PEMERINTAH DAERAH REPUBLIK INDONESIA (LP3DRI), NAGARI CRISIS CENTRE (NCC), FORUM PEDULI INSAN NAGARI (F. PIN), ABDI
NUSANTARA, TUNAS BANGSA, GENERASI MUDA PASAMAN (GEMPAS), BELA NEGARA, GERAKAN MUDA JUANG MASYARAKAT (GARDA),
PEKAD, GERAKAN PEDULI LINGKUNGAN (GPL), GARUDA SAKTI, FSPB & PU
Kepada Yth.
Bapak Bupati (Plt) Pasaman Barat
Di
Simpang Empat
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan Segala Hormat
Kemudian dalam hal upaya perwujudan harapan dimaksud, dengan ini besar kiranya
harapan kami agar Bapak berkenan menerima kedatangan kami (delegasi Aliansi LSM
Peduli Pasaman Barat) ke Kantor Bapak dengan tujuan :
Demikian harapan ini disampaikan atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan
terima kasih, semoga Allah SWT meridhoinya, Amiin.
Manusia adalah makhluk yang mulia dan paling tinggi derajatnya di sekian banyak makhluk
ciptaan Tuhan (Allah SWT). Disisi lain bila hal tersebut diatas tidak mampu mempertahankannya
maka kebalikannya yang akan diberikan Tuhan kepada manusia itu sendiri yaitu, makhluk yang
paling hina yakni melebihi hewan.
Kemuliaan (harga diri) digolongkan dalam kategori hak mutlak (hak azazi) bagi setiap
orang, yang wajib dipertahankan di jaga bahkan di junjung tinggi karena hal itu adalah pemberian/
karunia dari Allah yang tidak dapat dinilai dengan materi, walau dengan emas dan perak sekalipun
sebagai sebuah sarana standar penilaian duniawi yang paling dominan agaknya dijadikan orang
pada umumnya. Agaknya inilah sebuah relevansinya oleh para petinggi pejuang negeri ini ketika
menyusun Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD-1945) dengan mengukir
sebuah kalimat yang diposisikan letaknya pada pembukaan (preambule) yang berbunyi :
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan”.
Dalam memaknai kemerdekaan dimaksud, terkadang-terkadang terdapat nilai-nilai
kebablasan, yakni keluar dari batas-batas yang telah diatur dan ditetapkan oleh Undang-undang dan
ketentuan yang berlaku.
Maka dalam hal itu pula adanya sebuah aturan undang-undang yang menegaskan bahwa ; tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha PERTAHANAN dan KEAMANAN
NEGARA.
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Dalam proposal yang sangat sederhana ini sebagai penyumbang pemikiran, dalam hal ini
agaknya saya lebih cenderung terfokus kepada orientasi iklim keamanan dan ketertiban masyarakat
(Kamtibmas) yang kondusif hal mana disebabkan sepanjang pengamatan baik langsung atau tidak
langsung hal yang paling dominan terutama pada akhir-akhir ini yang terkesan agak serius yakni
terusiknya hak-hak asasi sebahagian anak bangsa ini adalah menyangkut Kamtibmas serta
perlindungan warga masyarakat untuk itu.
Hal mana tidak jarang terjadinya pergesekan baik secara internal maupun eksternal di
kalangan warga masyarakat, yang pada awalnya adalah hal-hal yang kecil namun oleh karena tidak
terpenuhinya yang menjadi motir atas terjadinya pergesekan dimaksud sehingga mengakibatkan
sebuah exes yang besar (terjadinya konflik horizontal) yang bisa melebar menjadi menasional,
apalagi hal dimaksud berbau sara yang nyata-nyata dilindungi oleh undang-undang pada hakikinya
di Republik ini.
Bapak Kapolres Yth.
Selaku Ketua Koordinator Aliansi Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pasaman Barat khususnya
bagi unit LSM yang tergabung di bawah payung aliansi LSM Pasaman Barat, dan juga pimpinan
lembaga swadaya masyarakat forum aliansi Peduli Ummat (LSM-FAPU) Pasaman Barat, saya
menyadari bahwa dalam upaya mewujudkan IKLIM KAMTIBMAS YANG KONDUSIF bukanlah
hanya diserahkan kepada tugas (kewajiban) POLRI semata-mata akan tetapi adalah juga tugas bagi
setiap warga / komponen masyarakat di Republik ini dan tidak terkecuali di Daerah Pasaman Barat
(Tuah Basamo) ini.
Maka sehubungan dengan hal tersebut diatas ini, sebagai pribadi dan juga melalui jabatan
yang saya sebutkan diatas, agaknya ada baiknya atau tidak salah bila saya
mengusulkan/menyarankan, agar diwujudkannya sebuah wadah kelembagaan masyarakat secara
integritas dan universal yang lebih terfokus orientasinya terhadap KEPEDULIAN KAMTIBMAS
khususnya di daerah teritorial Resor Kep. Pasaman Barat, dan tidak terlepas dari sebuah kontribusi
buat Negara Republik Indonesia tercinta ini.
Dengan upaya ini mudah-mudahan saja Kabupaten Pasaman Barat yang eksistensi
kependudukannya terdiri dari klasifikasi yang heterogen baik dari sudut etnis dan juga keagamaan
yang kian hari semakin pesat pertumbuhannya, terjauh dari halnya insiden yang cukup mengusik
Kamtibmas sebagaimana halnya dengan dialami oleh saudara-saudara kita di Tolikara Papua pada
tanggal 17 Juli 2015, kemarin hal mana insiden dimaksud, adalah sebuah fenomena yang tidak
terprediksi sebelumnya akan terjadi, hal tersebut cerminan dari keakraban serta keharmonisan
hubungan dalam bermasyarakat sehari-hari, tapi demikianlah agaknya pertumbuhan dan
perkembangan sosial masyarakat sehingga sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan bisa saja terjadi
dan juga sebaliknya, karena zaman tetap senantiasa mengalami perputaran yang sewaktu-waktu
dapat merubah disiplin pemikiran manusia.
Selanjutnya dalam hal sumbangan pemikiran terhadap kepedulian ini, berikut saya ajukan
sekedar sebuah contoh wacana terkait dengan kebersamaan tersebut diatas.
Nama Kelembagaan/ : Forum Masyarakat Peduli Kamtibmas (FMPK)
(Disingkat) Tingkat Polres Pasaman Barat
Visi : Integritas komponen masyarakat dalam perwujudan iklim
Kamtibmas yang kondusif, di Resor Pasaman Barat
Misi : Jalinan komponen tokoh/pemuka masyarakat Resor
Kepolisian Pasaman Barat
1. Lintas Agama (Internal dan Eksternal)
1.1.Agama Islam
1.2.Agama Kristen – Prostestan
Agama Kristen – Katolik
1.3.Dan lain-lain
Kepada Yth :
Bapak Bupati Pasaman Barat
Di
Simpang Empat
Dengan Hormat,
Mohon maaf sebelumnya, meralat surat sebagaimana terlampir yang sudah kami sampaikan pada
tanggal 31 Agustus 2015, bahwa terkait dengan tanggal surat dan tanggal kunjungan tertulis :
a. Tanggal Surat : 07 September 2015 yang benar tanggal 31 Agustus 2015.
b. Tanggal/hari kehadiran : tertulis 10 September 2015, yang benar tanggal 07 September
2015 hari Senin.
c. Dan pada No. Surat IX (sembilan) Romawi, yang benar ; VIII (delapan) Romawi.
Sekali lagi atas hal tersebut kami mohon maaf, dan terima kasih.