Anda di halaman 1dari 7

BAB I BAB II

ETIKA BISNIS DALAM MUDHARABAH


PENDAHULAN

A. Pengertian Etika bisnis Islam


A. Latar Belakang

Etika dipahami sebagai seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia (a code or set of
Etika bisnis dalam Islam telah dituangkan dalam hukum bisnis Islam yang biasa disebut
principles which people live). Berbeda dengan moral, etika merupakan refleksi kritis dan penjelasan
dengan muamalah. Aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk. Ini berada pada
mempunyai aturan-aturan tertentu, sebut saja aturan dalam hal jual beli (ba’iy), pinjam meminjam
tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk dan apa alasan
(ariyah), utang mengutang, berinvestasi (mudharabah), kerjasama bisnis (musyarakah),
pikirnya, merupakan lapangan etika. Perbedaan antara moral dan etika sering kabur dan cendrung
menggunakan jaminan (rahn), pengalihan utang (hiwalah) dan masih banyak jenis transaksi lainnya.
disamakan. Intinya, moral dan etika diperlukan manusia supaya hidupnya teratur dan bermartabat.
Dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan aturan-aturan dalam aktiviatas ekonomi dalam
Orang yang menyalahi etika akan berhadapan dengan sanksi masyarakat berupa pengucilan dan
kerjasama bisnis atau musyarakah. Etika bisnis adalah tuntutan yang harus dilaksanakan oleh pelaku
bahkan pidana.
bisnis dalam menegakkan konsep keseimbangan ekonomi. Jika saja pengambilan keuntungan
berlipat-lipat adalah sebuah kesepakatan pelaku ekonomi, bukankah hal ini menjadikan supply-
Dalam makna yang lebih tegas etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep
demand tidak seimbang, pasar bisa terdistorsi dan seterusnya. Betapa indahnya jika sistem bisnis
nilai, baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan
yang kita lakukan dibingkai dengan nilai etika yang tinggi.Etika itu akan membuang jauh kerugian
kita untuk mengaplikasikannya atas apa saja. Secara terminologis arti etika sangat dekat
dan ketidaknyamanan antara pelaku bisnis dan masyarakat. Lebih dari itu, bisnis yang berdasarkan
pengertiannya dengan istilah al-Qur’an al-khuluq atau akhlak, akhlak mengandung beberapa arti,
etika akan menjadikan sistem perekonomian akan berjalan secara seimbang.
diantaranya:
a) Tabiat,
B. Rumusan Masalah
yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan,
b) Adat,
1) Pengertian Etika Bisnis Islam?
yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yaitu berdasarkan
2) Sebutkan dan Jelaskan Ciri Etika Bisnis Islam?
keinginannya, dan
3) Jelaskan Hal yang terkait dengan Mudharabah?
c) Watak,
yaitu cakupannya melalui hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang diupayakan hingga
C. Tujuan
menjadi adat. Kata akhlak juga berarti kesopanan atau agama.
1) Mengetahui pengertian Etika Bisnis Islam
2) Mengerahui Ciri Etika Bisnis Islam
Bisnis merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari kegiatan manusia. Sebagai bagian
3) Mengetahui Hal yang terkait dengan Mudharabah
dari kegiatan ekonomi manusia, bisnis juga dihadapkan pada pilihan-pilihan penggunaan factor
produksi. Efisiensi dan efektifitas menjadi dasar prilaku kalangan pebisnis. Sejak zaman klasik
sampai era modern, masalah etika bisnis dalam

1 2
3 4

dunia ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Ekonom klasik banyak berkeyakinan bahwa sebuah memilih keuntungan jangka pendek dengan mengabaikan etika atau memilih keuntungan jangka
bisnis tidak terkait dengan etika. Dalam ungkapan Theodore Levitt, tanggung jawab perusahaan panjang dengan komit terhadap prinsip-prinsip etika –dalam hal ini etika bisnis syariah.
hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka. Atas nama efisiensi dan efektifitas, tak jarang, Islam secara universal telah memberikan pedoman bagi kegiatan ekonomi berupa prinsip-
masyarakat dikorbankan, lingkungan rusak dan karakter budaya dan agama tercampakkan. prinsip dan asas-asas dalam muamalah. Juhaya S. Praja menyebutkan terdapat beberapa prinsip
hukum ekonomi Islam antara lain:1
Perbedaan etika bisnis syariah dengan etika bisnis yang selama ini dipahami dalam kajian  Prinsip la yakun dawlatan bayn al-agniya, yakni prinsip hokum ekonomi yang
ekonomi terletak pada landasan tauhid dan orientasi jangka panjang (akhirat). Prinsip ini dipastikan menghendaki pemerataan dalam pendistribusian harta kekayaan.
lebih mengikat dan tegas sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki dua cakupan. Pertama, cakupan  Prinsip antaradin, yakni pemindahan hak kepemilikan atas harta yang dilakukan secara
internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal yang memperhatikan aspek sukarela.
kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi dan tidak diskriminatif plus pendidikan.  Prinsip tabadul al-manafi’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan kepasa azas
Sedangkan kedua, cakupan eksternal meliputi aspek trasparansi, akuntabilitas, kejujuran dan manfaat.
tanggung jawab. Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan  Prinsip takaful al-ijtima’, yakni pemindahan hak atas harta yang didasarkan kepada
masyarakat sebagai stake holder perusahaan. Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru Besar kepentingan solidaritas sosial.
Business Administration di Mankata State Univeristy menambahkan cakupan berupa nilai ketulusan,  Prinsip haq al-lah wa hal al-adami, yakni hak pengelolaan harta kekayaan yang didasarkan
keikhlasan berusaha, persaudaraan dan keadilan. Sifatnya juga universal dan bisa dipraktekkan siapa kepada kepentingan milik bersama, di mana individu maupun kelompok dapat saling
saja. Etika bisnis syariah bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan perusahaan dengan orientasi yang berbagi keuntungan serta diatur dalam suatu mekanisme ketatanegaraan di bidang
tidak hanya pada keuntungan perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti kebijakan ekonomi.
sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua pihak diuntungkan sehingga
tidak ada praktek “culas” seperti menipu masyarakat atau petugas pajak dengan laporan keuangan Di samping prinsip-prinsip tersebut, dalam sistem ekonomi Islam dijelaskan pula berbagai ketentuan
yang rangkap dan lain-lain. Bisnis juga merupakan wujud memperkuat persaudaraan manusia dan yang terangkum dalam azas-azas muamalah. Ahmad Azhar Basyir telah menjelaskan tentang azas-
bukan mencari musuh. Jika dikaitkan dengan pertanyaan di awal tulisan ini, apakah etika bisnis azas muamalah dalam hukum ekonomi Islam antara lain:2
syariah juga bisa meminimalisir keuntungan atau malah merugikan ?. Jawabnya tergantung
bagaimana kita melihatnya.  Asas kehormatan manusia (QS 17: 70).
 Azas kekeluargaan dan kemanusiaan (QS 49: 13).
Bisnis yang dijalankan dengan melanggar prinsip-prinsip etika dan syariah seperti  Azas gotong-royong dalam kebaikan (QS 5: 2).
pemborosan, manipulasi, ketidakjujuran, monopoli, kolusi dan nepotisme cenderung tidak produktif
dan menimbulkan inefisiensi. Etika yang diabaikan bisa membuat perusahaan kehilangan
kepercayaan dari masyarakat bahkan mungkin dituntut di muka hukum. Manajemen yang tidak
menerapkan nilai-nilai etika dan hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan
mampu bertahan (survive) dalam jangka panjang. Jika demikian, pilihan berada di tangan kita.
Apakah 1
Juhaya S. Praja, Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Madya Filsafat Hukum Islam tentang Rekosntruksi Paradigma Ilmu: Titik Tolak Pengembangan Ilmu Agama dan
Universalitas Hukum Islam pada tanggal 1 April 2000 di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
2
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan, 1994) hal. 190-191.
5 6

 Azas keadilan, kelayakan dan kebaikan (QS 16: 90).


 Azas menarik manfaat dan menghindari madharat (QS 2: 282).
 Azas kebebasan dan kehendak (QS 2: 30). 4) Berorientasi Pada Hasil Dunia dan Akhirat.

 Azas kesukarelaan (QS 4: 39) Bisnis tentu di lakukan untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyak berupa harta, dan ini
di benarkan dalam Islam. Karena di lakukannya bisnis memang untuk mendapatkan

B. Ciri Etika Bisnis Islam keuntungan materi (qimah madiyah). Dalam konteks ini hasil yang di peroleh, di miliki
dan dirasakan, memang berupa harta.

Bisnis Islam merupakan implementasi/perwujudan dari aturan syari’at Allah. Bisnis islam
selain mengusahakan bisnis pada umumnya, juga menjalankan syariat dan perintah Allah dalam hal 5) Kebahagiaan abadi di yaumil akhir.

bermuamalah. Untuk membedakan antara bisnis Islam dan yang bukan, maka kita dapat Namun, seorang Muslim yang sholeh tentu bukan hanya itu yang jadi orientasi hidupnya.

mengetahuinya melalui ciri dan karakter dari bisnis Islam yang memiliki ciri tersendiri. Beberapa Namun lebih dari itu. kebahagiaan abadi di yaumil akhir. Oleh karenanya. Untuk

ciri itu antara lain: mendapatkannya, dia harus menjadikan bisnis yang dikerjakannya itu sebagai ladang
ibadah dan menjadi pahala di hadapan Allah . Hal itu terwujud jika bisnis atau apapun
1) Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai Ruhiyah. yang kita lakukan selalu mendasarkan pada aturan-Nya yaitu syariah Islam.
Nilai ruhiyah adalah kesadaran setiap manusia akan eksistensinya sebagai ciptaan
Jika semua hal diatas dimiliki oleh seorang pengusaha muslim, niscaya dia akan mampu
(makhluq) Allah yang harus selalu kontak dengan-Nya dalam wujud ketaatan di setiap
memadukan antara realitas bisnis duniawi dengan ukhrowi, sehingga memberikan manfaat bagi
tarikan nafas hidupnya. Ada tiga aspek paling tidak nilai ruhiyah ini harus terwujud , yaitu
kehidupannya di dunia maupun akhirat. Akhirnya, jadilah kaya yang dengannya kita bisa beribadah
pada aspek
di level yang lebih tinggi lagi.
a. Konsep
b. Sistem yang di berlakukan
c. Pelaku (personil).
C. Mudharabah

2) Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram.


1) Pengertian Mudharabah
Seorang pelaku bisnis syariah dituntut mengetahui benar fakta-fakta (tahqiqul manath)
Dalam literatur fikih, terdapat dua istilah yang menunjukan pengertian mudharabah. Yang
terhadap praktek bisnis yang Sahih dan yang salah. Disamping juga harus paham dasar-
pertama istilah mudharabah itu sendiri dan yang kedua istilah Qiradh. Namun pengertian
dasar nash yang dijadikan hukumnya (tahqiqul hukmi).
keduanya adalah sama saja. Istilah mudharabah adalah bahasa penduduk Irak dan kebanyakan
digunakan oleh mazhab Hanafi, Hanbali dan Zaydi dan Qiradh adalah bahasa istilah yang
3) Benar Secara Syar’iy Dalam Implementasi.
Intinya pada masalah ini adalah ada kesesuaian antara teori dan praktek, antara apa yang
telah dipahami dan yang di terapkan. Sehingga pertimbangannya tidak semata-mata untung
dan rugi secara material
7 8

digunakan penduduk Hijaz dan kebanyakan digunakan oleh mazhab Maliki dan Syafi’i. Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti secara harfiah adalah bepergian atau pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
berjalan. Dari beberapa kata ini lah yang kemudian mengilhami konsep mudharabah.3 menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
Mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al ardh, kerugian itu tidak disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Namun, apabila kerugian itu
yaitu bepergian untuk urusan dagang. Abdurrahman al-Jaziri mengatakan, Mudharabah disebabkan kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab
menurut bahasa berarti ungkapan pemberian harta dari seseorang kepada orang lain sebagai atas kerugian tersebut. Secara muamalah, pemilik modal (shohibul maal)menyerahkan
modal usaha di mana keuntungan yang diperoleh dibagi diantara mereka berdua, dan apabila modalnya kepada pedagang/pengusaha (mudaharib) untuk digunakan dalam aktivitas.
rugi ditanggung oleh pemilik modal. Sedangkan menurut istilah syara’, Mudharabah
merupakan akad antara dua pihak untuk bekerja sama dalam usaha perdagangan dimana salah 2) Hukum Mudharabah dan dasar hukumnya
satu pihak memberikan dana kepada pihak lain sebagai modal usaha dan keuntungan dari usaha
itu akan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Mudharabah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara
Secara terminologi, para ulama fiqh mendefinisikan Mudharabah atau qirad dengan: Pemilik pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. Banyak di antara pemilik modal
modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan oleh pemilik yang tidak pakar dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak pula para
modal, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut pakar di bidang perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Atas dasar saling
kesepakatan bersama.4 menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk saling bekerja
sama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan
Istilah mudharabah diambil dari kata dharib, Dinamakan demikian memproduktifkan modal itu. Alasan yang dikemukakan para ulama fiqh tentang keboleh-an
karena dharib berhak untuk menerima bagian keuntungan atas dukungan dan bentuk kerja sama ini adalah firman Allah dalam surat al-Muzzammil, 73: 20 …dan sebagian
kerjanya. Secara rinci mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan ( mereka berjalan di buki mencari karunia Allah… Dan surat al-Baqarah, 2: 198. Tidak ada dosa
partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perdagangan) dari Tuhanmu…
seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis
dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian Kedua ayat di atas, secara umum mengandung kebolehan akad mudharabah, yang secara
5
berdasarkan isi perjanjian bersama. bekerja sama mencari rezeki yang ditebarkan Allah di atas bumi. Kemudian sabda Rasulullah
SAW dijumpai sebuah riwayat dalam kasus mudharabah yang dilakukan oleh ‘Abbas ibn ‘Abd
al-Muthalib yang artinya: Tuhan kami ‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthalib jika menyerahkan hartanya
(kepada seseorang yang pakar dalam perdagangan) melalui akad mudharobah, dia
mengemukakan syarat bahwa harta itu jangan diperdagangkan melalui lautan, juga jangan
menempuh lembah-lembah, dan tidak boleh diberikan hewan ternak yang sakit tidak dapat
bergerak/berjalan. Jika (ketiga) hal itu dilakukan, maka pengelola modal dikenai ganti rugi.
3
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Dan Interpretasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 91
4
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuh, (Beirut: Dar al-‘Ilm, 1984), hal. 837 Kemudian syarat yang dikemukakan ‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthalib ini sampai kepada
5
Afzalur Rahman. Doktrin Ekonomi Islam. Jilid IV. ( Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf,
1995 ), hlm 380
Rasulullah SAW, dan Rasul membolehkannya. (HR ath-Thabrani).
9 10

Oleh sebab itu, jika modal itu berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak dibolehkan,
3) Rukun dan Syarat mudharabah karena sulit untuk menentukan keuntungannya. Demikian halnya juga dengan utang, tidak
boleh dijadikan modal mudharabah. Akan tetapi, jika modal itu berupa wadi’ah (titipan)
Terdapat perbedaan pandangan ulama Hanafiyah jumhur ulama dalam menetapkan rukun akad pemilik modal pada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah. Apabila modal itu tetap
mudharabah. Ulama Hanafiyah, menyatakan bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qobul. dipegang sebagiannya oleh pemilik modal, dalam artian tidak diserahkan seluruhnya,
Sedangkan menurut jumhur ulama ada tiga, yaitu :6 menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafi’iyah, akad mudharabah tidak sah. Akan
a) Pihak yang berakad: yaitu shahibul mal ( investor ) dan al-mudhorib (pengelola ). tetapi, ulama Hanabilah menyatakan boleh saja sebagian modal itu berada di tangan
b) Obyek akad, hal ini terdiri dari ra’sul mal ( capital ), al-‘amal ( usaha pemilik modal, asal tidak menganggu kelancaran usaha itu.
bisnis ), ar-robh ( profit ) dan al-waqt ( masa).
c) As-Shighoh ( Ijab qobul ) atau Momerandum of Undrstanding ( MoU) c) Yang terkait dengan keuntungan
d) Nisbah keuntungan. Disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing – masing
diambilkan dari keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat.
Adapun syarat – syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan jumhur ulama di Aqpabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, akad itu fasid
atas adalah: (rusak). Demikian juga halnya apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian
ditanggung bersama, menurut ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugiaan tetap
a) Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, ditanggung sendiri oleh pemilik modal.
Harus orang yang mengerti hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi
posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, 4) Jenis-Jenis Mudharabah
syarat – syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah.
a) Mudharabah Mutlaqah
b) Yang terkait dengan modal, disyaratkan:
 berbentuk uang Merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang mana
 jelas jumlahnya shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib
 tunai, untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Shahibul maal tidak memberikan

 diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal. batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi pemasarannya, serta wilayah bisnis
yang dilakukan. Shahibul maal memberikan kewenangan yang sangat besar kepada

6
Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudhorobah. ( Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2005 ), hlm. 3
11 12

mudharib untuk menjalakan aktivitas usahanya, asalakan sesuai prinsip syariah Islam.7 dipergunakan dalam pe-ngertian umum, yakni sesuatu yang diikatkan seseorang bagi diri-nya
Mudharabah Muthalaqah adalah akad mudharabah dimana shahibul maal memberikan sendiri atau bagi orang lain dengan kata harus. Di antaranya adalah firman Allah : “Wahai
kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan investasinya. orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad kalian.” Jual beli dan sejenisnya adalah akad
atau perjanjian dan kesepakatan. Setiap hal yang diharuskan seseorang atas dirinya sendiri baik
berupa nadzar, sumpah dan sejenisnya, disebut sebagai akad.

b) Mudharabah Muqayyadah
6) Hikmah Mudharabah

Merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak pertama sebagai pemilik dana (
Sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan untuk
shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana ( mudharib). Shahibul maal
memproduktifitaskannya. Terkadang pula ada orang yang tidak memiliki harta, tetapi ia
menginvestasikan dananya kepada mudharib, dan memberi batasan atas penggunaan dana
mempunyai kemampuan memproduktifitaskannya, oleh karena itu syariat membolehkan
yang diinvestasikannya. Batasan anatara lain tentang :
muamalah ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya. Pemilik harta
 Tempat dan cara berinvestasi
mendapatkan manfaat dengan pengalaman mudharib (orang yang diberi modal), sedangkan
 Jenis investasi
mudharib dapat memperoleh manfaat dengan harta (sebagai modal) dengan demikian tercipta
 Objek investasi
kerjasama antara pemilik modal dan mudharib. Allah tidak menetapkan segala bentuk akad,
 Jangka waktu melainkan demi terciptanya kemaslahatan dan terbendungnya kesulitan. Adapun hikmah dari
Mudharabah yang dikehendaki adalah mengangkat kehinaan, kefakiran dan kemiskinan
masyarakat juga mewujudkan rasa cinta kasih dan saling menyayangi antar sesama manusia.

5) Akad dalam melakukan Mudharabah Seorang yang berharta mau bergabung dengan orang yang pandai memperdagangkan harta dari
harta yang dipinjami oleh orang kaya tersebut.

Dalam setiap transaksi islami, akan memegang peranan yang sangat penting. Akad
ibaratnya sebuah dinding yang sangat tipis dan dengannya terpisah antara yang sah dan tidak.
Secara bahasa, akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang keseluruhannya
kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan terhadap dua hal. Sementara akad menurut
istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan keinginan orang lain dengan cara yang
memunculkan adanya komitmen tertentu yang disyariatkan. Terkadang kata akad dalam istilah

7
Drs. Ismail, MBA., Ak. Perbankan Syariah, Kencana, 2011, hal 86
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika bisnis Islam merupakan perangkat aturan berbisnis dalam etika Islam dengan
berlandaskan syariah Al-Quran dan Hadis yang diimplementasikan dalam aktivitas berbisnis dalam
realitas yang ada.

Ciri etika bisnis Islam antara lain:


1. Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai Ruhiyah.
2. Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram.
3. Benar Secara Syar’iy Dalam Implementasi.
4. Berorientasi Pada Hasil Dunia dan Akhirat.
5. Kebahagiaan abadi di yaumil akhir.

Dalam melakukan bisnis mudharabah yang terkait dengan etika bisnis Islam antara lain
harus memperhatikan nilai-nilai ruhiyah dalam setiap tindakan dan aktivitas mudharabah yang
dilakukan, selain itu, bisnis yang dikerjakan harus tertumpu pada hal-hal yang halal saja, dan
mengimplementasikan dalam pelaksanaan nyata dengan benar berlandaskan syariah Islam dan
berorientasi pada dunia dan akhirat.

13

Anda mungkin juga menyukai