Anda di halaman 1dari 38

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus :
SMF ANAK
RUMAH SAKIT : RSUD TARAKAN

Nama : Patricia Sry Citra Nabut Tanda tangan:


NIM : 112018023
Dokter Pembimbing : dr. Aulia Fitriani Sp.A

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An. Syakiel Karim
TTL : 22 Februari 2013 (6 thn 10 bln 7 hari)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Siliwangi raya No. 20 Cireunde Ciputat Timur Tangsel
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD

ORANG TUA
Ayah
Nama : Tn. AW
Umur : 32 thn
Alamat : Jl. Siliwangi raya No. 20 Cireunde Ciputat Timur Tangsel
Agama : Islam

1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ibu
Nama : Ny.Khasanah
Umur : 35 thn
Alamat : Jl. Siliwangi raya No. 20 Cireunde Ciputat Timur Tangsel
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan pasien dengan orang tua : Anak kandung

ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis Tanggal 24 September 2019 Jam : 07.30 WIB

Keluhan Utama : Pasien rujukan dari RSUD Tangerang Selatan dengan demam naik
turun sejak 7 hari seringkali demam tiba-tiba tinggi.

Keluhan Tambahan : pucat (+), diare (-), perdarahan gusi (-), mimisan (-), lebam (+), batuk
berdahak sejak 2 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Satu minggu SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam naik
turun sejak 7 hari, namun demamnya tidak tinggi hanya badan terasa hangat jika dipegang.
Ibu pasien tidak sempat mengukur suhu tubuh anak dengan termometer, namun langsung
memberikan paracetamol sirup untuk menurunkan demam. Ibu menyangkal adanya
peningkatan demam pada sore hari (-), kejang (-), pilek (-), tenggorokan terasa sakit (-),
muntah (-). Nafsu makan pasien sedikit menurun. Pasien terlihat lemas dan kurang
bersemangat sehingga sulit untuk bermain dengan teman sebaya, saat ini pasien tidak sedang
menjalani pengobatan rutin.

Pasien merupakan pasien Rujukan dari RSUD Tangerang dan telah menjalani perawatan
3 hari RS tersebut. Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan tgl 16/9 sekitar pukul 23.55 WIB
membawa surat rujukan dengan diagnosis tersangka AML + hiperleukositosis, anemia post

2
transfusi dan gizi kurang. Pasien dirujuk dengan alasan agar mendapatkan penatalaksanaa yang
lebih lengkap dari dokter spesialis Onkologi Anak di RSUD Tarakan.

Pasien sempat berobat ke RS Hermina Serpong dan tiba-tiba demam tinggi, suhu tidak
diukur, cek lab Hb 6,7 mg/dl kemudian dilakukan transfusi PRC 175 cc (14/9). PF : Mata : sklera
ikterik -/-, conjungtiva anemis +/+. Spo2 98 %, Ht: 130x/menit/ Abdomen : datar, supel, H/L : 2
jari BAC, L ttb. Diagnosis pada surat rujukan Susp AML + hiperleukositosis. Anemia post
transfusi, Gizi kurang. Terapi dan tindakan yang sudah diberikan IVFD Kaen 1B 60 ml/jam,
Antibiotik : ceftriaxone 1x1 gr (1/2 hr ke 2), Paracetamol (K/P), Ambroxol 3x1 cth. Pasien
dibawa dengan Ambulans RSUD didampingi oleh keluarga. Setelah do observasi dan
ditatalaksana di IGD pasien masuk ke ruang rawat Melati tgl 17/9 jam 09.30.

Penyakit Dahulu ( Tahun, diisi bila ya ( + ), bila tidak ( - ) )

(-) Sepis (-) Meningoencephalitis (-) Kejang demam

(-) Tuberkulosis (-) Pneumonia (-) Alergi lainnya

(-) Asma (-) Alergi Rhinitis (-) Gastritis

(-) Diare akut (-) Diare Kronis (-) Amoebiasis

(-) Disentri (-) Kolera (-) Difteri

(-) Tifus Abdominalis (-) DHF (-) Polio

(-) Cacar air (-) Campak (-) Penyakit Jantung Bawaan

(-) Batuk rejan (-) Tetanus (-) ISK

(-) Demam Rematik Akut (-) Penyakit Jantung Rematik (-) Kecelakaan

(-) Glomerulonephritis (-) Sindroma Nefrotik (-) Operasi

Pasien sebelumnya sudah dirawat 3 hari di RSUD Tangerang

3
Riwayat Pengobatan

Pasien sebelumnya sudah dirawat 3 hari di RSUD Tangerang, saat ini pasien belum
menjalani pengobatan yang mengharuskan minum obat dan melakukan perawatan rutin di RS.
Hanya jika demam diberi obat penurun panas yang diberikan dalam sirup. Obat tersebut dibeli di
apotek.

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - - -
Asma - - -
Tuberkulosis - - -
Hipertensi - - -
Diabetes - - -
Kejang Demam - - -
Epilepsy - - -
Leukemia - - -

Family Tree

Keterangan:
Laki-laki Pasien

Perempuan

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


KEHAMILAN

Perawatan antenatal : dilakukan di bidan 2 kali dan di rumah sakit 1 kali.

4
Penyakit kehamilan : ibu sehat selama kehamilan.

KELAHIRAN

Tempat kelahiran : Rumah Sakit

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Spontan tanpa penyulit

Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3000 gr

Panjang badan lahir :49 cm

Lingkar kepala : 33cm

Langsung menangis

Pucat/Biru/Kuning/Kejang (-)

Nilai APGAR : Ibu pasien tidak mengetahui. Ibu pasien mengatakan


bayinya langsung menangis, kulit kemerahan, dan bergerak aktif.
Kelainan bawaan : Tidak ada

Kesimpulan : Neonatus cukup bulan, Sesuai masa kehamilan (NCB-SMK)

Riwayat Nutrisi
Susu : ASI sejak lahir 5 kali/hari

Makanan Padat : Bubur saring usia 5 bulan

Makanan Utama : Nasi dengan lauk pauk (potongan daging ayam, ikan atau tempe dan tahu
sayur bervariasi kadang-kadang disertai buah dan susu)

Frekuensi/hari : 3 kali/hari

Jumlah/hari : 1 porsi (1 piring)


Nafsu makan : Menurun

5
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 4 bulan
Motorik kasar : tengkurap 6 bulan, duduk usia 10 bulan, berdiri 11 bulan,
berjalan 13 bulan

Motorik halus : mencoret – coret, mencontoh 15 bulan

Bicara : berbicara 14 bulan, membaca dan menulis belum dapat


dilakukan

Perkembangan pubertas :-

Gangguan Perkembangan : Tidak ada gangguan perkembangan dan pertumbuhan.

Kesimpulan : Tumbuh kembang anak sesuai usia.

RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar Ulangan
(umur) (umur)
B.C.G Lahir -
D.P.T 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan 18 bulan dan 5 tahun
Polio 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan 18 bulan
Campak 9 bulan 18 bulan dan 6 tahun - 7 tahun
Hepatitis B 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan -
M.M.R 15 bulan 5 tahun
Kesimpulan : Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

Riwayat Sosial Personal (Socio-personal history)


Pasien tinggal bersama dengan orangtuanya di perumahan dengan lingkungan yang
bersih. Namun sinar matahari cukup sulit untuk masuk kedalam rumah karena rumah pasien
dikelilingi gedung tinggi, ventilasi kurang memadai, menggunakan air PAM yang kemudian di
masak hingga matang sebelum dikonsumsi. Kamar pasien maupun lingkungan rumah cukup
bersih. Menurut ibu pasien tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama dengan
pasien ataupun mempunyai riwayat penyakit kanker darah.

6
ANAMNESIS SISTEM

Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / ikterus (-) Sianosis
(+) Demam
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit Kepala (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Merah (-) Nyeri
(-) Sekret (-) Kuning / ikterus
(+) Konjungtiva anemis (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(+) Sekret
Hidung
(-) Rhinnorhea (-) Tersumbat
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Epistaksis
(-) Trauma (-) Benda asing/foreign body
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah kotor
(-) Gusi (-) Mukosa
Tenggorok
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(+) Benjolan di leher (pembesaran KGB) (-) Nyeri leher
Thorax (Jantung & paru-paru)
(-) Sesak napas (-) Mengi

7
(+) Batuk (-) Batuk darah
(-) Nyeri dada (-) Berdebar-debar
Abdomen (Lambung/Usus)
(-) Mual (-) Muntah
(-) Diare (-) Konstipasi
(-) Nyeri epigastrium (-) Nyeri kolik
(-) Tinja berdarah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Benjolan
Saluran kemih/ Alat kelamin
(-) Disuria (-) Hematuria
(-) Enuresis (mengompol)
Saraf dan Otot
(-) Riwayat Trauma (-) Kejang
(-) Nyeri (-) Bengkak
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis
Berat Badan
Berat badan rata-rata : -
Berat badan tertinggi : -
Badan badan sekarang : 17 kg (-) Tetap (-) Naik (-) Turun

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 24 Oktober 2019 Jam: 07.30 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : tampak sakit sedang GCS : E4M6V5

Kesadaran : compos mentis


Tanda-tanda vital

8
Frekuensi Nadi : 92 kali/menit, reguler, kuat angkat

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Frekuensi napas : 20 kali/menit, reguler

Suhu Tubuh : 36,5 0 C

SpO2 : 98%

DATA ANTROPOMETRI

Berat Badan : 17 kg

Tinggi Badan : 116 cm

LPT : 0,74

Lingkar Dada : tidak dilakukan

Lingkar Lengan Atas : 15 cm

IMT : 12,63

Berat badan/Umur : 87 % (persentil 50) : Berat badan kurang

Tinggi badan/Umur : 98 % (persentil 50) : Perawakan normal

BMI for Age : 94 % (persentil 50) : Gizi baik

Kesimpulan : Status gizi baik / normal

Berat badan/Umur : 73,9 % (persentil 50) : Berat badan kurang

Tinggi badan/Umur : 98 % (persentil 50) : Perawakan normal

BMI for Age : <-2 SD : Gizi baik

Kesimpulan : Status gizi kurang

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

9
Kepala
 Bentuk dan ukuran : bentuk kepala normal (bulat), hematom -
 Rambut & kulit kepala : rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
 Mata : pupil bulat, isokor, reflex cahaya langsung dan tidak
langsung mata kanan dan kiri positif, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
 Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -, membran
timpani intak
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi -, sekret -, napas cuping
hidung -
 Bibir : Mukosa lembab, sianosis -
 Gigi-geligi : Normal, tidak ada kelainan, caries dentis -
 Mulut : Normal, tidak kering, tidak sianosis, tidak pucat, tidak
hiperemis
 Lidah : Normal, tidak ada kelainan, warna merah muda, lidah kotor -
 Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis, uvula di tengah
 Faring : Tidak hiperemis, pseudomembran -
 Leher : Terdapat pembesaran KGB (benjolan) berukuran 1 cm
multipel bilateral. Benjolan tidak nyeri tekan, tidak panas pada perabaan, tidak
merah dan saling melekat (konfluens) berdiameter 1 cm. Tidak terdapat pembesaran
tiroid.
Thoraks
1. Dinding thorax
Bentuk : Normal, tidak ada pectus ekskavatum, tidak ada yang membesar
Pembuluh darah : Tidak terlihat
Buah dada : Tidak ada
2. Paru
Inspeksi : bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis, retraksi -.

Palpasi : vokal fremitus normal, simetris, nyeri tekan -

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

10
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

3. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba di sela iga 5 garis midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I-II murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen
Inspeksi : normal, supel, datar, tidak ada bekas luka operasi

Auskultasi : bising usus (+)

Palpasi : distensi (-), nyeri tekan regio epigastrium dan regio hipokondria
kanan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapang perut, nyeri ketuk CVA (-)

Anus dan Rektum : tidak dilakukan

Genitalia : tidak dilakukan


Ekstremitas

Ekstremitas Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, deformitas (-), edema -/-

Ekstremitas Inferior : akral hangat, CRT < 2 detik, deformitas (-), edema -/-

Kekuatan: Edema:
5/5 5/5 - -

5/5 5/5 - -

Sensorik Sianosis
+ + - -

+ + - -

Tulang Belakang : normal, tidak ada skoliosis, tidak ada lordosis, tidak ada

11
kifosis

Kulit : turgor kulit normal, warna kulit sawo matang

Pemeriksaan neurologis : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah Rutin:
Hb: 9,9 g/dL
Ht : 26,8 %
Eritrosit : 3,110 /mm3
Leukosit : 89.900 /mm3
Trombosit : 27.000 /mm3
MCV : 86,2%
MCH : 31,8pg
MCHC : 36,9%

Morfologi Darah Tepi :


Eritrosit : normositik normokrom, anisositosis
Sferosit (+)
NRBC 1 dari 100 leukosit

Leukosit ; kesan jumlah meningkat. Left shift (+)


Hitung jenis :
Basofil/eosinofil/neutrofil batang/neutrofil segmen/limfosit/monosit : 0/0/0/3/38/5
Blast 54% (susp mieloblast)

Trombosit : kesan jumlah menurun, morfologi normal

12
Kesan : sesuai leukemia akut

Saran : Pemeriksaan morfologi sumsum tulang


Immunophenotyping
Evaluasi morfologi darah tepi

Fungsi ginjal
Asam urat : 6,8 mg/dL

Diabetes
GDS: 99 mg/dL

Elektrolit
Magnesium : 2,4 mg/dL
Kalsium (Ca Total) : 9,1 mg/dL

Elektrolit (Na, K, Cl)


Natrium (Na) : 146 mEq/L
Kalium (K) : 3,8 mEq/L
Klorida (CL) : 107 mEq/L

Ringkasan
Pasien anak laki-laki berumur 6 tahun di rujuk dari RSUD Tangerang Selatan dengan
demam naik turun sejak 7 hari seringkali demam tiba-tiba tinggi disertai pucat, lebam, batuk
berdahak sejak 2 hari SMRS. Pasien telah menjalani perawatan 3 hari di RSUD Tangerang
Selatan. Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan tgl 16/9 sekitar pukul 23.55 WIB membawa surat
rujukan dengan diagnosis tersangka AML + hiperleukositosis, anemia post transfusi dan gizi
kurang. Pasien dirujuk dengan alasan agar mendapatkan penatalaksanaa yang lebih lengkap dari
dokter spesialis Onkologi Anak di RSUD Tarakan.

13
Satu minggu SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam naik
turun sejak 7 hari, namun demamnya tidak tinggi hanya badan terasa hangat jika dipegang.
Ibu pasien tidak sempat mengukur suhu tubuh anak dengan termometer, namun langsung
memberikan paracetamol sirup untuk menurunkan demam. Nafsu makan pasien sedikit
menurun. Pasien terlihat lemas dan kurang bersemangat sehingga sulit untuk bermain dengan
teman sebaya, saat ini pasien tidak sedang menjalani pengobatan rutin.

Pasien sempat berobat ke RS Hermina Serpong dan tiba-tiba demam tinggi, suhu tidak
diukur, cek lab Hb 6,7 mg/dl kemudian dilakukan transfusi PRC 175 cc (14/9). Pada
pemeriksaan fisik mata tampak conjungtiva anemis +/+, abdomen tampak datar, supel, H/L : 2
jari BAC, L ttb. Diagnosis pada surat rujukan Susp AML + hiperleukositosis anemia post
transfusi, gizi kurang. Terapi dan tindakan yang sudah diberikan IVFD Kaen 1B 60 ml/jam,
ceftriaxone 1x1 gr (1/2 hr ke 2), paracetamol (K/P), ambroxol 3x1 cth. Pasien dibawa dengan
Ambulans RSUD didampingi oleh keluarga. Spo2 98 %, Ht: 130x/menit/

Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,


kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 92x/menit reguler, frekuensi
napas 20x/menit regular dan kuat angkat, suhu 36,50 C, SpO2 98%. Konjungtiva anemis,
terdapat pembesaran KGB (benjolan) berukuran 1 cm multipel bilateral. Benjolan tidak nyeri
tekan, tidak panas pada perabaan, tidak merah dan saling melekat (konfluens) berdiameter
1 cm. Berdasarkan pemeriksaan hematologi didapatkan Hb: 9,9 g/dL, Ht : 26,8 %, Eritrosit :
3,110 /mm3, Leukosit : 89.900 /mm3, Trombosit : 27.000 /mm3, MCV : 86,2%, MCH : 31,8pg,
MCHC : 36,9%. Berdasarkan morfologi darah tepi didapatkan eritrosit : normositik
normokrom, anisositosis, Sferosit (+), NRBC 1 dari 100 leukosit, Leukosit : kesan jumlah
meningkat. Left shift (+). Berdasarkan hitung jenis basofil/eosinofil/neutrofil batang/neutrofil
segmen/limfosit/monosit : 0/0/0/3/38/5 serta ditemukan blast 54% (susp mieloblast). Trombosit :
kesan jumlah menurun, morfologi normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ini dapat
disimpulkan sesuai gambaran leukemia akut. Saran pemeriksaan morfologi sumsum tulang,
immunophenotyping dan evaluasi morfologi darah tepi. Berdasarkan fungsi ginjal didapatkan
kadar asam urat : 6,8 mg/dL, GDS: 99 mg/dL. Elektrolit terdiri dari Magnesium : 2,4 mg/dL
dan Kalsium (Ca Total) : 9,1 mg/dL. Elektrolit (Na, K, Cl) Natrium (Na) : 146 mEq/L, Kalium
(K) : 3,8 mEq/L, Klorida (CL) : 107 mEq/L

14
DIAGNOSIS KERJA

AML (Acute Myeloid Leukemia)

Hiperleukositosis Susp Leukemia Akut

Dasar diagnosis : Berdasarkan anamnesis pasien mengalami demam tinggi tiba-tiba sejak 7 hari,
disertai pucat, lebam dan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS, nafsu makan menurun sehingga
anak terlihat kurang bersemangat dan tampak sedikit kurus. Pada pemeriksaan fisik terdapat
konjungtiva anemis, pembesaran KGB (benjolan) berukuran 1 cm multipel bilateral. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, leukositosis dan trombositopenia.

DIAGNOSIS BANDING

1. ISPA
Dasar diagnossis : Berdasarkan anamnesis pasien sering sekali mengalami batuk pilek
dan demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan akral hangat, suhu 37,5o C - 37,9o C.
2. Bronkopneumonia
Dasar diagnosis : Berdasarkan anamnesis terdapat keluhan batuk berdahak. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan akral hangat (suhu 37,5oC). Sedangkan pada hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, foto rontgen thorax PA terdapat
infiltrat dikedua basal paru serta terdapat kontak dengan perokok aktif yang dapat
menimbulkan polusi udara.

Anjuran Pemeriksaan Penunjang

 Rencana BMP
 Imunofenotyping (kamis pukul 09.00, menunggu konfirm Lab)
 Pemeriksaan H2T, asam urat

PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia et Bonam
Ad fungsionam : Dubia et bonam

15
Ad sanationam : Dubia et bonam

PENATALAKSANAAN

Medika mentosa:

 IVFD KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam


 Cek GDT
 IVFD RL 3 ml/kgBB/jam
 Ceftriaxone 1x1 gr
 Paracetamol (K/p)
 Ambroxol 3x1 cth
 Cek NA, K, Ca, asam urat
TINDAK LANJUT
Edukasi
 Konfirmasi hasil GDT

FOLLOW UP
Pada tanggal 18 September 2019 di Melati
S : tidak ada mual dan muntah, demam (-), perdarahan, nyeri kepala, sesak (-)
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 88/57 mmHg RR : 24 x/menit N : 100 x/menit S : 36,5ºC SpO2 : 97%

A : Hiperleukositosis susp leukemia akut


P: - Lanjutkan terapi
- IVFD KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Besok (19/9) BMP puasa mulai pukul 05.00
- Alopurinol 2x75 mg pulv

Pada tanggal 19 September 2019 di Melati


S : demam (-), perdarahan (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan baik
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 88/57 mmHg RR : 24 x/menit N : 100 x/menit S : 36,5ºC SpO2 : 98 %

A : Tersangka leukemia akut

16
P: - Lanjutkan terapi
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Hari ini BMP + imunofenotyping (di RS Darmais) hasilnya hari kamis atau jumat
-
Pada tanggal 20 September 2019 di Melati
S : demam (-), perdarahan (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan baik, batuk berkurang
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 106/70 mmHg RR : 20 x/menit N : 113 x/menit S : 36,8ºC SpO2 : 98 %

A : Tersangka leukemia akut


P : - Terapi lanjutkan terapi
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Besok (21/9) periksa H2T ulang
- Konsul SpJP, SpTHT, konsul gigi untuk persiapan kemoterapi
- Obat forumain sedang dilayed stok dirawat jalan (persiapan ear toilet)
- Pindah ruang biasa
Pada tanggal 21 September 2019 di Melati
S : demam (-), perdarahan (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan menurun, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 22 x/menit N : 112 x/menit S : 36,8ºC SpO2 : 98 %

A : Tersangka leukemia akut


P : - Terapi lanjutkan terapi
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Curvit 2x5 ml
- Acc therapy dr SpTHT rencana kontrol setelah 5 hari (25/9)
- Tunggu hasil BMP
- Edukasi menjaga oral higiene
Pada tanggal 22 September 2019 di Melati
S : batuk (+), demam (-), perdarahan (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan membaik, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 20x/menit N : 80x/menit S : 36,5ºC SpO2 : 98 %

A : Tersangka leukemia akut


P : - Terapi lanjut
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Curvit 2x5 ml
- Ambroxol syr 3x2,5 ml
- Menunggu hasil BMP+ IFT

17
- Edukasi menjaga oral higiene

Pada tanggal 24 September 2019 di Melati


S : batuk (+) berkurang, demam (-), perdarahan (-), mual (-) muntah (-), nafsu makan membaik, BAB dan
BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 90/80 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 37 ºC SpO2 : 98 %

A : Tersangka leukemia akut


P : - Terapi lanjut
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Curvit 2x5 ml
- Ambroxol syr 3x2,5 ml
- Rencana ear toilet rabu di poli THT (25/9)
- Konsul dr Aulia mengenai hasil imunofenotyping dari RS Dharmais. Advice terapi lanjut
Pada tanggal 25 September 2019 di Melati
S : batuk (+) berkurang, pilek (+) timbul kadang-kadang, nyeri menelan (+), perdarahan demam (-), mual
(-), muntah (-), makan minum sulit, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 22x/menit N : 95x/menit S : 37,2 ºC SpO2 : 98 %

Tonsil : T3-T3, faring hiperemis

Cor dan pulmo : dbn

A : AML
P : - Terapi lanjut
- Rencana Kemoterapi
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Cek ulang H2T, BT, CT, SGOT, SGPT, Ur, Cr, asam urat
- Ear toilet di poli THT
- Lapor dr Aulia mengenai hasil lab, kemudian advice : transfusi TC 50 ml 1x4 unit, transfusi PRC
200 cc untuk pro kemoterapi
Pada tanggal 26 September 2019 di Melati
S : batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), perdarahan (-), demam (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan
membaik, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 22x/menit N : 95x/menit S : 37 ºC SpO2 : 98 %

A : AML

18
P : - Terapi lanjut
- Besok (27/9) mulai Kemoterapi jam 09.00
- MTX 12 mg + Dexa 1 mg IT
- Daunorubicin 37,5 mg iv
- Cytarabin 2x 75 mg iv
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
- Transfusi PRC 1x200 cc selesai jam 11.00
- Transfusi TC 1x 4 unit
- Cek H2T, BT, CT untuk post transfusi

Pada tanggal 27 September 2019 di Melati


S : batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), perdarahan (-), demam (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan
membaik, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 36,5 ºC SpO2 : 98 %

A : AML
P : - Terapi lanjut
- Hari ini kemoterapi jam 09.00
- MTX 12 mg + Dexa 1 mg IT
- Daunorubicin 37,5 mg iv
- Cytarabin 2x 75 mg iv
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam

Pada tanggal 27 September 2019 di Tulip


S : keluhan kaki terasa sakit, batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), perdarahan (-), demam (-), mual (-),
muntah (-), nafsu makan membaik, BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 36,5 ºC SpO2 : 98 %

A : AML
P : - Terapi lanjut
- Hari ini kemoterapi jam 09.00
- Paracetamol syr 3x75 ml
- Ondancentron 4 mg sebelum mkanan
- Cyterabin selanjutnya 3x2 mg
- KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/jam
Pada tanggal 28 September 2019 di Tulip

19
S : keluhan nyeri pada tungkai, mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun, demam (-), perdarahan (-),
BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 37,1 ºC SpO2 : 98 %

A : AML on kemoterapi
P : - Terapi lanjut
- Kemoterapi dilanjutkan sesuai jadwal
- Paracetamol syr 7 ml jika demam atau nyeri
- Ondancentron 3x2 mg iv
- Hasil lab leukosit 90.500 dan diberikan antibiotik ceftriaxone 1 gr sudah masuk 12 x, THT
forumen 3x1 cth/5 hari
- Antibiotik ceftriaxone stop
- Cytarabin/12 jam
- Infus KAEN 1B 500 cc + Bicnat 15 Meq kecepatan 62,5 cc/8 jam , terpasang tryway, standby via
syring pum untuk masuk obat kemo
- Obat citarabin untuk tanggal 29/9 jam 10.00 sudah di oplos. Besok Donurubicine hari ke 3
pemberian untuk yang kedua. Donurubicine dan citarabin untuk tanggal 29/9 dan 30/9 jam 10.00.
Ondancentron 4 mg sebelum pemberian obat kemo Donurubicin.
Pada tanggal 29 September 2019 di Tulip
S : keluhan nyeri di sekitar pinggang sampai ke tungkai kaki kiri tetapi hilang timbul, mual (-),
muntah (-), nafsu makan menurun, demam (-), perdarahan (-), BAB dan BAK dbn
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 100/80 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 37,1 ºC SpO2 : 98 %

A : AML on kemoterapi
P : - Terapi lanjut
- Kemoterapi dilanjutkan sesuai jadwal
- Paracetamol syr 7 ml jika demam atau nyeri
- Ondancentron 3x2 mg iv
- Hasil lab leukosit 90.500 dan diberikan antibiotik ceftriaxone 1 gr sudah masuk 12 x, THT
forumen 3x1 cth/5 hari
- Antibiotik ceftriaxone stop
- Cytarabin/12 jam
- Infus KAEN 1B 500 cc + Bicnat 12,5 Meq kecepatan 62,5 cc/jam , terpasang tryway, standby via
syring pum untuk masuk obat kemo
- Masuk Donurubicine. Jam 22.00 masuk citarabin. Inj Ondancentron 4 mg sebelum pemberian obat
kemo Donurubicin kemudian lanjut ondancentron 3x2 mg.

20
- Senin konfirmasi THT rencana ear toilet.

Pada tanggal 30 September 2019 di Tulip HARI KE 4


S : nyeri tungkai (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun, demam (+), perdarahan (-), mencret
(+), tanda dehidrasi (-)
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 92/50 mmHg RR : 24x/menit N : 100x/menit S : 37,2 ºC SpO2 : 98 %

A : AML
P : - Terapi lanjut
- Kemoterapi dilanjutkan sesuai jadwal
- Kontrol THT setelah kemo selesai saja
- Lanjut kemoterapi Donurubicine hari ke 4 dan cytarabin hari ke 5
- Paracetamol syr 6x7 ml
- Zink 1x1 tab
- Ondancentron 3x2 mg iv
- Infus KAEN 1B 500 cc + Bicnat 12,5 Meq kecepatan 62,5 cc/ jam , terpasang tryway, standby via
syring pum untuk masuk obat kemo
- Rencana ear toilet, konfirmasi THT
- tgl 2/9 cek h2tl, hasil langsung lapor. Bila baik BPL
- bb 17 kg tb : 116 cm IMT : 12,63 imt/umur: <-2 SD, BB/U : 73,9%. Leukosit : 90.500
Pada tanggal 1 Oktober 2019 di Tulip
S : keluhan tidak ada, nyeri tungkai (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan membaik, demam (-),
perdarahan (-), mencret (-)
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 92/50 mmHg RR : 20x/menit N : 100x/menit S : 36,5 ºC SpO2 : 98 %

A : AML gizi kurang imul dian picky ear


P : - Terapi lanjut
- Kemoterapi dilanjutkan sesuai jadwal
- Kontrol THT setelah kemo selesai saja
- FU THT post kemo
- tgl 2/9 cek h2tl, hasil langsung lapor. Bila baik BPL
- bb 17 kg tb : 116 cm IMT : 12,63 imt/umur: <-2 SD, BB/U : 73,9%. Leukosit : 90.500 1/10 bb :
17 kg TB : 116 cm IMT : 12,63 IMT/U: <-2SD.
- Diet TKTP E 1600 W p 45 hr
- Infus KAEN 1B 500 cc + Bicnat 12,5 Meq kecepatan 62,5 cc/ jam
Pada tanggal 2 Oktober 2019 di Tulip

21
S : nyeri tungkai (-), mual (-), muntah (+) 1x, nafsu makan membaik, tidak demam, perdarahan (-),
mencret (-)
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 92/50 mmHg RR : 20x/menit N : 88x/menit S : 36,5 ºC SpO2 : 98 %

A : AML gizi kurang imul dian picky ear


P : - Terapi lanjut
- Kemoterapi dilanjutkan
- Transfusi TC 4 unit 1x
- Post transfusi periksa ulang H2T
- Rencana follow up poli THT besok

Pada tanggal 3 Oktober 2019 di Tulip


S : keluhan tidak ada, nyeri tungkai (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan membaik, tidak demam,
perdarahan (-), mencret (-). Pasien post transfusi TC 4 kantong hari ini
O : - KU : tampak sakit sedang, Kesadaran : CM
TD : 92/50 mmHg RR : 20x/menit N : 88x/menit S : 36,5 ºC SpO2 : 98 %

A : AML stabil
P : - Post transfusi periksa ulang H2T
- Infus KAEN 1B/8 jam 62,5 cc/ jam
- Cek hasil lab jika baik rencana BPL setelah kontrol THT. Kontrol 1 minggu
- Cek H2T
- Obat pulang : cefixim 2x80 mg, ketokonazole 2x45mg, paracetamol syr 3x7,5 ml, ambroxol syr
3x2,5ml

tg 27/9 kemoterapi intratekal dengan sedasi. Tata cara: injeksi obat kemo intratekal. Tujuan : eradikasi sel ganas,
Resiko : nyeri, Komplikasi : perdarahan, prognosis : dubia.
Sebelum melakukan tindakan ini sudah co ke spJP, co anestesi
surat tgl 26/9:
Anamnesa : pasien terdiagnosis AML pro kemoterapi intratekal
PF : limfadenopati (+), organomegali (+)
PP : terlampir
Diagnosa : AML
Rencana tindakan : kemoterapi intratekal
Operas : tgl 27/9

saat tindakan caatan anestesi : bb : 17 kg TD : 98/62 HR: 102 RR : 22 S : 36,6 SpO2 : 99%

22
Hb: 11,8
Ht: 32,2
Leukosit : 90.500
Trombosit : 81.000

Tgl 27/9 pasien pindah ke tulip jam 15.30


KU pasien saat pindah: lemah, Kesadaran : CM GCS: 15
TD : 100/60 mmHg RR : 22x/menit N : 100x/menit S : 37,6 ºC SpO2 : 98 %

KU pasien saat tiba: lemah, Kesadaran : CM GCS: 15


TD : 100/60 mmHg RR : 22x/menit N : 100x/menit S : 37,6 ºC SpO2 : 99 %

 IVFD KAEN 1B + Bicnat 15 Meq kec 62,5 cc/jam


 Ambroxol 3x1 cth
 Curvit 2x1 cth
 Furamin tetes telinga 3xe tts
 Ceftriaxone 1x1 gr
 Senin konfirmasi THT ear toilet
 Diet ML

obat : Allupurinol 2x75 mg, Betadine obat kumr 2x/hr

Ondancentron 3x2mg

Ondancentron 1x4mg

23
Monitoring Terapi Nutrisi Pasien Rawat Gabung

1/10 bb : 17 kg TB : 116 cm IMT : 12,63 IMT/U: <-2SD. Pengkajian pasien: asupan makanan
sedikit. Diagnosa gizi: Gizi kurang+ intake diet + picky eat. Intervensi: NB TKTP 1600 p. 45 +
pediasure 4x250cc (kering)

Termasuk kategori Kurus (-3SD s/d < -2 SD). Faktor risiko penyakt: kanker. pemeriksaan lab yang
mendukung: hb: 11,8, Leukosit: 90.500, Trombosit: 81.000.

Diagnosa Gizi: AML + Gizi kurang intake diet picky eat

Diagnosa: tersangka leukemia akut

Dasar diagnosis: hiperleukositosis

Tindakan: infus dengan BIcnat

Indikasi tindakan: hidrasi cairan

Tata cara: infus intravena

Tujuan: mencegah tumor lisis syndrome

Resiko: flebitis

Komplikasi: flebitis+infeksi

FORM PERSETUJUAN TINDAKAN BMP (18/9)

Diagnosa: tersangka leukemia akut

Tindakan: Aspirasi sumsum tulang (BMP)

Indikasi tindakan: penegakan diagnosisTata cara: aspirasi dari crista iliakaTujuan: diagnosis

24
TINJAUAN PUSTAKA

Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai dengan
penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik. Salah satu
manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kelainan
hemostasis.Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah immatur yang
berasal dari sel induk hematopoietik. Sel leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer
dan sering menginvasi jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati dan kelenjar limfe.1-3
Acute Myeloid Leukaemia (AML) merupakan leukemia yang terjadi pada seri myeloid,
meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan sebagainya. AML didiagnosis
berdasarkan hitung darah lengkap pada hapusan darah tepi atau sumsum tulang belakang.

Menurut data Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDI) tahun 2005-2007


menunjukkan bahwa leukemia merupakan kanker tertinggi yang terjadi pada anak yaitu sebesar
[3]
2,8 per 100.000 kasus sedangkan menurut Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah penderita
[4]
kanker leukemia sebanyak 4.342 orang atau sekitar 10,4% . Leukemia ada empat jenis utama
yaitu Acute Myeloid Leukaemia (AML); Acute Lymphoblastic Leukaemia (ALL); Chronic
Myeloid Leukaemia (CML), dan Chronic Lymphocytic Leukaemia (CLL) [1]. AML merupakan
leukemia yang terjadi pada seri myeloid, meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil,
megakariosit dan sebagainya. Di negara maju seperti Amerika Serikat, 32% dari seluruh kasus
[5]
leukemia merupakan AML dan 85% ditemukan pada orang dewasa . Berdasarkan klasifikasi
French-American-British (FAB), AML diklasifikasikan menjadi 8 tipe yaitu M0, M1, M2, M3,
M4, M5, M6, M7 [6]. AML didiagnosis berdasarkan hasil tes darah dan sumsum tulang belakang
yang meliputi pengitungan sel darah yaitu dengan hitung darah lengkap (Complete Blood Count /
CBC) yaitu menghitung jumlah sel darah merah (Red Blood Cell / RBC), sel darah putih (White
Blood Cell / WBC) dan platelets [7]. Namun, proses CBC masih menimbulkan masalah, yaitu
bahwa prosedur untuk menghitung sel darah dengan mikroskop secara manual memerlukan
tenaga dan waktu yang lama, serta membutuhkan biaya yang mahal [8].
Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan. Manifestasi perdarahan
yang paling sering ditemukan berupa ptekie, purpura atau ekimosis, yang terjadi pada 40 – 70%
penderita leukemia akut pada saat didiagnosis. Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada
kulit, mata, membran mukosa hidung, ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam

25
jiwa biasanya terjadi pada saluran cerna dan sistem saraf pusat, selain itu juga pada paru, uterus
dan ovarium.4 Manifestasi perdarahan ini muncul sebagai akibat dari berbagai kelainan
hemostasis.4,5
Perdarahan yang mengancam jiwa lebih sering terjadi pada leukemia akut dan merupakan
masalah yang serius. Perdarahan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
leukemia akut terutama pada leukemia mielositik akut dengan diferensiasi monositik dan
leukemia promielositik akut.6 Komplikasi perdarahan mengakibatkan mortalitas 7 – 10% pada
pasien leukemia akut yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah
diagnosis.7,8 Leukemia yang paling sering dihubungkan dengan perdarahan yang mengancam
jiwa adalah Leukemia Promielositik Akut (AML-M3 atau APL) yaitu suatu subtipe leukemia
mielositik akut yang ditandai dengan translokasi resiprokal kromosom 15 dan 17(9). Pada
Leukemia Promielositik Akut, hampir 30% kematian dini diakibatkan oleh komplikasi
perdarahan.10 Perdarahan yang terjadi pada Leukemia Promielositik Akut tersebut dihubungkan
dengan koagulasi intravaskuler diseminata, hiperfibrinolisis dan aktifitas protease non-
spesifik.11,12 Penyebab tersering perdarahan pada leukemia adalah trombositopenia(2).
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia biasanya merupakan akibat dari infiltrasi ke
sumsum tulang atau kemoterapi, namun bisa juga karena koagulasi intravaskuler diseminata,
proses imunologis dan hipersplenisme sekunder terhadap pembesaran limpa. Selain
trombositopenia, perdarahan dapat juga akibat disfungsi trombosit, kelainan hepar dan
fibrinolisis.4 Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) sering dilaporkan pada leukemia akut
yang disebabkan oleh pelepasan material prokoagulan dari blast sel leukemik. Leukemia akut
yang sering dihubungkan dengan KID yaitu Leukemia Promielositik Akut (AML-M3), diikuti
dengan Leukemia Mielomonositik Akut (AML-M4) dan Leukemia Mieloblastik Akut (AML-M1
dan M2) serta Leukemia Limfositik Akut (ALL).2,13,14

Leukemia Mieloblastik Akut


Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel – sel progenitor dari seri mieloid.8 Cara
klasifikasi morfologik menurut FAB (France-America-British) seperti berikut ini :

- M – 0 leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal.

26
- M – 1 leukemia mielositik akut tanpa maturasi.
- M – 2 leukemia mielositik akut dengan maturasi.
- M – 3 leukemia promielositik hipergranuler.
- M – 4 leukemia mielomonositik akut.
- M – 5 leukemia monositik akut.
- M – 6 leukemia eritroblastik (eritroleukemia).
- M – 7 leukemia megakariositik akut.1
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blas) dengan akibat terjadi akumulasi
sel blas di sumsum tulang. Akumulasi sel blas didalam sumsum tulang menyebabkan gangguan
hematopoesis normal dan pada gilirannya mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang
(bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan
trombositopenia).8
Etiologi dari LMA tidak diketahui, meskipun demikian ada beberapa faktor yang
diketahui dapat menyebabkan LMA :
1.Kemoterapi alkylating.
2.Radiasi ionik.
3.Sindroma down.
4.Paparan benzena.2,8

Ada berbagai jenis leukemia dan pengobatan yang dilakukan


berbeda-beda tergantung pada jenis leukemia yang dihadapi.
Leukemia diklasifikasikan menjadi leukemia akut dan leukemia kronis.
Keduanya bisa diklasifikasikan lagi menurut jenis sel yang
terpengaruh:•Leukemia Myeloid Akut (AML): kanker sel darah
myeloid. Merupakan jenis leukemia yang paling umum, kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.•Leukemia Limfoblastik Akut (ALL): kanker
sel limfoid yang belum dewasa. Lebih sering terjadi pada anak-anak
dan merupakan leukemia yang paling umum diderita oleh anak-anak.
27
•Leukemia Myeloid Kronis (CML): kanker sel myeloid yang terkait
dengan adanya kromosom Philadelphia dan lebih umum terjadi pada
orang dewasa.•Leukemia Limfositik Kronis (CLL): kanker sel limfoid
dewasa. Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia lanjut
(>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak.
Leukemia akut merupakan kanker darah dan sumsum tulang
yang berkembang dengan cepat. Sumsum tulang yang terkena
dampaknya memproduksi banyak sel darah putih tidak normal yang
belum dewasa (dikenal sebagai “sel blast”). Sel darah putih tidak
normal yang belum dewasa ini merupakan sel leukemia. Sel leukemia
tumbuh dengan cepat di sumsum tulang dan memengaruhi produksi
sel darah yang sehat, yang menyebabkan gejala aneamia (kelelahan)
dan jumlah trombosit yang rendah (mudah mengalami perdarahan
atau perdarahan secara berlebihan). Pasien lebih rentan terhadap
infeksi karena jumlah sel darah putih yang normal tidak cukup untuk
melawan bakteri dan virus yang menyerang.
Berbeda dengan leukemia akut, leukemia kronis merupakan
kanker yang berkembang dengan lambat dan membutuhkan periode
waktu yang lebih lama. Sebagian besar pasien tidak merasakan atau
hanya mengalami gejala kesehatan ringan hingga penyakit ini
berkembang ke stadium lebih lanjut atau saat jumlah sel darah putih
sudah sangat tinggi. CML merupakan kanker sumsum tulang yang
berkembang secara perlahan, yang disebabkan oleh kelainan
kromosom karakteristik pada sel induk sumsum tulang dan sel
leukemia. Dalam sel ini, bagian dari kromosom 9 bertukar tempat

28
dengan bagian dari kromosom 22. Kromosom yang tidak normal ini
disebut sebagai kromosom Philadelphia dan juga merupakan ciri khas
dari CML. Kromosom ini memberi sinyal kepada sumsum tulang untuk
memproduksi banyak sel darah putih, yang mengakibatkan CML. CML
memiliki tiga fase yang berbeda-beda, fase kronis, fase akselerasi,
dan fase ledakan. Sebagian besar, walaupun tidPak semua pasien,
terdiagnosis pada fase kronis. Pada CLL, banyak sel induk darah
yang berubah menjadi B-limfosit (sel leukemia) tidak normal yang
dewasa namun tidak bisa berfungsi dengan baik pada sumsum dan
darah. B-limfosit yang tidak normal ini hidup lebih lama dari biasanya
dan terkumpul di dalam darah. Sel ini tidak bisa memerangi infeksi
dengan baik. Hal ini menyebabkan infeksi, anemia, dan mudahnya
terjadi perdarahan. Beberapa CLL diasosiasikan dengan gejala
penyakit auto-imun.

Etiologi dan Faktor Risiko Leukemia


Penyebab leukemia masih belum bisa dipahami dengan baik.
Leukemia diduga dipicu oleh satu sel yang tidak normal pada sumsum
tulang, di mana gen penting yang mengendalikan bagaimana sel
harus berkembang biak, bertumbuh, dan mati telah berubah. Namun,
penyebab mengapa sel tersebut menjadi tidak normal belum bisa
diketahui secara pasti. Faktanya, sebagian besar pasien telah
mencoba untuk mengidentifikasi penyebab spesifiknya. Faktor-faktor
risiko berikut bisa meningkatkan risiko terkena penyakit
leukemia:•Paparan radiasi yang berlebihan (misalnya tindakan

29
radioterapi dan korban bom atom)•Paparan terhadap bahan kimia
beracun (misalnya benzena dan pengobatan kemoterapi sebelumnya)
•Penyakit genetik tertentu (misalnya sindrom Down)

Leukemia akut merupakan penyakit kanker yang berkembang dengan


cepat. Biasanya, leukemia akut berkembang pesat dan menjadi lebih
buruk dalam jangka waktu beberapa minggu saja. Pasien menjadi
kurang sehat, lemah dengan gejala anemia, mudah mengalami
pendarahan, dan infeksi. Leukemia kronis biasanya tidak
menimbulkan gejala apa pun pada stadium awal. Penyakit ini
biasanya ditemukan pada saat melakukan tes darah rutin. Beberapa
pasien CLL terdiagnosis ketika kelenjar getah bening yang bengkak
ditemukan oleh dokter pada saat melakukan pemeriksaan rutin.
Segera lakukan konsultasi dengan dokter jika Anda merasakan
gejala-gejala berikut ini:•Demam dan sering mengalami infeksi
•Merasa lelah (akibat anemia)•Mudah berdarah atau mengalami
perdarahan secara berlebihan•Pembengkakan kelenjar getah bening
di leher, ketiak atau selangkangan tanpa rasa sakit•Kehilangan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya

30
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan
sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh
kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus
baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Tidak seperti kebanyakan
kanker lainnya, leukemia bisa terjadi pada orang dewasa dan anak-
anak, meskipun lebih sering terjadi pada orang dewasa.(Terima kasih
kepada Dr. Lei Ieng Kit, Kenny, Konsultan, Departemen Onkologi
Klinis, Rumah Sakit Prince of Wales, yang telah mengulas dan
meninjau informasi pada halaman ini.)
Leukemia / IndonesianCopyright © 2017 Hospital Authority. All rights
reserved1.Apa itu Leukemia?Ada tiga jenis sel darah yang beredar di
dalam darah, yaitu sel darah merah, trombosit, dan sel darah putih.
Ketiganya diproduksi oleh sel induk di sumsum tulang. Biasanya, sel
induk sumsum tulang akan berkembang dan tumbuh menjadi sel
darah dewasa. Sel darah yang sudah dewasa akan meninggalkan
sumsum tulang dan beredar di dalam darah perifer. Dengan leukemia,
ada pertumbuhan yang tidak normal atau akumulasi sel darah putih di
sumsum tulang dan darah perifer, yang berakibat pada meningkatnya
jumlah sel darah putih. Ada berbagai jenis leukemia dan pengobatan
yang dilakukan berbeda-beda tergantung pada jenis leukemia yang
dihadapi. Leukemia diklasifikasikan menjadi leukemia akut dan
leukemia kronis. Keduanya bisa diklasifikasikan lagi menurut jenis sel
yang terpengaruh:•Leukemia Myeloid Akut (AML): kanker sel darah
myeloid. Merupakan jenis leukemia yang paling umum, kebanyakan
terjadi pada orang dewasa.•Leukemia Limfoblastik Akut (ALL): kanker
sel limfoid yang belum dewasa. Lebih sering terjadi pada anak-anak
dan merupakan leukemia yang paling umum diderita oleh anak-anak.
•Leukemia Myeloid Kronis (CML): kanker sel myeloid yang terkait
dengan adanya kromosom Philadelphia dan lebih umum terjadi pada
orang dewasa.•Leukemia Limfositik Kronis (CLL): kanker sel limfoid
dewasa. Sebagian besar diderita oleh individu yang berusia lanjut
(>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak.Leukemia akut
merupakan kanker darah dan sumsum tulang yang berkembang
dengan cepat. Sumsum tulang yang terkena dampaknya
memproduksi banyak sel darah putih tidak normal yang belum
dewasa (dikenal sebagai “sel blast”). Sel darah putih tidak normal
yang belum dewasa ini merupakan sel leukemia. Sel leukemia tumbuh

31
dengan cepat di sumsum tulang dan memengaruhi produksi sel darah
yang sehat, yang menyebabkan gejala aneamia (kelelahan) dan
jumlah trombosit yang rendah (mudah mengalami perdarahan atau
perdarahan secara berlebihan). Pasien lebih rentan terhadap infeksi
karena jumlah sel darah putih yang normal tidak cukup untuk
melawan bakteri dan virus yang menyerang.
Leukemia / IndonesianCopyright © 2017 Hospital Authority. All rights
reservedBerbeda dengan leukemia akut, leukemia kronis merupakan
kanker yang berkembang dengan lambat dan membutuhkan periode
waktu yang lebih lama. Sebagian besar pasien tidak merasakan atau
hanya mengalami gejala kesehatan ringan hingga penyakit ini
berkembang ke stadium lebih lanjut atau saat jumlah sel darah putih
sudah sangat tinggi. CML merupakan kanker sumsum tulang yang
berkembang secara perlahan, yang disebabkan oleh kelainan
kromosom karakteristik pada sel induk sumsum tulang dan sel
leukemia. Dalam sel ini, bagian dari kromosom 9 bertukar tempat
dengan bagian dari kromosom 22. Kromosom yang tidak normal ini
disebut sebagai kromosom Philadelphia dan juga merupakan ciri khas
dari CML. Kromosom ini memberi sinyal kepada sumsum tulang untuk
memproduksi banyak sel darah putih, yang mengakibatkan CML. CML
memiliki tiga fase yang berbeda-beda, fase kronis, fase akselerasi,
dan fase ledakan. Sebagian besar, walaupun tidak semua pasien,
terdiagnosis pada fase kronis. Pada CLL, banyak sel induk darah
yang berubah menjadi B-limfosit (sel leukemia) tidak normal yang
dewasa namun tidak bisa berfungsi dengan baik pada sumsum dan
darah. B-limfosit yang tidak normal ini hidup lebih lama dari biasanya
dan terkumpul di dalam darah. Sel ini tidak bisa memerangi infeksi
dengan baik. Hal ini menyebabkan infeksi, anemia, dan mudahnya
terjadi perdarahan. Beberapa CLL diasosiasikan dengan gejala
penyakit auto-imun.
Leukemia / IndonesianCopyright © 2017 Hospital Authority. All rights
reserved2.Apa penyebab dan faktor risiko leukemia? Penyebab leukemia
masih belum bisa dipahami dengan baik. Leukemia diduga dipicu oleh
satu sel yang tidak normal pada sumsum tulang, di mana gen penting
yang mengendalikan bagaimana sel harus berkembang biak,
bertumbuh, dan mati telah berubah. Namun, penyebab mengapa sel
tersebut menjadi tidak normal belum bisa diketahui secara pasti.

32
Faktanya, sebagian besar pasien telah mencoba untuk
mengidentifikasi penyebab spesifiknya. Faktor-faktor risiko berikut
bisa meningkatkan risiko terkena penyakit leukemia:•Paparan radiasi
yang berlebihan (misalnya tindakan radioterapi dan korban bom
atom)•Paparan terhadap bahan kimia beracun (misalnya benzena dan
pengobatan kemoterapi sebelumnya) •Penyakit genetik tertentu
(misalnya sindrom Down)3.Apakah gejala Leukemia bisa dikenali
dengan mudah?Leukemia akut merupakan penyakit kanker yang
berkembang dengan cepat. Biasanya, leukemia akut berkembang
pesat dan menjadi lebih buruk dalam jangka waktu beberapa minggu
saja. Pasien menjadi kurang sehat, lemah dengan gejala anemia,
mudah mengalami pendarahan, dan infeksi. Leukemia kronis
biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun pada stadium awal.
Penyakit ini biasanya ditemukan pada saat melakukan tes darah rutin.
Beberapa pasien CLL terdiagnosis ketika kelenjar getah bening yang
bengkak ditemukan oleh dokter pada saat melakukan pemeriksaan
rutin. Segera lakukan konsultasi dengan dokter jika Anda merasakan
gejala-gejala berikut ini:•Demam dan sering mengalami infeksi
•Merasa lelah (akibat anemia)•Mudah berdarah atau mengalami
perdarahan secara berlebihan•Pembengkakan kelenjar getah bening
di leher, ketiak atau selangkangan tanpa rasa sakit•Kehilangan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya
Leukemia / IndonesianCopyright © 2017 Hospital Authority. All rights
reserved4.Bagaimana cara untuk menyelidiki dan mendiagnosis
Leukemia? Jika terdapat dugaan leukemia dari riwayat dan
pemeriksaan fisik, dokter akan menetapkan tes kesehatan berikut
ini:Gambar Darah Secara Lengkap: Sampel darah dikumpulkan dan
diperiksa untuk mengetahui jumlah sel darah merah, trombosit, sel
darah putih, dan akan adanya sel leukemia.Aspirasi dan biopsi
sumsum tulang: Aspirasi dan biopsi sumsum tulang merupakan
prosedur untuk mengumpulkan darah sumsum tulang dan potongan
kecil bagian tulang dengan memasukkan jarum khusus ke dalam
tulang pinggul pasien. Prosedur ini umumnya dilakukan dengan
bantuan anestesi lokal dan akan memakan waktu sekitar 30 menit.
Sampel sumsum tulang yang diperoleh akan dievaluasi oleh ahli
patologi untuk menentukan adanya sel-sel leukemia, diagnosis, dan
klasifikasi leukemia. Uji kromosom atau molekuler: Merupakan tes

33
khusus yang dilakukan pada perifer darah dan sampel darah sumsum
tulang untuk mendeteksi adanya perubahan yang tidak normal pada
kromosom, DNA atau penanda tumor yang berkaitan dengan
kehadiran leukemia. Dokter juga bisa melakukan beberapa tes
kesehatan tambahan untuk menentukan kesehatan umum pasien dan
penyebaran penyakit.

Pengobatan leukemia bervariasi, tergantung pada jenis dan tahap


leukemia.Leukemia myeloid akut dan leukemia limfoblastik akutPada
leukemia akut, dokter biasanya akan segera memulai pengobatan
dengan siklus kemoterapi berulang. Tahapan awal kemoterapi
(kemoterapi induksi) bersifat sangat intens dan dilakukan di rumah
sakit. Obat yang digunakan dan rencana pengobatan berbeda di
antara AML dan ALL. Tujuan dari kemoterapi induksi adalah untuk
membasmi sel-sel leukemia di sumsum tulang dan menurunkan
tingkat pengaruh penyakit. Tingkat remisi untuk AML adalah sekitar
50% -70% pada orang dewasa. Pada ALL, tingkat remisi untuk anak-
anak lebih dari 95% dan sekitar 75% -89% pada orang dewasa. Asam
retinoat All-trans (ATRA), suatu obat minum, akan digunakan
bersama-sama dengan kemoterapi jika pasien memiliki subjenis AML
yang disebut dengan leukemia promyelocytic akut. Selama tindakan
pengobatan, pasien juga akan menerima transfusi darah dan terapi
pendukung lainnya untuk meminimalkan risiko komplikasi serius
seperti pendarahan besar dan infeksi yang bisa mengancam nyawa
pasien.Setelah remisi tercapai, pasien akan menerima tindakan
pengobatan kemoterapi lebih lanjut (kemoterapi konsolidasi) untuk
mencegah kambuhnya leukemia akut. Pasien penderita ALL juga

34
akan menerima terapi radiasi ke otak dan kemoterapi oral dosis
rendah dalam jangka waktu yang lebih lama (kemoterapi
pemeliharaan). Dokter bisa mempertimbangkan transplantasi sel
induk di awal tindakan pengobatan bagi pasien yang menderita
penyakit berisiko tinggi dan menjumpai donor yang sesuai.

Leukemia myeloid kronisPilihan pengobatan untuk CML mencakup


imatinib (atau alternatifnya: dasatinib, nilotinib), interferon, HU, dan
transplantasi sel induk alogenik. Bagi sebagian besar pasien CML,
imatinib merupakan standar pengobatan lini pertama. Obat ini
menghentikan produksi sel leukemia dengan memblokir enzim yang
disebut dengan tirosin kinase pada sel sumsum dan mencegah
perkembangan fase akselerasi dan fase ledakan. Sebagian besar
pasien CML memberikan respons yang baik terhadap terapi imatinib
dengan efek samping yang minimal. Pasien yang memberikan
respons terhadap terapi diminta untuk melanjutkan pengobatan
mereka tanpa adanya batasan waktu, dan mereka bisa melanjutkan
kehidupan normal seperti orang biasa. Karena hasil pengobatan yang
lebih baik, imatinib telah menggantikan penggunaan interferon dan
terapi lainnya. Kebutuhan transplantasi sel induk alogenik juga bisa
dikurangi secara substansial saat ini. Leukemia limfositik kronisCLL
umumnya merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan-
lahan. Biasanya penyakitini diderita oleh pasien berusia lanjut.
Tindakan pengobatan biasanya tergantung pada usia pasien, adanya
gejala penyakit, fase penyakit, dan kesehatan pasien secara umum.

35
Sebagian besar pasien, terutama mereka yang telah didiagnosis
dengan penyakit stadium awal, tidak menunjukkan gejala apa pun
pada saat diagnosis dan tidak membutuhkan terapi. Dokter mungkin
akan merekomendasikan observasi (menunggu sambil
memperhatikan) dengan pemeriksaan rutin, untuk memantau kondisi
kesehatan dan kemajuan penyakit pasien dengan saksama. Tindakan
pengobatan biasanya dimulai ketika penyakit tersebut telah
berkembang atau mulai menunjukkan gejala penyakit. Pada tahap ini,
pengobatan bisa dilakukan dengan kemoterapi atau penggunaan
antibodi monoklonal. Pasien juga mungkin akan memerlukan transfusi
darah atau tindakan pengobatan pendukung apabila terjadi komplikasi
seperti infeksi atau anemia.

Diagnosis leukemia sering menghancurkan kondisi mental pasien dan


keluarganya. Meskipun sulit untuk fokus pada tindakan
pengobatannya karena penyakit ini berkaitan erat dengan komplikasi
dan kemungkinan hilangnya nyawa, penting bagi diri pasien dan
keluarganya untuk mengingat bahwa banyak pasien yang bisa
mengendalikan penyakit ini dengan baik dan sembuh berkat teknologi
pengobatan yang tersedia saat ini. Ada beberapa dukungan praktis
yang bisa membantu Anda dan keluarga Anda melawan penyakit
leukemia dengan cara yang positif:Minumlah obat secara teratur:
Pasien harus mengetahui dosis dan efek samping dari berbagai
macam obat (obat kemoterapi atau antibiotik). Ikuti petunjuk yang
diberikan oleh dokter. Jangan menghentikan konsumsi obat atas

36
dasar pertimbangan diri sendiri.Makan dan tidur dengan kualitas yang
baik: Makan hingga kenyang sangatlah penting, khususnya jika Anda
harus menghadapi tuntutan fisik secara ekstra karena leukemia dan
tindakan pengobatannya. Anda harus menetapkan pola makan yang
seimbang yang menyediakan energi dan nilai gizi yang baik bagi
tubuh. Makanan harus dimasak hingga matang. Olahraga secara
berkala, istirahat dan tidur yang berkualitas juga bisa membantu.
Pasien dengan CML atau CLL didorong untuk menjalani gaya hidup
yang normal seperti sediakala.Kebersihan rumah tangga dan pribadi:
Pasien penderita leukemia akut atau leukemia kronis lanjutan rentan
terhadap infeksi yang bisa terjadi. Anda harus memperhatikan
kebersihan rumah tangga dan pribadi. Kamar, pakaian, dan peralatan
rumah tangga harus selalu dirapikan dan dijaga agar tetap bersih.
Hindari untuk pergi ke tempat yang ramai atau tempat umum dan
kontak dengan teman-teman yang sedang sakit dan tidak sehat.
Kenakan masker saat pergi ke luar rumah.Bicaralah dengan orang
lain: Hidup dengan penyakit leukemia bukanlah suatu hal yang
mudah. Bicaralah dengan keluarga, teman, dokter, dan perawat Anda
atau seseorang yang bisa Anda percaya tentang perasaan Anda
selama proses pengobatan yang dilakukan. Anda akan mendapatkan
dukungan emosional dan merasa jauh lebih baik dengan hanya
berbicara kepada mereka. Bila perlu, dokter akan memberikan lebih
banyak dukungan dan konseling melalui psikolog, layanan religi, dan
kelompok pendukung pasien.

37
38

Anda mungkin juga menyukai