Fiqh muamalah kerap menjadi pembahasan seiring cepatnya akselerasi diskursus
ekonomi syariah atau ekonomi islam di tengah masyarakat. Isu yang selalu mengemuka yakni apakah fiqh muamalah, persoalan hukum, ataukah isu ekonomi. Dalam muamalah dibahas tentang berbagai macam teknis transaksi dalam hubunganya dengan aktifitas melakukan produksi, distribusi, dan konsumsi, maka muamalah sarat dengan masalah-masalah ekonomi. Namun dari sisi lain dalam muamalah digariskan juga tentang berbagai ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam sebuah aktifitas produksi, distribusi, dan konsumsi tersebut dapat dianggap sah, sehingga muamalah sarat dengan masalah hukum (Yazid Afandi: 2009) Profit dalam kamus ekonomi berarti pembagian laba. Secara definisi, profit sharing dapat diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu perusahaan (Muhammad: 2001). Syafi’i Antonio menguraikan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (Mudharib). Prinsip bagi hasil secara umum dalam perbankan syariah terlaksana dalam empat akad utama, yakni: al Musyarokah, al Mudharabah, al muzara’ah, dan al musaqolah. Walaupun demikian, prinsip yang kerap dipakai adalah al musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al muzara’ah dan al musaqolah digunakan khusus untuk atau pembiayaan pertanian (plantation financing) pada sejumlah Bank Islam (Antonio: 2011).