikasi
 Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
– Acoustic neuroma
– Meningioma
– Pituitary adenoma
– Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
– Astrocytoma (grade 2,3,4)
– Oligodendroglioma
– Apendymoma

b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a) Ekstramedular
– Cleurofibroma
– Meningioma
b) Intramedular
– Apendymoma
– Astrocytoma
– Oligodendroglioma
– Hemangioblastoma

2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru,
ginjal dan lambung.

1. 5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler
primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi
dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral
ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus
medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti

pernafasan terjadi dengan cepat.


Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

1. 6. Gejala Klinik
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena pada awalnya
menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya berjalan progresif.

—-

Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:

 Gejala serebral umum


—- Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan
oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan
aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas
dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus

1. Nyeri Kepala
—- Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri
kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah
berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi
peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu
dicurigai tumor otak.

2. Muntah
—- Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai
dengan mual.

3. Kejang
—- Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

 Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun


 Mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi
 Resisten terhadap obat-obat epilepsi
 Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
 Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma,
40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
4. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
—- Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi
hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan
papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.
Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang
sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah
meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan
craniopharingioma.

—- Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:

1. Lobus frontal
 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal

 Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura
atau halusinasi
 Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
 Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
 Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba
nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada
anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan
papil udem
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
9. Tumor fosa posterior
 Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
—-

1. 7. Diagnosis
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan
mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya, batasnya, hubungannya dengan
system ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan
hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non
invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup ct scan dan mri bila perlu diberikan kontras agar
dapat mengetahui batas-batas tumor.Pemeriksaan invasive seperti angiografi serebral yang dapat
memberikan gambaran system pendarahan tumor, dan hungannya dengan system pembuluh
darah sirkulus willisy selain itu dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan
sinus duramatrisnya yang fital itu.

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. () Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala
yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di
atas. Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan
fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan
pandang.

1. 8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
1. 9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengkaji tumor otak adalah :

 Pengkajian saraf
 Pergerakan mata
 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
 Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
 Pengkajian reflek
 Keseimbangan dan koordinasi
 Penciuman dan sentuhan
 Abstract thinking
 Memori
o Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
o Jantung : bradikardi, hipertensi
o Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler
o Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
1. 10. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan
dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif
1. 11. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan
tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat
menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :

 Abses intraserebral
 Epidural hematom
 Hipertensi intrakranial benigna
 Meningitis kronik.
1. 12. Prognosis
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan
diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan
radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka
ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia
secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta.
1. 13. Therapi/Tindakan
a. Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek
akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis
yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik
neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta
perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator,
realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan
aman.
b. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
– Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap
diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu
seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi
tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam
aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat,
mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase

e. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek
langsung terhadap tumor.

1. B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
Data Subjektif
v Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

 Nama
 Jenis kelamin
 Usia
 Status
 Agama
 Alamat
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Bahasa
 Suku bangsa
 Dx Medis
 Sumber biaya
v Riwayat keluarga

 Genogram
 Keterangan genogram
v Status kesehatan

 Status kesehatan saat ini


– Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)

– Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini

– Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

 Status kesehatan masa lalu


– Penyakit yang pernah dialami

– Pernah dirawat

– Alergi

– Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)

 Riwayat penyakit keluarga


 Diagnosa Medis dan Therapi
.

v Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :

1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi
rate.
1. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien
mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.

1. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih
banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
1. Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.

1. Gerak dan aktifitas


Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat
menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat
menjalani perawatan di RS.
1. Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien
merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
1. Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
1. Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya,
dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.

1. Sosial dan komunikasi


Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar
(termasuk terhadap pasien lainnya).
1. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang
akan diberikan untuk kesembuhannya.
1. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.

1. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya
adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.

Data Objektif
v Pemeriksaan fisik

¶ Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum
– Tingkat kesadaran CCS

 Tanda-tanda vital
 Keadaan fisik
 Kepala dan leher
 Dada
 Payudara dan ketiak
 Abdomen
 Genitalia
 Integument
 Ekstremitas
 Pemeriksaan neurologist
Pengkajian saraf cranial
1. Olfaktori(penciuman )
2. Optic (penglihatan )
3. Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)
4. Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)
5. Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)
6. Abdusens(gerakan bola mata menyamping)
7. Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)
8. Auditori(pendengaran)
9. Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)
10. Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)

11. Aksesori(gerakan kepala dan bahu)

12. Hipoglosal(posisi lidah)

 Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF


v Pemeriksaan Penunjang
 Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel
dan cisterna.
 CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
 Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
 Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
 Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
 Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan
akumulasi abnormal zat radioaktif
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan
2. Nyeri akut berhubungan dengan
3. Resiko cidera berhungan dengan
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
5. Ansietas berhubungan dengan
6. Resiko kekurangan nutrisi
3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut berhubungan dengan
Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang dirasakan pasien
berkurang dengan ,kriteria hasil:
 Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,
 Wajah pasien tidak meringis
Intervensi :
mandiri
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.

R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.


3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.

R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
4. Berikan kompres dingin pada kepala.

R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi


Kolaborsi
1. Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.
R/ : menurunkan nyeri

Dx 2. Gangguan perfusi cerebral berhungan dengan


Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan perfusi jaringan
berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:
 Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi
motorik/sensorik
 Tanda-tanda vita stabil
Intervensi :
mandiri
1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan
penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat


2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial adanya peningkatan
TIK
3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan
4. Pantau tekanan darah
R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat fluktasi
tekanan darah sistemik
5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan
kabur
R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada otak
,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan mempengaruhi intervensi
5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi
R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan terjadi peningkatan
TIK
6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi
R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi dengan perfusi
jaringan
7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK
8.Hindari /batasi penggunaan restein

R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan meningkatkan TIK
Kolaborasi
1.tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi
R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi kongesti dan
edema atau resiko terjadi peningkatan TIK
Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam ,diharapkan Kebutuhsn
nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:
-Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi
mandiri
1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.

Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Anda mungkin juga menyukai