Anda di halaman 1dari 3

1.

Sikap Ahmad Dhani terhadap lakalantas ia bersedia mengganti kerugian korban


meninggal dunia dengan menanggung segala biaya kerugian material yang ditimbulkan,
dimulai dari pemakaman korban lakalantas dan membantu biaya pendidikan dari anak
korban sampai pada jenjang peruruan tinggi strata-1.
Jika mengacu pada aliran positivisme hukum yang menitik beratkan pada asas
legalitas (kepastian hukum) maka sikap Ahmad Dhani terhadap lakalantas tersebut tidak
menghapus pertanggung jawaban pidana anaknya (AQJ).
Maka dari itu pendekatan restorative justice yang diterapkan pada kasus AQJ (anak
Ahmad Dhani tersebut) tidak sesuai aliran positiisme dan pemanfaatan aliran positivisme
itu sendiri.
2. Vonis yang dijatuhkan hakim masih jauh dari tuntutan JPU ataupun KPK. Vonis hukum
yang diberikan ini menggambarkan bahwa seolah-olah ada permainan dalam penindakan
hukum. Akan ada asumsi yang berkembang dalam masyarakat bahwa hukum dapat
dibeli, dijamin, dikemas secara apik sehingga tidak tampak secara gamblang bahwa itu
adalah permainan. Substansi justice sendiri di maknai sebagai keadilan yang diberikan
sesuai dengan aturan-aturan hukum substansif penggugat atau pemohon. Maka jika
ditinjau kembali dengan mengacu kapada aliran positivisme maka seharusnya hakim dan
JPU harus bertindak adil atau fonis yang dijatuhkan harus sesuai dengan substansi
peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap kasus SIMULATOR SIM
tersebut.
3. Justice menyangkut keadilaan dan transparansi proses yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dan dapat dikontraskan dengan keadilan. PENINJAUAN
KEMBALI (PK) sering kali digunkan sebagai alasan untuk melarikan diri dari jeratan
hukum para terpidana. Dalam kasus ini terpidana korupsi (Sudjono Timan) melarikan
diri keluar negeri. Istri dari terpidana Sudjono Timan tersebut mengajukan peninjauan
kembali. Pada perkara PK tersebut, syarat formil PK tersebut terpenuhi sebab hak ahli
waris terpidana dalam PK merupakan hak orisinil, bukan hak susbtitusi setelah kematian
terpidana. Berdasarkan pasal 263 ayat 2 huruf (c) KUHAP sebagai syarat materilnya.
Berdasarkan bahwa jika putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata. Jika mengacu pada aliran positivisme maka PK No 97
PK/Hd. Sus/2012 dianggap cacat prosedural karena unsur kekeliruan dan kekhilafan
hakim tidak terbukti, sedangkan hakim kasasi menilai unsur-unsur tersebut yang
didakwakan terbukti.
UAS : TAKE HOME

NAMA : JULIANA HEMATANG

KELAS : I-B ILMU HUKUM

MATA KULIAH : TEORI HUKUM

POGRAM MAGISTER IIMU HUKUM

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai