Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah di Indonesia, khususnya Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan sejak dahulu telah berupaya melakukan peningkatan mutu pendidikan
di Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan perubahan dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya,
dimana peserta didik diharapkan memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan yang jauh lebih baik, sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif. Seperti halnya dalam pembelajaran fisika, para peserta didik
diharapkan mampu mempelajari gejala-gejala fisis melalui penyelidikan masalah
atau eksperimen. Berkaitan dengan hal ini, dalam undang-undang RI nomor 20
Tahun 2003, tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) bahwa Pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Mewujudkan tujuan dari penerapan kurikulum 2013 tersebut, pada proses


pembelajaran itu sendiri diperlukan keterampilan guru untuk menyusun pendekatan,
strategi, dan metode hingga tergambarkan model pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang standar proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi
Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning),
model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model oembelajaran berbasis
projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning). Keempat model pembelajaran tersebut kemudian akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1|Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang
akan dirumuskan adalah:
Bagaimana pengimplementasian model pembelajaran pada kurikulum 2013
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang standar proses?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
Menguraikan pengimplementasian model pembelajaran yang digunakan pada
kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
65 Tahun 2013 tentang standar proses

D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pembaca maupun
penulis sendiri, khususnya dalam memahami pengimplementasian model
pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yang telah diatur dalam peruaturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

Rusman (2013:131) dalam bukunya Model-Model Pembelajaran: Megembangkan


Profesionalitas Guru mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran, dalam
impelementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang
akan dilakukan oleh guru. Salah satunya adalah istilah model pembelajaran, dimana
menurut Joyce & Well, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Berikut
beberapa model pembelajaran, khususnya yang diutamakan dalam implementasi
kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang standar proses.

A. Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning)


Model pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
terlahir dari asumsi bahwa setiap manusia di muka bumi ini memiliki rasa ingin tahu
dan kemampuan untuk berpikir kritis yang unik. Istilah ini pertama kali dikenalkan
oleh seorang tokoh pembelajaran bernama Suchman.
Indrawati (1999) menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya
akan menjadi lebih efektif apabila diselenggarakan dengan menggunakan model
pembelajaran yang tergolong dalam model pemrosesan informasi karena
menekankan pada bagaimana cara seseorang berpikir dan dampaknya terhadap cara
mengolah suatu informasi. Downey (1967) mengungkapkan bahwa inti dari berpikir
yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan
masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Salah satu
dari model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran Inkuiri (Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, 2007 :134).
1. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Dalam bahasa Inggris, Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau
penyelidikan. Gulo (2002) dalam Trianto (2007:135) menyatakan strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki
secara kritis, sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan percaya diri.

3|Page
Menurut Sanjaya (2006:194), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Oemar Hamalik (1999) dalam Setyawati (2016:2) mengungkapkan
bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu yang berpusat pada
peserta didik (student-centered-strategy) dimana kelompok-kelompok peserta
didik ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan
secara jelas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik untuk mencari dan menyelidiki hingga
merumuskan sendiri permasalahan yang dipertanyakan secara kritis dan
analitis.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan
peserta didik secara maksimal dalam proses kegiatan belajar: (2) keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran: (3)
mengembangkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang apa yang
ditemukannya dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi
peserta didik adalah:
a. Aspek sosial di kelas dan suasanan terbuka yang mengundang peserta
didik untuk melakukan diskusi.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi)

Sedangkan untuk menciptakan kondisi seperti di atas, guru memiliki peranan


sebagai berikut.

a. Motivator, memberi rangsangan agar peserta didik aktif dan bergairah


berpikir
b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika peserta didik mengalami
kesulitan.
c. Penanya, menyadarkan peserta didik dari kekeliruan yang mereka buat.

4|Page
d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e. Pengarah, memimpin kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan ang
diharapkan.
f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Awarder, member penghargaan pada presasi yang dicapai peserta didik.

Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto (2007:136), menunjukkan bahwa


latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir
kreatif, dan peserta didik menjadi terampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.

2. Sintaks Pembelajaran Inkuiri


Eggen dan Kauchak (1996) dalam Trianto (2007:141), mengemukakan
langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri sebagai
berikut.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing peserta didik mengidentifikasi masalah dan membagi
mereka dalam kelompok.
b. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencurahkan
pendapat dalam bentuk hipotesis, kemudian membimbing peserta didik
dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis yang menjadi prioritas penyelidikan.
c. Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan,
dimana guru membimbing peserta didik untuk mengurutkan langkah-
langkah percobaan.
d. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
guru membimbing peserta didik mendapatkan informasi melalui
percobaan.
e. Mengumpulkan data dan meganalisis
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan
data yang terkumpul

5|Page
f. Membuat simpulan
Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan

Sufairoh (2016: 122-123) menyatakan langkah-langkah dalam model


inkuiri terdiri atas.

a. Observasi/mengamati berbagai fenomena alam. Kegiatan ini memberikan


pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai
fakta atau fenimena dalam mata pelajaran tertentu.
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi. Tahapan ini
melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan
menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini,
peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran teradap
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
d. Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehinggga pada kegiatan tersebut, peserta didik dapat
memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan
suatu kesimpulan.
e. Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, sehingga peserta didik dapat menyajikan hasil temuannya.

3. Keunggulan dan Kelemahan


No Keunggulan Kelemahan
1 Menekankan pengembangan Jika menggunakan model
aspek kognitif, afektif, dan pembelajaran ini, maka akan uslit
psikomotorr secara seimbang, untuk mengontrol kegiatan dan
sehingga pembelajaran melalui keberhasilan peserta didik.
model ini dianggap lebih
bermakna
2 Memberikan ruang kepada Strategi ini sulit dalam merencanakan
peserta didik untuk belajar pembelajaran oleh karena terbentur
sesuai dengan gaya belajar dengan kebiasaan peserta didik dalam
mereka belajar.

6|Page
3 Merupakan model yang Dalam mengimplementasikannya,
dianggap sesuai dengan kadang memerlukan waktu yang
perkembangan psikologi panjang sehingga seringkali guru sulit
belajar modern yang untuk menyesuaikannya dengan waktu
menganggap belajar adalah yang telah ditentukan.
proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman
4 Dapat melayani kebutuhan Selama kriteria keberhasilan belajar
peserta didik yang memiliki ditentukan oleh kemampuan peserta
kemampuan dia tas rata-rata. didik dalam menguasai materi
Artinya, peserta didik yang pelajaran, maka model pembelajaran
memiliki kemampuan belajar ini sulit diimplementasikan oleh setiap
yang bagus tidak akan guru.
terhambat oleh peserta didik
yang lemah dalam belajar
(Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 2006: 208)

B. Model Pembelajaran Discovery (Discovery Based Learning)


1. Pengertian pembelajaran Discovery
Sund (1983) dalam Setyawati (2016) menyatakan bahwa discovery
merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam.
Discovery Learning merupakan pembelajaran berdasarkan penemuan
(inquiry based), konstruktivis, dan teori bagaimana belajar. Model pembelajaran
yang diberikan kepada peserta didik memiliki scenario pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang nyata dan mendorong mereka untuk memecahkan
masalah sendiri. Dalam memecahkan masala mereka, karena model
pembelajaran ini bersifat konstruktif, maka para peserta didik menggunakan
pengalaman mereka terdahulu dalam memecahkan masalah. Kegiatan mereka
lakukan dengan berinteraksi untuk menggali, mempertanyakan selama
bereksperimen dengan teknik trial and error. (Setyawati. 2016:4)
Menurut Alam dkk (2010) dalam Setyawati (2016:4), model
pembelajaran discovery learning yang juga disebut sebagai pendekatan inquiry
bertitik tolak pada suatu keyakinan dalam rangka perkembangan peserta didik

7|Page
secara independen. Model ini membutuhkan partisipasi aktif dalam
penyelidikian secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas seperti yang terdapat
pada kutipan berikut. “Discovery learning can be defined as the learning that
takes place when the student is not presented with subject matter in the final
form, but rather is required to organize it himself”
Hoffman mengemukakkan bahwa discovery learning adalah ajaran
instruktur strategi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kekterlibatan
dan relevansi peserta didik. Ada lima belajar penemuan yang terdiri dari:
pembelajaran berbasis kasusu; belajar incidental; belajar dengan menjelajahi;
belajar dengan refleksi; dan pembelajaran simulasi berbasis sendiri, atau dalam
kombinasi, yang dapat diterapkan untuk kegiatan dan pengajaran keterampilan.
Selanjutnya kemendikbud (2014) juga menyebutkan bahwa Discovery
Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem
solving. Perbedannya, Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dengan
focus masalah yang direkayasa oleh guru, ssedangkan pada Inkuiri, fokus
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Pada problem solving,
pembelajaramm lebih ditekankan terhadap kemampuan menyelesaikan masalah.
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menitikberatkan
peran guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara aktif. Oleh sebab itu, bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, tetapi peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpuan.

2. Sintaks Pembelajaran Discovery


Menurut Syah (2004), dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut.

8|Page
a. Stimulation/Stimulasi
Pertama, peserta didik dihadapkan pada fenomena yang
mengandung permasalahan, sesuatu yang menimbulkan kebingungannya
dan timbl keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem Statement/pernyataan/identifikasi masalah
Setelah dilakukan stimulasi, guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan denga bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection/pengumpulan data
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru
memberi kesempatan keapada mereka untuk mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literature, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data processing/pengolahan data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, kemudian ditafsirkan.
e. Verification/pembuktian
Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan,
dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan
dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataann atau hiptotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terbukti atau
tidak.

9|Page
f. Generalization/menarik kesimpulan
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

3. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Discovery


Menurut Hamalik (1986), keunggulan dan kelemahan pembelajaran
Discovery adalah sebagai berikut.
No Keunggulan Kelemahan
1 Mendorong peserta didik berpikir Metode ini menimbulkan asumsi
intuisi dan merumuskan hiptesis bahwa ada kesiapan pikiran untuk
sendiri. belajar. Bai peserta didik yang
kurang pandai, akan mengalami
kesulitan avstrak atau berpikir
maupun mengembangkan
hubungan anatara konsep-konsep
yang tertulis ataupun lisan,
sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2 Berpusat pada peserta didik dan Metode ini tidak efisien untuk
guru berperan sama-sama aktif mengajar jumlah peserta didik
mengeluarkan gagasan. Bahkan, yang banyak, karena membutuhkan
gurupun dapat bertindak sebagai waktu yang lama untuk membantu
peserta didik, dan sebagai peneliti mereka menemukan teori atau
di dalam situasi diskusi pemecahan masalah lainnya.
3 Menimbulkan rasa senang pada Harapan-harapan yang terkandung
peserta didik, karena tumbuhnya dalam metode ini dapat buyar
rasa ingin menyelidiki dan berhasil. berhadapan dengan peserta didik
dan guru yang telah terbiasa
dengan cara belajar yang
sebelumnya.
4 Memungkinkan peserta didik Pengajaran discovery lebih cocok

10 | P a g e
belajar dengan memanfaatkan untuk mengembahkan pemahaman,
berbagai jenis sumber belajar. sedangkan mengembangkan aspel
konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5 Menyebabkan peserta didik Pada beberapa disiplin ilmu,
mengarahkan kegiatan belajarnya misalnya IPA kurang fasilitas
sendiri dengan melibatkan akalnya untuk mengukur gagasan yang
dan motivasi sendiri. dikemukakan oleh peserta didik.
6 Mengembangkan bakat dan
kecakapan individu

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diartikan sebagai rangkaian


aktivitas pembelajaran yang menekankan kpada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah.

Menurut Mustaji (2010) dalam Setyawati (2016:6), pembelajaran berbasis


masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah
berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai focus utama belajar.

Secara umum, karakteristik yang tercakup dalam proses Pembelajaran


Berbasis Masalah adalah sebagai berikut.

a. Masalah yang digunakan sebagai awal pembelajaran.


b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakaan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang (ill-structured). Permasalahan dapat diambil
dari buku teks atau dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa yang
terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga ataupun
kemasyarakatan.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut
pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa materi
pelajaran atau lintas ilmu di bidang lainnya.

11 | P a g e
d. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
di ranah pembelajaran yang baru.
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri.
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting.

Antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah memiliki


perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan yang
ingin dicapai. Masalah dalam pembelajaran inkuiri adalah masalah yang bersifat
tertutup. Artinya, jawaban dari masalah tersebut sudah lasti, oleh sebab itu
jawaban dari masalah yang dikaji tersebut sebenarnya telah diketahui dan
dipahami oleh guru. Pada dasarnya, guru menggiring peserta didik melalui
proses tanya jawab pada jawabannya yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang
ingin dicapai oleh pembelajaran inkuiri adalah menumbuhkan keyakinan dalam
diri peserta didik tentang jawaban dari suatu masalah.
Berbeda dengan pembelajaran inkuiri, masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah adalah bersifat terbuka. Artinya, jawaban dari masalah tersebut
belum pasti. Setiap peserta didik, bahkan guru, dapat mengembangkan
kemungkinan jawaban. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bereksplorasi mengumpulkan
dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.
Dalam proses Pembelajaran Berbasis Masalah, sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai, pembelajar akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang
disajikan memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia
nyata, akan semakin baik oengaruhnya pada peningkatan kecakapan pembelajar.
Dari masalah yang diberikan, pembelajar bekerjasama dalam kelompok,
mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan
sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan untuk solusinya.
Sedangkan tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan

12 | P a g e
pembelajar untuk dalalm mencari dan menemukan solusi yang diperlukan
(hanya mengarahkan, bukan menunjukkan) dan juga sekaligus menentukan
kriteria pencapaian proses pembelajaran itu.

4. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah


Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBM. John Dewey seorang
ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah PBM yang
kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
a. Merumuskan masalah, yaitu langkah peserta didik menentukan masalah
yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yaitu langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yaitu langkah peserta didik mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah peserta didik mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah peserta didik
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan kesimpulan.

David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah PBM melalui kegiatan
kelompok., yaitu:

a. Mendefiniskan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu


yang mengandung isu konflik, hingga peserta didik menjadi jelas akan
masalah yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini, guru dapat meminta pendapat
dan penjelasan peserta didik tentang isu-isu hangat yang menarik untuk
dipecahkan.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,
serta menganalisis bebagai faktor baik faktor yang dapat menghambat
maupun mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini dapat

13 | P a g e
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik
dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan.
c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini, setiap peserta didik
didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi mengenai
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan; sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.

Sesuai dengan tujuan PBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari
beberapa bentuk PBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum PBM
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

a. Menyadari masalah
Implementasi PBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Pada tahapan ini, guru membimbing peserta didik pada
kesadaran adanya kesenjangan. Kemampuan yang harus dicapai peserta
didik pada tahapan ini adalah dapat menenutkan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada
tahap ini, peserta didik dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, tetapi
guru dapat mendorong peserta didik untuk menentukan satu atau dua
kesenjangan yang tepat untuk dikaji.
b. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan,
selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan
masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan
kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-
data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan
yang diharapkan dari peserta didik dalam langkah ini adalah peserta didik
dapat menentuka prioritas masalah. Peserta didik dapat memanfaatkan
pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah

14 | P a g e
sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan
dapat dipecahkan.
c. Merumuskn hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir
deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah yang
sangat penting. Kemampuan yang diharapkan dari peserta didik dalam
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan. Melalui analis sebab akibat inilah, pada akhirnya
peserta didik diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang
diajukan.
d. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir
ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai
dengan data yang ada. Dalam tahapan ini, peserta didik didorong untuk
mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan dalam tahap
ini adalah kecakapan peserta didik untuk mengumpulkan dan memilah data,
kemudian memetakan dan menyajikannnya dalam berbagai tampilan
sehingga mudah dipahami.

e. Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya peserta didik menentukan
hipotesis maa yang diterima atau ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari
peserta didik dalam tahap ini adalah kecakapan menelaah data sekaligus
membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji.
Disamping itu, peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusan dan
kesimpulan.
f. Menentukan pilihan penyelesaian
Menentukan piihan penyelsaian merupakan akhir dari proses PBM.
Kemampuan yang diharapkan dalam tahap ini adalah kecakapan memilih
alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
diperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan

15 | P a g e
alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.

Menurut Ibrahim (2013) dalam Trianto (2007), peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru di dalam kelas PBM antara lain:

a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan peserta didik kepada


masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.
b. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan
pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan.
c. Memfasilitasi dalog peserta didik; dan
d. Mendukung belajar peserta didik.

4. Keunggulan dan kelemahan PBM


No Keunggulan Kelemahan
1 Pemecahan masalah (problem Manakali peserta didik tidak
sloving) merupakan teknik yang memiliki minat atau tidak
cukup bagus untuk lebih mempunyai kepercyaan bahwa
memahami isi pelajaran masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba
2 Pemecahan masalah (problem Keberhasilan pembelajaran melalui
sloving) dapat menantang problem sloving membutuhkan
kemampuan para peserta didik serta cukup banyak waktu untuk
memberikan kepuasana untuk melakukan persiapan
menemukan pengetahuan baru bagi
peserta didik
3 Pemecahan masalah (problem Tanpa pemahaman mengapa
sloving) dapat meningkatkan mereka berusaha untuk
aktivitas pembelajaran peserta memecahkan masalah yang sedang
didik. dipelajari, maka mereka tidak akan
belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
4 Pemecahan masalah (problem

16 | P a g e
sloving) dapat membantu peserta
didik bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat
mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6 Melalui Pemecahan masalah
(problem sloving) dapat
memperlihatkan kepada peserta
didik bahwa setiap mata pelajaran
pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh peserta didik,
bukan hanya sekedar belajar dari
guru atau dari buku saja.
7 Pemecahan masalah (problem
sloving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta
didik.
8 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan

17 | P a g e
kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
9 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik
untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata
10 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat mengembangkan
minat peserta didik secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah
berakhir.
(Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 2006: 208)

D. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran. (Permendikbud, 2014:20)

Saru (2013) dalam Yarzidi (2013:92) menjelaskan bahwa model


pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukan
untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan cara
membuat karya atau proyek terkait dengan materi ajar dan kompetensi.

I ketut Turyantana (2013) mengemukakakn bahwa pembelajaran berbasis


pryek adalah proyek perseorangan atau kelompok yang dilaksanakan dalalm
jangka waktu tertentu. Pembelajaran berbasis proyek memiliki ciri khas, yaitu
melibatkan para peserta didik dalam desain proyek, penyelidikan pemecahan
masalah, atau pengalaman yang memberikan perluasan waktu kepada para
peserta didik untuk bekerja secara otonom. Pembelajaran berbasis proyek
mempunyai nilai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing

18 | P a g e
peserta didik membuat rencana, melaksankan penelitian, dan menyajika hasil
dari proyek yang dilakukan. (Setyawati. 2016:7)

Menurut Buck Institue for Education, model pembelajaran project based


learningadalah suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para peserta
didik dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang
terstruktur, pengalaman nyata dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan
produk. (Muchlisin.2017)

Model pembelajaran berbasisi proyek mecakup kegiatan menyelesaikan


masalah, pengambilan keputusan, investigasi, dan keterampulanmembuat karya.
Peserta didik belajar berkelompok dan guru berperan sebagai fasilitator dalam
membantu merencanakan, menganalisis proyek.

2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek


Model pembelajaran project based learning awalnya dikembangkan oleh
The George Lucas Education Foundation dan Dopplet, dengan langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan beberapa fase sebagai berikut.
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suat
aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambul topic yang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat
mengarahkan peserta didik untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti iu,
pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang,
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan terkait dengan
kehidupan peserta didik. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para peserta didik.
g. Mendesain perencanaan proyek.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa memiliki
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting,
dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta

19 | P a g e
mengetahui alat dan bahan yang dapa diakses untuk membantu
menyelesaikan proyek.
h. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, menentukan waktu akhir
penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang
baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah
disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring
kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
i. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses pemantauan, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan
kegiatan yang penting.
j. Menguji hasil.
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam
penyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini,
peserta didi diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan
disuksi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran

20 | P a g e
5. Keunggulan dan kelemahan
Menurut Boss dan Kraus dalam (2017), model pembelajaran ini memiliki
keunggulan dan kelemahan yang tersaji pada table berikut berikut.
No Keunggulan Kelemahan
1 Model ini bersifat terpadu dengan Memerlukan banyak waktu
kurikulum sehingga tidak memerlukan dan biaya
tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
2 Peserta didik terlibat dalam kegiatan Memerlukan banyak media
dunia nyata dan mempraktikan strategi dan sumber belajar
otentik secara disiplin.
3 Peserta didik bekerja secara kolaboratif Memerlukan guru dan
untuk memecahkan masalah yang penting peserta didik yang sama
baginya. sama siap belajar dan
berkembang
4 Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk Ada kekhawatiran peserta
penemuan, kolaborasi, dan komunikasi didik hanya aka menguasai
dalam mencapai tujuan pembelajaran satu topic tertentu yang
penting dalam cara-cara baru. dikerjakan.
5 Meningkatkan kerja sama guru dalam
merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas
geografis atau bahkan melompati zona
waktu.

21 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses,

model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah

pembelajaran Inquiry (Inquiry Based Learning), pembelajaran Discovery (Discovery

Beased Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning),

dan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learnig). Keempat

model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran dengan proses yang

dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,

hokum, atau prinsip melalu tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi

atau menemuka masalah), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data yang telah

dikumpulkan, menarik kesimpulan, kemudian mengkomunikasikan konsep, hukum,

atau prinsip yang ditemukan.

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Riadi, Muchlisin. 2017. Model Pembelajaran Berbasisi Proyek.Kajian Pustaka.com.


https://googleweblight.com/i?u=https://www.kajianpustaka.com/2017/08/m
odel-pembelajaran-berbasis-proyek.html?m%3D1&hl=id-
ID&grqid=K0XLqqP7&geid=1042. diakses pada 30 Juni 2018.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Setyawati, Lutvia Resta. 2016. Analisis Persamaan dan Perbedaan Model
Pembelajaran Inquiry, Discovery, Problem Based Learning, dan Project
Based Learning. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tugas
Kuliah.
Sufairoh. 2016. Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran 2013. Malang: Jurnal
Pendidikan Profesional. Vol. 5, No 3: 122
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai