TUGAS 2
Nim/kelas :201510410311127/Farmasi c
PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
I. Tujuan
a. Uji biji
1. Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukan tabung reaksi, kemudian ditambah air
suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 derik.
2. Tes buih postif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih
dari 30 menit dengan tinggi 3cm diatas permukaan cairan.
b. Reaksi warna
1. Preparasi sampel :
0,5 gram extrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian
masing-masing 5ml, disebut sebagai larutan 11A, 11B, dan IIC
2. Uji Liebermann-Burchard
1) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5ml ditambah
3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, amati perubahan
warna yang terjadi.
Kemudian kocok perlahan dan diamati terjadinya perubahan warna.
2) Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna
merah ungu menunjukkan adanya saponin triteronoid/ seteroid jenuh.
3. Uji Salkowski
1) Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5ml ditambah
1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
2) Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cincin warna merah
c. Kromatografi Lapis Tipis
1. Identifikasi sapogenin steroid / triterpenoid
1) Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCL 2N, didihkan dan tutup
dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk menghidrolisis
saponin..
2) Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa, kemudian ekstraksi
dengan 4-5 ml n-heksana sebanyak 2x, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml,
totolkan pada plat KLT.
Fase diam :Kiesel Gel 254
Fase Gerak :n-heksana – etil asetat (4:1)
Penampak noda :-Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
3) Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu
(ungu) untuk anesaldehida asam sulfat
a.Uji Buih
a. Reaksi Warna
1. Prepasi sampel
2. Uji Libermann-Burchard
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Sapindaceae
Genus: Sapindus
Spesies: Sapindus rarak Dc
Sapindus rarak Dc
a) Tanaman lerak (Sapindus rarak DC)
Tanaman lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman industri yang cukup
baik untuk dikembangkan, termasuk dalam famili Sapindaceae yang tumbuh
dengan baik pada ketinggian 450 sampai 1.500 m dpl. Di Jawa tanaman ini
tumbuh liar, tinggi tanaman dapat mencapai 42 m dan mempunyai diameter
batang 1 m. Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada setiap daerah,
seperti di Palembang disebut lamuran, di Jawa lerak dan di Jawa Barat sering
disebut rerek. Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor,
batang korek api dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai
pembersih rambut, buahnya yang bulat dapat dimanfaatkan sebagai pengganti
sabun untuk mencuci berbagai macam kain, biasa digunakan dalam industri batik
karena tanaman ini buahnya mengandung saponin.
Tanaman lerak tersebar di berbagai daerah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Akan tetapi tanaman ini belum dibudidayakan secara luas dan masih
terbatas sebagai tanaman sampingan saja.
c) Lingkungan tumbuh
Tanaman lerak paling sesuai pada iklim tropik dengan kelembaban tinggi,
berdrainase baik, subur dan mengandung banyak humus. Lerak tumbuh pada
ketinggian di bawah 1.500 m di atas permukaan laut, dengan pertumbuhan paling
baik pada daerah berbukit dataran rendah dengan ketinggian 0 - 450 m di atas
permukaan laut, curah hujan rata-rata 1.250 mm/tahun. Lerak termasuk dalam
kelas Dicotyledone, berakar tunggang dengan perakaran yang kompak. Oleh
karena itu tanaman ini dapat digunakan sebagai pengendali erosi dan penahan
angin, sebagai tanaman pekarangan yang agak jauh dari rumah. Tanaman mulai
berbuah pada umur 5 - 15 tahun, musim berbuah pada awal musim hujan dan
menghasilkan biji sebanyak 1.000 - 1.500 biji.
d) Budidaya
Penyiapan bahan tanaman Perbanyakan secara generatif dengan biji. Buah lerak
tersusun dalam tandan dengan jumlah 8 - 12 biji, berbentuk bulat dengan ukuran
2,0 cm, berwarna hijau tua dan biji berwarna hitam. Biji yang akan digunakan
untuk perbanyakan harus sudah cukup tua dan sehat. Biji disimpan di tempat
teduh dan dibasahi secara teratur sebelum disemaikan, kemudian biji disemaikan
hingga menjadi benih.
e) Bercocok tanam
Jarak tanam untuk tanaman lerak, adalah 6 x 6 m, 8 x 8 m atau 10 x 10 m. Benih
berasal dari biji, dan dapat dipindah ke lapangan pada umur 3 bulan dengan tinggi
30 - 40 cm dengan cara membuka tanaman dari polibeg dan dimasukkan ke dalam
lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Pupuk kandang yang diberikan
sebanyak 5 kg/lubang tanam. Cara pemeliharaan tanaman lerak tidak memerlukan
penanganan khusus. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan sampai tanaman
berumur 2 tahun
f) Panen buah
Tanaman lerak mulai berbuah pada umur 5 - 10 tahun, musim berbuah setiap
tahunnya yaitu pada setiap awal musim hujan bulan Nopember-Januari. Bentuk
buah lerak bulat kelereng, berukuran diameter 2 cm, berkulit tipis dengan
permukaan licin, tangkai pendek. Buah masak ditandai dengan warna hijau tua
sampai cokelat. Panen buah dilakukan dengan memotong tangkai buah yang telah
matang dengan galah bambu yang diberi pisau atau dibiarkan jatuh. Buah yang
telah dipetik dikeringkan dengan cara dijemur sehingga kulit biji berkerut keriput.
Pengertian Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk
ikatan berupa jembatan oksigen (O – Glikosida, dioscin ), jembatan nitrogen (N-
glikosida, adenosine ), jembatan sulfur (S-glikosida, singrin), maupun jembatan
karbon (C- glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon saling terikat
maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan oksigen yang
menghubungkan glikon – aglikon ini sangat basa maupun semakin panas
lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis. Saat
glikosida terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian, yaitu bagian
gula dan bagian bukan gula. Dalam bentuk glikosida, senyawa ini larut dalam
pelarut polar seperti air. Namun bila terurai maka aglikonnya, tidak larut dalam air
karena larut dalam pelarut organik non polar. Glikon O Aglikon.
(Gunawa,didik,2004)
Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon c30 asiklik, yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur skilik yang nisbri rumit, kebanyakan berupa
alkhol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna,
berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya
sukar dicicirkan karena tak ada kreatifan kimianya. Uji yang banyak digunakan
ialah reaksi Lieberman- Burchard (Anhidrida asetat – H2So4 pekat). Yang dengan
kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau – biru.
(J.B.Harbrone,1987)
Steroid
Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena ikatan glikosidanya lebih
mudah dipisahkan dengan KKt atau dengan KLT pada selulosa. Tetapi, KLT pada
silika gel berhasil juga dengan memakai pengembangan seperti butanol yang
dijenuhkan dengan air atau kloroform.
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikianhingga memenuhibakuyang telahditetapkan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan
pengurangan tekanan, agar bahan utamaobatsesedikitmungkinterkenapanas.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak
dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung
bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring
atau bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratanFarmakope. Ekstrak cairdapatdibuatdariekstrakyangsesuai.
Pereaksi liebermann – burchard telah disesuaikan untuk KLT dan juga anhidrida
asetat 20 ml dan chcl3 50ml , lalu dipanaskan pada 85 – 95 c selama 15 menit.
Disinipun terjadi berbagai warna yang disebabkan oleh triterpena yang berlainan
dan kepekaanya sanat baik (2-5 µg ).
Uji salkowski
Uji salkowski digunakan untuk menguji adanya fluouresensi dari reaksi kolesterol.
Prinsip kerjanya adalah mencampurkan larutan klorofrom dan asam sulfat
kemudian menambahkan dengan asam sulfat pekat dan campurkan larutan dengan
digojok.
Pada percobaan diperoleh hasil terbentuk dua lapisan yaitu larutan bagian atas
berupa klorofrom yang berwarna orange pekat sedangkan pada lapisan bawah
berupa asam sulfat berwarna orange jernih. Hal ini tidak sesuai dengan teori
seharusnya terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya reaksi antara
kolesterol dengan asam sulfat pekat[3]. Dengan terbentuk 2 lapisan dimana
lapisan bawah berwarna coklat muda ang menunjukan adanya ikatan kolesterol
yang kehilangan gugus karboksilnya sedang lapisan atas berwarna kuning yang
menunjukan adanya karbosulfida.
Kromatografi Lapis Tipis
Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diiskan atau di kemas
di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berpa lapisan yang seragam
(unifrom) pada permukaan bidang datar yang di dukung oleh lempeng kaca, lempeng
alumunium atau lempeng plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat
dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromagorgradi kolom.
Instrumentasi
Sistem yang paling sering di gunakan adalah pelat kaca atau pelat plastik yang
dilapisi dengan gel silikia; untuk penggunaan rutin, ukuran partikel gel silika berada
dalam kisaran 2-25 µm. Metode yang digunakan untuk sistem ini adalah sebagai
berikut :
1. Beberapa µl Larutan sampel ditotolkan secara perlahan pada pelat di garis awal.jika
lebih dari ± 1µl digunakan sekaligus, bercak akan menyebar terlalu jauh.bercak
tersebut harus dapat mengering diantara masing masing penotolan sebanyak 1µl.
Sampel yang dimasukkan biasanya 20 µg.
2. 0,5cm bagian bawah pelat tersebut dicelupkan kedalam fase gerak yang terdapat
3. didalam tangki dan fase gerak cair dapat bergerak naik pada pelat gel silika melalui
kerja kapiler.
4. Semakin polar suatu senyawa, semakin besar mengadospsi (partisi kedalam) fase
diam gel silika, semakin sedikit waktu yang di butuhkan fase gerak untuk bergerak
menaiki pelat sehingga semakin pendek jarak tempuh senyawa tersebut menaiki pelat
pada waktu tertentu.