Anda di halaman 1dari 5

BAB I

LATAR BELAKANG

Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa
perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus
survive perusahaan-perusahaan dengan cepat mengubah dari bisnis yang didasarkan pada
tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge
based business), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan
ekonomi yang mempunyai karakteristik ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dengan
penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka kemakmuran suatu
perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari
pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Di Indonesia, fenomena Intellectual Capital (IC) mulai muncul setelah adanya
PSAK No. 19 (revisi 2011) tentang aset tidak berwujud. Menurut PSAK No 19, Aset tidak
berwujud adalah aset non-moneter yang dapat di identiifikasi dan tidak memiliki wujud
fisik, serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif
Salah satu informasi yang dibutuhkan investor untuk menilai kapabilitas
perusahaan ialah informasi Intellectual Capital (IC). Informasi ini dibutuhkan untuk
menciptakan kekayaan dimasa datang dengan lebih baik. Perkembangannya telah menarik
perhatian para peneliti selama beberapa tahun terakhir (Kurniawan, 2013). Berdasarkan
penelitian akuntansi, Intellectual Capital (IC) dikaitkan dengan aset tak berwujud,
pengetahuan, dan inovasi yang digambarkan sebagai aset berharga yang semakin
berkembang dalam ekonomi berbasis pengetahuan. Profesi akuntan saat ini harus dapat
mewujudkannya dalam suatu akun (Roslender, dan Fincham dalam Kurniawan, 2013).
Berdasarkan Resource-Based Theory disimpulkan bahwa Intellectual Capital (IC)
memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan
keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan, dan
dapat digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi sehingga mampu meningkatkan
kinerja perusahaan menjadi semakin baik.
Komponen selanjutnya dalam juga menentukan kinerja suatu perusahaan adalah
psychological capital. Terdapat beberapa komponen dalam Psychological Capital antara
lain optimisme dan harapan (hope). Kedua komponen ini membuat seorang pegawai
memiliki keyakinan kuat akan kesuksesan yang dapat diraih apabila perubahan diterapkan,
serta tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuan. Selain itu juga terdapat komponen
dari psychological capital yang sangat penting yakni resiliensi, yaitu kemampuan untuk
bangkit dari keterpurukan. Resiliensi personal, dari hasil penelitian yang dilakukan
Wanberg dan Banas (2000), ditemukan memiliki keterkaitan dengan penerimaan yang
lebih tinggi terhadap perubahan. Karena kepentingan perusahaan harus sejalan dengan
kepentingan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Tujuan perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan finansial akan terganggu, jika perusahaan tidak memelihara
hubungan baik dengan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan harus
memerhatikan lingkungan sekitar.
Tuntutan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan lingkungan
sebagai wujud dari Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini menjadi salah satu
modal bisnis yang paling berharga. Seperti disampaikan Daniri (2011) bahwa modal sosial
utama dalam dunia usaha sekarang ini, bukan semata-mata karena uang, melainkan juga
harus menjaga hubungan baik antar perusahaan dan masyarakat sebagai bagian dari upaya
menjaga sustainability perusahaan.
Kondisi seperti itulah yang tersirat dalam Sociological capital yang harus juga
harus dipahami sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam bermasyarakat. Dalam
social capital dibutuhkan adanya “nilai saling berbagi” (shared values) serta
pengorganisasian peran (rules) yang dideskripsikan dalam hubungan personal (personal
relationships), kepercayaan (trust), dan common sense, itu merupakan tanggung jawab
bersama; sehingga masyarakat menjadi lebih dari sekadar kumpulan individu belaka
(Staveren, 2003).
Menurut Steven (2003) menyatakan bahwa, kepercayaan sebagai dasar modal
social yang memiliki multi jaringan, karena saling memberikan informasi dan norma yang
memengaruhi produktifitas perusahaan.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menghindari adanya
konflik dengan perusahaan dan masyarakat. Setiap perusahaan dalam hal ini karyawan dan
manajemen dalam era globalisasi seperti saaat ini diperlukan Global Mindset dengan
dengan menghadirkan beberapa aspek yakni Intellectual Capital, Pshycological Capital
dan Sociological Capital dimana tetap didasari dengan etika dan nilai-nilai kemanusian.
Sehingga suasana kerja lebih kondusif dan perusahaan akan menerima dampak positifnya
demi tercapainya tujuan dari suatu perusahaan.

ANALISIS JURNAL

Nama Judul Metode


No Variabel Hipotesis Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
1. Ike Pengaruh X1 : 1. Intellectual  Metode 1. Intellectual
Faradina; Intellectual Intellectual Capital penelitian Capital
Capital dan Capital berpengaruh kuantitatif berpengaruh
Gayatri;
Intellectual positif dan kualitatif positif
X2 :
(2016) Capital terhadap nilai terhadap nilai
Intellectual  Data
Disclosure perusahaan perusahaan
Capital sekunder
Terhadap
Disclosure 2. Intellectual 2. Intellectual
Kinerja  Pusposif
Capital Capital
Keuangan Y : Firm Value sampling
Disclosure Disclosure
Perusahaan
berpengaruh  Model regresi berpengaruh
positif linier positif
terhadap nilai berganda terhadap nilai
perusahaan perusahaan
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan penjelasan teori diatas, terdapat 2 kasus yang akan dikaitkan dengan
pembahasan tersebut. Studi kasus ini berasal dari jurnal dan dilihat dari perspektif “Global
Mindset”. Pembahasannya sebagai berikut :

1. Kasus kedua dengan judul jurnal “Pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital
Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan” disusun oleh (Faradina, Ike, &
Gayatri, 2016)
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris, adanya pengaruh
Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa,
a. Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan, semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital maka
akan memberikan hasil yang meningkat pada kinerja keuangan perusahaan,
dimana dalam mengelola intellectual capital yang baik ditunjukkan oleh
perusahaan dengan adanya kondisi aktivitas kinerja yang sehat, adanya
komunikasi yang baik antara karyawan maupun manager, serta karyawan
menjalankan Job Description dengan baik dan efektif dan perusahaan
menerapkan sistem evaluasi untuk mengarahkan tujuan atau target perusahaan
tercapai.
b. Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak informasi Intellectual
Capital Disclosure yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan maka
semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini dapat
dikarenakan adanya informasi-informasi yang disampaikan pada laporan
tahunan perusahaan, seperti laporan manajemen yang terdiri dari informasi
peningkatan atau penurunan produk/jasa yang dihasilkan perusahaan, penjualan
produk/jasa yang dicapai perusahaan setiap periode, serta sumber daya manusia
yang dimiliki perusahaan mampu untuk memaikan peran pentingnya dalam
kegiatan operasional perusahaan dengan baik, dimana perusahaan melakukan
sistem pengembangan karyawan untuk memfokuskan apa yang dibutuhkan
perusahaan untuk meningkatkan produktifitas maupun kinerja perusahaan.
Dampak informasi tersebut dapat mengurangi asimetri informasi kepada calon
investor dan dapat membantu calom investor menganalisa mengenai prospek
perusahaan di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai