PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya,
dimana peserta didik diharapkan memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan yang jauh lebih baik, sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif. Seperti halnya dalam pembelajaran fisika, para peserta didik
diharapkan mampu mempelajari gejala-gejala fisis melalui penyelidikan masalah
atau eksperimen. Berkaitan dengan hal ini, dalam undang-undang RI nomor 20
Tahun 2003, tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) bahwa Pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
1|Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang
akan dirumuskan adalah:
Bagaimana pengimplementasian model pembelajaran pada kurikulum 2013
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang standar proses?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
Menguraikan pengimplementasian model pembelajaran yang digunakan pada
kurikulum 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
65 Tahun 2013 tentang standar proses
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pembaca maupun
penulis sendiri, khususnya dalam memahami pengimplementasian model
pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yang telah diatur dalam peruaturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
Menurut Sanjaya (2006:194), pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
Oemar Hamalik (1999) dalam Setyawati (2016:2) mengungkapkan
bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu yang berpusat pada
peserta didik (student-centered-strategy) dimana kelompok-kelompok peserta
didik ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan
secara jelas.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik untuk mencari dan menyelidiki hingga
merumuskan sendiri permasalahan yang dipertanyakan secara kritis dan
analitis.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan
peserta didik secara maksimal dalam proses kegiatan belajar: (2) keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran: (3)
mengembangkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang apa yang
ditemukannya dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi
peserta didik adalah:
a. Aspek sosial di kelas dan suasanan terbuka yang mengundang peserta
didik untuk melakukan diskusi.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi)
4|Page
d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
e. Pengarah, memimpin kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan ang
diharapkan.
f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Awarder, member penghargaan pada presasi yang dicapai peserta didik.
5|Page
f. Membuat simpulan
Guru membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan
6|Page
3 Merupakan model yang Dalam mengimplementasikannya,
dianggap sesuai dengan kadang memerlukan waktu yang
perkembangan psikologi panjang sehingga seringkali guru sulit
belajar modern yang untuk menyesuaikannya dengan waktu
menganggap belajar adalah yang telah ditentukan.
proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman
4 Dapat melayani kebutuhan Selama kriteria keberhasilan belajar
peserta didik yang memiliki ditentukan oleh kemampuan peserta
kemampuan dia tas rata-rata. didik dalam menguasai materi
Artinya, peserta didik yang pelajaran, maka model pembelajaran
memiliki kemampuan belajar ini sulit diimplementasikan oleh setiap
yang bagus tidak akan guru.
terhambat oleh peserta didik
yang lemah dalam belajar
(Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 2006: 208)
7|Page
secara independen. Model ini membutuhkan partisipasi aktif dalam
penyelidikian secara ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas seperti yang terdapat
pada kutipan berikut. “Discovery learning can be defined as the learning that
takes place when the student is not presented with subject matter in the final
form, but rather is required to organize it himself”
Hoffman mengemukakkan bahwa discovery learning adalah ajaran
instruktur strategi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kekterlibatan
dan relevansi peserta didik. Ada lima belajar penemuan yang terdiri dari:
pembelajaran berbasis kasusu; belajar incidental; belajar dengan menjelajahi;
belajar dengan refleksi; dan pembelajaran simulasi berbasis sendiri, atau dalam
kombinasi, yang dapat diterapkan untuk kegiatan dan pengajaran keterampilan.
Selanjutnya kemendikbud (2014) juga menyebutkan bahwa Discovery
Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem
solving. Perbedannya, Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dengan
focus masalah yang direkayasa oleh guru, ssedangkan pada Inkuiri, fokus
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di
dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Pada problem solving,
pembelajaramm lebih ditekankan terhadap kemampuan menyelesaikan masalah.
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning menitikberatkan
peran guru sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar secara aktif. Oleh sebab itu, bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, tetapi peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpuan.
8|Page
a. Stimulation/Stimulasi
Pertama, peserta didik dihadapkan pada fenomena yang
mengandung permasalahan, sesuatu yang menimbulkan kebingungannya
dan timbl keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem Statement/pernyataan/identifikasi masalah
Setelah dilakukan stimulasi, guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan denga bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Data collection/pengumpulan data
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru
memberi kesempatan keapada mereka untuk mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literature, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data processing/pengolahan data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, kemudian ditafsirkan.
e. Verification/pembuktian
Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan,
dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan
dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataann atau hiptotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terbukti atau
tidak.
9|Page
f. Generalization/menarik kesimpulan
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
10 | P a g e
belajar dengan memanfaatkan untuk mengembahkan pemahaman,
berbagai jenis sumber belajar. sedangkan mengembangkan aspel
konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5 Menyebabkan peserta didik Pada beberapa disiplin ilmu,
mengarahkan kegiatan belajarnya misalnya IPA kurang fasilitas
sendiri dengan melibatkan akalnya untuk mengukur gagasan yang
dan motivasi sendiri. dikemukakan oleh peserta didik.
6 Mengembangkan bakat dan
kecakapan individu
11 | P a g e
d. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
di ranah pembelajaran yang baru.
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri.
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci
penting.
12 | P a g e
pembelajar untuk dalalm mencari dan menemukan solusi yang diperlukan
(hanya mengarahkan, bukan menunjukkan) dan juga sekaligus menentukan
kriteria pencapaian proses pembelajaran itu.
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah PBM melalui kegiatan
kelompok., yaitu:
13 | P a g e
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik
dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan.
c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini, setiap peserta didik
didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi mengenai
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi
proses adalah evaluasi terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan; sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.
Sesuai dengan tujuan PBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari
beberapa bentuk PBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum PBM
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Menyadari masalah
Implementasi PBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Pada tahapan ini, guru membimbing peserta didik pada
kesadaran adanya kesenjangan. Kemampuan yang harus dicapai peserta
didik pada tahapan ini adalah dapat menenutkan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada
tahap ini, peserta didik dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, tetapi
guru dapat mendorong peserta didik untuk menentukan satu atau dua
kesenjangan yang tepat untuk dikaji.
b. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan,
selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan
masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan
kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-
data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan
yang diharapkan dari peserta didik dalam langkah ini adalah peserta didik
dapat menentuka prioritas masalah. Peserta didik dapat memanfaatkan
pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah
14 | P a g e
sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan
dapat dipecahkan.
c. Merumuskn hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir
deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah yang
sangat penting. Kemampuan yang diharapkan dari peserta didik dalam
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan. Melalui analis sebab akibat inilah, pada akhirnya
peserta didik diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang
diajukan.
d. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir
ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai
dengan data yang ada. Dalam tahapan ini, peserta didik didorong untuk
mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan dalam tahap
ini adalah kecakapan peserta didik untuk mengumpulkan dan memilah data,
kemudian memetakan dan menyajikannnya dalam berbagai tampilan
sehingga mudah dipahami.
e. Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya peserta didik menentukan
hipotesis maa yang diterima atau ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari
peserta didik dalam tahap ini adalah kecakapan menelaah data sekaligus
membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji.
Disamping itu, peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusan dan
kesimpulan.
f. Menentukan pilihan penyelesaian
Menentukan piihan penyelsaian merupakan akhir dari proses PBM.
Kemampuan yang diharapkan dalam tahap ini adalah kecakapan memilih
alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat
diperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan
15 | P a g e
alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
Menurut Ibrahim (2013) dalam Trianto (2007), peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru di dalam kelas PBM antara lain:
16 | P a g e
sloving) dapat membantu peserta
didik bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu,
pemecahan masalah itu juga dapat
mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6 Melalui Pemecahan masalah
(problem sloving) dapat
memperlihatkan kepada peserta
didik bahwa setiap mata pelajaran
pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh peserta didik,
bukan hanya sekedar belajar dari
guru atau dari buku saja.
7 Pemecahan masalah (problem
sloving) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta
didik.
8 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan
17 | P a g e
kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
9 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik
untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata
10 Pemecahan masalah (problem
sloving) dapat mengembangkan
minat peserta didik secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah
berakhir.
(Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 2006: 208)
18 | P a g e
peserta didik membuat rencana, melaksankan penelitian, dan menyajika hasil
dari proyek yang dilakukan. (Setyawati. 2016:7)
19 | P a g e
mengetahui alat dan bahan yang dapa diakses untuk membantu
menyelesaikan proyek.
h. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, menentukan waktu akhir
penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang
baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah
disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring
kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
i. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah
proses pemantauan, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan
kegiatan yang penting.
j. Menguji hasil.
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam
penyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini,
peserta didi diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan
disuksi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran
20 | P a g e
5. Keunggulan dan kelemahan
Menurut Boss dan Kraus dalam (2017), model pembelajaran ini memiliki
keunggulan dan kelemahan yang tersaji pada table berikut berikut.
No Keunggulan Kelemahan
1 Model ini bersifat terpadu dengan Memerlukan banyak waktu
kurikulum sehingga tidak memerlukan dan biaya
tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
2 Peserta didik terlibat dalam kegiatan Memerlukan banyak media
dunia nyata dan mempraktikan strategi dan sumber belajar
otentik secara disiplin.
3 Peserta didik bekerja secara kolaboratif Memerlukan guru dan
untuk memecahkan masalah yang penting peserta didik yang sama
baginya. sama siap belajar dan
berkembang
4 Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk Ada kekhawatiran peserta
penemuan, kolaborasi, dan komunikasi didik hanya aka menguasai
dalam mencapai tujuan pembelajaran satu topic tertentu yang
penting dalam cara-cara baru. dikerjakan.
5 Meningkatkan kerja sama guru dalam
merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas
geografis atau bahkan melompati zona
waktu.
21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses,
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
23 | P a g e